• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORITIS

2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Adapun Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) antara lain:

a) Pajak Daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

Pajak daerah dapat digolongkan kedalam dua kategori menurut tingkat pemerintahan daerah, yaitu: Pajak Propinsi dan Pajak Kabupaten/Kotamadya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah:

1) Jenis Pajak Propinsi terdapat dari:

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

e. Pajak Rokok.

2) Jenis Pajak Kabupaten Kota terdiri dari:

a. Pajak Hotel

Bedasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang No 11 tahun 2008 tentang pajak hotel menerangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pengertian

Pajak hotel adalah pungutan daerah atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran termasuk bangunan lainnya yang menyatu di kelola dan dimiliki oleh pihak yang sama kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

2) Objek Pajak Hotel

Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel, sesuai peraturan

a) Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek, antara lain:

Gubug pariwisata (cottage), motel, wisma, pariwisata, pesanggarahan (hostel), losmen dan rumah penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah kamar 15 atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.

b) Pelayanan penunjang sabagai kelengkapan fasilitas penginapan dan memberikan kemudahan dan kenyamanan, antara lain telepon, faximail, telex, fotocopy, pelayanan cuci, setrika, taksi, dan pengangkutan lainnya yang disediakan atau yang dikelola oleh hotel.

c) Fasilitas olah raga dan hiburan, antaa lain pusat kebugaran (fitness center), kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotek, yang disediakan oleh hotel. d) Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau

pertemuan di hotel.

Pada pajak hotel, tidak semua pelayanan yang diberikan oleh penginapan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu:

a) Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan atau fasilitas tempat tinggal lainnya yang tidak menyatu dengan hotel.

b) Pelayanan tinggal di asrama dan pondok pesantren. c) Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan di

hotel yang dipergunakan oleh bukan tamu hotel dengan pembayaran.

d) Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon, yang dipergunakan oleh umum di hotel.

e) Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum. 3) Subjek Pajak Hotel

Pada pajak hotel, yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada hotel atas pelayanan hotel.

4) Tarif Pajak

Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% yang ditetapkan dengan peraturan daaerah kabupaten kota hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan pada pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten / kota.

5) Perhitungan Pajak Hotel

Pajak Hotel Terutang = Penghasilan Buto dalam 1 bulanx Tarif Pajak

Contoh:

PT. Hotel Dedy Jaya terletak di kota Tangerang, memiliki data jenis kamar, jumlah kamar, dan tarif sebagai berikut:

a) Standar Doble 10 kamar dengan tarif perhari Rp 65.000. b) Standar triple 10 kamar dengan tarif perhari Rp 85.000; c) Standar doble 10 kamar dengan tarif perhari Rp 85.000. d) Standar triple 8 kamar dengan tarif perhari Rp 120.000. e) Superior 6 kamar dengan tarif perhari Rp 175.000.

Bulan November 2009 memperoleh penghasilan dari penggunaan kamar:

a) Kamar Standar double sebanyak 20 hari b) Kamar Standar triple sebanyak 20 hari c) Kamar Deluxe double sebanyak 15 hari d) Kamar Deluxe triple sebanyak 10 hari e) Kamar Superior triple sebanyak 12 hari

Hitunglah berapa pajak hotel yang harus dibayar oleh PT. Hotel Dedy Jaya untuk bulan November 2009.

Jawab:

= ( 10 x Rp 150.000; ) + ( 12 x Rp 175.000; )

= Rp 1.300.000; + Rp 1.700.000; + Rp 1.800.000; + Rp 2.100.000;

= Rp 6.900.000;

b. Pajak Restoran

Restoran adalah usaha penyediaan dan penjualan makanan bertempat disebagian atau seluruh bangunan termasuk penyediaan / penjualan makanan dan minuman yang diantar atau dibawa pulang.

Pajak restoran adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran oleh orang pribadi atau badan.

1) Dasar Hukum Pemungutan Pajak Restoran

Dasar pengenaan pajak restoran adalah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Lebih khusus pasal 2 ayat point (d) point tentang pajak Kabupaten/Kotamadya.

