• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Tingkat Keberhasilan Program Csr Pt Pertamina Indramayu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Modal Sosial Terhadap Tingkat Keberhasilan Program Csr Pt Pertamina Indramayu."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TINGKAT

KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA INDRAMAYU

HANUNG SURYO PANGGONDO NAGORO

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Sosial terhadap Tingkat Keberhasilan Program CSR PT Pertamina Indramayu” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Hanung Suryo Panggondo Nagoro

(4)
(5)

ABSTRAK

HANUNG SURYO PANGGONDO NAGORO. Pengaruh Modal Sosial terhadap Tingkat Keberhasilan program CSR PT Pertamina Indramayu. Di bawah bimbingan MURDIANTO

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh modal sosial terhadap tingkat keberhasilan program CSR PT Pertamina Indramayu. Adapun modal sosial berupa kepercayaan, norma dan jaringan. Sementara itu tingkat keberhasilan program meliputi tingkat partisipasi, tingkat pendapatan dan skala usaha. Penelitian ini dilakukan di Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan program CSR PT Pertamina Indramayu dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat yang tinggi dan adanya peningkatan pendapatan yang diterima responden setelah mengikuti program ini. Modal sosial yang dimiliki masyarakat berupa tingkat kepercayaan masyarakat yang kuat, sehingga norma dan jaringan yang diterapkan dapat berjalan secara efektif.

Kata kunci: modal sosial, tingkat keberhasilan, program pengembangan masyarakat, dan partisipasi

ABSTRACT

HANUNG SURYO PANGGONDO NAGORO. Influence of Social Capital to the Success Rate of CSR programs PT Pertamina Indramayu. Supervised by MURDIANTO

This aims of this research was to analyze the influence of social capital to the success rate of CSR programs PT Pertamina Indramayu. The social capital was trust, norms, and networks. While the success rate of the program includes the participation rate, income level and scale of business. The research took place in Balongan Village, Balongan Sub-District, Indramayu. The results showed that the success rate of the CSR programs PT Pertamina Indramayu affected by high public participation and increase of level income received by the respondent after followed this program. The social capital owned by the comuunity haved a strong level of public confidence, so that the norms and networks can run effectively.

(6)
(7)

PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TINGKAT

KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA

INDRAMAYU

HANUNG SURYO PANGGONDO NAGORO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Responden

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Responden

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang bejudul Pengaruh Modal Sosial Terhadap Tingkat Keberhasilan Program CSR PT Pertamina Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Murdianto, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberi masukan serta kritik kepada penulis selama penulisan skripsi ini,

2. Ayahanda Dr Cahyono Tri Wibowo, SE. MM dan Ibunda Sri MujiHarini Ritanung, SE serta adik-adikku (Cahyani Nur Aisyah dan Rawda Syarifa Jannah) yang telah menjadi sumber inspirasi dan telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis,

3. Keluarga Seperjuangan dan sahabat-sahabatku di IPB Pengaruh Modal Sosial Terhadap Tingkat Keberhasilan Program CSR PT Pertamina Desa Balongan Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu yang telah memberikan dukungan baik semangat, doa dan masukannya terutama Dwi Kurniati Putri dan para ikaners: Muh. Dhiaurrahman, Luki Setyawan, Mutiara Fadhila, Soraya Feruzia dan Afiefah Muthaharah.

4. Teman satu kelompok bimbingan Rielisa AP. Hutagaol, Fitri Andriani Sidik, Nerissa Arviana dan Audy Agung Permadi yang selalu memberi semangat dan menjadi teman diskusi dalam penulisan skripsi ini,

5. Tim pendamping CSR PT Pertamina, Mas Aris, Kak Irma, Kak Wulan, Mas Maul, Kak Alvi, Mas Puguh yang telah membantu dalam proses penelitian di Indramayu.

6. Teman teman seperjuangan SKPM 48 yang telah memberikan semangat dan doanya dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2015

(12)
(13)
(14)

Kepemilikan Rumah 27

Karakteristik Pendapatan 28

Karakteristik Skala Usaha 29

Ikhtisar 31

MODAL SOSIAL PADA PROGRAM CSR PT PERTAMINA 33

Tingkat Kepercayaan 33

Tingkat Norma 36

Tingkat Jaringan 38

Ikhtisar 40

PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN 41

Pengaruh Modal Sosial terhadap Tingkat Partisipasi 41 Pengaruh Modal Sosial terhadap Tingkat Pendapatan 43 Pengaruh Modal Sosial terhadap Skala Usaha 45

Ikhtisar 46

SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN 55

(15)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah dan persentase jenis pekerjaan responden program CSR PT Pertamina Indramayu Tahun 2015

20

2 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

25

3 Usia responden yang mengikuti program CSR Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

26

4 Jenis Program CSR yang diikuti oleh Responden Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

26

5 Jumlah dan Persentase Tahun keikutsertaan Program CSR PT Pertamina, Desa Balongan, Kabupaten Indramayu Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

27

6 Kepemilikan rumah yang dimiliki oleh responden Program CSR PT Pertamina Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

28

7 Jumlah dan pesentase pendapatan responden program CSR PT Pertamina Desa Balongan, kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu

29

8 Skala usaha yang diperoleh oleh responden rogram CSR PT Pertamina Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

30

9 Jumlah dan pesentase pendapatan responden program CSR PT Pertamina Desa Balongan, kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu

34

10 Jumlah dan persentase tingkat norma pelaksanaan Program CSR PT Pertamina, Kelompok Usaha Bersama di Desa Balongan Kecamatan Indramyu

37

11 Jumlah dan persentase tingkat jaringan pelaksanaan Program CSR PT Pertamina, Kelompok Usaha Bersama di Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

38

12 Hasil uji analisis regresi linear mengenai pengaruh modal sosial terhadap tingkat partisipasi responden program CSR PT Pertamina Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

41

13 Hasil uji analisis regresi linear mengani pengaruh modal sosial terhadap tingkat pendapatan responden program CSR PT Pertamina Desa Balongan, kabupaten Indramayu Tahun 2015

43

14 Hasil uji analisis regresi linear mengenai pengaruh modal sosial dengan skala usaha program CSR PT Pertamina Desa Balongan Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

45

15 Uji korelasi rank spearman antara modal sosial dengan tingkat partisipasi responden pelaksana CSR PT Pertamina Desa

(16)

Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran pengaruh modal sosial terhadap keberhasilan program CSR

10 2 Luas penggunaan lahan Desa Balongan, Kecamatan Balongan,

Kabupaten Indramayu tahun 2015

19 3 Kolam budidaya lele yang menggunakan terpal Program CSR PT

Pertamina Indramayu, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

34

4 Bantuan motor tossa dari PT Pertamina untuk memudahkan pengangkutan hasil panen lele Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu tahun 2015

37

5 Kios cengkir yang menjual hasil produksi pengolahan bahan pangan seperti kue, terasi dan keripik Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu tahun 2015

39

6 Alat pengolahan kue kering 56

7 Proses pengolahan produksi terasi 56 8 Produksi kue dan keripik pada program pengolahan bahan pangan 56 9 Sertifikasi halal pada program pengolahan bahan pangan 56 10 Produksi terasi tiga putra dari 57

11 Hasil budidaya lele 57

12 Monitoring Dosen dari P4W IPB 57 13 Penetasan telur itik program peternakan CSR PT Pertamina

Indramayu Desa Balongan

57 14 Kelembagaan kelompok usaha bersama Desa Balongan 58

15 Pengolahan produk terasi 58

16 Pengiriman produk binaan ke beberapa kios daerah Indramayu 58 17 Gambar hasil produk pengolahan abon ikan peda 58 18 Wawancara mendalam bersama responden pengolahan terasi 59 19 Wawancara mendalam bersama responden budidaya lele 59 20 Wawancara mendalam bersama responden pengolahan kue 59 21 Wawancara mendalam bersama responden program peternakan 59

DAFTAR GRAFIK

1 Tingkat pendapatan yang diterima program CSR PT Pertamina Desa Balongan Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015.

