• Tidak ada hasil yang ditemukan

[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address]"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

[DOCUMENT TITLE]

[Document subtitle]

[DATE]

[COMPANY NAME]

[Company address]

(2)
(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional yang berlandaskan pada kedaulatan pangan dan kemandirian pangan dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 259/Kpts/RC.020/M/05/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024, Badan Ketahanan Pangan (BKP) menindaklanjuti dengan menyusun Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024. Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 memuat program, kegiatan, sasaran program, kebijakan, dan strategi pelaksanaan yang dirancang selama 5 (lima) tahun.

Renstra BKP Tahun 2020-2024 telah mengacu kepada regulasi dan aturan, diantaranya: (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025;

(3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; (4) Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024; serta (5) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 259/Kpts/RC.020/M/05/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024.

Badan Ketahanan Pangan pada periode 2020-2024 melaksanakan Program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas serta Program Dukungan Manajemen dalam mendukung Visi Kementerian Pertanian yaitu “Pertanian yang Maju, Mandiri dan Modern untuk Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Badan Ketahanan Pangan melaksanakan 4 (empat) kegiatan utama yaitu: (1) Pemantapan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan; (2) Pemantapan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan; (3) Pemantapan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan; serta (4) Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Badan Ketahanan Pangan.

Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 dilakukan dengan melihat target dan realisasi berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2021. Pencapaian kinerja indikator utama Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021

(4)

sebagai berikut: (1) Persentase peningkatan volume bahan pangan yang didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI tercapai 10,12% dari target 0,22% (sangat berhasil); (2) Persentase penurunan daerah rentan rawan pangan tercapai 3,6% dari target 2% (sangat berhasil); (3) Persentase Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) yang memenuhi syarat keamanan dan mutu pangan tercapai 97,92% dari target 85% (sangat berhasil); (4) Jumlah konsumsi sayur dan buah tercapai 226,2 gram/kapita/hari dari target 273,2 gram/kapita/hari atau 82,80% (berhasil); (5) Jumlah konsumsi daging tercapai 11,9 kg/kapita/tahun dari target 13,8 kg/kapita/tahun atau 86,23% (berhasil); (6) Jumlah konsumsi protein asal ternak tercapai 11,28 gram/kapita/hari dari target 10,75 gram/kapita/hari atau 104,93 (sangat berhasil); (7) Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan tercapai 35,36 dari target nilai 34,32 atau 103,03% (sangat berhasil); dan (8) Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan tercapai 89,48 dari target nilai 90,86 atau 101,54% (sangat berhasil). Berdasarkan capaian tersebut masih terdapat indikator yang capaiannya kurang dari 100%, yaitu konsumsi sayur dan buah serta konsumsi daging. Berdasarkan PMK 22 Tahun 2021 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, capaian konsumsi sayur dan buah serta konsumsi daging mendapatkan kriteria berhasil (capaian kinerja lebih dari 80% sampai dengan 90%).

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Maksud dan Tujuan ... 3

C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi ... 3

D. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan ... 5

E. Penganggaran Badan Ketahanan Pangan ... 8

BAB II PERENCANAAN KINERJA ... 9

A. Rencana Strategis 2020-2024 ... 9

B. Rencana Kinerja Tahun 2021 ... 13

C. Perjanjian Kinerja ... 16

D. Strategi Pencapaian ... 17

E. Capaian Diluar Kegiatan Utama yang dilaksanakan Badan Ketahanan Pangan ... 22

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 23

A. Capaian Kinerja Organisasi ... 23

B. Capaian Kinerja Lainnya... 38

C. Akuntabiltas Anggaran... 44

D. Analisis Efisiensi Penggunaan Sumberdaya Tahun 2021 ... 45

E. Hambatan dan Kendala ... 47

F. Upaya dan Tindak Lanjut ... 47

BAB IV PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

LAMPIRAN ... 52

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 ... 8

Tabel 2. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program BKP Tahun 2020- 2024 Revisi 1 (Semula) ... 12

Tabel 3. Perubahan Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program BKP Tahun 2020-2024 Revisi 2 (Menjadi) ... 13

Tabel 4. Rencana Kinerja Tahunan BKP Revisi I Tahun 2020 ... 14

Tabel 5. Rencana Kinerja Tahunan BKP Revisi II Tahun 2021 ... 15

Tabel 6. Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 ... 16

Tabel 7. Pencapaian Indikator Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 ... 24

Tabel 8. Hasil Monitoring Pengawasan Keamanan PSAT Tahun 2021 ... 29

Tabel 9. Capaian Sertifikasi Prima Tahun 2021 ... 32

Tabel 10. Capaian Pendaftaran/Registrasi PSAT dan Rumah Kemas Tahun 2021 ... 33

Tabel 11. Perkembangan Skor PPH 2020 – 2021 ... 38

Tabel 12. Pagu dan Realisasi Anggaran BKP Tahun 2021 per Jenis Kegiatan ... 45

Tabel 13. Pagu dan Realisasi Anggaran BKP Tahun 2021 per Jenis Kewenangan ... 45

Tabel 14. Realisasi Anggaran Bantuan Pemerintah BKP Tahun 2021 ... 45

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan ... 5

Gambar 2. Jumlah dan Komposisi Pegawai Badan Ketahanan Pangan Th 2021 ... 6

Gambar 3. Peta Strategi Kementerian Pertanian 2020-2024 ... 10

Gambar 4. Realisasi penyaluran bahan pangan kegiatan fasilitasi distribusi pangan di PMT/TTIC/TMT/TTI ... 26

Gambar 5. Realisasi penyaluran bahan pangan kegiatan fasilitasi distribusi pangan di PMT/TTIC/TMT/TTI per provinsi ... 26

Gambar 6. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) 2021 ... 29

Gambar 7. Hasil Pengawasan Post Market ... 30

Gambar 8. Kelembagaan OKKP-D Provinsi ... 30

Gambar 9. Hasil Pengawasan Pre Market ... 31

Gambar 10. Pelayanan OKKPD ... 31

Gambar 11. Kompetensi SDM Bidang Keamanan Pangan Segar ... 31

Gambar 12. Konsumsi Sayur dan Buah Tahun 2017-2021 ... 34

(7)

Gambar 13. Konsumsi Daging Tahun 2017-2021 ... 35

Gambar 14. Konsumsi Protein Asal Ternak Tahun 2017-2021 ... 36

Gambar 15. Penguatan UMKM Pangan Lokal ... 40

Gambar 16. Penguatan CPPD/LPM ... 41

Gambar 17. Evaluasi Dampak Kegiatan KRPL/P2L ... 43

Gambar 18. Pengentasan Daerah Rentan Rawan Pangan/Pertanian Keluarga ... 44

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan ... 53

Lampiran 2. Keputusan Kepala Badan tentang Tim Penyusun Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 ... 54

Lampiran 3. Perjanjian Kinerja Tahun 2021 (Awal) ... 59

Lampiran 4. Perjanjian Kinerja Tahun 2021 (Revisi) ... 62

Lampiran 5. Realisasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 ... 65

Lampiran 6. Penghitungan Efisiensi Penggunaan Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 ... 66

Lampiran 7. Dukungan Instansi Lainnya ... 67

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Peran pangan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar dan mencegah kelaparan. Namun lebih jauh dari itu, pangan dengan kandungan gizi di dalamnya berperan nyata bagi peningkatan kualitas hidup manusia untuk menghasilkan manusia yang sehat, aktif dan produktif. Oleh karena itu, ketahanan pangan menjadi prioritas untuk memenuhi kebutuhan permintaan pangan di Indonesia secara merata dan berkesinambungan dengan memperhatikan potensi sumberdaya lokal dan kearifan lingkungan.

