• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL TERHADAP FISKAL

Dalam dokumen Kajian Fiskal Regional Provinsi Kepulaua (Halaman 103-106)

BAB VI ANALISIS TANTANGAN FISKAL DAERAH/REGIONAL

6.2. PENGARUH PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL TERHADAP FISKAL

Pengaruh perkembangan ekonomi regional terhadap fiskal di Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat dari perubahan indikator makroekonomi dan pembangunan terhadap penerimaan baik penerimaan perpajakan pusat maupun pajak daerah dan retribusi daerah dalam pendapatan asli daerah. Indikator makroekonomi dan pembangunan mencerminkan kondisi perekonomian dan demografis masyarakat yang dapat mempengaruhi kebijakan fiskal pemerintah daerah. Indikator makroekonomi dilihat berdasarkan pertumbuhan ekonomi sedangkan Indikator pembangunan dilihat berdasarkan perkembangan tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran di Provinsi Kepulauan Riau. Kenaikan PDRB mencerminkan kenaikan pendapatan masyarakat yang akan meningkatkan kemampuan daya beli, investasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga perubahan tersebut akan meningkatkan potensi penerimaan. Dalam kurun waktu 2011 hingga 2015, perekonomian Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan pertumbuhan yang selalu diatas nasional meskipun perlambatan perekonomian di tahun 2015 berdampak lebih besar di Provinsi Kepulauan Riau.

Pada tahun 2011, Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp.118,96 triliun meningkat menjadi Rp.155,16 triliun pada tahun 2015 dengan laju pertumbuhan 6,02% (yoy) dari tahun 2014. Sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) pada tahun 2011 sebesar Rp.126,91 triliun meningkat menjadi Rp.203,28 triliun pada 2015. Indikator pembangunan yang salah satunya dicerminkan oleh tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran masing-masing sebesar 5,78% dan 6,20%. PDRB ADHK dominan disusun oleh sektor industri pengolahan (38,81%), sektor konstruksi (17,32%), dan sektor pertambangan dan penggalian (14,80%) dengan porsi ketiganya mencapai lebih dari dua pertiga PDRB di Provinsi Kepulauan Riau.

Tabel VI-2 Indikator Ekonomi dan Kebijakan Fiskal Daerah di Provinsi Kepulauan Riau

Indikator 2011 2012 2013 2014 2015

Indikator Makro & Pembangunan

Pertumbuhan Ekonomi (yoy) 6,96% 7,63% 7,11% 7,32% 6,02%

PDRB ADHK 2010 (Rp.triliun) 118,96 128,03 137,26 143,36 155,16

Share PDRB: Industri Pengolahan 38,23% 38,40% 38,74% 39,70% 38,81%

Share PDRB: Konstruksi 16,34% 16,90% 17,34% 18,10% 17,32%

Share PDRB: Pertambangan & Penggalian 17,13% 16,72% 16,11% 15,55% 14,80%

Kemiskinan 6,79% 6,83% 6,35% 6,40% 5,78%

Tingkat Pengangguran 7,80% 4,93% 5,63% 6,69% 6,20%

Kebijakan Fiskal Daerah

Penerimaan Pajak Daerah (Rp.miliar) 1.036,21 1.150,66 1.327,22 2.078,14 1.267.67

Penerimaan Retribusi Daerah(Rp. miliar) 89,16 88,94 102,00 122,22 72,72

Penerimaan Perpajakan Pusat (Rp. miliar) n/a n/a 5.856,81 6.039,56 6.141,22

Peran industri pengolahan hingga 2015 sangat signifikan dalam menopang PDRB walaupun kontribusinya menunjukkan penurunan di tahun 2015. Demikian pula halnya dengan sektor konstruksi dan sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan Analisis Sektor Unggulan 2015 dari BPS Provinsi Kepulauan Riau, sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian yang pada tahun sebelumnya merupakan sektor unggulan menunjukkan performa yang menurun sehingga hanya tinggal sektor konstruksi yang merupakan sektor unggulan. Namun demikian, pengamatan lebih detail menunjukkan bahwa 3 sub sektor industri pengolahan yakni sub sektor industri logam dasar, sub sektor industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik, dan sub sektor industri alat angkutan masih termasuk dalam kategori unggulan. Selain itu, terdapat 4 sub sektor lain yakni sub sektor ketenagalistrikan, sub sektor perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasinya, sub sektor angkutan laut dan sub sektor penyediaan akomodasi yang merupakan sub sektor kategori unggulan. Dikaitkan dengan analisis SWOT kondisi Provinsi Kepulauan Riau, 1 sektor unggulan dan 5 sub sektor unggulan (selain sub sektor industri logam dasar dan sub sektor perdagangan mobil) tersebut layak untuk dikembangkan di Provinsi Kepulauan Riau.

