• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Kelekatan Ayah - ibu dan Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Penyesuaian Diri. Kualitas Penyesuaian Diri

BAB II KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

D. Pengaruh Kualitas Kelekatan Ayah - ibu dan Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Penyesuaian Diri. Kualitas Penyesuaian Diri

ذنِإ

َنى َسنِلۡٱۡ

ٍ ۡسُۡخ ِفَل

٢

ذ

لَِّإ

َنيِلَّٱذ

ْاوُلِمَعَو ْاوُنَماَء

ِتى َحِلى ذصلٱ

ِب ْاۡو َصاَوَتَو

ِدقَلۡٱۡ

ِب ْاۡو َصاَوَتَو

ِۡب ذصلٱ

٣

Artinya: demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (Kementrian Agama RI Al-Jumanatul Ali, Al-Quran & terjemahnya, 2004).

D. Pengaruh Kualitas Kelekatan Ayah - ibu dan Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Penyesuaian Diri.

Dalam kehidupan yang semakin komplek ini banyak tantangan serta hambatan akan dihadapai, dan setiap individu diharapkan mempunyai kesiapan diri serta selusin amunisi yaitu modal sejauh dan seberapa lihaikah dalam menanggulanginya. Individu yang tidak mampu menghadapinya akan otomatis tersingkir dalam arus perlombaan kehidupan ini karena tidak siap dalam mengantisipasi serta melewati setiap tantangan yang datang, biasanya individu tersebut akan memperlihatkan ciri yang menandakan ketidak mauan ataupun ketidak mampuan diri dalam usaha menjadi lebih baik, lunturnya daya dalam bertanggung jawab, dan tidak memperdulikan diri sebagai mahkluk sosial. Semua itu adalah mekanisme alam dalam melakukan seleksi, maka manusia perlu memiliki kualitas yang baik dalam menyesuaiakan dirinya dalam berbagai dimensi kehidupannya.

Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu sebagai usaha agar berhasil dalam mengatasi kebutuhan-kebutuhan yang ada pada dirinya, stres, frustasi, dan konflik yang dialami, hingga terjadi keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungannya (Schneider, 1960). Sedangkan pengertian kualitas mengacu pada tingkatan, baik-buruknya sesuatu, maupun kadar, derajat, atau taraf (KBBI, online). Sebuah tindakan dalam penyesuaian diri baik ataupun buruk sejatinya adalah merupakan upaya yang dilakukan oleh individu dalam menghilangkan ketegangan dan senantiasa memelihara kondisi-kondisi keseimbangan antara kebutuhan diri dan tuntutan lingkungan (Fatimah, 2010). Tetapi Bentuk-bentuk penyesuaian diri yang kurang baik dapat terlihat dalam proses bagaimana respon-respon yang digunakan dalam nanggulangi dorongan internal tersebut tidak efisien, tidak sehat atau malah akan berdampak buruk ke diri sendiri, dan juga bertentangan dengan nilai-nilai dan peran dilingkungan (Semiun, 2006).

Penyesuaian diri yang sempurna baik memang tidak akan pernah tercapai secara dinamis karena penyesuaian diri adalah suatu proses yang panjang dan terus menerus (Fatimah, 2010), tetapi bukan tidak mungkin individu dalam memiliki kualitas penyesuaian diri lebih baik.

Semiun (2006) merumuskan setidaknya ada tiga kriteria yang dapat digunakan sebagai pondasi bagi terbentuknya suatu penyesuaian diri yang baik oleh individu khususnya seorang santri yaitu: 1) kriteria yang berkenaan dengan diri sendiri, yang mencakup santri harus mengetahui kelebihan-kekurangan diri, dan dapat mengendalikan emosi, pikiran, tingkal laku. 2) kriteria yang berkenaan

dengan dunia sosial, yang mencakup santri harus memiliki tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab dari orang lain, serta senang dalam menjalin hubungan. dan 3) kriteria yang berkenaan dengan perkembangan pribadi, yang mencakup santri harus memiliki minat terhadap pekerjaan atau kegiatan, memiliki prinsip hidup, serta tujuan yang ingin dicapai, dan sikap yang positif terhadap masa lampau, masa sekarang, masa depan.

Kualitas dalam melakukan penyesuaian diri yang baik pada setiap individu memang berbeda-beda. Sejatinya hal tersebut tergantung pada seberapa lengkapkah kriteria yang telah dimiliki individu untuk dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik seperti sejumlah kriteria yang telah disebutkan diatas. Tetapi semua itu dapat lebih tercapai jika individu memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya kualitas penyesuaian diri itu sendiri salah satunya faktor ekstrelnal yaitu adanya kualitas kelekatan yang baik kepada ayah - ibu.

