BAB I PENDAHULUAN
E. Penganggaran Badan Ketahanan Pangan
Pada Tahun 2021 anggaran Kementerian Pertanian mengalami beberapa kali refocusing yang berdampak terhadap eselon I Badan Ketahanan Pangan.
Berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 Revisi 4, Badan Ketahanan Pangan mendapat alokasi dana sebesar Rp478.351.286.000 yang tersebar di 34 Satker Dekonsentrasi dan 1 Satker Pusat Badan Ketahanan Pangan. Anggaran tersebut dibagi dalam 4 kegiatan utama sebagaimana pada Tabel 1.
Tabel 1. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021
Kegiatan Anggaran
Pemantapan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Rp 45.856.400.000,- Pemantapan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan Rp 57.062.305.000,- Pemantapan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan
Pangan
Rp
295.736.773.000,-
Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan
Rp 79.695.808.000,-
JUMLAH Rp 478.351.286.000,-
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tersusun atas beberapa komponen yang merupakan satu kesatuan. Komponen-komponen tersebut antara lain: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi Kinerja. Komponen Perencanaan Kinerja meliputi: a) Rencana Strategis (Renstra), b) Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan c) Perjanjian Kinerja (PK). Berikut Perencanaan Kinerja Badan Ketahanan Pangan.
A. Rencana Strategis 2020-2024
Sasaran Strategis Badan Ketahanan Pangan merupakan penjabaran dari Sasaran Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024. Renstra BKP Tahun 2020-2024 mengalami dua kali revisi seiring dengan adanya penyesuaian Renstra Kementerian Pertanian. Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), BKP diarahkan untuk mendukung Prioritas Nasional 1 yaitu Penguatan Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang berkualitas dan Program Prioritas 3 yaitu Peningkatan Ketersediaan, Akses dan Kualitas Konsumsi Pangan.
Indikator kinerja sasaran program merupakan alat ukur yang mengindikasikan pencapaian sasaran program Badan Ketahanan Pangan dengan targetnya dijelaskan dalam target kinerja pada (Bab IV) Renstra Badan Ketahanan Pangan 2020-2024. Indikator Program sebagai rumusan dari sasaran pembangunan dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Pertanian sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan diturunkan menjadi Sasaran dan Indikator Kegiatan. Penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 mengacu pada Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan program Kementerian Pertanian.
1. Visi dan Misi
Mengacu pada Visi Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2020-2024 berdasarakan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah
“Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian, berlandaskan gotong royong”, maka Kementerian Pertanian menetapkan visi jangka menengah tahun 2020-2024 yakni:
“Pertanian yang Maju, Mandiri dan Modern untuk Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Kementerian Pertanian mendukung misi Presiden dan Wakil Presiden yaitu: Struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing, melalui misi Kementerian Pertanian yaitu:
a. Mewujudkan ketahanan pangan,
b. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian, serta
c. Meningkatkan kualitas SDM dan prasarana Kementerian Pertanian.
Sasaran program merupakan hasil yang akan dicapai dari suatu program dalam rangka pencapaian Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output). Perumusan sasaran program Badan Ketahanan Pangan merupakan penerjemahan dari Tujuan Badan Ketahanan Pangan dan pendelegasian dari Kementerian Pertanian.
Sasaran Strategis (SS) Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024 yang disusun dengan metode Balanced ScoreCard (BSC) dan pendekatan empat perspektif yaitu stakeholders, customer, internal process, dan learning and growth perspective disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Strategi Kementerian Pertanian 2020-2024
Berdasarkan peta strategi Kementerian Pertanian di atas, kontribusi Badan Ketahanan Pangan pada Sasaran Strategis 1 “Meningkatnya Ketersediaan,
BKP
Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas” pada indikator kinerja: (i) Peningkatan Akses Pangan; (ii) Peningkatan Konsumsi Pangan Berkualitas;
dan (iii) Persentase Pangan Segar yang Memenuhi Syarat Keamanan Pangan, serta Sasaran Strategis 5 “Terwujudnya Birokrasi Kementerian Pertanian yang Efektif dan Efisien, serta Anggaran yang Akuntabel” dengan indikator kinerja: (i) Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian dan (ii) Nilai Kinerja Anggaran Kementerian Pertanian.