Ketidakstabilan perekonomian global yang sangat mempengaruhi volume perdagangan di Provinsi Kepulauan Riau menyebabkan sektor industri pengolahan yang sebagian besar berorientasi ekspor mengalami perlambatan sebagaimana dicerminkan oleh penurunan porsi sebesar 89 basis poin. Sementara itu, penurunan harga komoditas dunia, khususnya minyak dan gas, menjadi penyebab utama penurunan kinerja sektor pertambangan di Provinsi Kepulauan Riau yang sebagian besar dibentuk produksi minyak dan gas, sehingga porsinya menurun 75 basis poin.

Dalam kurun waktu 2011-2015, tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka selalu mengalami penurunan. Tingkat kemiskinan selalu mengalami penurunan tiap tahunnya dengan penurunan terakhir di tahun 2015 sebesar 0,62%. Di sisi lain, tingkat pengangguran yang mengalami peningkatan pada periode tahun 2012-2014 menutup tahun 2015 dengan penurunan sebesar sebesar 0,49%.

Dalam sisi kebijakan fiskal daerah, penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2011 hingga 2015. Dalam periode 5 tahun penerimaan pajak dan retribusi daerahtelah meningkat 19,10%. Namun demikian, dibandingkan dengan tahun 2014 hal tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan. Adapun penyebab utamanya adalah Pemkot Batam yang belum mencatat seluruh penerimaannya secara komprehensif. Sementara itu, dari kebijakan fiskal pemerintah pusat, penerimaan perpajakan di Provinsi Kepulauan Riau dalam kurun waktu 2013 hingga 2015 meningkat sebesar 4,86%.

Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan dalam indikator ekonomi yakni pertumbuhan ekonomi yang meningkat didukung dengan pertumbuhan PDRB terutama dari sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, dan sektor konstruksi. Ditambah dengan perbaikan dalam indikator pembangunan yang dicerminkan oleh penurunan tingkat kemiskinan dan penurunan tingkat pengangguran terbuka, pertumbuhan ekonomi tersebut akan mengembangkan fiskal pemerintah baik pusat maupun daerah di Provinsi Kepulauan Riau melalui sisi penerimaan baik pendapatan daerah maupun pendapatan pemerintah pusat.

Gambar VI-2 Kondisi Ekonomi dan Fiskal di Provinsi Kepulauan Riau

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, Pemda di Kepulauan Riau, (data diolah).

Penerimaan pemerintah daerah di Provinsi Kepulauan Riau pada 2015 menurun dibandingkan tahun 2014 sebagai akibat penurunan harga minyak dan gas yang menjadi andalan DBH Provinsi Kepulauan Riau. Di sisi lain, Pendapatan pemerintah pusat meningkat didorong oleh peningkatan penerimaan perpajakan seiring dengan bertumbuhnya perekonomian. Pendapatan tersebut digunakan untuk membiayai belanja pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat di wilayah Provinsi Kepulauan Riau yang setelah dikonsolidasikan mengalami penurunan di Tahun 2015 karena pemerintah daerah mengantisipasi penurunan penerimaan dengan

2014 2015

Ekonomi dan Pembangunan:

PDRB meningkat Rp.147,17 triliun

 Sektor dominan Industri pengolahan,

Konstruksi, dan Pertambangan dan Penggalian

 Kemiskinan 6,40%

 Pengangguran 6,69%

Belanja Pemerintah:

 Belanja APBN+APBD Rp.15,44 triliun

 Fungsi: 35,20% Pelayanan Umum,

18,21% Ekonomi;

 Jenis Belanja: 36,16% Belanja barang,

26,83% Belanja pegawai

Penerimaan:

Pendapatan Daerah Rp.8,69 triliun

Pendapatan Pemerintah Pusat Rp.7,16 triliun

Ekonomi dan Pembangunan:

PDRB meningkat Rp.155,16 triliun

 Sektor dominan Industri pengolahan,

Konstruksi, dan Pertambangan dan Penggalian

 Kemiskinan menurun menjadi 5,78%

 Pengangguran menurun menjadi 6,20%

Belanja Pemerintah: Menurun

 Belanja APBN+APBD Rp.15,05 triliun

 Fungsi: 33,23% Pelayanan Umum,

24,01% Ekonomi;

 Jenis Belanja: 36,57% Belanja barang,

26,48% Belanja pegawai.

Penerimaan: Menurun

Pendapatan Daerah Rp.7,31 triliun

pemotongan belanja. Dalam struktur belanja pemerintah terjadi perubahan prioritas kebijakan fiskal prioritas ada pada fungsi pelayanan umum dan fungsi ekonomi seperti tahun sebelumnya, namun proporsi fungsi ekonomi semakin meningkat.

Perubahan fiskal pemerintah di atas berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Perkembangan indikator-indikator tersebut memiliki dampak positif terhadap perekonomian 2015. Pada 2015 PDRB meningkat dengan dukungan oleh sektor dan lapangan usaha yang sama dengan tahun sebelumnya dan terjadi perbaikan tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran.

Dalam dokumen Kajian Fiskal Regional Provinsi Kepulaua (Halaman 103-106)

Dokumen terkait