Kinerja ketahanan pangan Indonesia selama periode tahun 2016-2020 ditunjukan oleh Global Food Security Index (GFSI) berdasarkan hasil kajian yang dirilis oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) yang membandingkan situasi ketahanan pangan antar negara berdasarkan aspek ketersediaan, keterjangkauan, serta kualitas dan keamanan pangan. Jika dilihat skor pada setiap aspek, kondisi ketahanan pangan mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2016 hingga tahun 2020. Pada aspek ketersediaan, skor mengalami peningkatan dari 54,1 menjadi 64,7, keterjangkauan mengalami peningkatan dari 50,3 menjadi 73,5 serta kualitas dan keamanan pangan mengalami peningkatan dari 42 menjadi 49,6.

Global Hunger Indeks (GHI) Indonesia dalam 2 dekade terakhir terus mengalami perbaikan. Pada tahun 2020, Indonesia untuk pertama kalinya masuk dalam kategori ”moderate” dengan capaian skor 19,1. Pada tahun-tahun sebelumnya, tingkat kelaparan Indonesia masuk ke dalam kategori “serious”.

Faktor utama perbaikan nilai GHI ini adalah peningkatan status gizi balita yang ditunjukkan dengan penurunan prevalensi stunting dan wasting Indonesia.

Prevalensi stunting Indonesia mengalami penurunan dari 30,1 di tahun 2018 menjadi 27,67 di tahun 2019. Sedangkan prevalensi wasting mengalami penurunan dari 10,2 di tahun 2018 menjadi 7,4 di tahun 2019 (Riskesdas, 2018 dan SSGBI, 2019).

(9)

Memasuki se-abad Indonesia merdeka pada tahun 2045, jumlah penduduk di Indonesia diperkirakan akan mencapai 318,96 juta jiwa (sumber survei penduduk antar sensus, 2015). Hal ini menjadi tantangan besar dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional, termasuk: produktivitas lahan yang mengalami levelling off; konversi lahan pertanian; stabilitas harga pangan dunia yang cenderung berfluktuasi; tingginya food lost dan food waste; pergeseran pola konsumsi pangan ke arah western diet, fast food dan industrial food; serta meningkatnya jumlah masyarakat berpendapatan rendah yang cenderung mengkonsumsi pangan dalam jumlah dan mutu yang rendah akibat keterbatasan daya beli.

Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan, ada 3 (tiga) komponen pokok yang harus diperhatikan, yaitu:

(1) Ketersediaan pangan yang cukup dan merata; (2) Keterjangkauan pangan yang efektif dan efisien; dan (3) Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman, dan halal. Kebijakan pangan yang dijalankan ke depan akan sangat menentukan apakah Indonesia mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Badan Ketahanan Pangan (BKP) menyiapkan kebijakan dan program untuk mendukung pembangunan ketahanan pangan selama periode 5 (lima) tahun yang dituangkan dalam Rencana Strategis (Renstra) BKP Tahun 2020-2024 dan perubahannya. Tahun 2021 merupakan tahun kedua pelaksanaan Renstra BKP periode tahun 2020-2024. BKP pada periode 2020-2024 melaksanakan Program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas serta Program Dukungan Manajemen. Program tersebut dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan utama, yaitu Pemantapan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan, Pemantapan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan, Pemantapan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, serta Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Badan Ketahanan Pangan.

Pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2021 masih sangat dipengaruhi oleh pandemi covid-19. Berbagai penyesuaian harus dilakukan agar program dan kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan BKP tahun 2021 yang mendukung ketersediaan pangan di masa pandemi covid-19 diantaranya kegiatan Pekarangan

(10)

Pangan Lestari (P2L), Pertanian Keluarga (PK), dan Stabilisasi Harga Pangan Strategis melalui Fasilitasi Distribusi.

Wujud pertanggungjawaban kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsi BKP selama tahun 2021, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45/Permentan/OT.210/11/2018 tentang Standar Pengelolaan Kinerja Organisasi Lingkup Kementerian Pertanian, maka Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 ini disusun sebagai laporan pelaksanaan akuntabilitas kinerja selama tahun 2021 sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja unit organisasi Badan Ketahanan Pangan serta rekomendasi untuk pengambilan kebijakan tahun selanjutnya.

B. Maksud dan Tujuan

Penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 sebagai bentuk pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja Badan Ketahanan Pangan atas pelaksanaan program/kegiatan serta pengelolaan anggaran selama tahun 2021 dalam rangka mencapai sasaran/target yang telah ditetapkan.

Sedangkan tujuan penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 ini adalah untuk melakukan penilaian dan evaluasi atas pencapaian kinerja dan sasaran program ketahanan pangan selama tahun 2021.

C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan diversifikasi dan pemantapan ketahanan pangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Ketahanan Pangan menyelenggarakan fungsi :

(11)

1. Koordinasi, pengkajian, penyusunan kebijakan, pemantauan, dan pemantapan di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan pangan segar;

2. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan pangan segar;

3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan pangan segar;

4. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang ketersediaan pangan, penurunan kerawanan pangan, pemantapan distribusi pangan dan akses pangan, penganekaragaman konsumsi pangan, dan peningkatan keamanan pangan segar;

5. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan; dan 6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Pertanian.

Tugas dan fungsi BKP diformulasikan dalam Program/Kegiatan Badan Ketahanan Pangan (BKP) yang berfokus pada Pemantapan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan, Pemantapan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan, Pemantapan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, serta Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan.

Sasaran program ketahanan pangan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan adalah untuk mendukung pencapaian program Kementerian Pertanian dan sejalan dengan kebijakan umum dalam RPJMN 2020-2024 yang diarahkan pada: (1) pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok; (2) stabilisasi harga pangan; (3) perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat; (4) mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan; dan (5) peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pangan.

(12)

D. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan

Struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan berdasarkan Permentan Nomor 40 Tahun 2020 dan Permentan Nomor 8 Tahun 2021 yaitu sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan

Struktur organisasi Badan Ketahanan Pangan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1.

Untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan tahun 2021 didukung sumberdaya manusia sebanyak 259 orang pegawai, dengan komposisi sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah sebanyak 43 orang pegawai atau 16,60%, Sarjana Muda dan D-3 sebanyak 8 orang pegawai atau 3,09%, Strata-1 sebanyak 108 orang pegawai atau 41,70%, Strata-2 sebanyak 90 orang pegawai atau 34,75%, dan Strata-3 sebanyak 10 orang pegawai atau 3,86%.

2. Kepangkatan: golongan I tidak ada, golongan II sebanyak 14 orang pegawai atau 5,41%, golongan III sebanyak 189 orang pegawai atau 72,97%, dan golongan IV sebanyak 56 orang pegawai atau 21,62%.

3. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 118 orang pegawai atau 45,56% dan perempuan sebanyak 141 orang pegawai atau 54,44%.

Jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 berdasarkan tingkat pendidikan, kepangkatan, dan jenis kelamin disajikan pada Gambar 2.

