Kelembaban Udara Bulanan Kota Banda Aceh Tahun 2010-2019
5.5 Pengaruh Kepadatan Penduduk dengan Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Berdarah Dengue (DBD)
Berdasarkan tabel dan gambar 4.11 dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kota Banda Aceh sangatlah bervariasi. Dimana jumlah penduduk tertinggi selama tahun 2010 sampai tahun 2019 adalah Kecamatan Baiturrahman dengan jumlah penduduk rata-rata 93.593 jiwa/km2, Kecamatan Kuta Alam dengan kepadatan penduduk rata-rata 81.078 jiwa/km2. Sedangkan penduduk
terendah ada di Kecamatan Kuta Raja sebanyak 36.080 jiwa/km2. Hal ini bisa menjadi penyebab Kecamatan Baiturrahman dan Kecamatan Kuta Alam termasuk kedalam tingkat kerawanan tinggi, karena nyamuk Aedes Aegpyti lebih menyukai darah manusia dibandingkan darah yang lainnya dan Kecamatan Kuta Raja menjadi Kecamatan dengan lingkup udara yang sempit sebagai habitat nyamuk Aedes Aegpyti.
Tabel dan gambar 4.12 menampilkan kepadatan penduduk tertinggi dan puncak kasus DBD dalam satu tahun kalender dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2019. Puncak kasus DBD sebagian besar terjadi pada Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi, yaitu Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Baiturrahman, Kecamatan Syiah Kuala dan Kecamatan Jaya Baru. Kasus DBD tertinggi selama tahun 2010-2019 adalah 506 kasus dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 81.078 jiwa/km2 yaitu di Kecamatan Kuta Alam pada tahun 2010. Kemudian puncak kasus DBD tertinggi kedua 468 kasus terjadi pada Kecamatan Baiturrahman dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 93.592 jiwa/km2. Sedangkan kasus DBD terendah adalah 156 kasus terdapat pada Kecamatan Kuta Raja dengan tingkat kepadatan penduduk 37.919 jiwa/km2.
Berdasarkan Gambar 4.11 menunjukan bahwa pada tahun 2010-2019 kasus DBD tersebar di seluruh kecamatan Kota Banda Aceh. Kota Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan, dari semua kecamatan yang ada, 4 kecamatan diantaranya selalu terdapat kasus/kejadian DBD yaitu Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Baiturrahman, Kecamatan Jaya Baru dan Kecamatan Syiah Kuala.
Kecamatan Baiturrahman, kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Syiah Kuala
menurut data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi.
Adapun korelasi antara jumlah kasus DBD dengan kepadatan penduduk dibulan yang sama yaitu kasus DBD di bulan Januari dengan kepadatan penduduk di bulan Januari adalah 0,7118. Kasus DBD dengan jumlah penduduk satu bulan sesudahnya yaitu kasus DBD dibulan Februari dengan kepadatan penduduk dibulan Januari dengan korelasi 0,3966 dan kasus DBD dengan jumlah penduduk 2 bulan sesudahnya yaitu kasus DBD di bulan Maret dengan kepadatan penduduk dibulan Januari adalah 0,5006. Kepadatan penduduk dengan kasus DBD memiliki hubungan rendah dan berpola positif artinya jumlah kasus DBD akan meningkat jika kepadatan penduduk juga meningkat. Dapat disimpulkan ada hubungan bermakna antara kepadatan penduduk dengan jumlah kasus DBD di Kota Banda Aceh.
Menurut Badan Pusat Statistik (2018), kepadatan penduduk yaitu banyaknya jumlah penduduk untuk setiap kilo meter persegi luas wilayah.
Kepadatan penduduk kasar merupakan ukuran persebaran penduduk yang umum digunakan karena selain data dan cara penghitungannya sederhana, ukuran ini sudah distandarisasi dengan luas wilayah. Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara banyaknya penduduk dan luas wilayahnya. Satuan luas wilayah yang umumnya digunakan adalah km2. Kepadatan penduduk dibedakan menjadi dua, yaitu kepadatan penduduk aritmatik dan kepadatan penduduk agraris. Bedasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh diketahui kepadatan penduduk tertinggi ada di kecamatan Kuta Alam dan terendah di kecamatan Kuta Raja.
Kepadatan penduduk yang semakin padat dalam suatu wilayah atau penghuni rumah maka akan mengakibatkan lebih mudah dan cepat terjadi penularan penyakit. Mobilitas penduduk yang semakin tinggi maka penularan dari satu tempat ke tempat lain juga semakin tinggi. Karena penularan virus dengue dapat cepat menular apabila tempat tersebut termasuk wilayah endemis terjadinya kasus DBD. Kualitas perumahan yang baik seperti jarak antara rumah dengan rumah yang lain, pencahayaan, bentuk rumah, bahan bangunan akan memengaruhi penularan. Bila di suatu rumah terdapat nyamuk penularnya maka akan menularkan penyakit pada orang yang tinggal di dalam rumah tersebut atau di rumah sekitarnya yang berada dalam jarak terbang nyamuk dan kepada orang yang berkunjung ke rumah tersebut (Dirjen PP dan PL, 2012).
