• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BELANJA PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN REGIONAL PROVINSI

Dalam dokumen Kajian Fiskal Regional Provinsi Kepulaua (Halaman 106-110)

BAB VI ANALISIS TANTANGAN FISKAL DAERAH/REGIONAL

6.3. PENGARUH BELANJA PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN REGIONAL PROVINSI

REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN RIAU DAN URGENSI POLA

PENYERAPAN ANGGARAN YANG IDEAL

Kebijakan fiskal memiliki hubungan saling mempengaruhi dengan

pembangunan perekonomian di daerah. Semakin baik perekonomian di suatu daerah, semakin tinggi penerimaan yang akan didapat pemerintah. Semakin tinggi penerimaan, semakin tinggi belanja pemerintah yang akan menjadi stimulus bagi perekonomian.

Gambar VI-3 Siklus Perekonomian dan Fiskal

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau, Kajian Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian Regional Provinsi Kepulauan Riau

Kondisi ideal dimana perekonomian dan fiskal saling mendorong satu sama lain tersebut pada kenyataannya tidak selalu terjadi. Pajak yang dikenakan pada masyarakat akan menarik uang yang seharusnya beredar dalam perekonomian. Semakin lama pajak tersebut tidak dikeluarkan kembali sebagai belanja pemerintah pada perekonomian, semakin tinggi opportunity cost dari situasi dimana pajak tersebut

tidak pernah dikenakan. Hal serupa juga dapat terjadi apabila. Timbulnya opportunity

yang lebih banyak bersifat konsumtif, alih-alih menjadi stimulus, yang terjadi hanya penundaan dan pergeseran belanja konsumtif dari masyarakat ke pemerintah. Hal serupa juga berlaku untuk belanja pemerintah yang dibiayai dari pembiayaan. Berdasarkan nilainya, stimulus yang disuntikkan ke perekonomian akan bertambah dalam jangka pendek namun, dalam jangka panjang timbul kewajiban untuk membayar denda dan pokok hutang. Oleh karena itu, dalam kasus pembiayaan idealnya terdapat perhitungan yang matang untuk memastikan bahwa stimulus yang dihasilkan dari pembiayaan lebih besar dari kewajiban yang akan timbul dalam jangka panjang.

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau telah berusaha untuk

menghitung pengaruh tersebut dalam Kajian yang berjudul “Pengaruh Belanja

Pemerintah Terhadap Perekonomian Regional Provinsi Kepulauan Riau”. Materi yang diteliti dalam kajian tersebut meliputi pengaruh belanja pemerintah terhadap perekonomian regional dari sisi pdrb dan dari sisi penyerapan tenaga kerja, serta urgensi adanya pola penyeraan yang ideal dalam mendorong perekonomian.

6.3.1. Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian Provinsi

Kepulauan Riau dari sisi PDRB

Hasil analisis regresi dengan APBN per Kabupaten/Kota sebagai variabel independen dan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) per Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Kepulauan Riau sebagai variabel dependen pada Kajian Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian Regional Provinsi Kepulauan Riau mengindikasikan bahwa belanja pemerintah

berdampak positif di Provinsi Kepulauan Riau. Dengan menggunakan fixed effect,

terdapat 7 model yang digunakan untuk menghitung PDRB ADHB di Kota/Kabupaten masing-masing. Gabungan dari 7 model tersebut menghasilkan model yang dapat digunakan untuk menghitung PDRB ADHB Provinsi Kepulauan Riau sebagai berikut:

β yang merupakan koefisien regresi menunjukkan bahwa efek multiplier dari

APBN terhadap perekonomian adalah 23,267079424 untuk setiap rupiah yang dibelanjakan. Mengingat trend perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia yang berdampak signifikan terhadap Provinsi Kepulauan Riau, hasil penelitian tersebut dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan pemerintah untuk menstimulus perekonomian yang kurang bergairah dengan belanja pemerintah.

PDRB_PROVINSI = Ʃαi+ Ʃα0 + β*APBN_PROVINSI

6.3.2. Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian Regional

Provinsi Kepulauan Riau dari sisi Penyerapan Tenga Kerja

Pada Kajian Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian Regional

Provinsi Kepulauan Riau, data negara Amerika Serikat berupa Federal Government

Spending (FGS) sebagai variabel independen dan Employment sebagai variabel dependen digunakan untuk melakukan analisis regresi menghasilkan gambaran umum bahwa belanja pemerintah berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Dengan mengunakan Purchasing Power Parity Conversion Factor (PPP Conversion

Factor) Indonesia Tahun 2014 yang dikeluarkan oleh The World Bank dimana angka pengalinya adalah 3.939,56, koefisien regresi dari analisis tersebut dikonversi sehingga menghasilkan koefisien sebesar 2,41377849324e-09. Koefisien regresi tersebut dapat diartikan bahwa setiap belanja pemerintah sebesar 414.937.759 Rupiah/Setara Rupiah akan menghasilkan 1 lapangan pekerjaan.