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Kepala Pusat

Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Kepala Pusat Distribusi

dan Akses Pangan Kepala Pusat

Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

Kepala Badan Ketahanan Pangan

(13)

Gambar 2. Jumlah dan Komposisi Pegawai Badan Ketahanan Pangan Th 2021

Dari jumlah pegawai Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 tersebut dibagi ke 4 (empat) eselon II yaitu :

1. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tahun 2021, sebanyak 36 orang pegawai, dengan komposisi yang beragam, yaitu:

a. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah sebanyak 1 orang pegawai atau 2,78%, Sarjana Muda dan D-3 tidak ada, Strata-1 sebanyak 14 orang pegawai atau 38,89%, Strata-2 sebanyak 17 orang pegawai atau 47,22%, dan Strata-3 sebanyak 4 orang pegawai atau 11,11%.

b. Kepangkatan: golongan I dan golongan II tidak ada, golongan III sebanyak 23 orang pegawai atau 63,89%, dan golongan IV sebanyak 13 orang pegawai atau 36,11%.

c. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 15 orang pegawai atau 41,67% dan perempuan sebanyak 21 orang pegawai atau 58,33%.

(14)

2. Pusat Distribusi dan Akses Pangan Tahun 2021, sebanyak 45 orang pegawai, dengan komposisi yang beragam, yaitu:

a. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah tidak ada, Sarjana Muda dan D-3 tidak ada, Strata-1 dan D-4 sebanyak 18 orang pegawai atau 40,00%, Strata-2 sebanyak 24 orang pegawai atau 53,33%, dan Strata-3 sebanyak 3 orang pegawai atau 6,67%.

b. Kepangkatan: golongan I dan golongan II tidak ada, golongan III sebanyak 28 orang pegawai atau 62,22%, dan golongan IV sebanyak 17 orang pegawai atau 37,78%.

c. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 19 orang pegawai atau 42,22% dan perempuan sebanyak 26 orang pegawai atau 57,78%.

3. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Tahun 2021, sebanyak 43 orang pegawai, dengan komposisi yang beragam, yaitu:

a. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah tidak ada, Sarjana Muda dan D-3 tidak ada, Strata-1 dan D-4 sebanyak 16 orang pegawai atau 37,21%, Strata-2 sebanyak 25 orang pegawai atau 58,14%, dan Strata-3 sebanyak 2 orang pegawai atau 4,65%.

b. Kepangkatan: golongan I dan golongan II tidak ada, golongan III sebanyak 29 orang pegawai atau 67,44%, dan golongan IV sebanyak 14 orang pegawai atau 32,56%.

c. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 13 orang pegawai atau 30,23% dan perempuan sebanyak 30 orang pegawai atau 69,77%.

4. Sekretariat Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021, sebanyak 135 orang pegawai, dengan komposisi yang beragam, yaitu:

a. Tingkat pendidikan: SLTA ke bawah sebanyak 42 orang pegawai atau 31,11%, Sarjana Muda dan D-3 sebanyak 8 orang pegawai atau 5,93%, Strata-1 dan D-4 sebanyak 60 orang pegawai atau 44,44%, Strata-2 sebanyak 24 orang pegawai atau 17,78%, dan Strata-3 sebanyak 1 orang pegawai atau 0,74%.

b. Kepangkatan: golongan I tidak ada, golongan II sebanyak 14 orang pegawai atau 10,37%, golongan III sebanyak 109 orang pegawai atau 80,74%, dan golongan IV sebanyak 12 orang pegawai atau 8,89%.

(15)

c. Jenis kelamin: laki-laki sebanyak 71 orang pegawai atau 52,59% dan perempuan sebanyak 64 orang pegawai atau 47,41%.

E. Penganggaran Badan Ketahanan Pangan

Pada Tahun 2021 anggaran Kementerian Pertanian mengalami beberapa kali refocusing yang berdampak terhadap eselon I Badan Ketahanan Pangan.

Berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 Revisi 4, Badan Ketahanan Pangan mendapat alokasi dana sebesar Rp478.351.286.000 yang tersebar di 34 Satker Dekonsentrasi dan 1 Satker Pusat Badan Ketahanan Pangan. Anggaran tersebut dibagi dalam 4 kegiatan utama sebagaimana pada Tabel 1.

Tabel 1. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021

Kegiatan Anggaran

Pemantapan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Rp 45.856.400.000,- Pemantapan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan Rp 57.062.305.000,- Pemantapan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan

Pangan

Rp

295.736.773.000,-

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan

Rp 79.695.808.000,-

JUMLAH Rp 478.351.286.000,-

(16)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tersusun atas beberapa komponen yang merupakan satu kesatuan. Komponen-komponen tersebut antara lain: Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi Kinerja. Komponen Perencanaan Kinerja meliputi: a) Rencana Strategis (Renstra), b) Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan c) Perjanjian Kinerja (PK). Berikut Perencanaan Kinerja Badan Ketahanan Pangan.

A. Rencana Strategis 2020-2024

Sasaran Strategis Badan Ketahanan Pangan merupakan penjabaran dari Sasaran Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024. Renstra BKP Tahun 2020-2024 mengalami dua kali revisi seiring dengan adanya penyesuaian Renstra Kementerian Pertanian. Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), BKP diarahkan untuk mendukung Prioritas Nasional 1 yaitu Penguatan Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang berkualitas dan Program Prioritas 3 yaitu Peningkatan Ketersediaan, Akses dan Kualitas Konsumsi Pangan.

Indikator kinerja sasaran program merupakan alat ukur yang mengindikasikan pencapaian sasaran program Badan Ketahanan Pangan dengan targetnya dijelaskan dalam target kinerja pada (Bab IV) Renstra Badan Ketahanan Pangan 2020-2024. Indikator Program sebagai rumusan dari sasaran pembangunan dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Pertanian sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan diturunkan menjadi Sasaran dan Indikator Kegiatan. Penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 mengacu pada Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020- 2024 yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, dan program Kementerian Pertanian.

1. Visi dan Misi

Mengacu pada Visi Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2020-2024 berdasarakan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah

“Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan

(17)

berkepribadian, berlandaskan gotong royong”, maka Kementerian Pertanian menetapkan visi jangka menengah tahun 2020-2024 yakni:

“Pertanian yang Maju, Mandiri dan Modern untuk Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Kementerian Pertanian mendukung misi Presiden dan Wakil Presiden yaitu: Struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan berdaya saing, melalui misi Kementerian Pertanian yaitu:

a. Mewujudkan ketahanan pangan,

b. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian, serta

c. Meningkatkan kualitas SDM dan prasarana Kementerian Pertanian.

Sasaran program merupakan hasil yang akan dicapai dari suatu program dalam rangka pencapaian Sasaran Strategis Kementerian/Lembaga yang mencerminkan berfungsinya keluaran (output). Perumusan sasaran program Badan Ketahanan Pangan merupakan penerjemahan dari Tujuan Badan Ketahanan Pangan dan pendelegasian dari Kementerian Pertanian.

Sasaran Strategis (SS) Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024 yang disusun dengan metode Balanced ScoreCard (BSC) dan pendekatan empat perspektif yaitu stakeholders, customer, internal process, dan learning and growth perspective disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Strategi Kementerian Pertanian 2020-2024

Berdasarkan peta strategi Kementerian Pertanian di atas, kontribusi Badan Ketahanan Pangan pada Sasaran Strategis 1 “Meningkatnya Ketersediaan,

BKP

(18)

Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas” pada indikator kinerja: (i) Peningkatan Akses Pangan; (ii) Peningkatan Konsumsi Pangan Berkualitas;

dan (iii) Persentase Pangan Segar yang Memenuhi Syarat Keamanan Pangan, serta Sasaran Strategis 5 “Terwujudnya Birokrasi Kementerian Pertanian yang Efektif dan Efisien, serta Anggaran yang Akuntabel” dengan indikator kinerja: (i) Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian dan (ii) Nilai Kinerja Anggaran Kementerian Pertanian.