28

2 Sebaran skala usaha yang diterima program CSR PT Pertamina Desa Balongan Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara. Pada 2005, Indonesia menduduki peringkat IPM 110 dari 117 negara, sedangkan pada 2006 di peringkat 108 dari 189 negara. Peringkat IPM Indonesia juga masih jauh tertinggal dibandingkan Malaysia pada peringkat 63, Singapura (25), dan Thailand (77). Bahkan peringkat IPM Indonesia masih dibawah Vietnam (105). Kondisi ini diperlukan upaya pelibatan swasta, pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia Indonesia secara bersinergi (Radyati 2008). Isu-isu mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility/CSR) sudah cukup lama muncul di negara- negara maju. Isu tersebut akhir-akhir ini juga mendapatkan perhatian yang cukup intens dari berbagai kalangan, seperti pemerintah, perusahaan, akademisi, dan organisasi non pemerintah di Indonesia. Respon pemerintah terhadap pentingnya CSR ini terlihat dari dikeluarkannya Kebijakan Pemerintah melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-236/MBU/2003 yang mengharuskan seluruh BUMN untuk menyisihkan sebagian labanya untuk pemberdayaan masyarakat yang dikenal dengan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL), yang implementasinya ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Menteri BUMN.

Surat Edaran No.433/MBU/2003 merupakan petunjuk pelaksanaan dari Keputusan Menteri BUMN tersebut di atas. Lebih lanjut respons pemerintah tersebut terlihat dari dikeluarkannya UU Nomor 40 Tahun 2007 Bab V Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas, yang didalamnya memuat kewajiban perusahaan khususnya perusahaan yang mengeksplorasi sumber daya alam untuk melakukan CSR. Perusahaan-perusahaan yang melakukan berbagai kegiatan terencana perlu menciptakan adanya kegiatan bisnis yang sesuai dengan yang diharapkan (Good Bussiness). Salah satu caranya adalah dengan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan pemerintah untuk menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR). Meskipun, perusahaan sebagai pelaku dalam dunia bisnis memiliki tujuan yang berorientasi pada pencapaian laba semaksimal mungkin, akan tetapi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh setiap perusahaan tersebut menimbulkan tanggung jawab bagi perusahaan untuk menjaga keseimbangan dengan lingkungannya, misalnya perusahaan pertambangan yang berlokasi dekat dengan pemukiman suatu komunitas. Perusahaan pertambangan ini diharuskan melakukan tanggung jawabnya tidak hanya pada lingkungan alam yang dieksploitasi, tetapi juga pada masyarakat sekitar (komunitas lokal) yang secara langsung atau tidak langsung terkena dampak dari kegiatan perusahaan pertambangan ini. Maka dari itu perlu adanya tanggung jawab sosial perusahaan yang bertujuan melaksanakan program CSR sebagai komitmen pada peran sertanya dalam mengolah sumber daya secara adil, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas (Wibisono 2007).

(18)

di Indonesia yang termasuk dalam BUMN. Komitmen penyediaan dana untuk program CSR Pertamina adalah sebesar 1% dari perolehan laba perseroan dengan pembagian dana sebesar 80% untuk program CSR perusahaan yang direncanakan dan 20% dana untuk program yang sifatnya responsif (PT Pertamina 2011). Oleh karena itu, PT Pertamina telah menerapkan beberapa program CSR bagi masyarakat desa binaan sekitar perusahaan mereka. Salah satu program yang telah dilaksanakan PT Pertamina yakni program bina desa mandiri yang salah satunya berfokus pada program pemberdayaan ekonomi lokal.

PT Pertamina juga memperhatikan dalam IPM dalam merumuskan program/kegiatan CSR untuk memperbaiki kondisi sosial maupun fisik pada daerah perusahaan. Dalam pembangunan kemampuan manusia ini PT Pertamina mendirikan pelatihan-pelatihan khusus bagi responden yang dilibatkan pada program pengembangan responden ini, berupa pendidikan, infrastruktur, dan ekonomi. Adanya pelatihan ini memiliki tujuan agar program yang diterapkan berhasil yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal yang berupa modal sosial ini dapat menjadi modal dasar yang dimiliki oleh masyarakat dalam menjalankan setiap program pemberdayaan. Maka dari itu perlu adanya peran serta dari masyarakat yang kuat dalam pelaksanaan program ini. Oleh karena itu, pertanyaan utama dalam proposal ini adalah bagaimana pengaruh modal sosial terhadap tingkat keberhasilan program CSR dalam rangka meningkatkan kesejahteraan responden yang penerima program CSR?

Rumusan Masalah

Adanya perbedaan kondisi responden di berbagai wilayah di desa Balongan mengakibatkan terjadinya lapisan dalam masyarakat, kondisi tersebut terjadi karena perbedaan tingkat pendidikan dan pendapatan yang diperoleh responden. Oleh karena itu pertanyaan penelitian selanjutnya adalah menganalisis karakteristik responden di Desa Balongan?

Modal sosial yang dimiliki oleh responden tentunya memiliki kekhasan yang berbeda, tergantung dengan kondisi sosial masyarakat yang berada pada wilayah tertentu. Relasi yang dibangun dengan erat antar responden dapat menciptakan modal sosial pada pelaksanaan program ini. Maka menarik untuk diteliti bagaimana modal sosial yang terdapat pada peserta kegiatan program CSR PT Pertamina?

(19)

bagaimana pengaruh modal sosial terhadap tingkat keberhasilan program pengembangan masyarakat?

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian secara umum adalah untuk menganalisis pengaruh modal sosial terhadap tingkat Keberhasilan Program CSR PT Pertamina dan secara khusus bertujuan untuk:

1. Menganalisis karakteristik responden di Desa Balongan

2. Menganalisis modal sosial yang terdapat pada peserta kegiatan program CSR PT Pertamina, dan

3. Menganalisis pengaruh modal sosial terhadap tingkat keberhasilan program pengembangan masyarakat.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada:

1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. Sedangkan untuk civitas akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya perkembangan pengetahuan mengenai CSR.

2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang telah dilaksanakan yang berbasiskan pengembangan masyarakat. Selain itu, perusahaan dapat memiliki data dan informasi terbaru yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas.

3. Masyarakat dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai tingkat pendidikan masyarakat akibat dampak program CSR yang telah dilaksanakan.

(20)
(21)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

Definisi CSR menurut Bank Dunia yaitu lembaga keuangan global merumuskan: “Corporate Social Responsibility is the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development”.

Menurut Elkington (1999) CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines yaitu profit, people dan planet, yaitu:

1. Profit

Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.

2. People

Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia, beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendiri sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal dan ada yang merancang berbagai skema perlindungan sosial warga setempat.

3. Planet

Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, dan pengembangan pariwisata.

Menurut (Ambadar 2008) CSR merupakan upaya untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan. Perusahaan saat ini tentunya telah mengalami perubahan dari yang bersifat memberi kedermawanan kepada masyarakat, saat ini lebih menekankan pada upaya penciptaan kemandirian masyarakat. Adapun beberapa tahapan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat menurut Wibisono (2007), yaitu :

1. Tahap perencanaan

Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assessement, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah utama membangun kesadaran pentingnya CSR dan komitmen manajeman dalam berbagai upaya yaitu dapat berupa seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assessement merupakan upaya memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasikan aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Langkah selanjutnya membangun CSR Manual Building, dapat melalui

(22)

memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.

2. Tahap implementasi

Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan yaitu penggorganisasian (organizing) sumber daya, penyusunan (staffing), pengarahan (direction), pengawasan atau koreksi (controlling), pelaksanaan sesuai rencana, dan penilaian (evaluation) tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi.

3. Tahap evaluasi

Tahap evaluasi perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR.

4. Tahap Pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan inforrmasi material dan relevan mengenai perusahaan.

Definisi Modal Sosial

(23)

Merujuk pada Ridel (1997) terdapat tiga parameter modal sosial yaitu kepercayaan, norma-norma, dan jaringan.

