PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA INOVATIF BERBASIS MULTIMEDIA
M. Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Kimia Inovatif Berbasis Multimedia pada Materi Laju Reaksi yang
Telah Dikembangkan terhadap Motivasi Belajar Siswa
Pengukuran terhadap motivasi belajar siswa pada materi laju reaksi dilakukan dengan cara meminta siswa kelas eksperimen untuk mengisi angket motivasi. Hasil pengukuran terhadap motivasi belajar siswa yang menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia dapat dilihat pada Tabel 16
Tabel 16 Hasil pengukuran terhadap motivasi belajar siswa yang menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia
Sekolah Kelas Eksperimen Kelas Kontol
SMA Negeri 6 Medan 69,6 62,63
SMA Negeri 3 Medan 69,51 63,6
SMA Methodist 2
Medan 68,52 63,72
Motivasi belajar siswa diplot terhadap hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol pada Gambar 5
Gambar 5 Hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar: ( ) adalah plot korelasi menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis
multimedia, dan ( ) adalah plot korelasi menggunakan buku ajar pegangan siswa
Berdasarkan grafik pada Gambar 5 pada kelas eksperimen diperoleh hubungan positif antara motivasi belajar dan hasil belajar (R2 = 0.959) sedangkan pada kelas kontrol (R2 = 0,855). Hasil ini meyakinkan bahwa motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar yang menggunakan bahan ajar inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi (R2 = 95,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar menggunakan buku ajar pegangan siswa (R2 = 85,55%). Hasil perhitungan motivasi
Pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi telah berhasil dikembangkan yang terdiri dari 6 sub pokok materi, yaitu Kemolaran, meliputi Pengertian molaritas dan Membuat larutan; Konsep laju reaksi, meliputi Pengertian laju reaksi dan Hubungan laju reaksi dengan koefisien reaksi; Persamaan laju reaksi dan orde reaksi, meliputi Persamaan laju reaksi, orede reaksi, dan Menentukan persamaan laju reaksi; Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, meliputi Konsentrasi, Luas permukaan, Suhu, Katalis; Teori tumbukan, meliputi Energi aktivasi dan Hubungan teori tumbukan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi; Penerapan konsep laju reaksi, meliputi Penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan Penerapan dalam industri. Pengembangan dilakukan berdasarkan pengembangan Borg and Gall (R & D).
Penilaian terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan Badan Standar Nasional Pendidkan (BSNP). Dasar pengembangan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi ialah berdasarkan hasil analisis peneliti terhadap buku ajar kimia pada materi laju reaksi yang beredar dan digunakan disekolah. Kekurangan-kekurangan serta usulan materi yang belum dijelaskan dari buku ajar yang telah dianalisis tersebut diperbaiki dan dikembangkan sehingga menjadi bahan ajar inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi. Inovasi juga dilakukan dengan mengintegrasikan kegiatan laboratorium, metode dan model pembelajaran, serta multimedia pembelajaran. Pengintegrasian kegiatan laboratorium dilakukan dengan tujuan agar siswa lebih memahami materi yang disajikan di dalam bahan ajar. Metode dan model pembelajaran usulan yang diintegrasikan dalam
bahan ajar kimia inovatif, seperti metode demonstrasi, metode latihan, metode praktikum dan metode diskusi.
Sedangkan untuk model pembelajaran ynag diintegrasikan ke dalam bahan ajar adalah model Problem Based learning (PBL).
Penginterasian metode dan model pembelajaran dipergunakan agar siswa lebih aktif dan termotivasi dalam memahami pembelajaran. Selanjutnya, multimedia yang diintegrasikan di dalam bahan ajar kimia inovatif berupa electronic book (e-book) yang berisi materi laju reaksi, gambar, grafik, video animasi serta video demonstrasi.
Pengadaan integrasi multimedia alam bahan ajar ini bertujuan agar siswa tertarik mempelajarai materi kimia terutama pada materi laju reaksi yang telah diinovasi sehingga siswa dapat merasakan suasana belajar yang berbeda dan dapat mempermudah siswa dalam mepelajarai bahan ajar dimanapun berada (belajar secara mandiri).