Pembangunan pangan dan pertanian diarahkan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan petani sesuai salah satu tujuan utama pembangunan pangan dan pertanian adalah meningkatkan kehidupan petani dan keluarganya yang lebih baik dan sejahtera. Dengan kata lain, kesejahteraan petani merupakan dampak (impact) dari tercapainya outcome program/kegiatan Kementerian Pertanian termasuk dukungan dan peran serta dari program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan.

Badan Ketahanan Pangan sebagai salah satu unit kerja Eselon I Kementerian Pertanian, berupaya mengatasi permasalahan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Upaya tersebut dijabarkan melalui berbagai program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan. Berbagai program dan kegiatan tersebut dilaksanakan secara berkesinambungan, baik di pusat maupun di daerah melalui Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Badan Ketahanan Pangan, mulai dari perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja, hingga capaian kinerja.

2. Tujuan dan Sasaran

Berdasarkan visi misi tersebut, dituangkan kedalam tujuan dan indikator tujuan Kementerian Pertanian, kontribusi BKP pada Tujuan ke-1 “Meningkatnya Pemantapan Ketahanan Pangan” dan Tujuan ke-5 “Terwujudnya Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian”. Kedua tujuan tersebut kemudian diterjemahkan lebih detail ke dalam Sasaran Program. Lebih rinci mengenai Sasaran Program Badan Ketahanan Pangan akan dijelaskan lebih lanjut pada Tabel 2.

(19)

Tabel 2. Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program BKP Tahun 2020-2024 Revisi 1 (Semula)

No Sasaran

Strategis Sasaran Program Indikator Kinerja Sasaran Program

Target 2020 2024 1. Meningkatnya

ketersediaan pangan strategis dalam negeri

1. Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan

1. Peningkatan Volume Bahan Pangan Yang

Didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton)

39.912 44.500

2. Penguatan Cadangan Pangan

2. Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota (%)

10 10

3. Meningkatnya Ketersediaan Pangan Lokal Sumber

Karbohidrat Non Beras

3. Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras (Ubi Kayu, Sagu, Kentang, Pisang dan Talas) (%)

11,50 23,50

4. Menurunnya Daerah Rentan Rawan Pangan

4. Persentase daerah Rentan Rawan Pangan (%)

18 10

2. Terjaminnya keamanan dan mutu pangan strategis nasional

5. Terjaminnya Keamanan dan Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT)

5. Persentase PSAT Yang Memenuhi Syarat Keamanan dan Mutu Pangan (%)

85 85

6. Meningkatnya Kualitas Konsumsi Pangan

6. Konsumsi Sayur dan Buah (gram/kapita/hari)

260,2 316,30

7. Konsumsi Daging (kg/kapita/tahun)

13,50 14,70

8. Konsumsi Protein Asal Ternak (gram/kapita/hari)

10,65 11,04

3 Terwujudnya Birokrasi Kementerian Pertanian yang Efisien, efektif dan Berorientasi pada Layanan Prima

7. Terwujudnya Birokrasi Badan Ketahanan Pangan Yang Efektif, Efisien dan Berorientasi Pada Layanan Prima

9. Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan (nilai)

34,07 35,12

4 Terkelolanya anggaran Kementerian Pertanian yang akuntabel dan berkualitas

8. Terkelolanya Anggaran Badan Ketahanan Pangan Yang Akuntabel dan Berkualitas

10. Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan (nilai)

89,44 89,48

Dinamika perencanaan dalam rangka integrasi program dan perubahan lingkungan strategis lingkup Kementerian Pertanian pada tahun 2021-2024, untuk itu, BKP telah melakukan penyesuaian sasaran program dengan indikatornya sesuai Tabel 3.

(20)

Tabel 3. Perubahan Sasaran Program dan Indikator Kinerja Sasaran Program BKP Tahun 2021-2024 Revisi 2 (Menjadi)

No Sasaran

Strategis Sasaran Program Indikator Kinerja Sasaran Program

Target 2021 2024 PROGRAM KETERSEDIAAN, AKSES DAN KONSUMSI PANGAN BERKUALITAS

1. Meningkatnya Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas

1. Meningkatnya bahan pangan yang

didistribusikan

1. Persentase Peningkatan volume bahan pangan yang didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI (%)

0,22 3

2. Meningkatnya pengendalian kerawanan pangan

2. Persentase Penurunan daerah rentan rawan pangan

2 2

3. Tingkat Konsumsi Sayur dan Buah

3. Jumlah Konsumsi Sayur dan Buah (gram/kap/hari)

273,2 316,3

4. Tingkat Konsumsi Daging

4. Jumlah Konsumsi Daging (kg/kap/hari)

13,8 14,7

5. Tingkat Konsumsi Protein Asal Ternak

5. Jumlah Konsumsi Protein Asal Ternak (gram/kap/hari)

10,75 11,04

6. Meningkatnya pangan segar yang memenuhi syarat keamanan pangan

6. Persentase PSAT yang memenuhi Syarat Keamanan dan Mutu Pangan (%)

85 85

PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN 2 Terwujudnya

Birokrasi Kementerian Pertanian yang Efektif dan Efisien, serta Anggaran yang Akuntabel

7. Terwujudnya Birokrasi Badan Ketahanan Pangan yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi pada Layanan Prima

7. Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan

34,32 35,12

8. Terkelolanya Anggaran Badan Ketahanan yang Akuntabel dan Berkualitas

8. Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan

89.45 89.48

B. Rencana Kinerja Tahun 2021

Indikator kinerja sasaran program Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 merupakan alat ukur yang mengindikasikan pencapaian sasaran program Badan Ketahanan Pangan dengan targetnya dijelaskan dalam Target Kinerja (Bab IV) Renstra Badan Ketahanan Pangan 2020-2024 revisi ke-2. Indikator Kinerja

(21)

Sasaran Program sebagai rumusan dari sasaran pembangunan yang tertuang dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Pertanian 2020-2024 revisi ke-2 sesuai tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan diturunkan menjadi Sasaran Kegiatan (SK) dan Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK).

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Badan Ketahanan Pangan telah sejalan dengan Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP) dan disesuaikan dengan sasaran strategis pada Rencana Strategis 2020-2024 yang telah disepakati di tingkat Kementerian Pertanian. Di dalam RKT telah ditetapkan target outcome yang akan dijadikan ukuran tingkat keberhasilan dan atau kegagalan pencapaiannya.

Sesuai Renstra Revisi I Tahun 2020-2024, terdapat 10 target pada Indikator Kinerja Badan Ketahanan Pangan sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Namun seiring dengan perubahan Renstra Revisi II tahun 2021 menjadi 8 target kinerja.

