• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh intensitas cahaya dan pemupukan terhadap pertumbuhan dan pembungaan H diversifolia Bl.

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya

dan pemupukan terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman

H. diversifolia Bl.

Percobaan II disusun dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan rancangan perlakuan Rancangan Tersarang (Nested Design). Faktor pemupukan (dipupuk dan tidak dipupuk) tersarang dalam tiga taraf intensitas cahaya (28.2, 17.8, dan 10.2 Klux, setara dengan naungan 0%, 37%, dan 64%) sehingga terdapat 6 kombinasi perlakuan. Intensitas cahaya 17.8 dan 10.2 Klux diperoleh dengan menggunakan paranet 25% dan 55%. Tiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan dan tiap unit percobaan terdiri atas satu pot tanaman berumur 8 bulan dan memiliki 2 buku serta 6 – 8 daun. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk N-P2O5-K2O (20-20-20) setiap dua hari sekali sesuai dengan jadwal

penyiraman, dengan konsentrasi 6 g.l-1 dan dosis 100 ml per pot. Setelah 2 bulan perlakuan pemupukan dilakukan menggunakan pupuk N-P2O5-K2O (6-30-30).

Pengamatan pertumbuhan dilakukan terhadap parameter agronomi dan parameter fisiologi, sedangkan pengamatan kondisi lingkungan dilakukan pada parameter suhu dan kelembaban relatif lingkungan dan intensitas cahaya.

A. Parameter agronomi. Pengamatan dilakukan seminggu sekali setelah perlakuan naungan dan pemupukan, sampai akhir pengamatan (1 4 minggu setelah perlakuan/ MSP), kecuali parameter luas daun dan warna daun yang hanya dilakukan pada akhir pengamatan.

1. Tinggi tanaman. Diukur dari batas kemunculan tunas pertama sampai titik tumbuh paling tinggi.

2. Jumlah daun. Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna dengan panjang minimal 2 cm.

3. Jumlah buku.

4. Luas daun. Pengamatan luas daun dilakukan pada daun yang terletak pada buku ke-2, 3, dan 4. Ditentukan dengan menggunakan Leaf Area Meter d i Laboratorium Ekofisiologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB.

5. Warna daun. Pengamatan warna daun dilakukan pada daun yang terletak pada buku ke-2 menggunakan FHK Chlorophyll tester CT- 102 (Fujihira industry Co.Ltd).

6. Jumlah tunas generatif per tanaman. Pengamatan jumlah tunas generatif dilakukan dengan menghitung jumlah tunas generatif yang telah mencapai stadium I (fase induksi).

B. Parameter fisiologi. Pengamatan dilakukan pada akhir pengamatan (14 MSP).

1. Ketebalan daun. Diukur dari preparat yang dibuat dengan metode Sass (1951). Pengamatan dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala mikrometer pada daun paling muda yang telah membuka sempurna.

2. Kerapatan stomata dan rasio stomata yang membuka dan menutup. Dihitung dari preparat yang telah dibuat dari permukaan epidermis bawah. Preparat dibuat dengan cara melapisi permukaan bawah daun H. diversifolia Bl. pada pukul 10.00 dengan cat kuku bening, dan menempelkan lapisan cat kuku tersebut pada gelas ob jek menggunakan solatip. Jumlah stomata total, stomata terbuka, dan stomata tertutup diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali.

3. Kandungan klorofil. Analisis kandungan klorofil a, b, dan klorofil total dilakukan dengan metode Arnon (1949) di Laboratorium RGCI (Research Group for Crop Improvement). Metode selengkapnya disajikan pada Lampiran 14.

4. Konsentrasi nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) tanaman. Analisis kandungan nitrogen total daun (metode Kjeldahl), fosfor dan kalium dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Departemen Tanah dan Sumber Daya Lahan , IPB. Metode selengkapnya disajikan pada Lampiran 15 dan 16.