Tingkat pendidikan masyarakat akan memengaruhi cara berfikir dalam penerimaan informasi penyuluhan dan cara pemberantasan penyakit DBD.
Apabila tingkat pendidikan masyarakat rendah akan memengaruhi cara berfikir dalam mencegah penyakit DBD karena pengetahuan yang mereka miliki sangat kurang. Penghasilan setiap keluarga akan berpengaruh pada kunjungan berobat ke pelayanan kesehatan. Semakin rendah tingkat pendapatan keluarga maka semakin rendah pula kunjungan berobat ke pelayanan kesehatan sebaliknya semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga. Mata pencaharian juga memengaruhi penghasilan keluarga. Apabila mata pencaharian suatu kelauarga tergolong rendah maka pendapatan yang diperoleh suatu keluarga tersebut rendah sehingga akan memengaruhi kunjungan berobat ke pelayanan kesehatan (Dirjen PPM PLP, 2002).
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian lain yang sejenis, tetapi dilakukan di Kabupaten Jember (Ellyke, 2014) penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepadatan penduduk memiliki hubungan dengan kejadian DBD dengan nilai korelasi sedang (r = 0,50) dan arah hubungannya adalah positif.
Penelitian lainnya dilakukan di Kabupaten Banyumas 2010-2015 (Septian, 2016) dengan hasil penelitian dilakukan uji korelasi dengan nilai korelasi kepadatan penduduk dengan kasus DBD adalah (r = 0,63) dan arah hubungan keduanya adalah positif, menunjukkan bahwa kepadatan penduduk dengan kejadian DBD memiliki hubungan kuat. Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan di Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen Tahun 2016-2018 (Setyawan, 2019) penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepadatan penduduk memiliki hubungan kuat dengan kejadian DBD dengan nilai korelasi (r = 0,83) dan arah hubungan keduanya adalah positif. Penelitian selanjutnya dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping I (Desa Balecatur) Tahun 2015-2017 (Biis, 2019) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan penduduk memiliki hubungan dengan peningkatan kasus DBD dengan uji korelasi (r = 0,56) arah hubungan positif.
Apabila seseorang memiliki kebiasaan hidup bersih sehat maka akan cepat tanggap dalam masalah untuk mengurangi risiko penularan penyakit. Sebaliknya apabila seseorang memiliki kebiasaan hidup tidak sehat maka akan berisiko terjadi penularan penyakit. Setiap golongan umur memiliki tingkat risiko dan dapat memengaruhi terjadinya penularan penyakit. Golongan umur kurang dari dari 15 tahun mempunyai peluang lebih besar untuk terjangkit DBD (Dirjen PPM PLP, 2002).
Selain kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dalam suatu wilayah juga dapat mempengaruhi peningkatan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue.
Mobilitas penduduk tidak termasuk dalam parameter penelitian ini, namun mobilitas penduduk juga harus diperhatikan karena dapat memicu terjadinya peningkatan kasus penyakit DBD dalam suatu wilayah, yang mana kegiatan yang menyebabkan mobilitas penduduk ini tidak bisa kita cegah dan kita hentikan begitu saja maka dari itu hal ini juga perlu menjadi perhatian Instansi terkait dalam upaya pencegahan penyakit DBD. Adapun salah satu cara untuk pencegahannya adalah dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin pada wilayah-wilayah dengan mobilitas penduduk yang tinggi.
Walaupun mobilitas penduduk tidak diteliti namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan jika diperhatikan ternyata mobilitas penduduk juga mengambil andil dalam peningkatan kasus DBD dalam suatu wilayah, misalnya di Kecamatan Kuta Alam ternyata disitu memang setiap hari terjadi mobilitas penduduk karena di kecamatan tersebut terdapat pasar sebagai tempat berkumpulkan orang dari Kota Banda Aceh dan Aceh Besar untuk melakukan transaksi jual beli dari subuh sampai tengah malam. Begitu juga dengan Kecamatan Baiturrahman dengan peringkat kasus DBD tertinggi setelah Kecamatan kuta Alam. Kecamatan Baiturrahman adalah pusat Kota Banda Aceh, disitu terdapat Mesjid Raya Baiturrahman, Pasar Aceh, Museum Tsunami, Museum Aceh dan tempat-tempat wisata lainnya yang setiap harinya dikunjungi oleh masyarakat Kota Banda Aceh, Aceh Besar, bahkan tamu-tamu dari luar Daerah bahkan Luar Negeri juga setiap harinya berkumpul ditempat-tempat tersebut.