Selanjutnya, standarisasi bahan ajar kimia inovatif berbasi multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan, terdiri dari 3 aspek, yaitu kelayakan isi, kelayakan bahasa, dan kelayakan penyajian. Berdasarkan hasil penilaian bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan, diperoleh rata-rata keseluruhan 4,26 adalah valid (layak) dan tidak perlu revisi. Untuk hasil penilaian terhadap multimedia pembelajaran (e-book) oleh dosen media diperoleh rata-ratapenilaian sebesar 3,90 adalah 3,90 adalah valid (layak) untuk digunakan dan tidak perlu direvisi.
Setelah dilakukan pengembangan dan standarisasi terhadap bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi, maka dilakukan uji coba terhadap bahan ajar kimia inovatif yang telah dikembangkan di 3 sekolah
dimana pada masing-masing sekolah terdapat 2 kelompok kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum dilakukan uji coba, setiap kelas di setiap sekolah baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberi pretest untuk melihat kemampuan awal dari masing-masing kelompok sampel.
Selanjutnya, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data pretest yang diperoleh. Uji normalitas berguna untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak, dan uji homogenitas untuk melihat kedua sampel berasal dari populasi yang homogen. Selanjutnya, uji coba bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan dilakukan dengan memberikan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia yang telah dikembangkan kepada kelas eksperimen dalam bentuk hardcopy dan e-book dan untuk kelas kontrol menggunakan buku pegangan siswa. Selain itu, angket motivasi juga diberikan kepada siswa kelas eksperimen guna melihat motivasi belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia yang telah dikembangkan.
Setelah uji coba bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia, selanjutnya dilakukan posttest untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan.
Selanjutnya, data pretest dan posttes, gain dan motivasi siswa diuji normalitasnya. Hasil uji normalitas terhadap seluruh data menunjukkan bahwa seluruh data yang diperoleh terdistribusi normal dengan nilai signifikan > 0,05.
Hasil uji homogenitas pada data pretest juga menunjukkan
nilai signifikansi > 0,05, artinya kedua sampel berasal dari populasi yang sama (homogen).
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan buku pegangan siswa dengan nilai signifikansi (0,000) < α (0,05) dan thitung > tttabel (11,881 >
1,97338).
Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Situmorang dkk (2015) yang memperoleh keefektifan bahan ajar inovatif dalam meningkatkan daya ingat siswa diketahui hasil belajar pada kelompok eksperimen (99%) sedikit lebih tinggi di bandingkan kelompok kontrol (98%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi lebih efektif dibandingkan penggunaan buku pegangan siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia dapat meningkatkan daya ingat siwa terhadap penguasan materi lebih tinggi dibandingkan menggunakan buku ajar pegangan siswa. Hal ini dapat dilihat pada 3 sampel penelitian menunjukkan tingkat efektivitas pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol.
Berdasarkan perhitungan peningkatan hasil belajar dan efektivitas di masing-masing sekolah, diperoleh persen peningkatan hasil belajar yang menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia di SMA Negeri 6 Medan sebesar 69% (kategori sedang), untuk siswa di SMA Negeri 3 Medan sebesar 71% (kategori tinggi), dan di SMA Methodist 2
Medan 70% (kategori tinggi), sedangkan yang menggunakan buku ajar pegangan siswa di SMANegeri 6 sebesar 52%
(kategori sedang), untuk siswa di SMA Negeri 3 Medan sebesar 48% (kategori sedang), dan di SMA Methodist 2 Medan 54% (kategori sedang). Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan pengunaan buku pengangan siswa.
Berdasarkan hasil perhitungan angket motivasi belajar siswa, komponen-komponen yang telah diintegrasikan di dalam bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia membuat siswa menjadi termotivasi untuk mempelajari materi kimia. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar yang menggunakan bahan ajar inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi (R2 = 95,9%) lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar menggunakan buku ajar pegangan siswa pada materi laju reaksi (R2 = 85,5%). Ini berarti siswa sangat termotivasi untuk mempelajari materi kimia setelah menggunakan bahan ajar kimia inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi yang telah dikembangkan.
Dengan adaya bahan ajar inovatif berbasis multimedia pada materi laju reaksi, siswa dapat mengulang contoh-contoh soal dan cara penyelesaian soal sehingga siswa dapat menggunakan waktu belajar mandiri lebih banyak. Keinginan siswa untuk belajar kimia setelah menggunakan bahan ajar inovatif berbasis multimedia yang telah dikembangkan memberikan kontribusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa karena pergeseran dari pembelajaran yang berpusat
pada guru (teacher teaching learning) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center learning).