• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2.2. Definisi Budaya Organisasi

2.2.11. Pengaruh Strategi Terhadap Kinerja Karyawan

Organizational performance (Cash and Fischer, 1986) tersebut merupakan strategi (program) dari setiap departemen sumberdaya manusia dan dari organisasi. Ini berarti result (kinerja) dipengaruhi oleh strategi organisasi. Sehubungan dengan strategy ditentukan oleh pemimpin organisasi (7-S McKinsey pada Pearce and Robinson, 2003) dan strategy dipengaruhi oleh budaya organisasi maka kinerja organisasi dipengaruhi pula oleh pemimpin dan juga dipengaruhi oleh budaya organisasi.

Laporan hasil penelitian Latifah A.D. dalam Kumpulan Hasil Penelitian Kepemimpinan dan Motivasi di Era Otonomi Daerah Propinsi Kalimantan Timur oleh Armanu Thoyib (Eds. 2003), menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat prestasi kerja karyawan melalui variabel Tingkat Iklim Organisasi, artinya pemimpin memiliki peran membentuk iklim organisasi yang lebih kondusif, dari iklim yang lebih kondusif itu terbentuklah tingkat prestasi kerja karyawan yang lebih baik. Dalam studi yang lain, Emang Mering dalam Armanu Thoyib (Eds. 2003) menegaskan bahwa gaya

kepemimpinan para pimpinan daerah di era otonomi daerah adalah memberdayakan bawahan mereka agar bawahan mampu meningkatkan produktivitas mereka dalam mencapai tujuan pembangunan.

Kotter & Heskett (1992) dalam penelitian mereka menemukan bahwa terdapat 4 (empat) faktor yang menentukan perilaku kerja manajemen suatu perusahaan, yaitu (1) budaya perusahaan; (2) struktur, sistem, rencana dan kebijakan formal; (3) kepemimpinan (leadership); dan (4) lingkungan yang teratur dan bersaing. Ditegaskan pula oleh Hickman and Silva (1986) bahwa Stategy

ditambah dengan Budaya Organisasi (Culture) akan menghasilkan suatu keistimewaan (Excellence) Keberhasilan suatu korporat dalam mencapai tujuannya ternyata tidak lagi hanya ditentukan oleh keberhasilan implementasi prinsip-prinsip manajemen, seperti planning, organizing, leading dan controlling

saja, melainkan ada faktor lain yang “tidak tampak” yang lebih menentukan berhasil tidaknya organisasi mencapai tujuannya; menentukan apakah manajemen dapat diimplementasikan atau tidak. Faktor tersebut adalah budaya organisasi. Keunggulan organisasi menurut Moeljono adalah ditentukan oleh unggul tidaknya budaya organisasi yang dimiliki.

2.3. Struktur Ecuation Modeling (SEM)

Struktur Equation Modeling (SEM) merupakan sekumpulan teknik – teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkain hubungan yang relatif “rumit” secara simultan (Waluyo, 2008). Hubungan yang rumit tersebut dapat diartikan sebagai rangkaian hubungan yang dibangun antara satu atau

beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independen, dimana setiap variabel dependen dan independen berbentuk faktor atau konstruk yang dibangun dari beberapa indikator yang diobservasi atau diukur langsung.

SEM (structural equation modelling) cocok digunakan untuk mengkonfirmasi dari berbagai indikator untuk sebuah dimensi / konstruksi / konsep / faktor, menguji kesesuain / ketepatan sebuah model berdasarkan data empiris yang diteliti, menguji kesesuaian model sekaligus hubungan kwalitas antar faktor yang dibangun /diamati dalam model tersebut.

Keungulan aplikasi SEM (structural equation modelling) dalam penelitian manajemen adalah karena kemampuan untuk menampilkan sebuah model koprehensif bersamaat dengan kemampuannya untuk mengkonfirmasi dimensi atau faktor dari sebuah konsep melalui dalam sebuah indikator – indikator empiris serta kemampuannya untuk mengukyr pengaruh faktor yang secara teoritis ada (Ferdinand, 2002). Oleh karena itu SEM (structural equation modelling) biasanya dipandang sebagai kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi, dan tentu saja bisa diaplikasikan secara terpisah hanya dalam analisis faktor ataupun hanya dalam analisis regresi.

Beberapa konvensi yang berlaku dalam SEM (structural equation modelling) sebagai berikut :

a. Variabel terukur (measured variable) adalah variabel ini disebut juga

observed variables, indikator variables atau multivest variables. Variabel terukur adalah variabel yang datanya harus dicari melalui penelitian lapangan, misalnya melalui instrumen – instrumen survey. Digambarkan dalam bentuk

segi empat atau bujur sangkar.

b. Faktor adalah variabel bentukan yang dibentuk melalui indikator-indikator yang diamati dalam dunia nyata. Variabelini yang dapat disebut sebagai letent variable kaerena merupakan bentukan, konstruk atau unobserved variable. Faktor digambarkan dalam bentuk oval atau elips

c. Hubungan antar variabel adalah hubungan antar variabel tersebut dinyatakan dalam bentuk garis. Bila tidak ada garis berarti tidak ada hubungan langsung terhadap yang di hipotesakan. Bentuk-bentuk garis dari hubungan antar variabel tersebut adalah :

 Garis dengan anak panah satu arah

Garis ini menunjukkan adanya hubungan kualitas (regresi) yang dihipotesakan antara dua variable, dimana variable yang dituju oleh anak garis panah satu arah ini adalah veriabel dependen(endogen) dan yang tidak dituju oleh anak panah satu arah adalh veriabel independent (eksogen).  Garis dengan anak panah dua arah

Garis ini menunjukkan adanya korelasi antara dua variabel. Bila penelitian ini meregresikan dua buah veriabel independen terhadap dua veriabel dependen, maka syarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya korelasi antara veriabel independen. Jika garis ini bertujian untuk menguji ada tidaknya korelasi kemudian layak atau tidak dilakukan regresi antar variabel.

Pemodelan SEM (structural equation modelling) dapat dilakukan dengan pendekatan dua langkah (two step modelling approach) yaitu pertama mengembangkan model pengukuran dan kedua adalah model struktural.

Measurment model ini dilakukan untuk menghasilkan penilaian mengenai validitas konvergen dan validitas diskriminan, sedangkan model struktural menyajikan penyajian penilaian validitas prediktif (Santoso, 2009).

Di dalam pemodelan SEM akan bekerja dengan “konstruk” atau “faktor” yaitu konsep – konsep yang memiliki pijakan teoritis yang cukup untuk menjelaskan berbagai hubungan. Konstruk – konstruk yang dibangun dalam diagram jalur di atas dapat dibedakan dalam 2 kelompok konstruk, yaitu konstruk eksogen dan konstruk endogen.

Konstruk eksogen (exogenous construct) dikenal juga sebagai source variable atau independent variable yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam model. Secara diagramatis, konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu ujung panah. Dalam gambar terlihat adanya sebuah garis lengkung dengan anak panah 2 ujung. Garis lengkung ini tidak menjelaskan sebuah kausalitas melainkan untuk mengindikasikan adanya korelasi, karena syarat yang harus dipenuhi dalam uji regresi adalah tidak ada korelasi antar variabel independen dalam sebuah model. Dengan garis lengkung ini, peneliti dapat mengamati berapa kuatnya tingkat korelasi antar kedua konstruk yang akan digunakan untuk analisis lebih lanjut.

Konstruk endogen (endogenous construct) adalah faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Berdasarkan pijakan teoritis yang

cukup, seorang peneliti dapat menentukan mana yang akan diperlakukan sebagai konstruk endogen dan mana sebagai konstruk eksogen (Solimun, 2004).

Teknik Confirmatory Factor Analysis. Teknik ini ditujukan untuk mengestimasi measurement model menguji undimensionalitas dari konstruk-konstruk eksogen dan konstruk-konstruk-kontruk endogen. Disebut sebagai teknik analisis faktor konfimatori, sebab pada tahap ini model akan mengkonfirmasi apakah variabel yang diamati dapat mencerminkan faktor yang dianalisis. Terdapat dua uji dasar dalam Confirmatory Factor Analysis yaitu:

1) Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit Test)

Pengujian dilakukan dengan menggunakan parameter yang disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2

Goodness of Fit Indices dan Cut-Off Value Goodness of Fit Indices Cut – Off Value

X2 Chi Square Diharapkan kecil

Probabilitas ≥ 0,05 CMIN/DF ≤ 2,00 RMSEA ≤ 0,08 GFI ≥ 0,90 AGFI ≥ 0,90 TLI ≥ 0,95 CFI ≥ 0,95

Sumber : Ferdinand Hal. 61

2) Uji Validitas Konvergen

Uji Validitas konvergen dinilai dari measurement model yang dikembangkan dalam penelitian dengan menentukan apakah setiap indikator yang diestimasi secara valid mengukur dimensi dari konsep yang diujinya. Bila setiap indicator memiliki C.R > 2.SE, hal ini menunjukkan bahwa indikator itu

secara valid mengukur apa yang sebenarnya diukur dalam model yang disajikan.

3) Uji Validitas Diskriminan

Validitas diskriminan dilakukan untuk menguji dua konstruk dengan melihat angka korelasinya. Hubungan kausalitas antar dua variabel terjadi bila kedua variabel tersebut mempunyai hubungan atau angka korelasi antar dua variabel tersebut besar. Sedangkan antar variabel independen harus tidak mempunyai hubungan atau angka korelsi antar kedua variabel tersebut harus kecil.

4) Uji Reliabilitas

Setelah kesesuaian model diuji (model fit), evaluasi lain yang harus dilakukan adalah uji reliabilitas model menunjukkan bahwa dalam sebuah model, indikator -indikator yang digunakan memiliki derajad kesesuaian yang baik.

Uji Reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus :

Construct Reliability =

 

Std

Loading

j Loading Std2 2 . . Dimana :

Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap –tiap indikator (diambil dari perhitungan komputer AMOS 16.0) yaitu nilai lambda yang dihasilkan oleh masing – masing indikator.

εφ

adalah measurement error dari tiap – tiap indikator. measurement error

adalah sama dengan 1 – reliabilitas indikator yaitu pangkat dua dari

Dokumen terkait