1. Kepercayaan

Menurut Fukuyama (1995) kepercayaan merupakan harapan yang berkembang pada masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut secara bersama. Pendapat lainnya yakni Cox dalam Suharto (1997) Kepercayaan yang dibangun dapat mewujudkan adanya niat baik dengan sesama manusia dalam mewujudkan hubungan yang erat dan dapat meningkatkan kerjasama satu dengan lainnya. Putnam (1995) menjelaskan kepercayaan antar masyarakat diciptakan dapat menjadi modal yang baik, karena melibatkan lembaga-lembaga sosial yang kuat dalam menciptakan suasana yang harmonis.

2. Norma

Menurut Putnam (1993) menyebutkan norma yang dibangun dan berkembang berasal dari kerjasama yang sebelumnya dibangun dan diciptakan untuk meningkatkan adanya kerjasama yang baik. Lawang (2005) menjelaskan norma yang terdapat pada suatu kelompok terjadi tidak hanya dalam satu komunikasi saja, tetapi terjalin dalam waktu yang lama. Pelaksanaan norma yang dipegang bersama ini dijadikan sebagai prinsip kebenaran, apabila ada yang melanggar maka anggota tersebut berhak diberikan sanksi yang tegas.

3. Jaringan

Putnam (1993) menjelaskan jaringan-jaringan sosial yang erat dapat memperkuat kerjasama antar masyarakat serta bermanfaat pada peningkatan partisipasinya. Menurut Pranadji (2006) kerja sama dan jaringan kerja yang terbentuk dalam masyarkat adalah pengembangan operasional dari hubungan saling percaya antar anggota masyarakat di bidang sosio-budaya, ekonomi, dan pemerintahan (politik). Pranadji juga menyatakan dalam kehidupan sosial di pedesaan, seharusnya kepercayaan tidak dilihat sekedar sebagai masalah personalitas (psikologis) atau interpersonal melainkan mencakup juga aspek ekstrapersonal dan intersubyektif.

(24)

lembaga-lembaga sosial yang kokoh dalam mendukungnya. Peranan modal sosial ini dapat membantu masyarakat dalam pelaksanaan, khususnya program yang bergerak pada bidang pemberdayaan, hal ini dikarenakan modal sosial mengandalakan jalinan relasi yang dibangun antar masyarakat.

Definisi Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat ialah kegiatan yang dilakukan bersama komunitas masyarakat dengan cara meningkatkan partisipasi aktif masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang dialami oleh komunitas masyarakat. Menurut Suharto (2005) pengembangan masyarakat adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial, karena masyarakat pesisir umumnya memiliki karakteristik yang heterogen dengan latar belakang yang berbeda baik dari pendidikan, pendapatan dan status sosialnya. Menurut Amanah (2005) program pengembangan masyarakat dapat dilakukan berdasarkan kearifan lokal berupa peningkatan partisipasi masyarakat setempat dan dapat berjalan secara berkelanjutan karena adanya pengoptimalan sumber daya alam yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

Agar pengembangan masyarakat yang akan diimplementasikan di daerah sekitar perusahaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan, seyogyanya antara kelompok masyarakat perlu memiliki keinginan yang kuat dalam mensejahterahkan daerahnya. Menurut Nasdian (2014) pengembangan masyarakat didefinisikan sebagai kegiatan untuk membantu diri sendiri dalam meningkatkan standar dan kualitas hidup masyarakat terutama di daerah pedesaan. Kegiatan pengembangan masyarakat dapat berupa peningkatan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat. Merujuk pada penelitian Ihsan (2002) masyarakat mampu menjalankan program pengembangan masyarakat apabila masyarakat tersebut diberikan pelatihan-pelatihan peningkatan kemampuannya dalam mengolah sumber daya alam. Adanya pelatihan yang diterapkan menjadikan masyarakat memiliki keinginan dalam diri untuk melakukan kegiatan program pengembangan masyarakat.

(25)

Definisi Keberhasilan Program

Keberhasilan program merupakan suatu keadaan dimana program pemberdayaan yang diterapkan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, serta adanya perubahan keadaan lebih baik dari masa sebelumnya. Menurut Munajat (2007) Organisasi dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan dari organisasi tersebut.

Salah satu dimensi keberhasilan adalah dimensi partisipasi, Menurut Iskandar dan Wibowo (2015) partisipasi ini dimaksudkan untuk melibatkan anggota baik dalam merencanakan usaha, jenis usaha apa yang layak menurut anggota, berapa modal usaha yang diperlukan, dan tempat mana yang layak untuk mengembangkan usaha dan lain-lain. Selain itu melalui partisipasi ini dimaksudkan agar anggota dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara adil dan ikut mengambil keputusan dalam menentukan tujuan dalam merumuskan kebijaksanaan.

Selain partisipasi keberhasilan program juga dapat dilihat berdasarkan tingkat pendapatan. Menurut Mubyarto (2000) pendapatan merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan ini menjadi salah satu indikator keberhasilan, karena dapat ditinjau dari perubahan pendapatan sebelum dan sesudah program pemberdayaan ini dilaksanakan. Menurut Muflikhati (2010) pendapatan keluarga merupakan penjumlahan dari seluruh pendapatan yang diperoleh suatu keluarga. Pelaksanaan program pemberdayaan ini diharapkan dapat meningkatakan pendapatan keluarga, serta dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh keluarga sehari-harinya.

Menurut Triutami (2013) Pemanfaatan modal sosial dapat menghasilkan aspek keuntungan, produktivitas dan skala industri. Unsur modal sosial seperti kepercayaan dapat membentuk jaringan pada penjualan hasil produksi dan norma untuk merumuskan kesepakatan bersama. Berdasarkan hasil penelitian Haryadi (1998) persepsi keberhasilan usaha sangatlah beragam, secara umum kriteria keberhasilan usaha yaitu : peningkatan taraf hidup secara meterial, peningkatan produktifitas usaha, peningkatan skala usaha dan peningkatan kemandirian melalui kemampuan bersaing secara ketat.

(26)

KERANGKA PEMIKIRAN

Karakteristik responden yang beragam pada Program CSR PT Pertamina dikarenakan pelaksanaan program mencakup semua masyarakat yang berminat mengikuti kegiatan ini. Keberagaman yang berada pada kelompok dapat terjalin secara harmonis melalui modal sosial yang terbangun pada kelompok. Modal sosial memiliki peranan penting dalam mewujudkan tingkat keberhasilan program CSR yang dijalankan. Unsur-unsur modal sosial tersebut meliputi kepercayaan, norma, dan jaringan yang diciptakan. Modal sosial yang berada pada masyarakat juga dapat berhubungan dengan karakteristik masyarakat pada program ini, diantaranya jenis kelamin, usia, jenis program yang diikuti, tahun keikutsertaan, status pernikahan, tingkat pendapatan yang dimiliki dan skala usaha. Modal sosial yang diterapkan pada masyarakat program ini juga berpengaruh pada tingkat keberhasilan program CSR yang dilakukan. Keberhasilan program CSR yang diterapkan ini mencakup tingkat partisipasi, tingkat pendapat yang diterima setelah program ini dijalankan, dan skala usaha yang diterima. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

(27)

Hipotesis Penelitian

1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik responden dengan modal sosial

2. Diduga terdapat pengaruh modal sosial terhadap tingkat keberhasilan program

Definisi Operasional Karakteristik Responden

1. Jenis kelamin adalah pengkategorian antara laki-laki dan perempuan. Jenis kelain diukur menggunakan skala nominal. Adapun pengkategorian dan pemberian kode yaitu:

1. Laki-laki:kode 1 2. Perempuan: kode 2

2. Usia adalah usia responden saat dia hidup sampai pada penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam satuan tahun. Usia diukur menggunakan data ordinal. Adapun pengkategorian umur sebagai berikut:

1.Usia awal dewasa : 18-29 tahun 2.Usia pertengahan : 30-49 tahun 3.Usia tua : >50 tahun

3.Jenis Program CSR adalah jenis program yang diikuti oleh responden CSR PT Pertamina Indramayu. Adapun pengkategorian jenis program CSR dan diberi kode yaitu:

1.Program pengolahan bahan pangan: kode 1 2.Program budidaya lele: kode 2

3.Program Peternakan: kode 3

4. Tahun keikutsertaan responden pada program CSR

Tahun keikutsertaan adalah rentang waktu yang dilakukan responden dalam mengikuti program CSR. Pengukuran rentang waktu keikutsertaan ini diukur menggunakan data nominal. Pengkategorian dan pemberian skor dibagi kedalam empat kategori yaitu:

1. Tahun pertama: skor 1 2. Tahun Kedua: skor 2 3. Tahun Ketiga: skor 3 4. Tahun Keempat: skor 4

5. Status Perkawinan adalah status yang dimiliki oleh responden semenjak awal mengikuti program CSR PT Pertamina. Status perkawinan ini diukur menggunakan skala ordinal. Pengkodean status perkawinan ini dibagi ke dalam 4 kategori yaitu :

1. Belum Menikah: kode 1 2. Menikah: kode 2

3. Bercerai: kode 3

(28)

Kepemilikan rumah ini diukur menggunakan skala ordinal. Pengkategorian kepemilikan rumah dan pemberian skor ini dibagi kedalam tiga kategori yaitu :

1. Sendiri: skor 1 2. Menumpang: skor 2 3. Menyewa: skor 3

Modal Sosial

Modal sosial dalam hal ini dibagi kedalam 3 variabel yakni:

1. Tingkat kepercayaan adalah keadaan mempercayai atau meyakini keberadaan orang lain dalam menjalankan pogram yang diikutinya. Jenis data yang digunakan berbentuk data ordinal. Adapun pengkategorian dan pemberian skor yaitu:

1. Rendah: 10-20 skor 2. Sedang: 21-30 skor 3. Tinggi:31-40 skor

2. Tingkat Norma adalah Pemahaman nilai-nilai yang dipahami, diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Jenis data yang digunakan data ordinal. Adapun pengkategorian dan pemberian skor, yaitu:

1. Rendah: 10-20 skor 2. Sedang: 20-30 skor 3. Tinggi:30-40 skor

3. Tingkat Jaringan adalah kemudahan dalam memperoleh/mengakses pendidikan, kerjasama, relasi,serta pelayanan responden lainnya. Data yang digunakan menggunakan data ordinal. Adapun pengkategorian dan pemberian skor, yaitu:

1. Rendah: 8-16 skor 2. Sedang: 17-24 skor 3. Tinggi:25-32 skor

Tingkat Partisipasi

Tingkat partisipasi adalah tingkatan keikutsertaan/keterlibatan yang dicapai peserta program CSR dalam tangga partisipasi Arnstein (1969), baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Partisipasi ini dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah untuk ketiga aspek program CSR apabila berada pada kriteria dibawah ini. Data yang digunakan menggunakan data ordinal. Adapun pengkategorian dan pemberian skor, yaitu :

1. Rendah, apabila skor total 16-32 2. Sedang, apabila skor total 33-40 3. Tinggi, apabila skor total 40-54

Tingkat Keuntungan Pendapatan Individu

(29)

pendapatan individu dalam satu tahun tersebut kemudian dibagi menjadi tiga kategori yakni:

1. Rendah: apabila tingkat pendapatan kurang dari rata-rata tingkat pendapatan responden di lapang

2. Sedang: apabila pendapatan sama dengan rata-rata tingkat pendapatan responden di lapang

3.Tinggi: apabila pendapatan lebih tinggi dari rata-rata tingkat pendapatan responden di lapang.

Skala Usaha

Skala usaha adalah banyak hasil dan keuntungan yang diterima dari usaha dan modal yang telah dilakukan oleh responden di lapang. Pengukuran skala usaha ini diperoleh dari rata modal, rata biaya yang dikeluarkan dan rata-rata dari keuntungan yang diperoleh. Pengukuran skala usaha ini diperoleh dari kuesioner dan wawancara mendalam. Adapun pembagian skor dari kategori skala usaha dibagi kedalam tiga kategori, sebagai berikut:

1. Rendah : jika pencapaian keuntungan usaha yang dilakukan oleh

responden kurang dari rata-rata keuntungan yang diterima oleh responden lainnya di lapang.

2. Sedang: jika pencapaian keuntungan yang diperoleh sama dengan rata-rata yang diperoleh dari responden lainnya lainnya di lapang. 3. Tinggi : jika pencapaian keuntungan yang diperoleh responden lebih

(30)
(31)

PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekitar wilayah PT Pertamina RU VI Balongan khususnya di Desa Balongan , Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Wilayah ini termasuk dalam wilayah Ring 1 operasi tambang minyak PT Pertamina RU VI Balongan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

purposive (sengaja). Berdasarkan informasi terkait dengan keberadaan perusahaan tambang PT Pertamina RU VI yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan minyak dan gas bumi pada kenyataannya tidak terlepas dari beberapa permasalahan yang terkait dengan masyarakat disekitarnya. Hadirnya program CSR pemberdayaan ekonomi lokal yang berfokus pada program budidaya lele, perikanan tangkap dan peternakan bagi masyarakat berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang menjadi peserta program, sehingga menjadi relevan terhadap penelitian hubungan tingkat keberhasilan program CSR dengan kondisi sosial ekonomi peserta program. Waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran 2. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi.

Metode Penelitian

Penelitian tentang pengaruh modal sosial terhadap tingkat keberhasilan program CSR PT Pertamina Indramayu ini merupakan pendekatan kuantitatif dengan metode sensus yang didukung oleh data kualitatif. Metode penelitian sensus yaitu penelitian yang mengambil semua unit populasi (Puspitawati dan Herawati 2013). Informasi yang dikumpulkan dalam penelitian sensus adalah informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner. Unit analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah kelompok pelaksana program CSR PT Pertamina. Sementara kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif dilakukan dalam upaya memperkaya dan melengkapi data agar lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Pendekatan kuantitatif diperoleh menggunakan kuesioner dan pendekatan kualitatif dilakukan dengan wawancara pada kelompok program CSR dan beberapa tokoh masyarakat di lingkungan tempat tinggal responden.

(32)

Teknik Penentuan Informan dan Responden

Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang memberikan keterangan mengenai informasi atau data disekitar lingkungan penelitian. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pelaksana program CSR PT Pertamina, pemerintah desa, dan pihak pendamping program CSR budidaya lele.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Balongan, Kabupaten Indramayu. Adapun unit penelitian atau populasi sasarannya adalah individu yang mengikuti program CSR PT Pertamina Desa Balongan. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh individu yang mengikuti program CSR PT Pertamina Indramayu. Pemilihan responden di wilayah ini dilakukan secara sensus untuk semua responden yang menjadi penerima program CSR dari PT Pertamina. Karakteristik dari responden yang akan diteliti merupakan populasi responden Desa Balongan termasuk dalam ring 1 RU VI Pertamina Balongan. Unit analisis adalah individu yang mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal yang terdiri atas tiga jenis program berjumlah total 37 orang secara keseluruhan dan mendapatkan bantuan dari program CSR tersebut. Program ini terdiri atas program pengolahan bahan pangan yang berjumlah 11 orang, program budidaya lele yang berjumlah 12 orang, dan program peternakan yang berjumlah 14 orang. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mendata semua penerima program. Untuk menguatkan kuesioner sebagai salah satu instrumen maka dilakukan uji realibilitas.

Menurut Supranto (2010) aturan dalam penentuan nilai alpha yaitu jika alpha > 0,90 maka realibilitas sempurna, jika nilai alpha 0,70 < alpha < 0,90 maka realibilitas banyak, jika nilai alpha 0,70 < alpha < 0,5 maka realibilitas moderat. Dan jika nilai alpha <0,5 maka realibilitas sedikit. Hasil uji realibilitas pada kuesioner penelitian variabel modal sosial menunjukkan angka 0,764 artinya kuesioner memiliki realibitas banyak, sedangkan hasil uji realibilitas pada kuisioner penelitian variabel partisipasi menunjukkan angka 0.864 artinya kuesioner memiliki realibitas banyak.

