• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan Pasar Tradisional dan Toko Modern dalam PerundangUndangan di

BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA PASAR

B. Pengaturan Pasar Tradisional dan Toko Modern dalam PerundangUndangan di

1. Pasar tradisional dan pelaku usaha pasar tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.56

Syarat-syarat Pasar Tradisional Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007, tentang Pembangunan, Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, adalah:57

a. Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapaian dari dan ke kawasan, dalam kenyataanya ini berwujud jalan dan transportasi atau pengaturan lalu lintas,

b. Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang menjadi lingkungannya,

55 Philipus M. Hadjon. Op Cit. hlm. 30

56 Undang-Undang Nomor: 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Pasal 1 Ayat 2.

57 Hadi Sucipto, “Pengaturan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern dalam Mewujudkan Persaingan Usaha yang Sehat Menurut Hukum Positif Indonesia”, Jurnal IUS Vol V, (2017), hlm. 500.

c. Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau pemekaran kawasan pasar dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana dan

d. Ekologis, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha mikro, Kecil, dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keterpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara.58

Tabel 1. Jenis-jenis Pedagang Pasar

No. Kriteria Jenis Pedagang

1. Menurut Jumlah Pelaku Pedagang Individu Pedagang Gabungan 2. Menurut Jenis Kegiatan Pedagang Formal

Pedagang Informal

3. Menurut Modal Pedagang Modal Kecil

Pedagang Modal Sedang Pedagang Modal Cukup Pedagang Modal Besar

58Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,

4. Menurut Status Pedagang Tetap Pedagang Temporer 5. Menurut Tempat Asal Pedagang Kota

Pedagang Desa 6. Menurut Cara Penyaluran Pedagang Eceran

Pedagang Grosir Pedagang Pengumpul

7. Menurut Jangkauan Pelayanan Pedagang Regional Pedagang Kota Pedagang Wilayah 8. Menurut Cara Pelayanan Pedagang Langsung

Pedagang Tidak Langsung 9. Menurut Materi Dagangan Pedagang Barang Riil

Pedagang Barang Jasa

Sumber: Ananta Heri, Dkk, Menahan Serbuan Pasar Modern:94-96

2. Pasar modern dan pelaku usaha pasar modern

Sinaga mengatakan bahwa pasar modern adalah pasar yangdikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas).59 Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya.

59 Sinaga, Pariaman. Makalah Pasar Modern dan Pasar Tradisional. (Jakarta:

Kementrian Koperasi dan UKM,2006), hlm.12.

Macam-macam pasar modern diantaranya:60

1) Minimarket: gerai yang menjual produk-produk eceran seperti warung kelontong dengan fasilitas pelayanan yang lebih modern. Luas ruang minimarket adalah antara 50 m2 sampai 200 m2

2) Convenience store: gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual, tetapi berbeda dalam hal harga, jam buka, dan luas ruangan,dan lokasi.Convenience store ada yang dengan luas ruangan antara 200 m2 hingga 450 m2 dan berlokasi di tempat yang strategis, dengan harga yang lebih mahal dari harga minimarket.

3) Special store: merupakan toko yang memiliki persediaan lengkap sehingga konsumen tidak perlu pindah toko lain untuk membeli sesuatu harga yang bervariasi dari yang terjangkau hingga yang mahal.

4) Factory outlet: merupakan toko yang dimiliki perusahaan/pabrik yang menjual produk perusahaan tersebut, menghentikan perdagangan, membatalkan order dan kadang-kadang menjual barang kualitas nomor satu.

5) Distro (Disribution Store): jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan aksesoris yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri.

6) Supermarket: mempunyai luas 300-1100 m2 yang kecil sedang yang besar 1100-2300 m2

7) Perkulakan atau gudang rabat: menjual produk dalam kuantitas besar kepada pembeli non-konsumen akhir untuk tujuan dijual kembali atau pemakaian bisnis.

8) Super store: adalah toko serba ada yang memiliki variasi barang lebih lengkap dan luas yang lebih besar dari supermarket

9) Hipermarket: luas ruangan di atas 5000 m2

10) Pusat belanja yang terdiri dua macam yaitu mall dan trade center.

Dalam Permendag Nomor 70/ M-DAG/ PER/ 12/ 2013 dicantumkan pada Pasal 1 angka 1 bahwa; “Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama – sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.

60 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan,

Dalam hal pendirian Toko Modern terdapat perubahan regulasi yang mendasar pada Pasal 3 Permendag Nomor 70/ M-DAG/ PER/ 12/ 2013 yaitu sebagai berikut:

1) Jumlah Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, serta jarak antara Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dengan Pasar Tradisional atau toko eceran tradisional ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat.

2) Pendirian Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib mematuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3) Pemerintah Daerah setempat dalam menetapkan jumlah serta jarak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkan:

a. tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk dimasing – masing daerah sesuai data sensus Badan Pusat Statistik tahun terakhir;

b. potensi ekonomi daerah setempat;

c. aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas);

d. dukungan keamanan dan ketersediaan infrastruktur;

e. perkembangan pemukiman baru;

f. pola kehidupan masyarakat setempat; dan/ atau

g. jam kerja Toko Modern yang sinergi dan tidak mematikan usaha toko eceran tradisional di sekitarnya.

Permendag Nomor 70/ M-DAG/ PER/ 12/ 2013, sangat mendukung liberalisasi ritel dengan memberikan peluang kepada pelaku usaha yang bermodal besar melalui Pasal 4 bahwa Pelaku Usaha dapat mendirikan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern yang berdiri sendiri dan/ atau Toko Modern yang terintegrasi dengan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan atau bangunan/ kawasan lain. Selain mengintegrasikan dengan Pasar Tradisional, Pelaku Usaha dapat mendirikan outlet/ gerai Toko Modern yang dimiliki dan dikelola sendiri (company owned outlet) paling banyak 150 (seratus lima puluh) outlet/ gerai. Dalam hal Pelaku Usaha telah memiliki Toko Modern sebanyak batas maksimal kepemilikan gerai dan akan melakukan penambahan wajib melakukan kemitraan dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dengan pola perdagangan umum dan/ atau Waralaba.

Dokumen terkait