• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Pengaturan Pengelolaan Aset Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah (Pak Memed)

3. Pengaruh Inflasi terhadap Pendapatan Pajak

Inflasi dapat meningkatkan pendapatan pajak karena inflasi akan menyebabkan nilai nominal dari uang (termasuk pendapatan yang kena pajak)

meningkat, sehingga pajak yang ditarik dari pendapatan tersebut juga akan meningkat (Karran, 1985). Inflasi akan meningkatkan pendapatan pajak jika pajak yang dibebankan atas suatu objek dalam bentuk persentase dari nilai objek pajak tersebut. Menurut Tanzi (1989) jika suatu negara sangat bergantung terhadap pengumpulan pajak penghasilan dengan tarif progresif dan tidak dimasukkan pada sumber, dan jika percepatan laju inflasi sedang, negara akan mengalami inflasi yang nantinya meningkatkan pendapatan pajak.Tetapi inflasi juga dapat berdampak negatif terhadap pendapatan pajak. Peningkatan inflasi akan menurunkan pendapatan pajak jika pajak yang dibebankan atas suatu objek dalam bentuk jumlah uang tetap (lump sum taxes). Tingkat inflasi dapat diperoleh atas kontribusi pemerintah melalui kegiatan penciptaan uang yang digunakan untuk mendanai sebagian pengeluarannya. Tingkat inflasi yang diperoleh tersebut nantinya dapat mempengaruhi pendapatan pajak melalui jalan yang berbeda. Menurut Tanzi (1989) inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan pajak riil di negara berkembang dengan karakteristik pengumpulan pajak penghasilan progresif dengan sistem pay-as-you-go dinilai tidak penting, pajak spesifik memainkan peran yang siginifikan, dan jarak waktu pengumpulan pajak secara umum cukup besar. Adanya jarak waktu pengumpulan untuk semua pembayaran pajak menurut Tanzi (1989) mengimplikasikan bahwa di bawah kondisi inflasi, kemungkinan terdapat pendapatan riil pemerintah yang hilang.

Semakin panjang jarak waktu pengumpulan dan semakin tinggi tingkat inflasi akan menyebabkan semakin besarnya persentase penurunan dalam tingkat pajak sebelum inflasi. Dengan Jarak waktu pengumpulan, tingkat inflasi, serta tingkat awal pajak memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pajak yang hilang. Negara dengan kondisi rata rata jarak waktu yang panjang untuk seluruh sistem, tingkat inflasi yang tinggi, dan tingkat awal pajak yang juga tinggi akan menyebabkan pendapatan absolut yang hilang (diukur sebagai proporsi PDB) menjadi sangat tinggi. Tingginya pendapatan absolut yang hilang menyebabkan total pendapatan pajak yang diterima pemerintah mengalami penurunan. Berdasarkan uraian tersebut dapat diperoleh bahwa tingkat inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan pajak yang diterima oleh Pemerintah.

Dalam Tanzi (1989) disebutkan bahwa tingkat pendapatan pajak juga dipengaruhi oleh kebijakan inflasi. Hal tersebut karena beberapa pajak cukai penting (tembakau, alkohol, dan bahan bakar) dan bea impor dibebankan dalam tarif spesifik. Hal tersebut karena tarif spesifik sering tidak disesuaikan dengan perubahan inflasi. Ketika terjadi inflasi, tarif spesifik akan tetap sehingga Pemerintah akan mengalami kehilangan pendapatan ketika harga meningkat. Hal tersebut karena peningkatan harga akan menurunkan jumlah barang yang diminta. Penurunan jumlah barang yang diminta akan menyebabkan pajak yang ditarik menjadi lebih sedikit, sehingga pendapatan pajak juga akan berkurang.

Tabel 3.1 Inflasi Indonesia

Uraian Satuan/Unit 2012 2013 2014 2015 2016

Laju Inflasi % 4,3 8,4 8,4 3,4 3,4

Sumber: BPS 2017

Pengembangan (penggalian) pendapatan pajak daerah merupakan bagian dari strategi peningkatan manajemen ketahanan fiskal pemerintah daerah. Ketergantungan pengembangan ekonomi daerah pada peran pemerintah melalui pendanaan APBD mengharuskan pemerintah daerah untuk lebih giat/kreatif dalam menggali potensi pendapatan pajak daerah. Posisi sebagian besar daerah di Indonesia, termasuk Pemerintah Daerah Jawa Barat adalah tingginya permintaan masyarakat akan kebutuhan pembangunan. Dihadapkan pada kondisi tersebut, maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat diharapkan terus mengupayakan adanya penggalian potensi-potensi pendapatan pajak daerah maupun sumber-sumber pendapatan lainnya diluar pajak daerah. Disisi lain, upaya pengembangan pendapatan pajak daerah tidak mudah pada tingkat implementasinya. Adanya pengaruh upaya pengembangan pajak daerah terhadap persepsi investor dalam menentukan wilayah investasinya selama ini menjadi salah satu batu sandungan bagi peningkatan pendapatan daerah yang lebih agresif. Faktor lain seperti sulitnya penagihan pajak juga menjadi masalah bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Jenis pajak daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 terbagi menjadi dua, yaitu pajak Propinsi dan pajak Kabupaten/Kota. Pembagian

ini dilakukan sesuai dengan kewenangan pengenaan dan pemungutan masing-masing jenis pajak daerah pada wilayah administrasi Propinsi atau Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 ditetapkan empat jenis pajak Propinsi dan tujuh jenis pajak Kabupaten/Kota. Pajak Propinsi terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Sedangkan pajak Kabupaten/Kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C dan pajak parkir. Jawa Barat memiliki potensi pajak daerah yang cukup besar sebagai sumber pendapatan PAD, namun potensi tersebut dalam implementasinya tidak semua bisa tergali secara optimal, hal ini disebabkan karena faktor situsional seperti pelayanan, teknologi, regulasi maupun karena faktor hubungan pajak dengan perbaikan iklim investasi sehingga tidak semuanya terlaksana secara efisien dan efektif.

Pada prinsipnya peran pajak daerah dilihat dari pendekatan manajemen fiskal daerah merupakan sumber utama pembiayaan pembangunan daerah itu sendiri. Oleh karena itu untuk dapat membiayai dan memajukan daerah dapat ditempuh suatu kebijaksanaan dengan mengoptimalkan pendapatan pajak.

Provinsi Jawa Barat dalam hal ini didorong untuk terus mengupayakan adanya peningkatan pendapatan pajak daerah, dimana setiap orang wajib membayar pajak sesuai dengan kewajibannya. Pajak daerah ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut. Semakin tinggi kontribusi pajak daerah dalam pendapatan daerah merupakan cermin keberhasilan usaha-usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu, pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat secara cermat, tepat dan efisien, diharapkan dapat merancang skema paket insentif maupun disinsentif dalam usaha mengoptimalkan pendapatan pajak daerah.