Dengan demikian terjadi perencanaan kembali (redesign) penyederhanaan program di masing-masing Kementerian/Lembaga, dengan adanya kebijakan restrukturisasi program ini pada tahun 2021-2024 program Kementerian Pertanian berubah dari 12 program menjadi 5 program, yaitu: (1) Nilai Tambah dan Daya Saing Industri; (2) Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas; (3) Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknplogi; (4) Pendidikan dan Pelatihan Vokasi; dan (5) Dukungan Manajemen. Program Badan Ketahanan Pangan semula

“Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat” berubah menjadi “Program Ketersediaan, Akses dan Konsumsi Pangan Berkualitas”

(program spesifik) yang diampu beberapa eselon I serta “Program Dukungan Manajemen”. Perubahan program ini berdampak dalam perubahan susunan program dan kegiatan yang juga diikuti dengan perubahan target dan indikator Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021-2024, serta adanya refocusing anggaran Badan Ketahanan Pangan, sebagaimana yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4. Rencana Kinerja Tahunan BKP Revisi I Tahun 2021

No. Sasaran Program Indikator Kinerja Volume Target

1 Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan

Peningkatan Volume Bahan Pangan Yang Didistribusikan/ disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI

Ton 40.000

2 Penguatan Cadangan Pangan Peningkatan Jumlah Pemda Penyelenggara Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) Kab/Kota

% 10

(22)

No. Sasaran Program Indikator Kinerja Volume Target 3 Meningkatnya Ketersediaan

Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras

Peningkatan Produksi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras (Ubi Kayu, Sagu, Kentang, Pisang dan Talas)

% 11,50

4 Meningkatnya pengendalian kerawanan pangan

Persentase penurunan daerah rentan rawan pangan

% 2

5 Meningkatnya pangan segar yang memenuhi syarat keamanan pangan

Persentase PSAT yang memenuhi syarat keamanan dan mutu pangan

% 85

6 Tingkat konsumsi sayur dan buah Jumlah konsumsi sayur dan buah grm/kap/hr 273,2 7 Tingkat konsumsi daging Jumlah konsumsi daging kg/kap/th 13,8 8 Tingkat konsumsi protein asal

ternak

Jumlah konsumsi protein asal ternak grm/kap/hr 10,75

9 Terwujudnya Birokrasi Kementerian Pertanian yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima

Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan

Nilai 34,32

10 Terkelolanya anggaran Kementerian Pertanian yang akuntabel dan berkualitas

Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan

Nilai 89,45

Sumber : RKT Badan Ketahanan Pangan Revisi I Tahun 2021

Tabel 5. Rencana Kinerja Tahunan BKP Revisi II Tahun 2021

No. Sasaran Program Indikator Kinerja Volume Target

1 Meningkatnya bahan pangan yang didistribusikan

Persentase peningkatan volume bahan pangan yang didistribusikan/

disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI

% 0,22

2 Meningkatnya pengendalian kerawanan pangan

Persentase penurunan daerah rentan rawan pagan

% 2

3 Meningkatnya pangan segar yang memenuhi syarat keamanan pangan

Persentase PSAT yang memenuhi syarat keamanan dan mutu pangan

% 85

4 Tingkat konsumsi sayur dan buah

Jumlah konsumsi sayur dan buah grm/kap/hr 273,2

5 Tingkat konsumsi daging Jumlah konsumsi daging kg/kap/th 13,8 6 Tingkat konsumsi protein asal

ternak

Jumlah konsumsi protein asal ternak grm/kap/hr 10,75

7 Terwujudnya Birokrasi Kementerian Pertanian yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima

Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan

Nilai 34,32

8 Terkelolanya anggaran Kementerian Pertanian yang akuntabel dan berkualitas

Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan

Nilai 89,45

Sumber : RKT Badan Ketahanan Pangan Revsi II Tahun 2021

(23)

C. Perjanjian Kinerja

Indikator sasaran program telah dituangkan dalam Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020-2024 dengan target 8 (delapan) indikator. Untuk mencapai indikator-indikator tersebut, telah ditetapkan Permentan No. 43 Tahun 2017 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) lingkup Kementerian Pertanian.

Indikator-indikator tersebut menjadi dasar penetapan Perjanjian Kinerja (PK). PK Badan Ketahanan Pangan merupakan turunan IKU yang telah diperjanjikan pada PK Menteri Pertanian. Keselarasan PK ini menjadi prasyarat kualitas pengukuran kinerja yang baik untuk melakukan penilaian capaian program. PK Badan Ketahanan Pangan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Perjanjian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021

No. Sasaran Program Indikator Kinerja Volume Target

1 Meningkatnya bahan pangan yang didistribusikan

Persentase peningkatan volume bahan pangan yang

didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI

% 0,22

2 Meningkatnya pengendalian kerawanan pangan

Persentase penurunan daerah rentan rawan pagan

% 2

3 Meningkatnya pangan segar yang memenuhi syarat keamanan pangan

Persentase PSAT yang memenuhi syarat keamanan dan mutu pangan

% 85

4 Tingkat konsumsi sayur dan buah

Jumlah konsumsi sayur dan buah grm/kap/hr 273,2

5 Tingkat konsumsi daging Jumlah konsumsi daging kg/kap/th 13,8 6 Tingkat konsumsi protein asal

ternak

Jumlah konsumsi protein asal ternak grm/kap/hr 10,75

7 Terwujudnya Birokrasi Kementerian Pertanian yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima

Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan

Nilai 34,32

8 Terkelolanya anggaran Kementerian Pertanian yang akuntabel dan berkualitas

Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan

Nilai 89,45

Wujud pertanggungjawaban kinerja dalam melaksanakan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri

(24)

Pertanian Nomor 45/Permentan/OT.210/11/2018 tentang Standar Pengelolaan Kinerja Organisasi Lingkup Kementerian Pertanian.

D. Strategi Pencapaian

Strategi pencapaian Indikator Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 dijabarkan sebagai berikut:

1. Peningkatan Volume Bahan Pangan yang Didistribusikan/Disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI (Ton)

Sebagaimana amanat Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pemerintah berkewajiban mengelola stabilisasi pasokan, harga pangan, dan sistem distribusi pangan. Pemerintah dalam hal ini, Pusat dan Daerah memiliki tugas untuk mengembangkan sistem distribusi pangan yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara efektif dan efisien.

Kondisi faktual belakangan ini memperlihatkan bahwa hambatan-hambatan distribusi pangan masih menjadi kendala dalam mewujudkan stabilisasi pasokan dan harga pangan. Hambatan distribusi pangan disinyalir dikarenakan beberapa faktor seperti: (1) rantai distribusi pangan pokok yang tidak efisien; (2) ketidakcukupan pasokan pangan di suatu wilayah; (3) waktu panen bervariasi;

dan (4) prasarana dan sarana transportasi yang kurang mendukung dalam kelancaran distribusi pangan. Kondisi tersebut seringkali menimbulkan terjadinya fluktuasi harga pangan yang berakibat ketidakpastian harga pangan baik di tingkat produsen maupun konsumen, dimana dalam ekskalasi lebih luas akan mempengaruhi dalam pengendalian inflasi pangan. Sejak tahun 2016, Kementerian Pertanian cq. Badan Ketahanan Pangan melakukan upaya pengendalian pasokan dan harga pangan dengan melakukan intervensi kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani Indonesia (TTI). Dari tahun 2016 hingga tahun 2020 Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) sebagai penerima manfaat Bantuan Pemerintah berjumlah 2.111 Lembaga Usaha Pangan Masyarakat (LUPM) dan/atau mitra outlet pemasaran LUPM yaitu TTI sebanyak 6.106 yang tersebar di 32 provinsi. Dalam kegiatan ini Pasar Mitra Tani (PMT)/Toko Tani Indonesia Center (TTIC) berfungsi sebagai distribution center, dimana PMT/TTIC melakukan aktivitas

(25)

penyaluran pangan langsung kepada konsumen ataupun melalui Toko Mitra Tani (TMT)/Toko Tani Indonesia (TTI). Sampai saat ini telah didirikan 36 PMT/TTIC di 34 provinsi dengan rincian 34 PMT/TTIC di 34 provinsi, dan 2 PMT/TTIC di Pusat yang berlokasi di Pasar Minggu- Jakarta dan Bogor. Strategi yang dilakukan sebagai bagian untuk penyeimbang pasar, PMT/TTIC dan TMT/TTI berupaya membenahi struktur dan rantai pasok pangan di Indonesia melalui pendekatan dengan cara memangkas rantai pasok pangan hanya menjadi 3-4 pelaku. Strategi lain yang digunakan adalah pemanfaatan teknologi informasi dengan mengembangkan digital marketing dan sistem informasi sehingga diharapkan akan mampu memberikan kepastian harga dan pasar bagi produsen dan memberikan kemudahan aksesibilitas pangan bagi konsumen.