Teknik Pengumpulan Data

(33)

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapat kemudian akan diolah menggunakan microsoft excel 2007 dan menggunakan software Statistical Product and Service Solutions(SPSS) for Windows versi 16. Data yang diperoleh melalui kuesioner yang kemudian diolah dan dimasukan ke perangkat lunak microsoft excel 2007 sebelum dimasukan ke software Statistical Package for the Social Science (SPSS) for Windows versi 16 untuk mempermudah pengolahan data. Kemudian data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang kemudian untuk melihat pengaruh yang signifikan antar variabel digunakan uji statistik regresi linear. Adapun persamaan linier yang diperoleh adalah:

Y = bo + b1Xi

(34)
(35)

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran lokasi penelitian skripsi ini yakni Desa Balongan yang dibagi ke dalam beberapa bagian yaitu kondisi geografis, kondisi demografis dan kondisi sosial ekonomi responden.

Kondisi Geografis

Desa balongan merupakan salah satu desa yang menjadi binaan PT Pertamina Balongan. Desa Balongan ini berbatasan langsung dengan beberapa wilayah lain yang ada disekitarnya yaitu:

1. Sebelah utara : Laut jawa 2. Sebelah selatan : Desa Sukaurip 3. Sebalah barat : Desa Desa Singaraja 4. Sebelah timur : PT Pertamina Balongan

Kondisi bangunan perumahan di wilayah ini tergolong padat, tetapi responden rata-rata masih memiliki beberapa lahan di sekitar rumahnya. Untuk dapat menempuh Desa Balongan ini dapat dijangkau menggunakan bis elf

ataupun menggunakan jasa ojeg. Umumnya transportasi di desa ini belum terjangkau oleh angkot, hanya pada beberapa bagian kota Indramayu yang sudah terjangkau angkot. Luas penggunaan lahan desa Balongan umumnya terdiri dari pemukiman karena awalnya desa yang menjadi PT Pertamina telah dibeli oleh Pertamina, sehingga lahan masyarakat yang telah dibeli berpindah ke daerah di sekitarnya termasuk Desa Balongan.

Gambar 2 Luas penggunaan lahan Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu tahun 2013

(36)

kegiatan pemanfaatan lahan, misalnya untuk kegiatan pertanian. Pekarangan yang cukup luas yang dimiliki masyarakat sangatlah berguna dalam pelaksanaan program CSR PT Pertamina Indramayu, contohnya pada program budidaya lele dan program peternakan.

Kondisi Demografis

Data monografi Desa balongan Tahun 2013 memiliki jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.453 orang, sedangkan perempuan berjumlah 1.613 orang. Jumlah penduduk pada desa ini berjumlah 3.066 orang Kondisi ini menujukkan bahwa komposisi laki-laki lebih sedikit daripada perempuan. Tetapi meskipun adanya hal tersebut program pemberdayaan yang diterapkan tidak diharuskan harus bejenis kelamin laki-laki ataupun perempuan. Jumlah kelahiran laki-laki di desa balonganlebih besar daripada perempuan yakni berjumlah 45 orang, sedangkan kelahiran untuk perempuan berjumlah 39 orang. Untuk kematian (mortalitas) pada desa balongan ini lebih banyak laki yang berjumlah 27 orang dan perempuan berjemlah 25 orang.

Mayoritas jumlah penduduk di Desa Balongan ini beragama Islam dengan jumlah 3.059 orang dan lainnya agama kristen yang hanya 7 orang. Selain itu mayoritas responden di desa Balongan ini umumnya bergerak pada bidang usaha pertanian, karena warga banyak yang memiliki lahan di sekitar rumah yang relatif besar.

Kondisi Sosial Ekonomi

Subbab sebelumnya menjelaskan bahwa daerah di Desa Balongan ini terletak pada wilayah pesisir di perairan Laut Jawa dan memiliki karakteristik masyarakat yang beragam. Desa Balongan ini juga tidak hanya dihuni oleh masyarakat asli, tetapi terdapat beberapa masyarakat pendatang yang membeli tanah di sekitar daerah ini. Jenis pekerjaan pada masyarakat Desa Balongan ini memiliki pekerjaan yang berbeda satu sama lain. Penjelasan lebih lanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah dan persentase jenis pekerjaan responden program CSR PT Pertamina Indramayu Tahun 2015

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Wiraswata 1017 47.1

(37)

pesen, lalu sebagai buruh tani sebanyak 98 orang atau 4,5 persen, dan lainnya sebanyak 101 orang atau 4,7 persen.

Pendapatan yang dimiliki oleh warga sehari-hari hanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Konsumsi responden yang hanya berfokus pada kebutuhan pangan yang berada pada tingkat taraf hidup yang sedang. Disamping itu, adapula responden yang menjalankan usaha peternakan, pembudidayaan lele, dan pengolahan bahan pangan yang lebih banyak dilakukan oleh perempuan karena laki-laki sering keluar desa menjadi buruh proyek. Usaha peternakan lebih banyak dalam bidang budidaya itik/entog. Khusus untuk itik petelur, responden menjual telur hasil usaha dan adapula yang dikonsumsi sendiri. Usaha budidaya lele yang dilakukan responden masih berlandaskan kebutuhan pada masyarakat karena pada dasarnya usaha tersebut belum memberikan keuntungan dalam jumlah besar karena berkaitan dengan tengkulak. Lain halnya dalam usaha warung makan, walaupun penghasilannya kecil setiap hari namun dapat terus menerus. Kepemilikan alat transportasi responden di antaranya adalah perahu dan sepeda motor, hanya sedikit sekali yang memiliki mobil, hanya orang yang memiliki taraf hidup tinggi seperti nelayan besar dan kepala desa.

Program pemberdayaan ini juga menciptakan adanya kelembagaan, agar memudahkan responden satu dengan lainnya dalam pembagian tugas pada masing masing responden. Kelembagaan tersebut berupa Kelompok Usaha Bersama (KUB). Kelembagaan KUB ini merupakan kelembagaan yang baru dibentuk pada tahun 2012 di desa Balongan. Tujuan dari kelembagaan ini untuk memfasilitasi responden dalam menjalankan program pemberdayaan ekonomi lokal agar tercipta kehidupan yang lebih sejahtera. Pengurus KUB merupakan responden desa yang merupakan peserta program dan ditentukan secara bersama melalui hasil kesepakatan seluruh peserta program yang mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal. Dana yang digunakan dalam kelembagaan ini berasal dari CSR PT Pertamina yang diberikan kepada para pengurus agar dapat dikelola secara mandiri dan berkelanjutan.

Program Corporate Social Responsibility (CSR)

(38)

Kelompok Pengolahan Bahan Pangan

Pembinaan kegiatan pengolahan bahan pangan ini meliputi kegiatan pengolahan pilus, terasi, kue dan keripik. Kegiatan ini awalnya disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan responden. Kalangan pengolahan bahan pangan ini didominasi oleh ibu-ibu. Pihak penyelenggara program memberikan bantuan alat pengolahan dan bahan-bahan yang diperlukan dalam membuat pengolahan bahan pangan. Pengolahan bahan pangan ini diharapkan dapat menambah membantu kegiatan perekonomian keluarga. Saat ini pemasaran dari hasil pengolahan bahan pangan telah memiliki kios yang bernama Cengkir, sehingga memudahkan para responden kegiatan dalam memasarkan hasilnya. Adapun kegiatan pengolahan bahan pangan ini meliputi produksi bakery, snack dan terasi.

Kelompok Usaha Budidaya Lele

Budidaya lele ini merupakan komoditas perikanan yang cukup diminati pada responden. Budidaya lele ini dapat dilakukan oleh orang awam sekalipun, karena pemeliharaan yang relatif mudah. Awalnya responden yang terlibat pada budidaya lele ini diberikan pelatihan oleh tenaga ahli dari IPB yaitu Bapak Sulistiono. Pelatihan ini menjelaskan beberapa tahapan yang diperlukan dalam budidaya lele mulai dari sejarah ikan lele, nilai ekonomis lele, persiapan lahan, pembuatan kolam (konstruksi kolam) pengisian air, pemeliharaan lele, sampai kegiatan pemanenan. Kolam yang akan digunakan untuk kegiatan pembesaran ikan lele adalah kolam terpal dengan memanfaatkan lahan di pekarangan rumah. Tujuan dari program budidaya lele ini untuk peningkatan produksi lele melalui mengelola pakan, adanya peningkatan pengetahuan tentang dalam mengelola penyakit dan cara penanggulangannya, menjadi kelompok usaha budidaya lele yang bekerja sama dengan dinas perikanan setempat dan menjadi komoditas sentra lele di daerah Indramayu.

Kelompok Usaha Peternakan

(39)

1. Pelatihan program peternakan yang meliputi penentuan peserta, pendaftaran dan pelatihan. Pendaftaran responden harus memenuhi persyaratan KTP dan Kartu keluarga. Persyaratan sebagai peserta kegiatan mempunyai lahan untuk pembuatan kandang yang berukuran 15 meter², bersedia membuat kandang dengan materi kandang yang diberikan, mempunyai kemauan untuk belajar dan mengikuti kegiatan dengan baik dan mempunyai komitmen terhadap pengelolaan sumberdaya yang diberikan.

2. Pembuatan kandang

Setelah adanya pelatihan lalu responden diberikan material untuk pembuatan anak entog dengan luasan 15 meter² dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum, timbangan pakan dan rak telur. Adapun material bangunan kandang yang disediakan terdiri dari bambu, atap berupa asbes, pasir semen dan paku.

3. Pengadaan ternak dan pakan

Tahap selanjutnya setelah pembuatan kandang yaitu dilakukan pengadaan pakan dan entog yang siap bertelur masing-masing sebanyak 10 ekor betina dan 2 ekor jantan dewasa untuk siap beternak. Benih entog yang digunakan diperoleh dari daerah sekitar Indramyu dengan keadaan yang sehat dan tidak terkena wabah penyakit.

4. Monitoring program peternakan

Kegiatan monitoring dilakukan setelah responden melakukan program peternakan yang diberikan, kegunaan dari adanya monitoring ini bertujuan untuk mengawasi kegiatan pelaksanaan entog agar dapat berjalan dengan baik.

Profil PT Pertamina RU VI Balongan

PT Pertamina RU VI Balongan ini didirikan pada tanggal 1 September 1990 yang terletak di Desa Balongan, Kabupaten Indramayu. Sejak tahun 1970 gas dan minyak bumi yang dieksploitasi di Desa Balongan ini mencapai 224 buah sumur yang digali. Keberadaan Minyak bumi yang berada di wilayah ini cukup strategis karena didukung dari adanya faktor-faktor sebagai berikut :

a. Bahan Baku

Bahan baku yang diolah PT Pertamina RU VI Balongan ini berasal darim inyak mentah duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed), minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed), gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard Cubic Feet Per Day

(MMSCFD) b. Air

(40)

c. Transportasi

Lokasi kilang PT. Pertamina RU VI Balongan ini berdekatan dengan jalan raya dan lepas pantai utara, sehingga mempermudah penyaluran akses-akses hasil produksi ke kota-kota besar terutama untuk daerah DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.

d. Tenaga kerja

Tenaga kerja yang dipakai oleh PT Pertamina terdiri dari dua golongan. Golongan pertama yakni pekerja yang dipekerjakan secara non-skill misalnya pada proses pendirian kilang minyak Balongan dan sebagai buruh serabutan yang membersihkan area rerumputan di sekitar PT Pertamina. Pekerja ini berasal dari responden sekitar sehingga diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Golongan kedua yakni pekerja pada proses pengoperasian PT Pertamina yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam mengelola kilang dari berbagai daerah di Indonesia. Visi dan Misi PT Pertamina

Visi: Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia

Misi: Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat. PT Pertamina dalam hal ini mengadakan program Corporate Social Responsibility dengan berkerjasama dengan Pusat Perencanaan, Pengembangan dan Pengkajian Wilayah (P4W) IPB dalam pelaksanaannya. Adanya kerjasama ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan dan keberlanjutan dari program yang telah dilaksanakan. Untuk meninjau keberlangsungan kegiatan ini diadakan kegiatan monitoring dan evaluasi di setiap tahunnya agar dapat mengetahui kekurangan maupun kelebihan dari pelaksanaan program ini.

Ikhtisar

Desa Balongan merupakan desa yang berada di Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu yang memiliki manfaat penting dalam hal pengelolaan hasil alam seperti minyak bumi dan gas karena hampir dari separuh desa ini digunakan untuk kilang minyak PT Pertamina. Adanya PT Pertamina di daerah ini memiliki peran yang penting karena berfungsi untuk memenuhi kebutuhan minyak bumi dan gas di daerah sekitarnya termasuk Jakarta dan Jawa Barat.

(41)

KARAKTERISTIK RESPONDEN PROGRAM CSR PT

PERTAMINA

Perbedaan individu di setiap wilayah pelaksana program CSR PT Pertamina mengharuskan program yang diterapkan agar sesuai dengan kebutuhan dari respondennya. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan di Desa Balongan ini meliputi kegiatan pengolahan, yaitu usaha pengolahan pada bahan pangan seperti pengolahan kue, usaha pengolahan terasi dan usaha pengolahan terasi, budidaya lele yaitu kegiatan budidaya perikanan dengan pemanfaatan lahan terbatas di sekitar pekarangan rumah untuk dijadikan sebagai kolam budidaya dan bidang peternakan, yaitu program penetesan telor entog dan program perkembangbiakan entog hingga dewasa. Desa Balongan merupakan desa yang memiliki variasi kondisi sosial responden yang berbeda-beda, dalam penelitian ini peneliti mencoba menganalisis karakteristik individu yang meliputi jenis kelamin, usia responden, jenis program CSR yang diikuti, tahun keikutsertaan program CSR, status perkawinan, jumlah pendapatan, status kepemilikan rumah, jumlah responden keluarga satu rumah.

Jenis Kelamin

Jenis kelamin ialah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan program CSR ini sejak dia lahir. Responden pada penelitian ini berjumlah 37 orang. Penentuan responden CSR ini tidak ditentukan antara laki-laki ataupun perempuan, tetapi diberlohkan mengikuti program ini apabila memiliki keinginan yang kuat untuk menjalankan dari awal program ini. Adapun kategori jumlah dan persentase jenis kelamin Program CSR PT Pertamina pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase

1. Laki-Laki 20 54

2. Perempuan 17 46

Total 37 100

(42)

Usia

Usia adalah usia responden saat dia hidup sampai pada penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam satuan tahun. Responden yang mengikuti program ini dibagi kedalam tiga kategori yaitu usia 18-29 tahun, 30-49 tahun dan usia diatas 50 tahun. Program yang diterapkan di Desa Balongan ini tidak mensyaratkan usia yang dimiliki oleh responden, tetapi yang dibutuhkan adalah keinginan responden untuk mengikuti program ini. Adapun penjelasan mengenai usia responden dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Usia responden yang mengikuti program CSR Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

No Usia Responden Jumlah (Jiwa) Persentase

1. 18-29 tahun - -

2. 30-49 tahun 25 67,6

3. >50 tahun 12 32,4

Total 37 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa usia 67,6% responden berada pada usia 30-49 tahun dan lebih dari 50 tahun berjumlah 12 orang atau 32,4% responden. Hal ini menunjukkan bahwa umumnya responden yang telah mengikuti kegiatan ini berada pada kategori usia awal dewasa. Umumnya responden yang mengikuti program ini telah berkeluarga sehingga adanya program ini bertujuan dengan peningkatan pendapatan bagi keluarganya.

Jenis Program CSR yang Diikuti

Jenis program CSR yang diikuti adalah program yang diminati oleh masing-masing responden yang disesuaikan dengan minat dan kebutuhan mereka. Program yang di inisiasikan oleh PT Pertamina terbagi ke dalam tiga program yakni program pengolahan bahan pangan, program budidaya lele dan program peternakan. Program yang diberikan oleh PT Pertamina ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan responden tanpa harus memiliki keahlian yang khusus dalam mengikuti program ini.

Tabel 4 Jenis program CSR yang diikuti oleh responden Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

(43)

Tabel 4 menunujukkan bahwa program peternakan memiliki jumlah responden terbanyak sebesar 14 orang atau 37,9 persen, sedangkan untuk budidaya lele sebanyak 12 orang atau 32,4 persen dan pengolahan bahan pangan sebanyak 11 orang atau 29,7 persen.