Adapun pemodelan serupa untuk tingkat regional Provinsi Kepulauan Riau dengan menggunakan data Penyerapan Tenaga Kerja per sektor sebagai variabel dependen dan data APBN per output terkait sebagai variabel independen tidak menunjukkan pengaruh yang positif dari belanja pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja. Hipotesis penyebab hasil yang tidak positif tersebut adalah ketergantungan Provinsi Kepulauan Riau akan barang kebutuhan dasar seperti bahan makanan dan bahan bangunan sehingga penciptaan lapangan pekerjaan dari belanja pemerintah banyak yang mengalir menjadi penciptaan lapangan pekerjaan di wilayah lain. Ketergantungan tersebut dapat dilihat dari komponen net ekspor antar wialyah yang mencapai negatif (-) 5,99 triliun rupiah atau sekitar 11,5% dari PDRB Provinsi Kepulauan Riau di Triwulan III 2015. Untuk Bahan Makanan, ketergantungan tersebut tercermin juga dari hasil analisis LQ di sub bab 5.1 yang menunjukkan bahwa LQ sektor Pertanian hanya 0,33.

6.3.3. Urgensi Penerapan Pola Penyerapan Ideal di Provinsi Kepulauan Riau

Permasalahan penyerapan anggaran yang tidak proporsional dan optimal sebagaimana dikemukakan sebelumnya selalu muncul setiap tahun anggaran. Pada tahun 2015, permasalahan tersebut kembali mengemuka dan menjadi isu nasional karena Pemerintah baru Kabinet Kerja Presiden Jokowi memberikan peran sangat besar kepada belanja negara untuk menyediakan sarana prasarana publik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pengurangan anggaran subsidi energi. Dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, penyerapan APBN cenderung

E = α + β*FGS

memiliki pola yang serupa yakni meningkat di akhir tahun sehingga

cenderung bersifat procyclical.

Padahal, menurut teori keynesian,

belanja pemerintah idealnya

bersifat countercyclical atau

menjadi stimulus ketika

pertumbuhan menurun dan

menjadi rem ketika pertumbuhan meningkat.

Berdasarkan latar

belakang tersebut, Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Provinsi

Kepulauan Riau telah membuat

pemetaan pola penyerapan ideal berdasarkan karakteristik belanja. Hasil pemetaan tersebut menunjukkan bahwa penyerapan tidak akumulatif per triwulan dari mulai Triwulan I sampai dengan Triwulan IV berada pada kisaran 20,00%, 27,50%, 30,00%, 22,50% secara berturut-turut.

Dikaitkan dengan model hasil penelitian pengaruh belanja pemerintah terhadap penyerapan tenaga kerja (PTK), dapat dibuat perbandingan antara pola procyclical dan countercyclical dengan menggunakan pagu dan realisasi tahun anggaran 2014.

Tabel VI-3 Simulasi Penciptaan Lapangan Kerja dari Pola Procylical vs Countercyclical

Periode

Pola Procyclical Pola Countercyclical

Selisih (d-b) PTK Tidak Akumulatif*(a) PTK Akumulatif*(b) PTK Tidak Akumulatif*(c) PTK Akumulatif*(d) T1 932 932 2.277 2.277 1.345 T2 2.391 3.323 3.131 5.408 2.085 T3 2.838 6.161 3.416 8.824 2.663 T4 3.951 10.112 2.562 11.386 1.274 *Dibulatkan

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau, Kajian Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian Regional Provinsi Kepulauan Riau

Penyerapan tenaga kerja terserap lebih awal sebagaimana tergambarkan dari Penyerapan Tenaga Kerja yang lebih tinggi sebesar 1.345 orang di Triwulan I, 740 orang di Triwulan II, dan 578 orang di Triwulan III. Mengingat hasil simulasi tersebut belum mencerminkan efek penciptaan lapangan pekerjaan, maka efek penciptaan lapangan pekerjaan dari pola penyerapan anggaran yang ideal pada aplikasinya dapat menjadi jauh lebih besar. Sehingga pada akhirnya optimalisasi penyerapan tenaga kerja yang dihasilkan oleh penyerapan anggaran ideal tersebut pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah.

Gambar VI-4 Pertumbuhan PDRB dan realisasi APBN di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau, Kajian Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian Regional Provinsi Kepulauan Riau

Gambar VI-5 :Potensi Penerapan Pola Penyerapan Anggaran yang Ideal terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau, Kajian Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian

Regional Provinsi Kepulauan Riau Pada gambar di atas, diilustrasikan bahwa penerapan pola penyerapan

anggaran yang ideal akan menjadikan anggaran belanja pemerintah terserap lebih cepat. Anggaran belanja pemerintah yang terserap lebih cepat akan menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat. Semakin cepat masyarakat mendapatkan pekerjaan, semakin cepat pula masyarakat yang bekerja tersebut mendapatkan penghasilan. Semakin cepat masyarakat mendapatkan penghasilan, semakin cepat masyarakat mengkonsumsi barang dengan penghasilannya. Semakin cepat masyarakat mengkonsumsi, maka perekonomian yang dalam lingkup Provinsi Kepulauan Riau dihitung dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) akan semakin besar di akhir tahun. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa pola ideal yang menciptakan penyerapan proporsional akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada akhirnya.

Dalam dokumen Kajian Fiskal Regional Provinsi Kepulaua (Halaman 106-110)

Dokumen terkait