Menjawab tantangan tersebut, pada tahun 2021 dilakukan Kegiatan Fasilitasi Distribusi Pangan sebagai upaya untuk stabilisasi harga dan pasokan pangan dengan memberikan insentif berupa penggantian biaya distribusi (transportasi dan kemasan) kepada pemasok PMT/TTIC untuk komoditas pangan, khususnya 10 (sepuluh) pangan pokok dan strategis. Dalam hal ini, PMT/TTIC memiliki peran sentral dalam mempengaruhi efek psikologis pasar dalam rangka pengendalian pasokan dan harga pangan dengan menjual komoditas pangan yaitu: beras, bawang merah, bawang putih, cabai merah keriting, cabai rawit merah, daging ayam, daging sapi, telur ayam, minyak goreng, gula pasir dan/atau komoditas pangan lainnya.

2. Persentase Daerah Rentan Rawan Pangan

Perwujudan ketahanan pangan di Indonesia masih dihadapkan pada beberapa kendala terutama pada aspek ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, dan pemanfaatan pangan. Beberapa kendala dalam perwujudan ketahanan pangan berdasarkan hasil analisis Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas/FSVA) antara lain: masih terdapat beberapa daerah yang memiliki keterbatasan pada aspek ketersediaan pangan, kemiskinan yang tinggi, pangsa pengeluaran pangan yang tinggi, akses listrik dan air bersih yang rendah, tingkat pendidikan perempuan yang rendah, dan balita stunting yang tinggi serta angka harapan hidup yang rendah. Di samping itu, hasil analisis FSVA juga menunjukkan bahwa terdapat daerah yang

(26)

sebelumnya masuk dalam status tahan pangan menjadi turun statusnya.

Berdasarkan hasil analisis FSVA tersebut, maka perlu dilakukan upaya pengentasan daerah rentan rawan pangan sekaligus mempertahankan daerah yang statusnya sudah tahan pangan agar tetap tahan pangan. Upaya tersebut dilakukan salah satunya dengan mengoptimalkan dan memberdayakan keluarga petani untuk meningkatkan ketersediaan pangan, perbaikan gizi sekaligus peningkatan kesejahteraan keluarga. Dalam konteks global, hal ini sejalan dengan target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan SDG-1 yaitu pengentasan kemiskinan dan tujuan SDG-2 yaitu mengakhiri kelaparan melalui ketahanan pangan, perbaikan nutrisi dan sistem pertanian berkelanjutan serta tercapainya tujuan akhir dari pembangunan ketahanan pangan nasional, yaitu terciptanya individu dan masyarakat dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Dalam rangka mempercepat pengentasan daerah rentan rawan pangan, pada tahun 2021 Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian melaksanakan kegiatan ”Pengentasan Daerah Rentan Rawan Pangan/Pertanian Keluarga”. Kegiatan Pengentasan Daerah Rentan Rawan Pangan/Pertanian Keluarga bersifat trigger yang dibiayai melalui Bantuan Pemerintah kepada kelompok masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan keluarga yang sesuai dengan kebutuhan gizi seimbang. Upaya tersebut dilakukan salah satunya dengan mengoptimalkan dan memberdayakan keluarga petani untuk meningkatkan ketersediaan pangan, perbaikan gizi sekaligus peningkatan kesejahteraan keluarga. Dampak yang diharapkan dari kegiatan ini adalah meningkatkan status daerah rentan rawan pangan menjadi tahan pangan dan daerah yang sudah tahan pangan tidak menurun statusnya menjadi rentan rawan pangan.

3. Persentase Pangan Segar Asal Tumbuhan Yang Memenuhi Syarat Keamanan dan Mutu Pangan

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia. Hal ini dideklarasikan oleh FAO/WHO pada International Conference on Nutrition di

(27)

Roma tahun 1992, bahwa pangan yang cukup, bergizi, dan aman adalah hak setiap manusia. Pangan yang aman adalah pangan yang terbebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif.

FAO/WHO juga sepakat bahwa keamanan pangan (food safety) merupakan salah satu komponen dari ketahanan pangan (food security). Untuk itu, program ketahanan pangan nasional harus memasukkan aspek keamanan pangan untuk kesehatan manusia. Salah satu sasaran pengembangan di bidang pangan adalah terjaminnya pangan yang dicirikan oleh terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan. Hal ini secara jelas menunjukkan upaya untuk melindungi masyarakat dari pangan yang tidak memenuhi standar dan persyaratan kesehatan. Dengan diberlakukannya UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan merupakan sebuah langkah maju telah dicapai pemerintah untuk memberi perlindungan kepada konsumen dan produsen akan pangan yang sehat, aman dan halal. Hal tersebut diperkuat dengan penjabaran UU yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) tentang keamanan pangan serta label dan iklan pangan, demikian juga PP tentang mutu dan gizi pangan serta ketahanan pangan. UU ini juga mempertegas peran Pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan keamanan pangan. Pengawasan keamanan pangan untuk pangan olahan dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan. Sedangkan pengawasan persyaratan keamanan pangan segar dilaksanakan oleh lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan di bidang pangan. Selama tahun 2021, BKP melakukan kegiatan pengawasan keamanan pangan segar melalui pengambilan contoh dan pengujian PSAT di laboratorium ataupun uji cepat menggunakan rapid test kit, penguatan kelembagaan OKKP-D Provinsi, 25 OKKPD pelayanan teknis (UPT), 6 OKKPD di bawah Bidang Keamanan Pangan, dan 3 OKKPD di bawah Seksi Keamanan Pangan. Objek pengawasan difokuskan pada PSAT di peredaran. Ruang lingkup pengujian PSAT meliputi parameter residu pestisida, logam berat, mikrobiologi dan aflatoksin.

(28)

4. Konsumsi Sayur dan Buah

Upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan dan memasyarakatkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA) dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal.

Sasaran output dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan serta keamanan dan mutu pangan segar.

Badan Ketahanan Pangan telah melaksanakan kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) untuk meningkatkan aksesibilitas dan konsumsi sayur dan buah.

Namun demikian, hal ini menunjukkan masih dibutuhkan upaya edukasi kepada masyarakat akan pentingnya konsumsi sayur dan buah yang melibatkan dukungan dari berbagai lintas sektor.

5. Konsumsi Daging

Rata-rata konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia masih di bawah kecukupan konsumsi. Upaya meningkatkan konsumsi daging telah dilakukan melalui sosialisasi konsumsi pangan B2SA kepada masyarakat. Hal ini terkait pentingnya asupan protein hewani asal daging sebagai zat pembangun tubuh, produksi antibodi dalam sistem kekebalan tubuh, dan membantu tubuh meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, khususnya di masa pendemi covid-19.