Pembangunan pangan dan pertanian diarahkan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan petani sesuai salah satu tujuan utama pembangunan pangan dan pertanian adalah meningkatkan kehidupan petani dan keluarganya yang lebih baik dan sejahtera. Dengan kata lain, kesejahteraan petani merupakan dampak (impact) dari tercapainya outcome program/kegiatan Kementerian Pertanian termasuk dukungan dan peran serta dari program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan.
Badan Ketahanan Pangan sebagai salah satu unit kerja Eselon I Kementerian Pertanian, berupaya mengatasi permasalahan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Upaya tersebut dijabarkan melalui berbagai program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan. Berbagai program dan kegiatan tersebut dilaksanakan secara berkesinambungan, baik di pusat maupun di daerah melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Badan Ketahanan Pangan, mulai dari perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja, hingga capaian kinerja.
2. Tujuan dan Sasaran
Berdasarkan visi misi tersebut, dituangkan kedalam tujuan dan indikator tujuan Kementerian Pertanian, kontribusi BKP pada Tujuan ke-1 “Meningkatnya Pemantapan Ketahanan Pangan” dan Tujuan ke-5 “Terwujudnya Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian”. Kedua tujuan tersebut kemudian diterjemahkan lebih detail ke dalam Sasaran Program. Lebih rinci mengenai Sasaran Program Badan Ketahanan Pangan akan dijelaskan lebih lanjut pada Tabel 2.
Tabel 2. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program BKP Tahun 2020-2024 Revisi 1 (Semula)
No Sasaran
Strategis Sasaran Program Indikator Kinerja Sasaran Program
1. Peningkatan Volume Bahan Pangan Yang
2. Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan
3. Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras (Ubi Kayu, Sagu, Kentang, Pisang dan Talas) (%)
11,50 23,50
4. Menurunnya Daerah Rentan Rawan Pangan
4. Persentase daerah Rentan Rawan Pangan (%)
5. Persentase PSAT Yang Memenuhi Syarat Keamanan
6. Konsumsi Sayur dan Buah (gram/kapita/hari)
260,2 316,30
7. Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun)
13,50 14,70
8. Konsumsi Protein Asal Ternak (gram/kapita/hari)
10. Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan (nilai)
89,44 89,48
Dinamika perencanaan dalam rangka integrasi program dan perubahan lingkungan strategis lingkup Kementerian Pertanian pada tahun 2021-2024, untuk itu, BKP telah melakukan penyesuaian sasaran program dengan indikatornya sesuai Tabel 3.
Tabel 3. Perubahan Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program BKP Tahun 2021-2024 Revisi 2 (Menjadi)
No Sasaran
Strategis Sasaran Program Indikator Kinerja Sasaran Program
Target 2021 2024 PROGRAM KETERSEDIAAN, AKSES DAN KONSUMSI PANGAN BERKUALITAS
1. Meningkatnya
1. Persentase Peningkatan volume bahan pangan yang didistribusikan/disalurkan
2. Persentase Penurunan daerah rentan rawan pangan
2 2
3. Tingkat Konsumsi Sayur dan Buah
3. Jumlah Konsumsi Sayur dan Buah (gram/kap/hari)
273,2 316,3
4. Tingkat Konsumsi Daging
4. Jumlah Konsumsi Daging (kg/kap/hari)
13,8 14,7
5. Tingkat Konsumsi Protein Asal Ternak
5. Jumlah Konsumsi Protein Asal Ternak (gram/kap/hari)
6. Persentase PSAT yang memenuhi Syarat Keamanan
8. Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan
89.45 89.48
B. Rencana Kinerja Tahun 2021
Indikator kinerja sasaran program Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 merupakan alat ukur yang mengindikasikan pencapaian sasaran program Badan Ketahanan Pangan dengan targetnya dijelaskan dalam Target Kinerja (Bab IV) Renstra Badan Ketahanan Pangan 2020-2024 revisi ke-2. Indikator Kinerja
Sasaran Program sebagai rumusan dari sasaran pembangunan yang tertuang dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Pertanian 2020-2024 revisi ke-2 sesuai tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan diturunkan menjadi Sasaran Kegiatan (SK) dan Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK).
