• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN

Bab ini menjelaskan mengenai pengaruh yang dimiliki modal sosial terhadap tingkat keberhasilan program CSR PT Pertamina. Tingkat keberhasilan ini dibagi kedalam tiga indikator yaitu tingkat partisipasi reponden, tingkat pendapatan, dan skala usaha yang diperoleh. Penjabaran mengenai pengaruh tersebut dapat dilihat pada penjabaran sebagai berikut

Pengaruh Modal Sosial terhadap Tingkat Partisipasi

Penelitian ini dijelaskan secara deskriptif dengan memberikan gambaran berdsarkan wawancara mendalam dan diskusi dengan responden. Data yang digunakan berdasarkan pandangan responden mengenai keberlangsungan program CSR yang diikutinya. Adapun hipotesis dalam penelitian ini ialah:

a. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh dari modal sosial terhadap tingkat partisipasi responden

b. H1: Diduga terdapat pengaruh dari modal sosial terhadap tingkat partisipasi responden

Penelitian ini dilakukan di Desa Balongan Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu. Desa Balongan ini merupakan wilayah yang cukup dekat dengan PT Pertamina. Data yang diperoleh berasal dari pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup dengan disertai diskusi pengalaman responden dalam mengikuti kegiatan ini. Sebanyak 37 orang jumlah responden seluruhnya pada kegiatan ini yang berasal dari 3 program CSR yang diikuti, yakni program pengolahan bahan pangan, program budidaya lele dan program peternakan. Berdasarkan hal tersebut, menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai hubungan antara modal sosial terhadap tingkat partisipasi responden yang dilakukan. Uji statistik yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 13 Hasil uji analisis regresi linear mengenai pengaruh modal sosial terhadap tingkat partisipasi responden program CSR PT Pertamina Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .513a .263 .242 4.526

a. Predictors: (Constant), modal sosial

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression 256,193 1 229.000 12.506 .001* Residual 640,892 35 18.311 Total 869.892 36 b. Dependent Variable: Modal Sosial

Berdasarkan Uji Regresi Linear diperoleh nilai sig sebesar 0.001. Nilai sig ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara modal sosial dengan partisipasi responden dengan P value<0.01 Selain itu, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai adjusted R Square tersebut hanya menjelaskan 24.2 % pengaruh modal sosial terhadap partisipasi, sisanya (75.8%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Berdasarkan tabel diatas dapat diterima hipotesis sebelumnya yakni terdapat pengaruh antara modal sosial dengan tingkat partisipasi respondennya, apabila modal sosial responden yang tinggi maka tingkat partisipasi responden juga akan tinggi.Pak SUL,31 Tahun berpendapat bahwa “ iya mas saya ikut program ini karena percaya aja bisa berhasil mas, jadi saya kerjanya tiap hari juga jadi semangat”

Bu MAY, 47 Tahun“ Ada kios ini mas bisa buat naruh barang seperti kios ini juga ngegampangin kami mas, soalnya barang yang kita kasih juga habis terus mas dan mau tidak mau kita harus bikin lebih banyak lagi”

Keterangan yang diperoleh dari responden Pak SUY dan Bu MAY menjelaskan apabila dukungan dari kelompok dan fasilitas yang mencukupi maka partisipasi dari responden lainnya juga akan tinggi. Partisipasi responden yangg tinggi ini dapat memunculkan semangat bersama untuk dapat meningkatkan penghasilan yang diperoleh dari sebelumnya.

“Kalo pas acara hari raya misalnya dek, pesenan kue ibu itu banyak dek. Kalo belum beres sore sampe larut malem juga kadang ibu tetep ngerjain dek. Bahkan responden lain juga ikut ngebantu ibu dek kalo lagi kurang tenaga” penjelasan dari Bu MHN, 41 Tahun.

Kemudahan yang telah dibangun ini dari adanya modal sosial responden ini menjadikan partisipasi semakin meningkat, hal tersebut membuat responden untuk terus melakukan kegiatan secara berkelanjutan. Pada program pengolahan bahan pangan umumnya ibu-ibu masih bersemangat apabila ada permintaan kue untuk acara pernikahan, selametan dan acara-acara lainnya yang diadakan di desa. Meskipun permintaan pada program ini tidak menentu tetapi partisipasi setiap respondennya masih tinggi, bahkan ketika permintaan pada kue cukup banyak maka para responden ini juga turut membantu responden lainnya ketika mengalami kesulitan dalam mencukupi permintaan yang diinginkan.

Adanya modal sosial ini juga dengan mempertimbangkan nilai-nilai budaya gotong royong responden setempat, misalnya apabila responden responden yang membutuhkan bantuan, maka budaya gotong royong pada responden ini masih sangatlah kuat.

Penuturan Pak SUA, 40 Tahun“Kalo biasanya lagi panen lele, tetangga disini juga ikut bantu dek. Jadi saya engga merasa kesulitan dan hasil panen yang kita peroleh juga dibagikan ke tetangga sekitar.