Tahun Keikutsertaan

Keikutsertaan responden dalam pelaksanaan program ini memiliki waktu yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena responden tersebut awalnya belum mengetahui dan memiliki keyakinan untuk mengikuti program ini.

Seperti pendapat (Pak ROH, 43 Tahun) “Awalnya saya ikut program ini diajak oleh teman saya yang telah berhasil mengembangkan usaha budidaya lele, lalu saat ini saya juga merasakan manfaatnya seperti sekarang dek

Setiap program tentunya tidaklah setiap orang mau melakukan program yang dijalankan, tetapi responden sendiri yang melihat adanya keberhasilan program dari orang lain.Keikutsertaan responden ini dapat dilihat dari Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan persentase tahun keikutsertaan program CSR PT Pertamina,

Desa Balongan, Kabupaten Indramayu Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 11 responden atau 29,7 persen mengikuti program selama 1 tahun, 12 responden atau 32,5 persen mengikuti program selama 2 tahun, 13 responden atau 35,1 persen mengikuti program selama 3 tahun dan 1 responden atau 2,7 persen mengikuti program selama 4 tahun.

Kepemilikan Rumah

(44)

Tabel 6 Kepemilikan rumah yang dimiliki oleh responden Program CSR PT Pertamina Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

No Kepemilikan Rumah Jumlah Individu Persentase

1 Sendiri 36 96,3

2 Menumpang 1 2,7

Total 37 100

Berdasarkan tabel diatas kepemilikan rumah umumnya responden memiliki rumah sendiri sebanyak 36 orang atau 96,3%. Sedangkan hanya 1 orang atau 2,7 persen yang tidak memiliki rumah.

Karakteristik Pendapatan

Pendapatan adalah pemasukan yang diterima oleh tiap responden yang diperoleh dari berbagai pekerjaan yang dimilikinya. Pekerjaan masyarakat umumnya memiliki pekerjaan yang berbeda-beda, tetapi terkadang keuntungan yang diperoleh dari pekerjaan yang dimiliki responden belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka adanya program ini berguna dalam peningkatan pendapatan yang telah diterima oleh responden. Penjelasan mengenai pendapatan responden dapat dilihat pada Grafik 1.

Grafik 1 Tingkat pendapatan yang diterima oleh responden program CSR PT Pertamina Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015.

(45)

usaha yang didapat dari hasil penghitungan SPSS dengan menggunakan data sebaran pendapatan responden sebagai berikut:

1. Pengkategorian tinggi diperoleh dari perhitungan Standar Deviasi+Mean (Rp2.228.378+Rp1.208.680=Rp3.437.058), apabila pendapatan tinggi maka pendapatan responden > Rp3.437.058

2. Pengkategorian Rendah diperoleh dari perhitungan Standar Deviasi-Mean(Rp2.228.378-Rp1.208.680=Rp1.019.698), apabila pendapatan rendah maka pendapatan responden <Rp1.019.698

3. Pengkategorian sedang diperoleh dari rentang antara pengkategorian tinggi dan rendah (Rp3.437.058-Rp1.019.698)

Pendapatan responden ini diperoleh berdasarkan sebaran pendapatan yang diterima responden di Desa Balongan. Sebaran ini diperoleh berdasarkan rata-rata pendapatan yang diterima dalam waktu satu bulan. Adapun kategori tingkat pendapatan yang diterima responden program CSR PT Pertamina dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan pesentase pendapatan responden program CSR PT Pertamina Desa Balongan, kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu.

No Tingkat Pendapatan Jumlah Individu (jiwa)

Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan yang diperoleh oleh responden umumnya termasuk pada kategori sedang, yakni berjumlah 73 persen atau 27 orang, sedangkan hanya 4 orang atau 10,8 persen yang memiliki pendapatan rendah dan 6 orang atau 16,2 persen yang memiliki pendapatan tinggi.

Karakteristik Skala Usaha

Skala usaha diperoleh dari hasil keuntungan usaha yang diperoleh oleh responden pada program CSR yang diikuti. Hasil keuntungan ini dihitung melalui pengkategorian skala usaha yang didapat dari hasil penghitungan SPSS sebagai berikut:

1. Pengkategorian tinggi diperoleh dari perhitungan Standar Deviasi+Mean (Rp305.000+Rp129.126=Rp434.126)

2. Pengkategorian Rendah diperoleh dari perhitungan Standar Deviasi-Mean(Rp305.000-Rp129.126=Rp175.873)

(46)

Grafik 2 Sebaran skala usaha yang diterima program CSR PT Pertamina Desa Balongan Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015.

Tabel 8 Skala usaha yang diperoleh oleh responden program CSR PT Pertamina Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015

No Skala Usaha Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Tinggi 7 18.9

2 Sedang 28 75.7

3 Rendah 2 5.4

Total 37 100

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki skala usaha sedang yaitu 75,7 persen atau 28 orang. Skala usaha yang sedang ini disebabkan karena rataan hasil produksi yang umumnya antara Rp 175.873 hingga Rp 434.126. Umumnya responden dalam memperoleh hasil nafkah tidak hanya berpatokan dari hasil CSR ini tetapi memiliki pendapatan dari sektor lain. Kegiatan CSR ini hanya merupakan kegiatan sampingan untuk memperoleh tambahan pendapatan. Mereka mengandalkan pekerjaan sebagai buruh, pemotong rumput di sekitar lahan pertamina dan bahkan ada yang menjadi tenaga kerja Indonesia. Bagi yang menjadi TKI lahan programnnya diberikan oleh responden keluarga untuk mengurusnya. Sedangkan bagi ibu-ibu yang melakukan usaha bakery berpendapat bahwa mengikuti program ini agar ada tambahan buat kebutuhan dapur.

(47)

Ikhtisar

Program CSR di Desa Balongan ini memiliki tujuan dalam peningkatan pendapatan pada setiap respondennya. Program ini berupa kelompok Usaha Bersama (KUB) yang meliputi kelompok pengolahan bahan pangan, kelompok budidaya lele, dan kelompok peternakan. Responden laki-laki dalam program ini lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Penentuan peserta program berasal dari seluruh lapisan responden, karena pada awal perencanaan program ini diadakan diskusi bersama dengan beberapa elite desa sehingga responden juga dapat menyalurkan aspirasinya pada program ini.

(48)
(49)

MODAL SOSIAL PROGRAM CSR PT PERTAMINA

Nasdian (2014) menyebutkan bahwa untuk mengembangkan kelompok-kelompok dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal diperlukan adanya jejaring pengembangan kelompok-kelompok sosial ekonomi dengan mensinergikan fungsi-fungsi dari berbagai stakeholders sebagai bentuk pengembangan modal sosial. Stakeholders dalam kegiatan ini yaitu PT Pertamina dan dari pihak akademisi IPB selaku penyelenggara program. Colletta dan Collen (2000) dalam Nasdian (2014) mendefinisikan modal sosial ialah suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi seperti pandangan umum, kepercayaan, pertukaran timbal-balik, pertukaran ekonomi dan informasi, kelompok-kelompok formal dan informal, serta asosiasi-asosiasi yang melengakapi modal lainnya.

Tingkat Kepercayaan

Kepercayaan adalah unsur modal sosial yang sangat penting karena apabila tidak adanya kepercayaan maka hubungan timbal-balik tidak akan berjalan.Awalnya untuk menumbuhkan kepercayaan pada responden mengalami beberapa kesulitan, karena PT pertamina tidak hanya membeli sebagian wilayah desa tetapi juga adanya kebisingan dari suara kilang minyak dan limbah dari PT Pertamina. Akibat dari adanya hal tersebut

PT Pertamina awalnya melakukan kerjasama dengan pihak akademisi, dalam hal ini IPB untuk melakukan program CSR bagi responden. Pendekatan yang dilakukan pada responden sedikit demi sedikit.

