• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pajak Daerah, Reribusi Daerah, Hasil Perususahaan Milik Daerah dan Penerimaan Hasil-hasil Usaha Yang Sah

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

C. Analisa dan Pembahasan

2. Pengaruh Pajak Daerah, Reribusi Daerah, Hasil Perususahaan Milik Daerah dan Penerimaan Hasil-hasil Usaha Yang Sah

Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2004-2008

a. Uji Asumsi Klasik

1) Hasil Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan normality probability plot. Dari gambar 4.2 dapat dilihat hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa titik-titik data berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi dengan normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2002 : 76).

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas Data

2) Hasil Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak memiliki korelasi antar variabel independennya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dapat dilihat nilaitolerance dan VIF (Variance Inflation Factor).

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolonieritas

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

(Constant)

Pajak Daerah .290 3.449

Retribusi Daerah .537 1.862

Hasil Perusahaan Milik Daerah .529 1.892

Pada tabel 4.3 diketahui hasil perhitungan nilai tolerance untuk penerimaan pajak daerah adalah 0,290, penerimaan retribusi daerah 0,537, penerimaan hasil perusahaan milik daerah 0,529, pendapatan lain-lain yang sah 0,604. Hasil perhitungan tersebut menunjukan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 10%. Karena mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,1 maka model regresi dapat dikatakan bebas dari multikolonieritas (Bhuono Agung, 2005 :58).

Sedangkan hasil dari perhitungan nilai VIF juga menunjukan hal yang sama yaitu tidak ada variabel bebas yang memiliki VIF lebih dari 10. Hasil perhitungan nilai VIF penerimaan pajak daerah adalah 3,449, penerimaan retribusi daerah 1,862, penerimaan hasil perusahaan milik daerah 1,892, penerimaan pendapatan hasil usaha lain-lain yang sah 1,657. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolonieritas.

3) Hasil Uji Heterokedastisitas

Gambar 4.3 merupakan grafik hasil uji heteroskedastisitas. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu y. hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model penelitian ini tidak mengalami problem heteroskedastisitas.

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedasitas

Sumber : Hasil Pengolahan data SPSS

4) Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji, apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasil uji autokorelasi pada model regresi ini menunjukkan angka Durbin Watson sebesar 1,193. Karena angka Durbin Watson mendekati angka atau di sekitar angka 2 maka model tersebut terbebas dari

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

a.Predictors (Constant), Penerimaan Pajak Daerah, Rertibusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Penerimaan Hasil Usaha Lain-lain Yang sah b.Dependent Variable: Realisasi Penerimaan PAD

Sumber : Hasil Pengelolaan data dengan SPSS 12

b. Uji Hipotesis

1) Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4.5

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi (R) digunakan untuk menentukan seberapa besar kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Pada penelitian ini R Square yang digunakan adalah R Square yang sudah disesuaikan

Model

Durbin-Watson

1 1,193

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .925a .856 .846 1317050933.020

a. Predictors: (Constant), Pendapatan lain-lain yang sah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Retribusi Daerah, Pajak Daerah

b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah Sumber : hasil Pengolahan data dengan SPSS

atau Adjusted R-Square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independent yang digunakan dalam penelitian.

Hasil output SPSS pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,846 atau 84,6 % hal ini berarti bahwa variabel independen penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan penerimaan pendapatan hasil usaha lain-lain yang sah mampu menjelaskan variabel dependen realisasi penerimaan PAD sebesar 84,6%, selebihnya sebanyak 15,4% lagi yang lain sepeti : dana perimbangan dan pinjaman daerah.

Dari hasil penelitian ini, 84,6% variabel realisasi penerimaan PAD mampu dijelaskan oleh variabel atau dipengaruhi oleh pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan pendapatan dari hasil-hasil usaha lain yang sah. Sedangkan sisanya yaitu 15,4% yang lain, seperti dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah. Atas dasar itu maka realisasi penerimaan PAD yang terjadi pada tahun 2004-2008 diharapkan mengalami peningkatan setiap tahunnya sesuai dengan yang diharapkan oleh aparat DPKAD Kota Tangerang yang diimbangi dengan peningkatan penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil-hasil usaha lainnya yang sah yang seimbang dengan

itu, faktor tindakan pemungutan oleh aparat pemerintah DPKAD Kota Tangerang diharapkan seefektif dan seefisien mungkin dalam melaksanakan pemungutan terhadap masyarakat Kota Tangerang. Dengan demikian terciptanya pelimpahan wewenang pengelolaan dan pemungutan yang lebih baik, lebih andal, dan valid yang mana sangat berpengaruh terhadap realisasi penerimaan PAD Kota Tangerang.