Kualitas Kelekatan yang dimiliki anak kepada ayah - ibunya adalah salah satu faktor eksternal yang penting. Lingkungan keluarga merupakan unit terkecil sebagai tempat sosialisasi dan belajaran pertama yang akan sangat penting kaitannya dengan kualitas penyesuaian diri yang dimiliki anak (Ali, 2006). Kelekatan yang baik berkaitan dengan meningkatnya perilaku penyesuaian anak di masa depan (Thompson, 2008, dalam Santrock 2012).

Kelekatan ayah - ibu adalah sebuah ikatan emosional yang kuat, bersifat khusus, serta timbal balik dalam prosesnya, yang dimiliki oleh anak terhadap ayah - ibunya sebagai pengasuh utama dan figur terpenting dalam kehidupannya (Armden, & Greenberg, 1987; Mannikko, 2001; Santrock, 2002; Dariyo, 2007;

Feldman, 2009). Sedangkan kualitas mengacu pada evaluasi kepuasaan yang dirasakan oleh anak terhadap perilaku ayah - ibu sebagai figur lekat anak.

Dalam interaksi dan proses terbentuknya kelekatan, individu akan mengembangkan suatu kerangka kerja internal atau dua sikap yang sangat penting yaitu pertama, evaluasi terhadap diri sendiri dalam kehidupan pengasuh mengenai apakah diri individu berharga, dicintai, diharapkan atau sebaliknya tidak berharga, tidak dicintai, tidak diharapkan, dan kedua, evaluasi hasil dari hubungan yang terjalin mengenai apakah ayah - ibu dapat dipercayaan, dapat diandalkan, atau bahkan sebaliknya pula (Baron, 2005). Sementara individu tumbuh semakin dewasa, kerangkan kerja internal dasar yang dimiliki terhadap ayah - ibu cedurung bersifat konstan, yang dihubungkan dengan bentuk pengasuhan yang diterima sampai masa yang lebih dewasa (Santrock, 2012). Maka dari kerangka kerja internal mengenai pengasuh tersebut akan terus digunakan dan digeneralisasikan kepada orang lain terhadap dimensi kehidupannya yang lebih luas dimasa yang lebih dewasa (Baron, 2005).

Kelekatan yang baik dimasa bayi dengan pengasuh merupakan hal yang penting yang berkaitan dengan tingginya kecakapan sosial anak di masa yang lebih dewasa (Santrock 2012). Individu yang memiliki kelekatan yang baik dengan ayah - ibu di masa remaja, lebih memiliki kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial yang dicirikan dengan hargi diri yang tinggi, penyesuaian emosi dan sosial, dan kesehatan fisik, kelekatan yang baik selama masa remaja memiliki berfungsi adaptif, yang menyediakan landasan yang kokoh dalam kebutuhan remaja untuk

mandiri, menjelajahi, dan menguasai lingkungan-lingkungan baru dengan cara-cara yang sehat secara psikologis (Desmita, 2006).

Kesuksesan individu dalam penyesuaian diri di lingkungan tertentu tidak hanya dipengaruhi oleh keluarga sebagai basis aman dan pembentukan diri yang berkualitas dan flesibel terhadap suatu perubahan, tetapi juga dipengaruhi oleh sebuah ikatan yang telah terjalin dengan baik antara individu dengan orang-orang disekitarnya sebagai sumber dari dukungan moril bahkan materil disaat individu mengalami masa-masa yang sulit.

Adanya dukungan sosial dapat mempengaruhi kualitas penyesuaian diri individu dalam menghadapi segala tantangan dan kesulitan yang sedang menerpa. Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan dukungan sosial yang diterima oleh individu berpengaruh secara positif terhadap penyesuaian diri (Kumalasari, 2012; Ikhlas, 2004; Elhawi, 2005; Cura, 2016; Elmagi, 2006; Rahat, 2015; Srivastava, 2012; Frazier, 2000).

Dukungan sosial adalah penerimaan bantuan secara verbal, tindakan, atau emosional dari seseorang maupun sekelompok orang yang dekat dan mempunyai arti dalam kehidupan individu yang bertujuan memberikan dorongan dan meringankan permasalahan yang tengah dihadapi dalam kehidupannya (Smet, 1994; Sarafino, 2011; Kail, 2000). Adanya dukungan sosial yang diterima individu dapat membantu dalam mengatasi tekanan psikologis pada masa-masa sulit dan mengurangi stres, membantu tercapainya keseimbangan diri, dan kesejahteraan psikologis (Taylor, 2009).