Seperti pengakuan Ibu ANS, 44 Tahun “Awalnya dek saya tidak tinggal disini, tetapi di daerah sana situ yang saat ini telah digunakan

Pendapat dari Ibu ANS menjelaskan bahwa responden umumnya belum percaya pada program yang akan dilakukan, tetapi setelah dilakukan diskusi dengan responden, hasilnya mereka berniat mengikuti program ini. Adanya modal sosial ini juga dapat digunakan sebagai perekat (social glue) yang menjadikan pemberian program tersebut untuk modal awal kepercayaan responden bahwa PT Pertamina tidak hanya mengeksplorasi daerah setempat, tetapi PT pertamina juga melakukaan kegiatan pemberdayaan yang berguna untuk peningkatan kualitas hidup responden sekitarnya.

(50)

pikir-pikir juga engga ada salahnya ikut kegiatan ini soalnya sehari hari juga bapak tidak tentu penghasilannya dan setelah adanya program ini bapak setidaknya memiliki kegiatan sehari hari”

Tabel 9 Jumlah dan persentase tingkat kepercayaan pelaksanaan program CSR PT Pertamina, kelompok usaha bersama di Desa Balongan Kabupaten Indramayu Tahun 2015.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, umunya lebih dari setengah responden program mempercayai program yang diterapkan, karena responden awalnya pelaksanaan program ini sesuai dengan keahlian ataupun kondisi sosial pada respondennya. Misalnya kegiatan budidaya lele diberikan pada responden yang memiliki lahan yang cukup luas di pekarangan rumah, dan kegiatan peternakan responden umumnya memiliki usaha pada bidang pertanian, sehingga sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Sejalan dengan penelitian Muspida (2007) adanya kepercayaan yang dibangun baik sendiri maupun kelompok dapat mempermudah pelaksanaan kegiatan dan relasi yang dibangun dengan kelompokkelompok lainnya.

(51)

Gambar 3. Kolam Budidaya Lele yang menggunakan terpal Program CSR PT Pertamina Indramayu, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015.

Program budiaya lele, awalnya responden diberikan modal dalam membuat kolam lele ini. Responden awalnya kuarang yakin lele dapat hidup dalam kolam terpal ini. Tetapi setelah ada beberapa responden lain yang telah berhasil melakukan program ini, maka responden lain juga memiliki keyakinan akan keberhasilan program budidaya lele. Responden program lele lainnya juga memiliki kepercayaan setelah melihat keberhasilan responden yang telah mengikuti program ini sebelumnya. Kepercayaan program lele ini terbangun dari adanya keinginan diri sendiri terhadap keberhasilan program yang telah dilakukan sebelumnya.

Program peternakan awalnya respondennnya sedikit, tetapi perlahan masyarakat memiliki keyakinan pada ternak entog yang tinggi karena adanya permintaan entog yang lumayan di daerah Indramayu,beberapa responden kegiatan ini berusaha untuk membangun kandang-kandang entog, yang digunakan sebagai syarat awal mengikuti kegiatan ini. Kepercayaan pada program entog ini terbangun dari inisiasi pendampingan program dalam hal ini P4W IPB. P4W IPB memberi tahukan manfaat-manfaaat yang diterima setelah melakukan budidaya entog ini. Setelah adanya pendekatan dari pendampingan program maka responden sedikit demi sedikit mencoba untuk melakukan ternak entog ini. Untuk menumbuhkan kepercayaan responden terhadap Pelaksanaan CSR tidaklah mudah. Tetapi perlahan responden mampu melihat kemajuan dari responden yang awalnya sudah mengikuti kegiatan ini. Berikut penjelasan dari salah satu responden yang mengikuti program ini setelah melihat keberhasilan pelaksanaan program pada responden sebelumnya.

Kotak 01 Memberikan gambaran mengenai munculnya kepercayaan diperoleh dari responden lain yang telah mengikuti program sebelumnya.

Kotak 01. Kasus responden YA, 42 tahun

(52)

Kepercayaan ini tumbuh pada responden itu sendiri setelah melihat keberhasilan dari responden lainnya. Berdasarkan kasus Ibu YA terlihat bahwa tingkat kepercayaan dapat tumbuh pada responden responden itu sendiri setelah program ini berjalan beberapa bulan. Persyaratan yang tidak menyulitkan semakin mempermudah responden untuk mengelola program ini secara mandiri dengan melaporkan kemajuan kegiatannya.

Tingkat Norma

Norma adalah nilai yang berkembang dalam suatu budaya jika responden menghormati nilai budaya bersama maka akan timbul adanya kebersamaan di lingkungaan ini. Norma yang terbangun di responden pada program CSR timbul dari adanya kegiatan program CSR ini.Norma yang dijalankan pada program ini yaitu, responden wajib membayarkan biaya iuran bulanan kelompok usaha.

bersama(KUB).

Kotak 02. Memberikan gambaran mengenai norma yang dimiliki responden kegiatan Program CSR PT Pertamina. Berdasarkan kasus ini terlihat bahwa Pak KAM merasakan adanya kemudahan dari aturan yang telah dibuat oleh Kelompok Usaha Bersama (KUB). Kemudahan yang diterima oleh Pak KAM dapat meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari hasil panen lelenya.

Kotak 02 Kasus responden Pak KAM, 52 tahun

(53)

Tabel 10 Jumlah dan Persentase Tingkat Norma Pelaksanaan Program CSR PT Pertamina, Kelompok Usaha Bersama di Desa Balongan Kecamatan Indramyu

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 3 atau 8,1 persen responden memiliki tingkat rendah, sebanyak 31 atau 83,8 persen responden memiliki tingkat norma sedang, dan sebanyak 3 atau 8,1 persen responden memiliki tingkat norma tinggi. Mayoritas responden program pelaksana ini tergolong pada tingkat norma sedang. Hasil ini dipengaruhi karena umumnya responden program CSR masih mentaati aturan yang telah dibuat. Misalnya pada pembuatan pengolahan bahan pangan, ketika diberikan pinjaman modal awal lalu responden sedikit demi sedikit telah melunasi uang pinjaman lainnya.

Adapun penuturan Pak (DRS, 40 Tahun) “Saya membayar iuran sebesar 50.000 ketika saya memiliki panen sebesar 50 kilogram ikan lele, uang yang saya bayarkan ini untuk membayar motor tossa yang digunakan untuk mengangkut ikan lele setelah saya panen”

Gambar 4 Bantuan motor tossa dari PT Pertamina untuk memudahkan pengangkutan hasil panen lele Desa Balongan Kecamatan Balongan, Kabupaten

Indramayu tahun 2015.

Gambar

Gambar hasil produk pengolahan abon ikan peda
Gambar 1. Kerangka pemikiran pengaruh modal sosial terhadap keberhasilan
Tabel 6 Kepemilikan rumah yang dimiliki oleh responden Program CSR PT
Tabel 8 Skala usaha yang diperoleh oleh responden program CSR PT Pertamina
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Wawancara Dengan Guru Kelas TK Kartika II-26 (Persit) Bandar Lampung, (02 Oktober 2018).. tertalu banyak agar tidak menganggu perhatian anak. dinding di pergunakan

[2 markah] (b) Berikut merupakan beberapa kesilapan yang ditemui dalam buku Perniagaan Maju.. (i) Alat tulis terlebih catat RM200 manakala belanja am terkurang catat

1) Mengambil data, dengan cara melakukan proses download dengan perangkat lunak download manager, sehingga diperoleh downlad transfer rate proses dengan menggunakan

Rekening Pendapatan Retribusi Daerah menampung sumber pendapatan berasal dari retribusi daerah sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009

Hasil penelitian ini menghasilkan deskripsi plasma nutfah tanaman kacang panjang untuk pertukaran informasi mengenai sumber genetik yang akan digunakan dalam pemuliaan

Apakah kantor memiliki layanan yang dapat digunakan bersama oleh karyawan, pelanggan dan rekanan dan diimplementasikan dalam segemen jaringan yang sama.. Apakah rekanan

Adapun jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup yaitu angket yang alternatif jawabannya sudah dipersiapkan oleh peneliti,

sesuai dengan kewenangan Desa dan diputuskan dalam musyawarah Desa. Kegiatan Prioritas Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa. Undang-undang Desa menjelaskan bahwa pemberdayaan