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Badan Ketahanan Pangan telah sejalan dengan Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP) dan disesuaikan dengan sasaran strategis pada Rencana Strategis 2020-2024 yang telah disepakati di tingkat Kementerian Pertanian. Di dalam RKT telah ditetapkan target outcome yang akan dijadikan ukuran tingkat keberhasilan dan atau kegagalan pencapaiannya.
Sesuai Renstra Revisi I Tahun 2020-2024, terdapat 10 target pada Indikator Kinerja Badan Ketahanan Pangan sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Namun seiring dengan perubahan Renstra Revisi II tahun 2021 menjadi 8 target kinerja.
Dengan demikian terjadi perencanaan kembali (redesign) penyederhanaan program di masing-masing Kementerian/Lembaga, dengan adanya kebijakan restrukturisasi program ini pada tahun 2021-2024 program Kementerian Pertanian berubah dari 12 program menjadi 5 program, yaitu: (1) Nilai Tambah dan Daya Saing Industri; (2) Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas; (3) Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknplogi; (4) Pendidikan dan Pelatihan Vokasi; dan (5) Dukungan Manajemen. Program Badan Ketahanan Pangan semula
“Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat” berubah menjadi “Program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas”
(program spesifik) yang diampu beberapa eselon I serta “Program Dukungan Manajemen”. Perubahan program ini berdampak dalam perubahan susunan program dan kegiatan yang juga diikuti dengan perubahan target dan indikator Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021-2024, serta adanya refocusing anggaran Badan Ketahanan Pangan, sebagaimana yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 4. Rencana Kinerja Tahunan BKP Revisi I Tahun 2021
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Volume Target
1 Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan
Peningkatan Volume Bahan Pangan Yang Didistribusikan/ disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI
Ton 40.000
2 Penguatan Cadangan Pangan Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota
% 10
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Volume Target 3 Meningkatnya Ketersediaan
Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras
Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras (Ubi Kayu, Sagu, Kentang, Pisang dan Talas)
% 11,50
4 Meningkatnya pengendalian kerawanan pangan
Persentase penurunan daerah rentan rawan pangan
% 2
5 Meningkatnya pangan segar yang memenuhi syarat keamanan pangan
Persentase PSAT yang memenuhi syarat keamanan dan mutu pangan
% 85
6 Tingkat konsumsi sayur dan buah Jumlah konsumsi sayur dan buah grm/kap/hr 273,2 7 Tingkat konsumsi daging Jumlah konsumsi daging kg/kap/th 13,8 8 Tingkat konsumsi protein asal
ternak
Jumlah konsumsi protein asal ternak grm/kap/hr 10,75
9 Terwujudnya Birokrasi Kementerian Pertanian yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan
Nilai 34,32
10 Terkelolanya anggaran Kementerian Pertanian yang akuntabel dan berkualitas
Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan
Nilai 89,45
Sumber : RKT Badan Ketahanan Pangan Revisi I Tahun 2021
Tabel 5. Rencana Kinerja Tahunan BKP Revisi II Tahun 2021
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Volume Target
1 Meningkatnya bahan pangan yang didistribusikan
Persentase peningkatan volume bahan pangan yang didistribusikan/
disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI
% 0,22
2 Meningkatnya pengendalian kerawanan pangan
Persentase penurunan daerah rentan rawan pagan
% 2
3 Meningkatnya pangan segar yang memenuhi syarat keamanan pangan
Persentase PSAT yang memenuhi syarat keamanan dan mutu pangan
% 85
4 Tingkat konsumsi sayur dan buah
Jumlah konsumsi sayur dan buah grm/kap/hr 273,2
5 Tingkat konsumsi daging Jumlah konsumsi daging kg/kap/th 13,8 6 Tingkat konsumsi protein asal
ternak
Jumlah konsumsi protein asal ternak grm/kap/hr 10,75
7 Terwujudnya Birokrasi Kementerian Pertanian yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan
Nilai 34,32
8 Terkelolanya anggaran Kementerian Pertanian yang akuntabel dan berkualitas
Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan
Nilai 89,45
Sumber : RKT Badan Ketahanan Pangan Revsi II Tahun 2021
C. Perjanjian Kinerja
Indikator sasaran program telah dituangkan dalam Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 dengan target 8 (delapan) indikator. Untuk mencapai indikator-indikator tersebut, telah ditetapkan Permentan No. 43 Tahun 2017 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) lingkup Kementerian Pertanian.