6. Konsumsi Protein Asal Ternak

Upaya untuk meningkatkan akses dan konsumsi protein asal ternak, diantaranya melalui kegiatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dan sosialisasi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA). Namun demikian, upaya ini masih perlu mendapatkan dukungan dari lintas sektor terkait, karena dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya edukasi, gaya hidup dan pola makan (food habit), tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat.

7. Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan

Pelaksanaan penilaian PMPRB dilakukan oleh Inspektorat Jenderal terhadap pelaksanaan Reformasi Birokrasi di unit eselon I. Penilaian dilakukan secara mandiri untuk menentukan pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang dicapai dan

(29)

dilakukan verifikasi oleh Inspektorat Jenderal terhadap kesesuaian dengan apa yang dilakukan.

8. Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan

Dukungan anggaran merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan. Penilaian keberhasilan didasarkan pada PMK 214 Tahun 2017 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Rencana Kerja dan Anggaran.

E. Capaian Diluar Kegiatan Utama yang dilaksanakan Badan Ketahanan Pangan

Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, dibutuhkan pendanaan yang sangat besar. Sumber pendanaan tidak hanya berasal dari APBN, tetapi perlu ditunjang dari sumber pendanaan lain seperti APBD prov/kab/kota, dukungan lintas sektor Kementerian/Lembaga, keterlibatan swasta, perbankan, serta dari swadaya masyarakat. Selain itu, tidak menutup kemungkinan adanya pendanaan yang bersumber dari kerjasama internasional. Dukungan pendanaan dibutuhkan untuk memfasilitasi program/kegiatan, koordinasi, supervisi, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program/kegiatan.

(30)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan tahun 2021 menggunakan sasaran program dan indikator hasil revisi Renstra Tahun 2021. Metode yang digunakan untuk menghitung keberhasilan pencapaian kinerja adalah dengan membandingkan realisasi indikator dengan target indikator sesuai dengan PMK 22 Tahun 2021 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Kriteria keberhasilan pencapaian kinerja dalam akuntabilitas kinerja dalam laporan ini diindikasikan dengan nilai pencapaian sebagai berikut:

1. Sangat Berhasil : jika capaian kinerja > 90%

2. Berhasil : > 80 - 90%

3. Cukup Berhasil : > 60 - 80%

4. Kurang Berhasil : > 50 - 60%

5. Sangat Kurang Berhasil : ≤ 50%

Keberhasilan pencapaian indikator kinerja Badan Ketahanan Pangan diukur melalui 2 (dua) jenis target, yaitu maximize target dan minimize target. Maximize target adalah apabila hasil yang dicapai jika dibandingkan dengan target, semakin besar maka semakin baik kinerjanya. Sedangkan yang dimaksud dengan minimize target adalah apabila hasil yang dicapai jika dibandingkan dengan target, semakin kecil maka semakin baik kinerjanya. Indikator Kinerja sebagai berikut:

1. Persentase peningkatan volume bahan pangan yang didistribusikan/ disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI;

2. Persentase penurunan daerah rentan rawan pangan;

3. Persentase PSAT yang memenuhi syarat keamanan dan mutu pangan;

4. Jumlah konsumsi sayur dan buah;

5. Jumlah konsumsi daging;

6. Jumlah konsumsi protein asal ternak;

7. Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan;

8. Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan.

(31)

Rumus penghitungan keberhasilan pencapaian indikator kinerja Badan Ketahanan Pangan untuk maximize dan minimize target adalah sebagai berikut :

1. Maximize target : Indeks Capaian IKU = RealisasiTarget × 100%

2. Minimize target : Indeks Capaian IKU = �1 + �1 −RealisasiTarget �� × 100%

Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi untuk memperoleh hasil evaluasi kinerja yang relevan dan handal sebagai bahan pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pencapaian Indikator Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021

No. Sasaran Program Indikator Kinerja Volume Target Realisasi 1 Meningkatnya bahan

pangan yang didistribusikan

Persentase peningkatan volume bahan pangan yang didistribusikan/

disalurkan melalui PMT/

TTIC dan TMT/TTI

% 0,22 10,12%

(sangat berhasil)

2 Meningkatnya

pengendalian kerawanan pangan

Persentase penurunan daerah rentan rawan pangan

% 2 3,6%

(sangat berhasil)

3 Meningkatnya pangan segar yang memenuhi syarat keamanan pangan

Persentase PSAT yang memenuhi syarat keamanan dan mutu pangan

% 85 97,92%

(sangat berhasil)

4 Tingkat konsumsi sayur dan buah

Jumlah konsumsi sayur dan buah

grm/kap/hr 273,2 226,2 atau 82,80%

(berhasil) 5 Tingkat konsumsi daging Jumlah konsumsi daging kg/kap/thn 13,8 11,9 atau

86,23%

(berhasil)

6 Tingkat konsumsi protein asal ternak

Jumlah konsumsi protein asal ternak

grm/kap/hr 10,75 11,28 atau 104,93%

(sangat berhasil) 7 Terwujudnya Birokrasi

Kementerian Pertanian yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima

Nilai PMPRB Badan Ketahanan Pangan

Nilai 34,32 35,36

atau 103,03%

(sangat berhasil)

8 Terkelolanya anggaran Kementerian Pertanian yang akuntabel dan berkualitas

Nilai Kinerja Anggaran Badan Ketahanan Pangan

Nilai 89,45 90,86

atau 101,54%

(sangat berhasil)

Sumber : Badan Ketahanan Pangan 2021

(32)

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa sebagian besar indikator kinerja Badan Ketahanan Pangan tercapai, namun masih terdapat indikator di bawah target yaitu indikator jumlah konsumsi sayur dan buah serta jumlah konsumsi daging, sesuai PMK 22 Tahun 2021 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Kriteria keberhasilan pencapaian kinerja dalam akuntabilitas kinerja nilai pencapaian sebagian besar sangat berhasil. Penjelasan dari masing-masing capaian sebagai berikut.

1. Persentase peningkatan volume bahan pangan yang didistribusikan/

disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI

Pada tahun 2021, telah dilakukan Kegiatan Fasilitasi Distribusi Pangan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI sebagai upaya untuk stabilisasi harga dan pasokan pangan dengan memberikan insentif berupa penggantian biaya distribusi (transportasi dan kemasan) kepada pemasok PMT/TTIC untuk komoditas pangan, khususnya 10 (sepuluh) pangan pokok dan strategis. Dalam hal ini, PMT/TTIC memiliki peran sentral dalam mempengaruhi efek psikologis pasar dalam rangka pengendalian pasokan dan harga pangan dengan menjual komoditas pangan yaitu: beras, bawang merah, bawang putih, cabai merah keriting, cabai rawit merah, daging ayam, daging sapi, telur ayam, minyak goreng, gula pasir dan/atau komoditas pangan lainnya. Realisasi penyaluran sampai dengan akhir tahun 2021 sebagaimana pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Dilihat dari volume tonase yang didistribusikan/disalurkan telah melebihi tonase yang ditargetkan, namun jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2020 terjadi penurunan volume bahan pangan yang didistribusikan/disalurkan. Penurunan volume ini dikarenakan adanya refocusing anggaran di BKP, sehingga terjadi penyesuaian untuk target volume bahan pangan yang didistribusikan/

disalurkan.

Berdasarkan DIPA Awal, target volume sebesar 40.000 ton mengalami refocusing s.d DIPA Revisi 4 sebesar 13.435 ton, sehingga realisasi volume bahan pangan yang didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI tahun 2021 sebesar 14.795,02 ton dari target 13.435 ton atau 110,12%.