C. Pengukuran data pendukung

1. Suhu dan kelembaban. Pengamatan ini dilakukan dengan mengukur suhu dan kelembaban setiap hari pada pukul 07.30, 12.30 dan 17.30. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermo-hygrometer. Pengukuran suhu rata-rata harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Handoko, 1993) :

2. Intensitas cahaya. Data intensitas cahaya dilakukan dengan mengukur intensitas cahaya di bawah naungan setiap satu minggu sekali dengan menggunakan light meter. Penetapan persen naungan dilakukan dengan mengukur intensitas cahaya di dalam naungan dan di luar naungan pada enam titik berbeda setiap satu bulan sekali pada pukul 10.00, 11.00, 12.00.

keterangan :

I : intensitas di dalam naungan D : intensitas di luar naungan

Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS (Statistical Analysis System) pada taraf 5%, jika terdapat pengaruh yang nyata maka uji dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test).

% naungan = 100 % x ( 1 – I / D) Trata-rata harian = (( 2 T07.30 ) + T12.30 + T17.30 ) / 4

T07.30 = suhu pada pengamatan pukul 07.30

T12.30 = suhu pada pengamatan pukul 12.30

Penelitian ini menggunakan tiga taraf intensitas cahaya yaitu tanpa naungan, menggunakan naungan 25% dan 55%. Intensitas cahaya dan persentase naungan aktual selama perlakuan (Februari-Mei 2006) disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Intensitas Cahaya dan Persen tase Naungan Aktual pada Bulan Februari – Mei 2006 Naungan paranet (%) Rata-rata intensitas cahaya (Klux) Naungan aktual (%) 0 28.2 0 25 17.8 37 55 10.1 64

Suhu lingkungan selama penelitia n berfluktuasi tiap bulannya dan tidak terdapat selisih suhu yang berarti antar intensitas cahaya yang berbeda. Secara umum, rata-rata suhu udara tertinggi terjadi pada bulan April, yaitu 29.760C pada intensitas cahaya penuh, 29.220C pada intensitas cahaya 17.8 Klux dan 28.750C pada intensitas cahaya 10.1 Klux. Rata-rata suhu udara terendah terjadi pada bulan Mei, yaitu 28.900C pada intensitas cahaya penuh, 28.570C pada intensitas cahaya 17.8 Klux, dan 28.030C pada intensitas cahaya 10.1 Klux. Rata-rata selisih suhu udara antar intensitas cahaya penuh dengan intensitas cahaya 17.8 Klux adalah 0.350C, sedangkan dengan intensitas cahaya 10.1 Klux adalah 0.580C. Rata-rata selisih suhu udara antara intensitas cahaya 17.8 Klux dengan intensitas cahaya 10.1 Klux adalah 0.220C. Grafik rata-rata suhu dan kelembaban udara harian disajikan pada Lampiran 19 dan 20. Menurut Susatio (2003), konstruksi bangunan tanam tanpa penyekat mengakibatkan udara dapat mengalir dengan baik sehingga tidak terjadi perbedaan suhu lingkungan pada intensitas cahaya yang berbeda. Pada penelitian ini tidak terdapat penyekat antar perlakuan intensitas cahaya yang berbeda.

Kelembaban relatif (Relative Humidity/ RH) tidak mengalami fluktuasi berarti selama penelitian. Rata-rata kelembaban udara relatif berturut-turut dari intensitas cahaya tinggi ke rendah adalah 61%, 76%, dan 77%. Selisih kelembaban udara relatif antara intensitas cahaya 28.2 Klux dan 10.1 Klux adalah

16%. Penelitian Ginting, Prasetio dan Sutater (2001) menunjukkan bahwa selisih rata-rata kelembaban udara relatif sebesar 11.5% akibat cara pemberian air yang berbeda pada intensitas cahaya yang sama, menyebabkan perbedaan pada tebal daun dan diameter bulb anggrek Dendrobium ’Jayakarta’. Tebal daun dan diameter bulb lebih tinggi pada kelembaban 76.5% dibanding pada kelembaban 65%.