Di samping itu, yang menjadi landasan hukum atas pengenaan pajak restoran adalah sebagai berikut: a) Perda Provinsi Banten No.38 Tahun 2009

c) Perda No. 16 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran d) Perda Kota Tangerang No.9 Tahun 2009

2) Objek, Subjek, dan Wajib Pajak Restoran

Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran. Seperti Rumah Makan, Bar, Cafe, Warung Nasi.

Pengecualian Objek Pajak Restoran:

1. Usaha Jasa Boga atau catering yang merupakan objek pajak pemerintah pusat berdasarkan peraturan No. 65 Tahun 2001.

2. Pelayanan restoran atau rumah makan yang memilki omset atau peraturan usaha di bawah 30 juta rupiah pertahun (tidak mengikat dan dapat berubah sewaktu-waktu menyesuaikan dengan kondisi ekonomi melalui gubernur.

3. Restoran atau rumah makan yang satu manajemen dengan hotel.

Subjek pajak restoran adalah perorangan pribadi atau badan hukum yang melakukan pembayaran kepada restoran. Dengan demikian setiap konsumen, selain membayar tarif restoran, wajib pula membayar restoran sebesar 10% dan tarif restoran kepada pengusaha restoran.

Wajib Pajak restoran adalah pengusaha restoran yang harus menyetorkan pajak restoran yang dibayar oleh konsumen kepada Dinas Pendapatan selaku Kas Daerah. 3) Saat Terutang Pajak, Dasar Pengenaan Pajak Restoran,

Tarif, dan Cara Perhitungan. a) Saat Terutang Pajak Restoran

Yaitu disaat terjadinya pembayaran ke pengusaha restoran atas pelayanan restoran termasuk yang dibayar di muka/ down payment.

b) Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang diberikan konsumen kepada restoran. Masa pajak adalah jangka waktu lamanya 1 (tahun) bulan takwim. c) Cara Perhitungan

Pajak Restoran = Tarif Pajak (10%) x Dasar Pengenaan Contoh Perhitungan Pajak Restoran:

Sebuah restoran menyediakan makanan dan minuman di tempat, sekaligus melayani pesanan. Berdasarkan laporan perusahaan, selama 1 bulan restoran tersebut memperoleh pendapatan dari konsumen yang makan di restorannya sebesar Rp. 15.000.000,00. Berapakah pajak restoran yang harus dibayar oleh restoran tersebut.

Tarif Pajak = 10% Dasar Pengenaan Pajak = Omzet = Rp 64.000.000,00 + Rp 15.000.000,00 = Rp 79.000.000,00

Maka Pajak yang harus dibayarkan adalah: 10% x Rp 79.000.000,00 = 7.900.000,00 4) Sistem Pajak Restoran

Adalah Self Assesment atau wajib pajak menghitung, melaporkan dan membayar pajak yang terutang sendiri. 5) Bukti Transaksi Pembayaran Pajak Restoran

1. Setiap bentuk transaksi restoran atau rumah makan diharuskan menggunakan bon atau bill atau sesuai dengan keputusan Gubernur.

2. Setiap bon /bill harus memliki tanda perporasi atau legalisasi pajak dengan mengajukan secara tertulis ke kepala dinas pendapatan daerah.

3. Sanksi yang diberikan untuk wajib pajak yang tidak pakai perporasi /legalisasi adalah sebesar 2% perbulan dari dasar pengenaan pajak.

4. Bagi wajib pajak yang tidak menggunakan bon atau bill dikenakan sanksi sebesar 2% perbulan dari dasar pengenaan pajak.

c. Pajak Hiburan

Berdasarkan Peraturan Daerah kota Tangerang No.10 Tahun 2008 tentang pajak hiburan, menarangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pengertian

Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis pertunjukkan, permainan, dan/ atau keramain, dengan nama dan bentuk apapun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas berolahraga. 2) Objek Pajak Hiburan

Objek pajak hiburan dalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Berdasarkan peraturan daerah (perda) kota Tangerang No.10 Tahun 2008 objek pajak hiburan meliputi:

a) Pertunjukkan film

b) Pertunjukkan kesenian daaan sejenisnya c) Pagelaran musik dan tari

d) Diskotik e) Karaoke f) Klub Malam g) Permainan Billiar

i) Panti Pijat j) Mandi Uap

k) Pertandingan Olahraga l) Tempat Rekreasi m) Kolam Renang

n) Persewaan Video Kaset, VCD,/DVD, LD

o) Pasar Malam dan hiburan umum komersial lainnya. Pada pajak hiburan, tidak semua penyelenggaraan hiburan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk obek pajak, yaitu penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, atau kegiatan keagamaan.

3) Subjek Pajak Hiburan

Pada pajak hiburan, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati hiburan. Secara sederhana subjek pajak adalah konsumen yang menikmati hiburan.

4) Tarif Pajak Hiburan

Tarif pajak hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% yang ditetapkan dalam peraturan daerah kabupaten / kota.

5) Perhitungan Pajak Hiburan

Pajak Hiburan Terutang = Jumlah Pembayaran Untuk MenontonxTarif

Contoh:

PT. Dedy Jaya Tangerang menyelenggarakan pagelaran musik Dewa 19 di stadion Benteng Tangerang. Satu tiket yang terjual untuk VVIP dengan harga Rp 600.000,- sebanyak 150 lembar, VIP dengan harga Rp 350.000,- sebanyak 250 lembar, Kelas I dengan harga Rp 150.000,- sebanyak 15.000,- lembar, Kelas II dengan harga Rp 60.000,- sebanyak 15.000,- lembar. Hitung berapa pajak hiburan yang harus dibayar oleh PT. Dedy Jaya, jika tarif pajak hiburan untuk pagelaran musik di Kota Tangerang ditetapkan 10%.

Jawab:

Penghasilan PT. Dedy Jaya

= (150 x Rp 600.000,-) + (250 x Rp 350.000,-) + (15.000 x Rp 150.000,-) + (15.000,-) + (15.000 x Rp 60.000)

= Rp 90.000.000 + 87.500.000,- + 2.250.000.000,- + Rp 9.000.000.000,-)

= 11.427.500.000

Pajak Hiburan yang terutang PT. Dedy Jaya Tangerang = 10% x Rp.

11.427.500.000,-d. Pajak Reklame

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang tingkat II No. 4 tahun 2009 tentang pajak reklame, menerangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pengertian Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik pehatian umum atas suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

2) Objek Pajak Reklame

Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Penyelenggaraan reklame dapat dilakukan oleh penyelenggara reklame atau perusahaan jasa periklanan yang terdaftar pada dinas pendapatan daerah kabupaten/kota. Penyelenggara reklame yang ditetapkan menjadi objek pajak reklame yang ditetapkan menjadi objek pajak reklame adalah sebagaimana yang disebut dibawah ini:

b) Reklame kain/Baliho. c) Reklame melekat stiker. d) Reklame selebaran.

e) Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan. f) Reklame udara; reklame menggunakan balon udara. g) Reklame suara; reklame melalui kendaraan yang

menggunakan pengeras suara.

h) Reklame film dan slide; reklame yang menggunakan atau memperlihatkan gambar yang berubah-ubah mempergunakan layar monitor.

i) Reklame peragaan, antara lain reklame melalui peragaan produk langsung kepada konsumen.

Tidak semua penyelenggara reklame dikenakan pajak ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak reklame, yaitu:

a. Penyelenggara reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan jenisnya.

b. Penyelenggara reklame lainnya yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

3) Subjek Pajak Reklame

Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% yang ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

4) Perhitungan Pajak Reklame

Pajak Reklame terutang = Nilai sewaxTarif

Contoh:

Tahun 2009 PT Dedy Jaya Kota Tangerang membuat reklame papan nama tiang sebanyak empat buah dengan luas masing-masing 40m yang diletakan ditempat yang berkategori 1 tahun. Hitung berapa pajak reklame.

Jawab:

- Tarif pajak reklame 25%, jumlah luas reklame = 4x 40m = 160m

- Nilai strategis papan nama tiang 1 tahun untuk kategori utama = 120.000/m²

- NJOP/m² untuk papan nama tiang = Rp 180.000/m² - Nilai sewa dihitung dengan penjumlahan nilai strategis

dan nilai jual objek pajak

- Pajak Reklame = Nilai Sewax Tarif Pajak

= 160 m²x (Rp 120.000,-/m² + Rp 180.000,-/m²)x 25% = Rp 48.000.000,-x25%

12.000.000,-Tabel 2.1

Pajak Reklame Permanen

No Jenis Reklame Masa Pajak Nilai Strategis/M² Utama A B C D E NJOP/M² 1 Papan nama tiang 1 tahun 120.000 110.000 100.000 60.000 80.000 70.000 180.000 2 Papan nama bersinar/neon box 1 tahun 130.000 120.000 110.000 100.000 90.000 80.000 220.000 3 Papan nama

tiang toko 1 tahun 80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 120.000

Tabel 2.2

Pajak Reklame Insendentil

No Jenis Reklame Masa Pajak Nilai Strategis (Rp) NJOP (Rp) 1 Baliho 1 Bulan 24.000/m 40.000/m 2 Spanduk 1 Bulan 75.000/m 90.000/m 3 Umbul-umbul 1 Bulan 7.500/m 80.000/m 4 Layar cover (30-40m) 1 Bulan 400.000/m 750.000/buah 5 Layar cover (20-30m) 1 Bulan 300.000/m 500.000/buah 6 Tanda Toko 1 Bulan 7.500/m 50.000/buah 7 Bendera Plastik 1 Bulan 20.000/m 2.000/lembar 8 Timplate 1 Bulan 100.000/m 12.500/lembar

9 Kendaraan 1 Bulan - 150.000/m

10 Selebaran 1 Bulan - 200/lembar

11 Poster 1 Bulan - 200/lembar

12 Stiker 1 Bulan - 75.000/lembar

13 Balon Udara 1 Bulan - 500.000/buah 14 Slide/Film 1 Bulan - 20.000/detik

e. Pajak Penerangan Jalan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tangerang No.8 Tahun 1999 tentang pajak penerangan jalan, menerangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pengertian

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. Penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

2) Objek Pajak Penerangan Jalan

Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, diwilayah daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah Kabupaten/Kota

Tidak semua penggunaan listrik dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak temasuk objek pajak penerangan jalan yaitu:

a) Penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

b) Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsulat, perwakilan asing,

dan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik.

c) Penggunaan tenaga listrik yang bukan berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi terkait. d) Penggunaan tenaga listrik lainnya yang diatur dengan

peraturan daerah: misalnya penggunaan tenaga listrik yang khusus digunakan untuk tempat ibadah serta panti asuhan yatim piatu dan sejenisnya.

3) Subjek Pajak Penerangan Jalan

Pada Pajak Penerangan Jalan, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Secara sederhana subjek adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha penerangan jalan.

4) Tarif Pajak Penerangan Jalan

Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan palng tinggi sebesar 10% dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

5) Perhitungan Pajak Penerangan Jalan (PPJ)

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Berdasarkan Peraturan Daerah Pemerintah Kota Tangerang No. 7 tahun 1999 tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, menerangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pengertian

Pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah pajak atas pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-udangan yang berlaku.

2) Objek Pajak

Objek pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah kegiatan pengambilan bahan golongan C, pengertian kegiatan pengambilan bahan golongan C adalah pengambilan bahan galian golongan C dari sumber alam didalam dan atau permukaan bumi yang dimanfaatkan.

Bahan galian golongan C meliputi:

- Asbes - Grafit - Opsidien

- Batu tulis - Granit - Oker

- Gips - Perlit - Phospat

- Batu kapur - Kalsit - Pasir Kuarsa - Batu apung - Kaolin - Leusit - Batu permata - Magnesit - Talk

- Bentonit - Mika - Tawas

- Dolomite - Tras - Nitrat

- Feldspar - Marmer - Tanah

- Garam batu (halite) - Tanah Liat - Pasir&Kerikil - Batu setengah permata - Tanah Serap

Pada pajak pengambilan bahan galian golongan C, tidak semua pengambilan bahan galian golongan C dikenakan pajak, Objek pajak dikecualikan terhadap kegiatan:

a) Kegiatan pengambilan bahan galian golongan C yang nyata-nyata tidak dimaksudkan untuk mengambil bahan galian golongan C tersebut dan tidak dimanfaatkan secara ekonomis. Contoh kegiatan pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga, kegiatan pertambangan golongan A, golongan B, dan penanaman kabel listrik/telepon. b) Pengambilan bahan galian lainnya yang ditetapkan dalam

peraturan daerah. 3) Subjek Pajak

Subjek pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan pengambilan bahan galian golongan C.

4) Tarif Pajak

Tarif pajak pengambilan bahan galian golongan C ditetapkan paling tinggi sebesar 20% yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

5) Perhitungan

Pajak Terutang = Nilai jual hasil pengambilan bahan galian Golongan C x Tarif Pajak

Di Indonesia ada yang membedakan jenis penambang yang melakukan pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C, yakni pengusaha tambang rakyat tradisional. Perbedaan itu terkait dengan tarif pajak yang ditetapkan, yakni untuk penambang pengusaha dikenakan 20%, jika penambang tradisional biasanya dikenakan tarif 20%, sedangkan pemungutan yang dilakukan dipungut dengan official assessment yakni dibayar sendiri oleh wajib pajak dengan memberitahukan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

g. Pajak Parkir

1) Pengertian

Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. 2) Objek Pajak Parkir

Objek Pajak Parkir yakni penyelenggaraan pajak parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat

penitipan kendaraan bemotor dan garasi yang memungut bayaran.

Pajak Parkir dikecualikan terhadap beberapa objek sebagai berikut:

a) Penyelenggara tempat parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

b) Penyelenggara parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan asing, dan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik.

c) Penyelenggara tempat parkir lainnya yang diatur dalam peraturan daerah.

d) Subjek Pajak Parkir yakni orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir.

e) Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 20% yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

h. Pajak Sarang Burung Walet

1) Pengertian

Pajak sarang burung walet adalah pajak yang dikenakan atas pengambilan atau pengusahaan sarang burung walet.

2) Objek Pajak sarang burung walet

Adalah pengambilan dan atau pengusahaan sarang burung walet.

3) Subjek Pajak sarang burung walet

Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung Walet.

4) Tarif Pajak Sarang Burung Walet

Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi 10% yang ditetapkan dengan peraturan daerah.

i. Pajak PBB Pedesaan dan Perkotaan

1) Pengertian

Pungutan yang di pungut atas bumi dan bangunan yang mempunyai yang dikenakan bumi dan bangunan dan pengertian bumi disini adalah tanah dan perairan yang berada dipermukaan bumi, sedangkan yang dimaksud bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah dan atau perairan, termasuk dalam pengertian bangunan adalah hotel, pabrik, jalan tol, kolam renang, pagar mewah, tempat olah raga, tanah mewah, galangan kapal, dermaga, dan fasilitas lain yang memberikan manfaat.

2) Objek PBB Pedesaan dan Perkotaan

Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan,

kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

3) Subjek PBB Pedesaan dan Perkotaan

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan. 4) Tarif PBB Pedesaan dan Perkotaan

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (nol koma tiga persen). Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

j. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

1) Pengertian

Pungutan yang dikenakan atas perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

2) Objek BPHTB

Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan meliputi: a. pemindahan hak karena:

2) tukar menukar 3) hibah

4) hibah wasiat 5) waris

6) pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain 7) pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;

8) penunjukan pembeli dalam lelang

9) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap

10) penggabungan usaha 11) peleburan usaha 12) pemekaran usaha atau 13) hadiah.

b. pemberian hak baru karena: 1) kelanjutan pelepasan hak; atau

2) di luar pelepasan hak.

3) Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

4) Tarif BPHTB

Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima persen). Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

b) Retribusi Daerah

Pemungutan retribusi daerah didasarkan pada undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000.

a) Pengertian Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

b) Objek dan Golongan Retribusi Daerah 1. Objek Retribusi Daerah

Undang-undang No. 28 Tahun 2009 pasal 18 ayat 1 menentukan bahwa objek retribusi daerah adalah berbagai jenis pungutan yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa tertentu dikelompokan kedalam tiga golongan, yaitu jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu.

2. Golongan Retribusi Daerah

Penggolongan retribusi dimaksudkan guna menetapkan kebijakan umum tentang prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi. Sesuai dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2009 pasal 18 ayat 2 retribusi daerah dibagi atas tiga