Berdasarkan realisasi volume ini, persentase peningkatan volume bahan

(33)

pangan yang didistribusikan/disalurkan melalui PMT/TTIC dan TMT/TTI sebesar 10,12% dari target 0,22% (kategori sangat berhasil).

Gambar 4. Realisasi penyaluran bahan pangan kegiatan fasilitasi distribusi pangan di PMT/TTIC/TMT/TTI

Gambar 5. Realisasi penyaluran bahan pangan kegiatan fasilitasi distribusi pangan di PMT/TTIC/TMT/TTI per provinsi

2. Persentase Daerah Rentan Rawan Pangan

Dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2020-2024 dan Rencana Strategis BKP 2020-2024, daerah rentan rawan pangan ditargetkan turun dari 18% menjadi 10% pada tahun 2024. BKP menyusun Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) atau Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan untuk mengevaluasi pencapaian target ketahanan pangan. FSVA kabupaten disusun dengan menggunakan sembilan indikator yang mewakili tiga aspek ketahanan

Target (ton) : 13.435,00 ton Realisasi (Ton) : 14.795,02 ton Realisasi FDP : 110,09%

(34)

pangan, yaitu ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan, sedangkan FSVA kota disusun dengan menggunakan delapan indikator yang mewakili aspek akses dan pemanfaatan pangan, mengingat ketersediaan pangan di tingkat perkotaan secara umum tidak dipengaruhi oleh produksi yang berasal dari wilayah sendiri tetapi berasal dari perdagangan antar wilayah.

Akurasi peta terus ditingkatkan dengan mendetailkan pemetaan sampai tingkat desa, agar permasalahan dan tantangan yang menyebabkan terjadinya masalah pangan, kemiskinan dan stunting dapat dilakukan intervensi program/kegiatan secara lebih tepat sasaran, efektif, dan efisien.

Target Indeks Kinerja (SP2) Badan Ketahanan Pangan Tahun 2021 adalah persentase penurunan daerah rentan rawan pangan sebesar 2%. Hasil analisis FSVA menunjukkan bahwa daerah rentan rawan pangan tahun 2021 sebesar 14,4% atau sebanyak 74 kabupaten/kota, melebihi target tahun 2020 sebesar 18%. Dengan demikian terjadi penurunan persentase daerah rentan rawan pangan sebesar 3,6% (kategori sangat berhasil).

Percepatan penurunan daerah rentan rawan pangan di Indonesia menghadapi kendala Pandemi Covid-19 yang berdampak pada peningkatan persentase penduduk miskin, peningkatan rasio konsumsi per kapita terhadap ketersediaan bersih per kapita, serta balita stunting. Jumlah kabupaten surplus menurun dari 62,74% tahun 2020 menjadi 60,34% tahun 2021 (18 kabupaten). Persentase penduduk miskin Indonesia mengalami peningkatan dari 9,41% (2020) menjadi 9,78% (2021). Jumlah kab/kota dengan persentase penduduk miskin di atas 20% meningkat dari 59 kab/kota (11,48%) pada tahun 2020 menjadi 60 kab/kota (11,67%) pada tahun 2021. Kabupaten dengan rumah tangga yang tidak memiliki akses listrik diatas 30% meningkat dari 10 kabupaten (1,95%) di tahun 2020 menjadi 15 Kabupaten (2,92%) di 2021. Angka stunting tahun 2021 masih tinggi yaitu sebesar 26,9%. Angka Prevalence of Undernourishment (PoU) yang menggambarkan prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan juga mengalami peningkatan sebesar 0,15%.

Situasi ketahanan pangan nasional juga sejalan pula penurunan situasi ketahanan pangan global. Skor Global Food Security Indeks (GFSI) Indonesia

(35)

yang mengalami penurunan dari 59,5 pada tahun 2020 menjadi 59,2 (turun 0,3 poin) pada tahun 2021.

Jumlah daerah rentan rawan pangan ini akan semakin besar jika sektor pertanian tidak berperan sebagai penyangga ekonomi nasional pada masa pandemi Covid-19. Sektor pertanian sekali lagi terbukti mampu menjadi sektor yang tumbuh positif di masa sulit, melalui penyediaan kesempatan kerja di pedesaan dan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk. Upaya meningkatkan ketangguhan sektor pertanian perlu terus dilakukan agar apabila pandemi ini masih terus berlanjut, kondisi ketahanan dan kerentanan terhadap rawan pangan tidak ikut memburuk.

Kondisi kerentanan pangan dan gizi di suatu wilayah disebabkan oleh permasalahan yang bersifat multi-sektor dari hulu hingga hilir. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dan partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan (pemerintah, pemerintah daerah, lembaga legislatif, pelaku usaha, filantrofi, LSM, media, akademisi dan lembaga pengkajian serta komunitas madani di pusat dan daerah) yang bersinergi dalam bentuk program yang koheren di tingkat lapangan.

Program aksi yang telah dilakukan oleh BKP dalam rangka pengentasan daerah rentan rawan pangan, yaitu: (1) Pengentasan Daerah Rentan Rawan Pangan/

Pertanian Keluarga; (2) Pekarangan Pangan Lestari; (3) Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah dan Masyarakat; (4) Pengembangan Koorporasi Usahatani; dan (5) Diversifikasi Pangan.

Pemerintah daerah diharapkan menindaklanjuti upaya-upaya pengentasan daerah rentan rawan pangan dengan melibatkan partisipasi aktif swasta/BUMN, akademisi, dan seluruh komponen masyarakat. Upaya-upaya tersebut dilakukan agar program pengentasan daerah rentan rawan pangan dapat dilakukan secara masif dan terarah sampai tingkat administrasi terendah. Sinergi tersebut juga dapat meningkatkan efisiensi anggaran dan tenaga kerja serta mempercepat pencapaian tujuan akhir program pembangunan ketahanan pangan dan gizi guna pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TBP) atau Sustainable Development Goals (SDGs), terutama tujuan 1 (Tanpa Kemiskinan) dan tujuan 2 (Tanpa Kelaparan). Pemerintah daerah diharapkan menindaklanjuti upaya-

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan hasil-hasil penelitian diatas adalah rasio L/V yang paling tinggi untuk simulasi kecepatan antara 10 km/h sampai 25 km/h adalah

6 Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun Anggaran 2020 yang kemudian ditindaklanjuti dengan surat Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam terakhir dengan nomor

Dalam dunia coaching, penataan lingkungan untuk mengubah kebiasaan lama atau menciptakan kebiasaan baru disebut dengan struktur.. Anda perlu menciptakan struktur yang

Bahwa dalam pelaksanaan tahapan Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Blitar Tahun 2020 telah dilaksanakan pada tepat waktu dengan sesuai jadwal tahapan dan ketentuan

Rencana strategis penelitian merupakan arahan kebijakan dalam pengelolaan penelitian Unhas dalam jangka 5 (lima) tahun dengan tujuan untuk mewujudkan Unhas sebagai

Angka Migrasi Keluar (out-migration/Mo) adalah angka yang menunjukkan banyaknya migran keluar dari suatu wilayah per 1000 penduduk daerah asal dalam waktu satu tahun.. Pada

Dengan mengacu pada konsep hukum kekekalan massa: “massa tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan namun hanya berubah bentuk dari satu wujud ke wujud yang lain”, maka

Penerima yang telah ditetapkan oleh KPA (Kuasa Pengguna Anggaran)/PPK (Pejabat pembuat Komitmen)/Rektor/Ketua pada masing-masing satuan kerja Perguruan Tinggi