2) Hasil Uji F

Tabel 4.6 Hasil Uji F

Dari Anova(b) pada tabel 4.6 didapat F hitung sebesar 81,996 dengan tingkat signifikasi 0,000 karena tingkat signifikasi dibawah 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahan milik daerah secara bersama-sama berpengaruh terhadap realisasi penerimaan PAD. ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regressio n 5.689E20 4 1.422E20 81.996 .000 a

Residual 9.540E19 55 1.735E18 1

Total 6.643E20 59

a. Predictors: (Constant), Pendapatan lain-lain yang sah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Retribusi Daerah, Pajak Daerah

3) Hasil Uji t Tabel 4.7 Hasil Uji t Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 5.768E8 8.004E8 .721 .474

Pajak Daerah .883 .156 .538 5.672 .000 Retribusi Daerah .403 .271 .104 1.488 .143 Hasil Perusahaan Milik Daerah 1.401 .525 .187 2.667 .010 1 Pendapatan

lain-lain yang sah 1.726 .462 .246 3.735 .000

a.Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah Sumber : Hasil Pengolahan SPSS

Berdasarkan hasil tabel 4.7, maka dapat diperoleh suatu persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 5.768 + 0, 883 X1 + 0, 403 X2 + 1, 401 X3+ 1,726 X4 Nilai konstanta alpha (α) sebesar 5.768 menunjukan bahwa jika penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, perusahaan milik daerah dan hasil-hasil usaha yang sah dianggap konstan maka realisasi penerimaan PAD adalah 5.768.

Dari persamaan regresi hasil tabel 4.7 nilai 0,883 X1 merupakan koefisien regresi yang menunjukan bahwa setiap

1.000.000.000. maka penerimaan Pajak Daerah akan meningkatkan realisasi penerimaan sebesar 883.000.000,-sedang nilai 0,403 X2 merupakan koefisien regresi yang menunjukan bahwa setiap adanya penambahan Retribusi Daerah sebesar 1.000.000.000. maka juga akan meningkatkan realisasi penerimaan Retribusi Daerah sebesar 403.000.000,- sedang nilai 1,401 X3 merupakan korfisien regresi yang yang menunjukan bahwa setiap ada penambahan penerimaan Hasil Perusahaan Milik Daerah 1.000.000.000. maka akan meningkatkan realisasi penerimaan sebesar 1.401.000.000. sedangkan nilai 1,726 X4 merupakan koefisien regresi yang menunjukan bahwa setiap adanya penambahan Hasil-hasil Usaha Yang Sah sebesar 1.000.000.000. maka juga akan meningkatkan realisasi penerimaan sebesar 1.726.000.000.

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari uji t hitung untuk penerimaan pajak daerah sebesar 5,672 sedangkan untuk nilai t-tabel dengan tingkat signifikansi ( α ) = 0,05 dan DK ( Derajat Kebebasan ) = jumlah data ( n)-1 = 60-1 = 59, maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,001 hal ini berarti t-hitung lebih besar dari t-tabel. Jika statistik t-hitung > statistik t-tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap realisasi penerimaan PAD.

Sedang uji t untuk penerimaan retribusi daerah adalah sebesar 1,488. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabelnya yaitu 2,001. Jika t hitung < dari statistik t-tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerimaan dari retribusi daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi penerimaan PAD.

Pada uji t-hitung untuk penerimaan hasil perusahaan milik daerah adalah sebesar 2,667 nilai tersebut lebih besar dari t-tabelnya yaitu 2,001. Jika t-hitung > dari statistik t-tabel, maka Ha diterima dan Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerimaan dari hasil perusahaan milik daerah sedikit berpengaruh terhadap realisasi penerimaan PAD.

Pada uji t-hitung untuk penerimaan hasil-hasil usaha yang sah adalah sebesar 3,735 nilai tersebut lebih besar dari t-tabelnya yaitu 2,001, jika t-htung > dari t-tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. sehingga dapat disimpulkan bahwa penerimaan dari hasil-hasil usaha yang sah berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap realisasi penerimaan PAD.

Dari output SPSS pada tabel coefficients juga menunjukan bahwa penerimaan pajak daerah menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang menunjukan probabiltasnya lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ho ditolak

terhadap realiasi penerimaan PAD secara parsial berpengaruh secara signifikan.

Pada tabel coeficient penerimaan dari hasil retribusi daerah menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,143 yang menunjukan probabilitas lebih besar dari 0,05 dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti penerimaan dari retribusi daerah terhadap realisasi penerimaan PAD tidak berpengaruh secara signifikan.

Pada penerimaan dari perusahaan milik daerah menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,010 yang probabilitasnya sedikit lebih besar dari 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha di tolak. Maka penerimaan dari hasil perusahaan milik daerah secara parsial sedikit berpengaruh secara signifikan.