Indikator-indikator tersebut menjadi dasar penetapan Perjanjian Kinerja (PK). PK Badan Ketahanan Pangan merupakan turunan IKU yang telah diperjanjikan pada PK Menteri Pertanian. Keselarasan PK ini menjadi prasyarat kualitas pengukuran kinerja yang baik untuk melakukan penilaian capaian program. PK Badan Ketahanan Pangan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Volume Target
1 Meningkatnya bahan pangan yang didistribusikan
Persentase peningkatan volume bahan pangan yang
didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI
% 0,22
2 Meningkatnya pengendalian kerawanan pangan
Persentase penurunan daerah rentan rawan pagan
% 2
3 Meningkatnya pangan segar yang memenuhi syarat keamanan pangan
Persentase PSAT yang memenuhi syarat keamanan dan mutu pangan
% 85
4 Tingkat konsumsi sayur dan buah
Jumlah konsumsi sayur dan buah grm/kap/hr 273,2
5 Tingkat konsumsi daging Jumlah konsumsi daging kg/kap/th 13,8 6 Tingkat konsumsi protein asal
ternak
Jumlah konsumsi protein asal ternak grm/kap/hr 10,75
7 Terwujudnya Birokrasi Kementerian Pertanian yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan
Nilai 34,32
8 Terkelolanya anggaran Kementerian Pertanian yang akuntabel dan berkualitas
Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan
Nilai 89,45
Wujud pertanggungjawaban kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 45/Permentan/OT.210/11/2018 tentang Standar Pengelolaan Kinerja Organisasi Lingkup Kementerian Pertanian.
D. Strategi Pencapaian
Strategi pencapaian Indikator Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 dijabarkan sebagai berikut:
1. Peningkatan Volume Bahan Pangan yang Didistribusikan/Disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton)
Sebagaimana amanat Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pemerintah berkewajiban mengelola stabilisasi pasokan, harga pangan, dan sistem distribusi pangan. Pemerintah dalam hal ini, Pusat dan Daerah memiliki tugas untuk mengembangkan sistem distribusi pangan yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara efektif dan efisien.
Kondisi faktual belakangan ini memperlihatkan bahwa hambatan-hambatan distribusi pangan masih menjadi kendala dalam mewujudkan stabilisasi pasokan dan harga pangan. Hambatan distribusi pangan disinyalir dikarenakan beberapa faktor seperti: (1) rantai distribusi pangan pokok yang tidak efisien; (2) ketidakcukupan pasokan pangan di suatu wilayah; (3) waktu panen bervariasi;
dan (4) prasarana dan sarana transportasi yang kurang mendukung dalam kelancaran distribusi pangan. Kondisi tersebut seringkali menimbulkan terjadinya fluktuasi harga pangan yang berakibat ketidakpastian harga pangan baik di tingkat produsen maupun konsumen, dimana dalam ekskalasi lebih luas akan mempengaruhi dalam pengendalian inflasi pangan. Sejak tahun 2016, Kementerian Pertanian cq. Badan Ketahanan Pangan melakukan upaya pengendalian pasokan dan harga pangan dengan melakukan intervensi kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani Indonesia (TTI). Dari tahun 2016 hingga tahun 2020 Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) sebagai penerima manfaat Bantuan Pemerintah berjumlah 2.111 Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) dan/atau mitra outlet pemasaran LUPM yaitu TTI sebanyak 6.106 yang tersebar di 32 provinsi. Dalam kegiatan ini Pasar Mitra Tani (PMT)/Toko Tani Indonesia Center (TTIC) berfungsi sebagai distribution center, dimana PMT/TTIC melakukan aktivitas
penyaluran pangan langsung kepada konsumen ataupun melalui Toko Mitra Tani (TMT)/Toko Tani Indonesia (TTI). Sampai saat ini telah didirikan 36 PMT/TTIC di 34 provinsi dengan rincian 34 PMT/TTIC di 34 provinsi, dan 2 PMT/TTIC di Pusat yang berlokasi di Pasar Minggu- Jakarta dan Bogor. Strategi yang dilakukan sebagai bagian untuk penyeimbang pasar, PMT/TTIC dan TMT/TTI berupaya membenahi struktur dan rantai pasok pangan di Indonesia melalui pendekatan dengan cara memangkas rantai pasok pangan hanya menjadi 3-4 pelaku. Strategi lain yang digunakan adalah pemanfaatan teknologi informasi dengan mengembangkan digital marketing dan sistem informasi sehingga diharapkan akan mampu memberikan kepastian harga dan pasar bagi produsen dan memberikan kemudahan aksesibilitas pangan bagi konsumen.
Menjawab tantangan tersebut, pada tahun 2021 dilakukan Kegiatan Fasilitasi Distribusi Pangan sebagai upaya untuk stabilisasi harga dan pasokan pangan dengan memberikan insentif berupa penggantian biaya distribusi (transportasi dan kemasan) kepada pemasok PMT/TTIC untuk komoditas pangan, khususnya 10 (sepuluh) pangan pokok dan strategis. Dalam hal ini, PMT/TTIC memiliki peran sentral dalam mempengaruhi efek psikologis pasar dalam rangka pengendalian pasokan dan harga pangan dengan menjual komoditas pangan yaitu: beras, bawang merah, bawang putih, cabai merah keriting, cabai rawit merah, daging ayam, daging sapi, telur ayam, minyak goreng, gula pasir dan/atau komoditas pangan lainnya.
2. Persentase Daerah Rentan Rawan Pangan
Perwujudan ketahanan pangan di Indonesia masih dihadapkan pada beberapa kendala terutama pada aspek ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, dan pemanfaatan pangan. Beberapa kendala dalam perwujudan ketahanan pangan berdasarkan hasil analisis Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas/FSVA) antara lain: masih terdapat beberapa daerah yang memiliki keterbatasan pada aspek ketersediaan pangan, kemiskinan yang tinggi, pangsa pengeluaran pangan yang tinggi, akses listrik dan air bersih yang rendah, tingkat pendidikan perempuan yang rendah, dan balita stunting yang tinggi serta angka harapan hidup yang rendah. Di samping itu, hasil analisis FSVA juga menunjukkan bahwa terdapat daerah yang
sebelumnya masuk dalam status tahan pangan menjadi turun statusnya.
Berdasarkan hasil analisis FSVA tersebut, maka perlu dilakukan upaya pengentasan daerah rentan rawan pangan sekaligus mempertahankan daerah yang statusnya sudah tahan pangan agar tetap tahan pangan. Upaya tersebut dilakukan salah satunya dengan mengoptimalkan dan memberdayakan keluarga petani untuk meningkatkan ketersediaan pangan, perbaikan gizi sekaligus peningkatan kesejahteraan keluarga. Dalam konteks global, hal ini sejalan dengan target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan SDG-1 yaitu pengentasan kemiskinan dan tujuan SDG-2 yaitu mengakhiri kelaparan melalui ketahanan pangan, perbaikan nutrisi dan sistem pertanian berkelanjutan serta tercapainya tujuan akhir dari pembangunan ketahanan pangan nasional, yaitu terciptanya individu dan masyarakat dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Dalam rangka mempercepat pengentasan daerah rentan rawan pangan, pada tahun 2021 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian melaksanakan kegiatan ”Pengentasan Daerah Rentan Rawan Pangan/Pertanian Keluarga”. Kegiatan Pengentasan Daerah Rentan Rawan Pangan/Pertanian Keluarga bersifat trigger yang dibiayai melalui Bantuan Pemerintah kepada kelompok masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan keluarga yang sesuai dengan kebutuhan gizi seimbang. Upaya tersebut dilakukan salah satunya dengan mengoptimalkan dan memberdayakan keluarga petani untuk meningkatkan ketersediaan pangan, perbaikan gizi sekaligus peningkatan kesejahteraan keluarga. Dampak yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatkan status daerah rentan rawan pangan menjadi tahan pangan dan daerah yang sudah tahan pangan tidak menurun statusnya menjadi rentan rawan pangan.
3. Persentase Pangan Segar Asal Tumbuhan Yang Memenuhi Syarat Keamanan dan Mutu Pangan
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hal ini dideklarasikan oleh FAO/WHO pada International Conference on Nutrition di
Roma tahun 1992, bahwa pangan yang cukup, bergizi, dan aman adalah hak setiap manusia. Pangan yang aman adalah pangan yang terbebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif.
FAO/WHO juga sepakat bahwa keamanan pangan (food safety) merupakan salah satu komponen dari ketahanan pangan (food security). Untuk itu, program ketahanan pangan nasional harus memasukkan aspek keamanan pangan untuk kesehatan manusia. Salah satu sasaran pengembangan di bidang pangan adalah terjaminnya pangan yang dicirikan oleh terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan. Hal ini secara jelas menunjukkan upaya untuk melindungi masyarakat dari pangan yang tidak memenuhi standar dan persyaratan kesehatan. Dengan diberlakukannya UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan merupakan sebuah langkah maju telah dicapai pemerintah untuk memberi perlindungan kepada konsumen dan produsen akan pangan yang sehat, aman dan halal. Hal tersebut diperkuat dengan penjabaran UU yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) tentang keamanan pangan serta label dan iklan pangan, demikian juga PP tentang mutu dan gizi pangan serta ketahanan pangan. UU ini juga mempertegas peran Pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan keamanan pangan. Pengawasan keamanan pangan untuk pangan olahan dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan. Sedangkan pengawasan persyaratan keamanan pangan segar dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan di bidang pangan. Selama tahun 2021, BKP melakukan kegiatan pengawasan keamanan pangan segar melalui pengambilan contoh dan pengujian PSAT di laboratorium ataupun uji cepat menggunakan rapid test kit, penguatan kelembagaan OKKP-D Provinsi, 25 OKKPD pelayanan teknis (UPT), 6 OKKPD di bawah Bidang Keamanan Pangan, dan 3 OKKPD di bawah Seksi Keamanan Pangan. Objek pengawasan difokuskan pada PSAT di peredaran. Ruang lingkup pengujian PSAT meliputi parameter residu pestisida, logam berat, mikrobiologi dan aflatoksin.
4. Konsumsi Sayur dan Buah
Upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan dan memasyarakatkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA) dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal.
Sasaran output dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan serta keamanan dan mutu pangan segar.
Badan Ketahanan Pangan telah melaksanakan kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) untuk meningkatkan aksesibilitas dan konsumsi sayur dan buah.
Namun demikian, hal ini menunjukkan masih dibutuhkan upaya edukasi kepada masyarakat akan pentingnya konsumsi sayur dan buah yang melibatkan dukungan dari berbagai lintas sektor.
5. Konsumsi Daging
Rata-rata konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia masih di bawah kecukupan konsumsi. Upaya meningkatkan konsumsi daging telah dilakukan melalui sosialisasi konsumsi pangan B2SA kepada masyarakat. Hal ini terkait pentingnya asupan protein hewani asal daging sebagai zat pembangun tubuh, produksi antibodi dalam sistem kekebalan tubuh, dan membantu tubuh meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, khususnya di masa pendemi covid-19.
6. Konsumsi Protein Asal Ternak
Upaya untuk meningkatkan akses dan konsumsi protein asal ternak, diantaranya melalui kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan sosialisasi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA). Namun demikian, upaya ini masih perlu mendapatkan dukungan dari lintas sektor terkait, karena dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya edukasi, gaya hidup dan pola makan (food habit), tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat.
7. Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan
Pelaksanaan penilaian PMPRB dilakukan oleh Inspektorat Jenderal terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi di unit eselon I. Penilaian dilakukan secara
Pelaksanaan penilaian PMPRB dilakukan oleh Inspektorat Jenderal terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi di unit eselon I. Penilaian dilakukan secara