Pendapat dari Pak SUA 40 tersebut mencerminkan adanya keharmonisan yang tinggi pada peserta program CSR. Budaya yang terbangun diresponden

sangatlah kuat, karena ketika ada yang perlu bantuan maka responden lain juga akan segera membantunya. Sejalan dengan penelitian dari Pranadji (2006) penguatan modal sosial tidak hanya pada kepercayaan, norma, dan jaringan tetapi haruslah menyentuh dari inti modal sosial tersebut, misalnya perlu diawali dengan penguatan nilai-nilai budaya sosial responden setempat.

Pelaksanaan program ini diawali dari adanya diskusi bersama beberapa elite desa. Diskusi ini membahas mengenai pelaksanaan program CSR, selain itu responden juga memberi masukan melalui budaya-budaya apa saja yang menjadi kebiasaan pada responden Desa Balongan sehingga pada pelaksanaan program CSR juga disesuaikan dengan keraifan lokal responden setempat dan diyakini akan memudahkan partisipasi di responden.

Pengaruh Modal Sosial terhadap Tingkat Pendapatan

Bab ini menjelaskan pengaruh modal sosial terhadap tingkat pendapatan responden. Penelitian ini diperoleh dari hasil tanya jawab dengan responden program CSR berdsarkan pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup dan dengan wawancara mendalam. Dari pernyataan tersebut dapat diperoleh pandangan responden mengenai program CSR yang diikutinya. Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh modal sosial terhadap tingkat pendapatan responden

b. H1: Diduga terdapat pengaruh modal sosial terhadap tingkat pendapatan responden

Untuk mengetahui hipotesis penelitian ini maka dilakukan uji pengaruh menggunakan analisis regresi linear menggunakan SPSS 20. Berikut ini adalah tabel uji analisis regresi linear pada tabel

Tabel 13 Hasil uji analisis regresi linera mengenai pengaruh modal sosial terhadap tingkat pendapatan responden program CSR PT Pertamina Desa Balongan, kabupaten Indramayu Tahun 2015.

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .200a .040 .013 1200967.337

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. Regression 2.111E12 1 2.111E12 1.464 .234a Residual 5.048E13 35 1.442E12

Total 5.259E13 36 b. Dependent Variable: Pendapatan

Berdasarkan uji regresi linear diperoleh nilai sig sebesar 0.234. Nilai sig ini menunjukkan bahwa tidak pengaruh antara modal sosial dengan pendapatan responden. Selain itu, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai adjusted R Square tersebut hanya menjelaskan 13 % pengaruh modal sosial terhadap pendapatan, sisanya (87.0%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Pengaruh yang diperoleh dari modal sosial terhdap tingkat pendapatan memiliki pengaruh yang rendah, yakni hanya 13 persen pengaruh yang diperoleh dari pendapatan yang diterima responden.

Sebelum mengikuti program ini rata-rata responden program CSR sudah memiliki pekerjaan sehari-hari. Pekerjaan yang diikuti oleh responden berasal dari berbagai macam bidang misalnya buruh bangunan, usaha mebel, usaha pakan ternak, buruh PT Pertamina dan ada yang sebelumnya menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Keikutsertaan responden pada program ini karena pendapatan yang diterima sebelumnya masih dirasa kurang untuk mencukpi kebutuhan sehari- hari.

Kotak 04 menjelaskan kasus Ibu US dalam mengikuti program pengolahan bahan pangan. Terbatasnya penghasilan yang diterima Ibu Uus mengharuskan ia perlu mencari solusi agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Program yang diberikan Ibu Uus dinilai sesuai karena sesuai dengan kebutuhan responden dan dapat menyelesaikan solusi yang diterima. Meskipun keuntungan yang diterima

Kotak 04 Studi Kasus Ibu US, 56 Tahun

Ibu US adalah seorang Ibu rumah tangga yang hanya bergantung dari penghasilan suami yang menjadi buruh penyabut runput di PT Pertamina. Meningkatnya keperluan sehari-hari di responden mengharuskan Ibu US untuk mencari penghasilan lain, karena penghasilan suami yang terbatas. Untuk itu Ibu US berniat untuk mengikuti program CSR PT Pertamina. Ia mengikuti program pada pengolahan pangan dalam membuat kue dan keripik, selain karena memang hobi memasak dan membuat kue, Ibu US merasa program yang diberikan ini cocok untuk responden, karena untuk kebutuhan memasakanya pendamping program memberikan bantuan bahan baku dalam membuat kue. Hasil keuntungan yang diterima Ibu Uus dapat untuk menambah penghasilan keluarga, karena anak-anak Ibu US yang masih berusia dibawah lima tahun. Program yang diberikan pada Ibu US ini dirasakan sangat sesuai karena responden kegiatan program tidak perlu memiliki keahlian khusus, tetapi hanya dibutuhkan ketelatenan dalam memulai dan mengembangkan program ini

belum cukup besar, tetapi dapat membantu peningkatan perekonomian bagi keluarga.

Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan responden umumnya terbatas, maka dari itu responden mengikuti program ini. Apabila tidak ada program ini maka umumnya responden merasa kesulitan untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi.

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Skala Usaha

Bab ini menjelaskan pengaruh modal sosial terhadap skala usaha responden. Penelitian ini diperoleh dari hasil tanya jawab dengan responden program CSR berdsarkan pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup dan dengan wawancara mendalam. Dari pernyataan tersebut dapat diperoleh pandangan responden mengenai program CSR yang diikutinya. Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh modal sosial terhadap skala usaha responden

b. H1: Diduga terdapat pengaruh modal sosial terhadap skala usaha responden

Skala usaha adalah banyak hasil dan keuntungan yang diterima dari usaha dan modal yang telah dilakukan oleh responden di lapang. Hasil dan keuntungan yang diperoleh responden ini diperoleh ketika responden mengalami masa panen ataupun hasil penjualan dari program yang diikuti. Adapun penjelasan mengenai skala usaha responden dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Hasil uji analisis regresi linear mengenai pengaruh modal sosial dengan skala usaha program CSR PT Pertamina Desa Balongan Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .067a .004 -.024 130666.045

a. Predictors: (Constant), modal sosial

Model Sum of Squares

Df Mean

Square

F Sig

Regression 2.67E9 1 2.67E9 .157 .695* Residual 5.976E11 35 1.707E10

Total 6.002E11 36 b. Dependent Variable: Skala usaha

Berdasarkan Uji Regresi Linear diperoleh nilai sig sebesar 0.695. Nilai sig ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara modal sosial dengan skala usaha responden. Selain itu, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai adjusted R Square tersebut hanya menjelaskan -7 % pengaruh modal sosial

terhadap pendapatan, sisanya diatas 99.3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Sehingga skala usaha tidak terdapat pengaruh dengan modal sosial karena hasil keuntungan yang diperoleh tidaklah sebanding dengan modal yang dikeluarkan. Responden umumnya memperoleh keuntungan sebanyak 25-40 % dari modal yang dikeluarkan. Walaupun responden memperoleh keuntungan hanya sedikit, tetapi responden tetap merasa bersyukur dengan pendapatan yang diterimanya.

“Saya dapet untung ini paling sedikit dek, tapi saya merasa senang aja meskipun sedikit dan terkadang untungnya sedikit tapi saya tetap bersyukur daripada tidak dapat sama sekali dek.” Pak SUA, 40 Tahun.

Keuntungan usaha pada masing-masing program umumnya tidak lebih dari satu juta rupiah, tetapi pada tiap-tiap responden masih tetap menjalankan program ini karena tidak ada tambahan keuangan dari bidang lainnya.

Pak SY, 46 Tahun“ Iya dek bapak sebenarnya dapet untung lele ini

tidak menentu, soalnya bibit lele yang bapak taruh kadang-kadang mati. Tapi bapak seneng-seneng aja soalnya pas ngasih makan lele itu rasanya senang aja dek ngeliatnya, lumayan dek buat mengisi waktu luang bapak. Meskipun bibit lele yang bapak taruh kadang mati, tetapi kalo lagi kondisi cuaca bagus juga keuntungan yang bapak dapet juga lumayan banyak dek”

Pak MIS, 62 Tahun “ Iya mas, bapak sehari-hari engga ada kerjaan juga lagian udah tua gini, bapak juga engga punya keahlian apa-apa. Setelah adanya program ini bapak juga dapat untung sedikit-sedikit buat biaya makan sehari-hari.”

Banyaknya responden yang memiliki keterbatasan keahlian dan modal menganggap modal yang diberikan ini bermanfaat. Responden pada tiap tetap memiliki pekerjaan sehari-hari meskipun pengasilan yang dimiliki terbatas dan tidak menetu. Keuntungan yang diperoleh responden pada program ini sangatlah berguna bagi tambahan biaya untuk keperluan sehari-hari.

Ikhtisar

Pengaruh modal sosial terhadap tingkat keberhasilan program CSR yang paling dominan ialah partisipasi. Sedangkan pada skala usaha dan tingkat pendapatan pengaruh yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian ini berada pada tingkatan yang rendah. Hal ini karena sesuai dengan hasil keuntungan yang diperoleh yakni berada pada tingkatan yang rendah, karena umumnya responden program CSR merasakan adanya program ini hanya mampu menambah kebutuhan keluarga dan belum menjadi sumber utama penghasilan. Beberapa responden berpendapat bahwa adanya program CSR ini setidaknya dapat menambah pendapatan sehari-hari, tanpa adanya program ini responden mengalami kesulitan untuk mencari pemasukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Program CSR yang dilakukan di desa Balongan ini juga menjadikan program responden yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan setelah mengikuti program ini memiliki kesibukan sehari-hari. Persoalan yang dihadapi misalnya karena usianya yang sudah tidak produktif untuk memperoleh penghasilan. Hal ini dikarenakan penghasilan yang diperoleh dari hasil panen pun setidaknya cukup untuk keperluan makan sehari-hari meskipun keuntungannya tidak banyak. Hasil keuntungan yang diperoleh oleh responden setidaknya dapat meringankan pemenuhan biaya yang diperlukan oleh masing-masing keluarga responden. Selain itu masyarakat umumnya merasa terbantu melalui adanya program ini karena mereka dapat memperoleh keuntungan dengan keahlian yang terbatas.

Dokumen terkait