Sedangkan penerimaan dari pendapatan hasil-hasil usaha yang sah menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Maka pengaruh penerimaan dari hasil usaha-usaha yang sah terhadap realisasi penerimaan PAD secara parsial berpengaruh secara signifikan.

Berdasarkan hasil analisis statistik diatas, diketahui bahwa penerimaan dari retribusi daerah terdapat pengaruh yang kurang signifikan terhadap realisasi penerimaan PAD.

Berdasarkan pengamatan, dikarenakan dari tahun ke tahun salah satu sumber penerimaan PAD tersebut kurang begitu optimal dalam realisasinya terutama untuk penerimaan retribusi daerah seperti retibusi pelayanan kebersihan, retribusi pelayanan pemakaman, retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum, retribusi pelayanan pasar, dan retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, dimungkinkan kurang maksimal dalam pemungutannya sehingga penerimaan dari retribusi-retibusi tersebut tersebut dapat mengurangi kas daerah.

Akan tetapi, ada peneriman yang berasal dari pajak daerah dan penerimaan dari pendapatan lain-lain yang sah berpengaruh signifikan terhadap realisasi penerimaan PAD. Pemungutan yang dilaksanakan oleh aparat DPKD Kota Tangerang telah maksimal, sehingga sangat memberikan kontribusi yang menguntungkan bagi APBD Kota Tangerang. Dalam hal ini Kota Tangerang dapat menjalankan otonomi daerah yang dimulai sejak tahun 2001 sampai sekarang. Dengan demikian kota Tangerang dapat mengupayakan untuk terus meningkatkan sumber-sumber PAD tersebut agar dapat membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

c. Perbandingan Analisis Penulis dengan Penelitian-penelitian Sebelumnya.

Berdasarkan analisis penelitian diatas, penulis akan memperbandingkan dengan analsis penelitian-penelitian sebelumnya yang mendukung terhadap penelitian diatas. Adapun penelitain-penelitian tersebut antara lain:

1. Oleh Miftahul Huda (Skripsi, UIN: 2006), yang meneliti tentang Analisa Pengaruh Pajak Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Depok periode 2001-2005.

Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pajak sektor pariwisata (pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan) terhadap perubahan PAD. 2. Oleh Mochamad Adam Hamdani (2002) yang meneliti tentang

Optimalisasi Peningkatan Pendapatan Pajak Restoran di Kota Depok

Berdasarkan penelitiannya potensi target dan realisasi penerimaan pajak restoran sudah cukup optimal dikarenakan berkembangnya jasa usaha restoran dikota depok dan dipengaruhi oleh pembangunan dan faktor geografis strategis berbatasan dengan ibu kota DKI Jakarta.

3. Oleh Nurul Hadi (Skripsi UIN: 2008), tentang Optimalisasi penerimaan Retribusi Daerah dan Pengaruhnya terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Depok periode Tahun 2002-2006.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui optimalisasi penerimaan retribusi daerah dan mengetahui sejauh mana pengaruh penerimaan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Depok.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa penerimaan retribusi daerah di kota Depok tahun 2002-2005 sudah mencapai optimal, sedangkan di tahun 2006 penerimaan retribusi daerah tidak mencapai optimal. Disamping itu, dapat disimpulkan bahwa retribusi daeah mempunyai hubungan (korelasi) positif dengan perubahan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dan memiliki kontribusi signifikan terhadap perubahan PAD dan menunjukan pengaruh retribusi yang lemah terhadap PAD.

4. Oleh Ahmad Najib (Skripsi UIN: 2006), tentang Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Karawang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah terhadap penerimaan PAD pada Kabupaten Karawang. Data yang digunakan adalah

yaitu tahun 2001-2005. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda yang kemudian dilakukan uji F dan t yang telah dinyatakan bebas dari uji asumsi klasik.

Berdasarkan hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa keempat variabel independen (pajak daerah, perusahaan milik daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi penerimaan PAD di kabupaten Karawang).

Dari beberapa penelitan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang berpengaruh positif dan kuat pengaruhnya terhadap realisasi penerimaan PAD yaitu penerimaan yang berasal dari jumlah pajak daerah dan penerimaan dari pendapatan lain-lain yang sah. Sedangkan penerimaan dari retribusi daerah dan hasil-hasil usaha yang sah kurang memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap realisasi penerimaan PAD. Dan hal ini perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh aparatur DPKD dan masyarakat sekitar kota Tangerang, agar tidak terjadi adanya penerimaan-penerimaan yang belum terrealisasi di tahun-tahun yang akan datang yang mengakibatkan penerimaan PAD menurun, demi tercapainya efektifitas dan efisiensi pemungutan PAD kota Tangerang.

3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang