• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Oleh"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PASAR TRADISIONAL TERKAIT KEBERADAAN PASAR RITEL MODERN DENGAN POLA WARALABA (STUDI

DI BARUS, TAPANULI TENGAH)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANNISYAH AMELIA HAFNI TANJUNG 160200089

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)

Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum **

Dr. Detania Sukarja, SH., LLM***

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. Namun seiring dengan era globalisasi yang semakin pesat, laju kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan perubahan sistem nilai telah membawa perubahan pada pola kehidupan bermasyarakat. Seiring dengan perubahan terhadap pola kehidupan dan kebutuhan masyarakat, keberadaan pasar modern atau toko modern dianggap lebih efektif dan efisien. Toko modern adalah toko dengan sistem pelayananan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, departement store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan.

Permasalahan dalam penulisan ini adalah Bagaimana penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern dalam perundang-undangan di Indonesia, Bagaimana perlindungan hukum bagi pelaku usaha pasar tradisional dengan pesatnya perkembangan toko modern dengan pola waralaba, dan implementasi penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode pendekatan yuridis normatif dan penelitian hukum empiris. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Dengan menggunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai informasi yang dicari. Dalam hal ini digunakan hasil wawancara langsung dengan informan dan juga observasi lapangan.

Penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern dalam perundang-undangan di Indonesia memiliki pengaturan hukum yang diatur dalam : Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang penataan dan

pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern; peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56/M-DAG/PER/9/2014 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nompr 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang pedoman dan penataan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern; dan

Kewenangan Pemerintah Daerah untuk mengatur pengelolaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern. Perlindungan hukum bagi pelaku usaha kecil sesungguhnya telah diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.

(4)

Ketentuan Pasal 6 itu selengkapnya menyatakan pemerintah menumbuhkan iklim usaha bagi usaha kecil melalui kebijaksanaan melalui aspek: pendanaan, persaingan, prasarana, informasi, kemitraan, perizinan usaha, perlindungan.

Implementasi Peraturan Pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56/M- DAG/PER/9/2014 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nompr 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang pedoman dan penataan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern belum terlaksana dengan baik karena masih banyak ketentuan-ketentuan yang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan, hal ini tentu saja merugikan pelaku usaha khususnya pelaku usaha Pasar Onan di Kecamatan Barus. Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah juga sudah membuat rancangan mengenai Peraturan Derah Kabupaten Tapanuli Tengah yang mana diharapkan dapat mengatur lebih spesifik mengenai pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Kata Kunci: Pasar Tradisional, Toko Modern, Perlindungan Hukum

*) Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**) Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Pembimbing I

***) Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,Pembimbing II

(5)

Puji dan Syukur Penulis kepada ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam juga senantiasa Penulis sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia menuju jalan keberkahan. Skripsi dengan judul: “PERLINDUNGAN

HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA PASAR TRADISIONAL TERKAIT KEBERADAAN PASAR RITEL MODERN DENGAN POLA WARALABA (STUDI DI BARUS, TAPANULI TENGAH)” disusun untuk memenuhi tugas dan memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum (SH) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada kedua Orang Tua Saya. Papa saya Apmansyah Tanjung, SH dan Mama saya Haslina Tanjung, Amk yang telah

membesarkan, membimbing, mendidik, serta memberikan cinta, kasih sayang, kesabaran, perhatian, dukungan, dan pengorbanan tak ternilai sehingga saya dapat menjalankan dan menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) dan hidup dengan sangat baik. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan umur panjang, kesehatan, dan rezeki yang berkah kepada mereka untuk dapat melihat apa yang sudah mereka perjuangkan selama ini.

Dalam proses penyusunan skripsi ini saya juga mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan dan ucapan terima kasih terhadap semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan, saya menyampaikan terima kasih kepada:

(6)

Utara ;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Dr. Ok Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Bapak Dr. Mahmul Siregar , S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih banyak atas arahan, pengertian dan saran yang membangun serta waktu yang bapak berikan sehingga skripsi saya dapat terselesaikan dengan baik;

7. Ibu Dr. Detania Sukarja, S.H., LLM., Selaku Dosen Pembimbing II. Terima kasih banyak saya ucapkan kepada Ibu yang telah banyak membantu memberikan arahan dan saran yang membangun dalam setiap bimbingan dan waktu yang berikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini;

8. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H selaku Kepala Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ;

9. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

(7)

10. Seluruh bapak/ibu Dosen dan Pegawai di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

11. Diri sendiri yaitu Cicha Tanjung, terima kasih untuk tidak menyerah dan tetap berjuang;

12. Adik-adikku Almh. Indah Dwi Rahma Tanjung, Zahra Haniyah Putri Tanjung, Raihansyah Abdi Tanjung;

13. Orang yang selalu ada disampingku mengarungi jatuh bangun mengerjakan skripsi ini Deayu, makasih banyak ya De cuma kau yang tau kekmana pahit manis prosesnya, makasih ya De gak biarkan aku sendirian melalui ini;

14. Sahabat-sahabat terbaikku didunia, yang paling sabar menghadapiku dan mau buat aku berubah jadi pribadi yang lebih baik lagi, Nella Apriana Siregar dan Hildanti Lusiana Sidabutar. Terima kasih banyak juga untuk abang-abang iparku Jodi Novan Mampe Tua Sitorus dan Darwin Wiboyo Sihombing;

15. Sahabatku dari SMA yang paling kusayang Nita Lorensa Ginting, M. Azhar, Nadia Tateanna;

16. Keluarga Badak Sejahtera: Syadzwina Rizq Al-khanza, SH., Cut Audina Zachrani, A.Md.T., Nurzihan Shahiba, S.I.Kom,. Suci Putri Ramadhani Br. Saragih, A.Md.T., Aisyah Aulia Putri, SE.;

17. Kepada member BTOB dan Wanna One yang menemaniku saat mumet;

18. Teman-teman IMAHMI (Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi) yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu;

(8)

19. Teman-teman Grup C Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Stb. 2016 semoga kita sukses dimasa depan teman-teman;

20. Seluruh responden yang telah meluangkan waktu dengan sukarela menerima melakukan wawancara untuk penelitian ini;

21. Seluruh teman-teman lainnya yang telah memberikan motivasi dan semangat selama masa perkuliahan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, namun dalam hal ini penulis berusaha memberikan kontibusi pemikiran yang sederhana sebagai upaya latihan dan pembelajaran agar kedepannya menjadi ilmuan yang lebih baik. Penulis berharap pada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kedepannya.

Akhirnya, semoga Tuhan membalas segala jasa dan kebaikan semua pihak yang telah secara tulus dan ikhlas membantu penulis dalam segala hal. Semoga karya ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Medan, Agustus 2020

Annisyah Amelia Hafni Tanjung NIM. 160200089

(9)

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusuan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Keaslian Penelitian ... 8

F. Tinjauan Pustaka ... 12

G. Metode Penelitian ... 17

H. Sistematika Penulisan ... 21

BAB II : PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Pasar ... 23

1. Definisi Pasar ... 23

2. Pasar Tradisional ... 31

3. Toko Modern... 34

4. Pusat Perbelanjaan ... 43

B. Pengaturan Hukum Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern 44 1. Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern ... 44

(10)

Nomor : 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan

Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern ... 50

3. Pengaturan Kewenangan Pemerintah Daerah untuk Mengatur Pengelolaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern ... 51

BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA PASAR TRADISIONAL DENGAN PESATNYA PERKEMBANGAN TOKO MODERN DENGAN POLA WARALABA A. Konsep Perlindungan Hukum ... 54

1. Pengertian Perlindungan Hukum ... 54

2. Jenis-jenis Perlindungan Hukum ... 57

B. Pengaturan Pasar Tradisional dan Toko Modern dalam PerundangUndangan di Indonesia ... 57

1. Pasar Tradisional dan Pelaku Usaha Pasar Tradisional ... 57

2. Pasar Modern dan Pelaku Usaha Pasar Modern ... 57

C. Waralaba ... 62

1. Pengertian Waralaba ... 62

2. Proses Pendirian Waralaba ... 62

3. Prosedur Perizinan Waralaba ... 68

D. Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku Usaha Pasar Tradisional dengan Pesatnya Perkembangan Toko Modern dengan Pola Waralaba ... 71

1. Perlindungan Melalui Perizinan ... 71

2. Perlindungan Melalui Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern di Barus, Tapanuli Tengah ... 80

(11)

BAB IV : IMPLEMENTASI PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR

TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DI BARUS, TAPANULI TENGAH

A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 92

B. Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern ... 95

C. Peran Pemerintah dengan Pemerintah Daerah ... 100 D. Implementasi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah untuk

Mengatur Pengelolaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern di Kota Barus, Tapanuli Tengah ... 104

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan... 109 B. Saran ... 112 DAFTAR PUSTAKA ... 113

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jual beli merupakan salah satu kegiatan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari yang bisa berdampak pada perekonomian masyarakat Indonesia. Tempat terjadinya transaksi jual beli disebut dengan pasar. Menurut klasifikasinya, saat ini pasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pasar modern dan pasar tradisional. Kegiatan jual beli masyarakat Indonesia dulunya dominan dilakukan di pasar tradisional, salah satu alasannya adalah karena banyaknya keunggulan yang didapat seperti penjual dan pembeli dapat bertemu secara langsung.

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.1

Namun seiring dengan era globalisasi yang semakin pesat, laju kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan perubahan sistem nilai telah membawa perubahan pada pola kehidupan bermasyarakat. Seiring dengan perubahan terhadap pola kehidupan dan kebutuhan masyarakat, keberadaan pasar modern atau toko modern dianggap lebih efektif dan efisien. Toko modern adalah toko dengan sistem pelayananan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk

1 Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, Pasal 1 Ayat 5

(13)

minimarket, supermarket, departement store, hypermarket ataupun grosir yang

berbentuk perkulakan.2

Persaingan usaha yang ketat memaksa para pelaku bisnis untuk berkembang dan mencari inovasi dalam menjalankan bisnisnya. Kehadiran pasar modern, terutama supermarket dan hypermart dianggap oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional. Salah satu cara pelaku usaha untuk dapat bertahan dan mengembangkan bisnisnya adalah dengan waralaba.

Pengertian waralaba adalah seperti pemberian hak untuk menjual produk berupa barang atau jasa dengan nama franchisor (pemberi waralaba), dengan kewajiban pada pihak franchise (penerima waralaba) untuk mengikuti segala jenis metode dan peraturan yang diberlakukan oleh franchisor (pemberi waralaba).3 Dalam kaitannya dengan pemberian izin dan kewajiban pemenuhan standar dari pemberi waralaba, pemberi waralaba akan memberi bantuan pemasaran, promosi maupun bantuan teknis lainnya agar penerima waralaba dapat menjalankan usahanya dengan baik.

Dapat dikatakan bahwa bisnis waralaba merupakan pembelian merk dagang atau merk jasa serta dengan memanfaatkan metode dan peraturan-peraturan yang diatur oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba. Hal ini juga berarti bahwa bisnis waralaba yang dijalankan penerima waralaba adalah bersifat mandiri dan tidak dapat digabungkan dengan bisnis yang dimiliki pemberi waralaba.

Minimarket merupakan contoh bisnis waralaba yang menjanjikan. Ada

beberapa keunggulan yang dimiliki oleh minimarket sehingga masyarakat

2 Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, Pasal 1 Ayat 5

3 Abdurrahman A. Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, Perdagangan, (Jakarta: Paradnya

(14)

cenderung lebih memilih untuk berbelanja di minimarket¸ seperti fasilitas air conditioner (AC), tempat yang bersih, harga yang stabil, menyediakan akses

anjungan tunai mandiri (ATM) dengan keamanan yang terjamin, bahkan tak jarang minimarket yang buka hingga 24 jam sehingga masyarakat semakin dipermudah lagi untuk berbelanja setiap waktu.

Dalam perkembangannya, minimarket menjadi salah satu bentuk pasar modern dengan jumlah yang sangat besar dan tersebar di hampir seluruh pelosok di tanah air. Bahkan kini, minimarket tmasuk ke desa-desa dan kelurahan bahkan bisa masuk ke perumahan atau pemukiman penduduk. Hal ini dilakukan karena pada pusat kota sudah begitu banyak hypermarket dan supermarket. Selain itu minimarket sengaja mendekati konsumen akhir yaitu masyarakat yang bermukim.

Kenyataan tersebut menyudutkan pedagang tradisional baik berupa pasar, kios, warung maupun toko. Keterbatasan modal, sumber daya manusia dan lemahnya keterampilan manajemen usaha membuat daya saing mereka semakin terpuruk dan tertekan oleh industri minimarket.

Pesatnya pembangunan pusat perbelanjaan dan toko modern berdampak pada penurunan pendapatan dan keuntungan pasar tradisional. Selain itu, faktor- faktor sosial ekonomi masyarakat sekitar pasar tradisional, seperti perubahan preferensi dan pola belanja masyarakat di sekitar pasar tradisional berkontribusi besar terhadap beralihnya tempat belanja masyarakat ke pusat pembelanjaan dan ritel modern.4 Pasar tradisional harus tetap dikembangkan dan dipertahankan eksistensinya seiring dengan semakin ketatnya persaingan dengan pasar modern.

Untuk itu dibutuhkan pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi pasar

4 M. Chatib Basri, Rumah Ekonomi Budaya, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2012), hlm. 115

(15)

tradisional agar dapat menyusun strategi pengelolaan pasar tradisional yang profesional dan sesuai dengan karakteristik kebutuhan masyarakat setempat dan perkembangan zaman.5 Maka dari itu hal yang perlu dilakukan agar pasar tradisional dapat terus menjaga esksitensinya salah satunya melalui instrumen hukum.

Untuk menata keberadaan pasar tradisional dan pasar modern tersebut, telah diundangkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern. Selain itu untuk menegaskan dan melaksanakan Peraturan Presiden tersebut, pemerintah mengundangkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 70/M- DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat perbelanjaan, dan Toko Modern. Peraturan Menteri Perdagangan ini mengatur mengenai pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern mencakup zonasi, perizinan terhadap pusat perbelanjaan dan toko modern, serta pedoman pengelolaan dan manajemen pasar tradisional.

Di Kecamatan Barus telah berdiri satu pasar tradisional dan satu toko modern. Keberadaan pasar modern bisa saja berdampak terhadap lingkungan sekitarnya, karena sudah pasti keberadaan toko modern mengubah pola perbelanjaan masyarakat. Ditambah lagi dengan belum adanya peraturan daerah yang mengatur lebih rinci tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern di Kecamatan Barus, selama ini Kabupaten Tapanuli Tengah masih berpegangan pada Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun

5

(16)

2007 tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern. Sehingga penulis berpendapat sebelum muncul konflik diantara pasar tradisional dan toko modern yang ada di Kecamatan Barus maka penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian untuk mengetahui langkah-langkah pencegahan (preventif) yang mungkin dilakukan.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian tentang perlindungan hukum terhadap pelaku usaha tradisional terkait keberadaan pasar ritel modern dengan pola waralaba dengan melakukan studi di Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern dalam perundang-undangan di Indonesia?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi pelaku usaha pasar tradisional dengan pesatnya perkembangan toko modern dengan pola waralaba?

3. Bagaimana implementasi penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(17)

1. Untuk mengetahui dan menguraikan penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern dalam perundang- undangan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menguraikan perlindungan hukum bagi pelaku usaha pasar tradisional dengan pesatnya perkembangan toko modern dengan pola waralaba.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis impelementasi penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis akademis, penulisan ini diharapkan berguna untuk menambah pemahaman mengenai asas, kaidah-kaidah hukum dalam peraturan perundang-undangan, teori dan doktrin-doktrin dalam ilmu hukum berkenaan dengan masalah yang diteliti. Selain itu penelitian diharakan dapat dijadikan acuan atau referensi bagi semua pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi pelaku usaha

Perlindungan hukum terhadap pelaku usaha kecil dalam persaingan usaha di Indonesia adalah wujud dari pelaksanaan demokrasi ekonomi yang mengandung prinsip keadilan, kebersamaan dan

(18)

keadilan untuk mendorong terciptanya kesempatan berusaha bagi setiap warga negara dalam suasana persaingan yang sehat dan wajar agar tidak menimbulkan pemusatan kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu saja, tetapi memberi peluang kepada pelaku usaha kecil untuk dapat memajukan dan mengembangkan kegiatan usahanya. 6 Sehingga penulis berharap penelitian ini dapat memberikan perlindungan hukum yang seperti yang diharapkan kepada pelaku usaha.

b) Bagi masyarakat

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas tentang perlindungan hukum yang bisa diberikan pemerintah untuk menjaga eksistensi pasar tradisional ditengah maraknya toko modern.

c) Bagi Pemerintah Daerah

Penulis berharap penelitian ini dapat memicu pemerintah daerah untuk menerbitkan suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur pola hubungan antara pasar tradisional dan toko modern.

Pengaturan pola hubungan pasar modern dengan pasar tradisional tersebut diharapkan ekspansi dan perkembangan pasar modern bukan lagi merupakan ancaman terhadap eksistensi pasar tradisional.Sehingga hukum yang berbentuk peraturan perundangan

6 Johanes E. Paendong, “Perlindungan Hukum bagi Pelaku Usaha Kecil dalam Persaingan Usaha di Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, Jurnal Lex Privatum Vol. V, (2017), hlm. 52.

(19)

tersebut mampu mewujudkan perlindungan terhadap pasar tradisional.7

d) Bagi Penelitian Lebih Lanjut

Secara praktis, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan masukan yang berarti bagi penulis secara pribadi sebab penelitian ini bermanfaat dalam menambah keterampilan guna melakukan penelitian hukum serta dapat memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang akan melakukan penelitian lain.

E. Keaslian Penelitian

Penjelasan mengenai keaslian penelitian yang akan dilakukan dengan menyertakan perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain jika ada. Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, baik secara fisik maupun online bahwa judul tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini adalah asli adanya. Artinya secara akamedik penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara akademis, karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama dengan judul penelitian ini.

Ada beberapa skripsi yang membahas tentang toko modern dan pasar tradisional dari segala permasalahannya baik bersifat studi lapangan maupun kepustakaan, namun penulis belum pernah menemukan penelitian dengan bukti kajian Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 tentang Penataan dan

7Afif Noor, “Perlindungan Terhadap Pasar Tradisional di Tengah Ekspansi Pasar Ritel Modern”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. IV, (2013), hlm. 111-112.

(20)

Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Adapun beberapa penelitian yang mempunyai korelasi dengan penelitian ini, antara lain:

1. Skripsi oleh Iin Mutmaina, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang pada tahun 2016 dengan judul

“Perlindungan Hukum Terhadap Toko Tradisional di Kota Malang ditengah Maraknya Toko Ritel Modern Berbasis Perjanjian Waralaba”. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui keberadaan toko ritel modern berbasis waralaba di Kecamatan Blimbing Kota Malang dan mengetahui peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang dalam memberikan perlindungan hokum terhadapa toko tradisional di Kota Malang ditengah maraknya toko ritel modern berbasis perjanjian waralaba perspektif Perda Nomor 1 Tahun 2004 khususnya kecamatan Blimbing.

Rumusan Masalah:

a. Bagaimana keberadaan toko tradisional dengan hadirnya toko-toko ritel modern berbasis waralaba?

2. Bagaimana peran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang dalam memberikan perlindungan hukum terhdapa toko tradisional di Kecamatan Blimbing ditengah maraknya toko ritel modern berbasis perjanjian waralaba perspektif Perda Nomor 1 Tahun 2014. Skripsi oleh Eka Yuliasih, mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2013 dengan judul “Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha Ritel Waserda dan Pedagang Pasar Tradisional di Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen”. Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui Bagaimana implementasi kebijakan pemerintah dalam

(21)

Perpres No. 112 Tahun 2007 dan Permendagri No. 53 Tahun 2008 tentang pasar modern di Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, bagaimana persepsi pelaku usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional terhadap keberadaan pasar modern, bagaimana dampak keberadaan pasar modern terhadap usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional dilihat dari segi pendapatan, omset, dan jumlah pelanggan, dan apa saja upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional untuk menjaga eksistensi usahanya.

Rumusan Masalah:

a. Bagaimana implementasi kebijakan pemerintah dalam Perpres No.

112 Tahun 2007 dan Permendagri No. 53 Tahun 2008 tentang pasar modern di Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen?

b. Bagaimana persepsi pelaku usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional terhadap keberadaan pasar modern?

c. Bagaimana dampak keberadaan pasar modern terhadap usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional dilihat dari segi pendapatan, omset, dan jumlah pelanggan?

d. Apa saja upaya yang dilakukan oleh pelaku usaha ritel Waserda dan pedagang pasar tradisional untuk menjaga eksistensi usahanya?

3. Skripsi oleh Muhammad Afifuddin Rois Ali Ridho, mahasiswa Fakultas Hukum Ekonomi Islam, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang pada tahun 2015 dengan judul skripsi “Tinjauan Hukum Islam dalam Pendirian Minimarket Indomaret berdeketan dengan Pasar Tradisional Ngaliyan”.

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui

(22)

tentang implementasi Peraturan Walikota Semarang Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Penataan Toko Modern Minimarket Kota Semarang pada toko modern Indomaret di Ngaliyan, dan tinjauan hukum Islam tentang keberadaan toko modern Indomaret yang berdekatan dengan pasar tradisional di Ngaliyan.

Rumusan Masalah:

a. Bagaimana implementasi Peraturan Walikota Semarang Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Penataan Toko Modern Minimarket Kota Semarang pada toko modern Indomaret di Ngaliyan.

b. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang keberadaan toko modern Indomaret yang berdekatan dengan pasar tradisional di Ngaliyan.

Dari beberapa skripsi yang diuraikan diatas tidak ada satupun yang melakukan penelitian skripsi di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian empiris dimana data diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang penulis teliti yaitu Bupati Kabupaten Tapanuli Tengah, Ketua PD Pasar Tradisional Barus, penanggungjawab ritel modern Barus, dan pelaku usaha pasar tradisional di Barus. Skripsi yang telah ada juga berbeda dengan permasalahan dan substansi yang penulis teliti.

Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dapat dikatakan “asli” sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif, serta terbuka sehingga keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

(23)

F. Tinjauan Pustaka 1. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.8

Beberapa ahli yang menjelaskan mengenai pengertian perlindungan hukum, antara lain:9

1) Menurut Satjito Raharjo, Perlindungan Hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu Hak Asasi Manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.

2) Menurut Setiono, Perlindungan Hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.

3) Menurut Philiphus M. Hadjon, bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan resprensif. Perlindungan Hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi dan perlindungan yang resprensif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, termasuk penanganannya di Lembaga peradilan.

Dari uraian para ahli diatas memberikan pemahaman bahwa perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan

8 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya, 2000),hlm.53

9Glosarium, Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli, sebagaimana diakses pada http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/, tgl 07 Agustus

(24)

tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfataan dan kepastian hukum.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif maupun dalam bentuk yang bersifat represif, baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.

Dalam kaitannya dengan perlindungan hukum bagi rakyat, Philipus M.Hadjon membedakan dua macam sarana perlindungan hukum, yakni:

a. Sarana Perlindungan Hukum Preventif. Pada perlindungan hukum preventif ini, subjek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa.

b. Sarana Perlindungan Hukum Represif. Perlindungan hukum yang respresif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip kedua yag mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum.10

2. Pasar Tradisional

Dalam ilmu ekonomi, pengertian pasar memiliki arti yang lebih luas daripada hanya sekedar tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual beli barang. 11Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh

10 Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1987).Hlm,20.

11 Rita Hanafie, Pengantar Ekonomi Pertanian, (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2010),hlm 171

(25)

pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli dagangan melalui tawar menawar.12

Karakteristik dari pasar tradisional adalah letaknya yang strategis, dimana sebagian besar pasar tradisional terletak dekat wilayah pemukiman, biasanya komoditi yang diperdagangkan adalah komoditi kebutuhan hidup sehari-hari, di pasar-pasar tradisional masih ada budaya tawar menawar dalam proses jual beli.13

3. Toko Modern

Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandidi, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan.14

Dalam dunia perdagangan saat ini, toko barang kebutuhan sehari-hari dengan ruangan yang tidak terlalu luas (minimarket) bukan lagi merupakan istilah asing bagi masyarakat umum, terutama yang tinggal di kota-kota besar. Toko modern merupakan perantara pemasar antara produsen dan konsumen akhir dimana aktivitasnya adalah melaksanakan penjualan eceran.

Sejatinya toko modern atau minimarket adalah pengembangan dari toko tradisional. Sebelum menjadi minimarket, bisa jadi usaha tersebut adalah toko tradisional yang oleh pemiliknya diubah menjadi minimarket, atau minimarket itu pada awalnya dibuka memang dalam bentuk seperti itu. Minimarket sebenarnya hadir karena ingin memberikan kepuasan pelanggan dengan cara membiarkan para pelanggan memilih produk yang dikehendaki, membayar ke kasir, berbelanja

12 Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, Pasal 1 Ayat 2.

13 Muhammad Yusuf, Identifikasi Karakteristik Pasar Tradisional di Wilayah Jakarta Selatan (Studi Kasus : Pasar Cipulir, Pasar Kebayoran Lama, Pasar Bata Putih, dan Pasar Santa), Jurnal PLANESIA Vol 1, No 1, Mei 2010

14 Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman

(26)

dengan nyaman, dan tidak perlu menawar produk yang ingin dibelinya. Selain itu, minimarket juga menghadirkan varian produk yang bervariasi.

Pada kenyataannya minimarket dianggap sebagai supermarket yang lebih kecil, sebab selain dikelola secara modern (memiliki mesin kasir, membuat pembukuan dengan computer, memiliki alat barcode, menggunakan rak, keranjang dan berbagai peralatan modern lainnya), minimarket juga telah memiliki bagian-bagian seperti bagian pembelian, administrasi gudang, administrasi keuangan, dan pramuniaga yang telah dilatih seperti yang dimiliki supermarket. Hanya bagian-bagian tersebut terbatas dan disesuaikan dengan kebutuhan, tidak seperti di supermarket.

3. Waralaba

Istilah franchise yang sudah di-indonesiakan menjadi waralaba. Waralaba berasal dari kata “wara” yang berarti lebih istimewa dan “laba” berarti untung.

Jadi kata waralaba berarti usaha yang memberikan keuntungan lebih atau istimewa. 15

Dalam warabala (franchise) ini dapat dikatakan bahwa sebagai bagian dari kepatuhan mitra usaha terhadap aturan main yang diberikan oleh pengusaha franchisor, maka mitra usaha atau penerima franchise diberikan hak untuk

memanfaatkan hak atas kekayaan intelektual dari pengusaha franchisor, baik dalam penggunaan merek dagang, merek jasa, hak cipta atas logo, desain industri, paten berupa teknologi maupun rahasia dagang dan sebaliknya, pengusaha

15Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2008) Edisi ke-4, hlm. 2276.

(27)

franchisor memperoleh royalti atas penggunaan hak atas kekayaan intelektual

mereka.16

Waralaba (Franchise) pada dasarnya adalah sebuah perjanjian mengenai metode pendistrubusian barang dan jasa kepada konsumen. Dalam hal ini franchisor memberikan lisensi kepada franchisee untuk melakukan kegiatan

pendistribusian barang dan jasa di bawah nama dan identitas franchisor dalam wilayah tertentu, dimana usaha tersebut dijalankan sesuai dengan proedur dan caa yang ditetapkan franchisor dan franchisor memberikan bantuan (assistance) terhadap franchise. Sebagai imbalannya francisee membayar sejumlah uang berupa initial fee dan royalty.17

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintahan nomor 42 tahun 2007 tentang Waralaba, Waralaba (Franchise) diartikan sebagai: “Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau jasa yang terlah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan sifat penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan penelitian hukum empiris. Pendekatan yuridis normatif yaitu kajian terhadap penelitian dilakukan menggunakan peraturan perundang-undangan, asas-

16 Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis : Lisensi, (Rajawali Pers, Jakarta, 2001), Hlm.128.

17 Sri Redjeki Slamet, “Waralaba (Franchise) di Indonesia”,Lex Jurnalica, Vol. 8, (2011),

(28)

asas hukum, teori-teori hukum. Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian empiris atau penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang datanya digali melalui pengamatan-pengamatan dan sumber data di lapangan dan bukan berasal dari sumber-sumber kepustakaan. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian dan perilaku subjek penelitian pada suatu periode tertentu. Penelitian kualitatif deskriptif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.18

2. Sumber data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Dara primer adalah data yang diperolah langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai informasi yang dicari. Dalam hal ini digunakan hasil wawancara langsung dengan informan dan juga observasi lapangan.

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu bahan pustaka yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku perpustakaan, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, jurnal, dan artikel-artikel yang

18 Mukhtar, Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif, (Jakarta : GP Press Group, 2013), hlm. 11

(29)

berikaitan dengan pembahasan dalam penelitian. Berdasarkan bahan hukum sekunder tersebut mencakup tiga bagian, antara lain:

a) Bahan hukum primer. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peraturan perundang-undangan, yaitu:

1) Undang-Undang Dasar 1945

2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

3) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:

53/M-DAG/PER/12/2008 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

4) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:

70/M-DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

5) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:

56/M-DAG/PER/9/2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/M- DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

(30)

6) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2019 Tentang Penyelanggaraan Waralaba.

7) Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 20 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Dan Pemberdayaan Pasar Tradisional.

8) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil

9) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik di Bidang Perdagangan

10) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

11) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Pengusaha Mikro, Kecil, dan Menengah

b) Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil- hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.

c) Bahan hukum tertier. Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder; contohnya adalah kamus hukum, kamus Bahasa Indonesia, website, hukum online, dan ensiklopedia,

3. Metode pengumpulan data a. Studi kepustakaan

(31)

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah melakukan penelusuran dan menelaah bahan pustaka (literatur, hasil penelitian, majalah ilmiah, buletin ilmiah, dan jurnal ilmiah).

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan secara lisan guna mencapai tujuan yaitu mendapatkan informasi yang akurat dari orang yang kompeten. Wawancara ini akan dilakukan terhadap pemerintah kota atau pejabat yang berwenang dalam memberikan izin pendirian toko modern, penanggung jawab usaha waralaba, pemilik usaha toko tradisional, dan beberapa informan dari masyarakat di Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah.

4. Metode analisis data

Untuk menganalisis data yang diperoleh, akan digunakan metode pendekatan kualitatif dengan mempelajari serta memahami data yang ada dan selanjutnya dianalisis untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, yaitu dengan apa yang diperoleh dari penelitian dilapangan yang kemudian dipelajari secara menyeluruh untuk memperoleh jawaban dalam penelitian ini.

a) Mengumpulkan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan tersier yang relevan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

b) Melakukan pemilihan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut diatas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.

c) Mengolah data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan.

(32)

d) Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpu;an kualitatif, yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan meudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya, sekaligus memudahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Keseluruhan sistematika penulisan skripsi ini merupakan satu kesatuan yang sangat berhubungan antara satu dengan yang lainnya, disusun dalam lima bab dimana dalam setiap bab menguraikan tentang pokok bahasan dari materi yang sedang dikaji. Adapun sistematis penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan, bab ini merupakan awal dalam penulisan yang berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dam sistematika penulisan.

Bab II, Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dalam Perundang-undangan di Indonesia. Bab ini berisikan tentang definisi pasar, pasar tradisional, toko modern, dan pusat perbelanjaan. Pengaturan hukum pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern.

Bab III, Perlindungan Hukum bagi Pelaku Usaha Pasar Tradisional dengan Pesatnya Perkembangan Toko Modern dengan Pola Waralaba. Bab ini berisikan tentang konsep perlindungan hukum dan bentuk pengaturan hukum pasar tradisional dan toko modern dalam perundang-undangan, pengertian waralaba,

(33)

dan perlindungan hukum terhadap pelaku usaha pasar tradisional dengan pesatnya perkembangan toko modern dengan pola warabala.

Bab IV, Impelementasi Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Barus, Tapanuli Tengah. Bab ini berisikan tentang impelementasi penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern. Peran pemerintah terhadap kebijakan penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern.

Impelementasi kewenangan pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah untuk mengatur pengelolaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern di Barus, Tapanuli Tengah.

Bab V, Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini, pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang didapat ketika menulis skripsi ini dari awal hingga akhir.

(34)

BAB II

PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN, DAN TOKO MODERN DALAM PERUNDANG-

UNDANGAN DI INDONESIA

A. Pasar

1. Definisi pasar

Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. 19 Beberapa ahli memberikan pengertian pasar sebagai berikut:20

a. William J.Stanton William J.Stanton :

Berpendapat bahwa pengertian pasar adalah sekumpulan orang yang memiliki keinginan untuk puas, uang yang digunakan untuk berbelanja, serta memiliki kemauan untuk membelanjakan uang tersebut.

b. Kotler dan Amstrong

Kotler dan Amstrong berpendapat bahwa pengertian pasar merupakan seperangkat pembeli aktual dan juga potensial dari suatu produk atau jasa.

Ukuran dari pasar itu sendiri tergantung dengan jumlah orang yang menunjukkan tentang kebutuhan, mempunyai kemampuan dalam bertransaksi.

Banyak pemasar yang memandang bahwa penjual dan pembeli sebagai sebuah pasar, dimana penjual tersebut akan mengirimkan produk serta jasa yang mereka produksi dan juga guna menyampaikan atau mengkomunikasikan kepada pasar. Sebagai gantinya, mereka akan mendapatkan uang dan informasi dari pasar tersebut.

c. Hendri Ma’aruf

Kata “pasar” mempunyai 3 pengertian, antara lain :

1) Pasar dalam arti “tempat”, merupakan sebuah tempat untuk bertemunya para penjual dengan pembeli.

2) Pasar dalam arti “penawaran serta permintaan”, merupakan pasar sebagai tempat terjadinya kegiatan transaksi jual beli.

19Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern,Pasal 1 Ayat 1

20 Mac Aditiawarman, Variasi Bahasa Masyarakat, (Padang : Lembaga Kajian Aset Budaya Indonesia Tonggak, 2019),hlm.171

(35)

3) Pasar dalam arti “sekumpulan anggota masyarakat yang mempunyai kebutuhan serta daya beli“, lebih merujuk pada 2 hal, yaitu daya beli dan kebutuhan. Pasar merupakan sekumpulan orang yang berusaha untuk mendapatkan jasa atau barang serta mempunyai kemampuan untuk membeli barang tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pasar sebagai area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.21

Pada dasarnya pengertian pasar memiliki arti yang lebih luas, bukan hanya pertemuan penjual dan pembeli dan melaksanakan transaksi jual beli. Pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran, serta seluruh kontak antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa”22. Didalam aktivitas perekonomian yang terjadi di pasar, terdapat kebebasan yang diberikan kepada penjual dan pembeli. Bagi penjual diberi kebebasan untuk memproduksi serta mendistribusikan barang yang dijualnya. Sementara bagi pembeli diberi kebebasan untuk memilih dan membeli barang yang dipilihnya.

Keberadaan pasar sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga ataupun kebutuhan lain yang tidak dapat dipenuhi sendiri, maka hal tersebut dapat diperoleh di pasar. Barang dan jasa yang diperoleh di pasar dijual menggunakan alat pembayaran yang sah yaitu uang.

21 Peraturan Presiden Republik Indonesia no. 112 th. 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern Pasal 1 Ayat 1

22Rita Hanafie. Pengantar Ekonomi Pertanian, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), Hlm

(36)

1) Jenis-jenis pasar

Pasar memiliki tujuh jenis dasar, yaitu:23

a) Pasar menurut bentuk kegiatan

Dalam pasar ini dibedakan menjadi dua, yakni:

1) Pasar nyata, sebuah pasar di mana terdapat berbagai jenis barang yang dijualbelikan dan dapat dibeli oleh konsumen. Misalnya swalayan dan pasar tradisional.

2) Pasar abstrak, sebuah pasar di mana terdapat pedagang yang tidak menawar berbagai jenis barang yang dijual. Serta tidak membeli secara langsung. Misalnya pasar online dan pasar modal.

b) Pasar menurut transaksi

Pasar ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Pasar tradisional

Pasar yang bersifat tradisional di mana para pembeli dan penjual dapat saling tawar menawar secara langsung. Berbagai jenis barang diperjualbelikan adalah barang kebutuhan pokok sehari-hari.

2) Pasar modern

Pasar yang bersifat modern, di mana terdapat berbagai macam barang diperjualbelikan dengan harga yang sudah pas dan dengan layanan sendiri. Biasanya pasar modern ada di mall atau tempat yang sangat luas lainnya. Dalam pasar modern, transaksi dilakukan secara tidak

23Kompas.com, Pasar: Pengertian, Fungsi,Ciri-ciri, dan Jenisnya, sebagaimana diakses

“https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/27/120000769/pasar-pengertian-fungsi-ciri-ciri- dan-jenisnya?page=all” pada tanggal 8 Agustus 2020 pukul 19:47.

(37)

langsung. Di mana pembeli melihat label harga kemudian langsung dibayar sesuai dengan label yang tercantum.

c) Pasar menurut jenis barang

Dalam pasar ini hanya menjual satu jenis barang tertentu, misalnya seperti pasar sayur, pasar hewan, pasar ikan, pasar buah, pasar daging, dan masih banyak lainnya.

d) Pasar menurut waktu

Jenis pasar yang dikelompokkan menurut waktu kegiatannya, yaitu pasar harian, mingguan, bulanan, tahunan, dan pasar temporer. Pasar temporer ini adalah pasar yang diselenggarakan pada waktu tertentu saja dan dapat terjadi secara tidak rutin. Misalnya bazar.

e) Pasar menurut keleluasaan distribusi

Pasar ini terbagi dari daerah atau lokasi keberadaan pasar. Suatu pasar yang membeli dan menjual produk di dalam satu wilayah saja. Misalnya pasar daerah, lokal, nasional, dan internasional.

f) Pasar menurut jenis dagangan Terbagi menjadi tiga pasar, yakni:

1) Pasar umum

Pasar yang memperjualbelikan barang-barang yang beraneka ragam.

Adapun golongan jenis barang dagangan dalam pasar umum juga terbagi menjadi beberapa, yaitu: Golongan A yaitu batu mulia, logam mulia, permata, dan tekstil. Golongan B yaitu batik, konveksi, pakaian tradisional, kerajinan, barang kelontong, pecah belah, dan lainnya.

Golongan C yaitu beras, tepung, ketan, jagung, gula pasir, teh, kopi,

(38)

buah-buahan, dan lainnya. Golongan D yaitu kembang, anyam- anyaman, gerabah, barang bekas, dan lainnya.

2) Pasar khusus

Merupakan pasar yang memperjualbelikan satu jenis barang dagangan saja. Misalnya pasar hewan, pasar rombeng, pasar bunga, pasar sepeda, dan lainnya.

3) Pasar tempel

Jenis pasar umum yang secara formal tidak dikelola atau diakui oleh pemerintah daerah. Namun, secara fungsional telah berperan sebagai pasar dengan wilayah pelayanan tertentu. Pembagian jenis dagang biasanya digolongkan dalam los-losan.

g) Pasar menurut bentuk dan struktur

Berdasarkan pada ciri-cirinya, terdapat empat bentuk struktur pasar utama, yaitu:24

1) Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna ditandai dengan tidak adanya sama sekali persaingan yang bersifat pribadi (rivalry) diantara perusahaan- perusahaan individu yang ada didalamnya dan memiliki ciri- ciri sebagai berikut:

a) Terdiri dari banyak penjual dan pembeli, hal ini mengakibatkan bahwa masing-masing penjual hanya menawarkan barang yang relatif sedikit dibandingkan dengan seluruh barang yang ada di pasar.Demikian halnya dengan pembeli, masing- masing pembeli

24 Leni Evangalista Marliani, “Analisis Struktur Pasar Industri Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2015”, Jurnal SEMNAS IIB DARMAJAYA, (2017), hlm.524-526.

(39)

secara individu tidak dapat menguasai pasar. Dalam struktur pasar ini baik penjual maupun pembeli secara individual tidak dapat mempengaruhi harga yang berlaku.

b) Produk yang diperjualbelikan bersifat homogen. Secara fisik barang yang dijual adalah identik, sehingga barang tersebut memiliki substitusi sempurna, dengan demikian konsumen tidak memiliki alasan sedikitpun untuk lebih memilih barang yang satu terhadap barang yang lain.Berdasarkan ciri ke satu dan ke dua di atas maka masing- masing produsen di pasar persaingan sempurna bertindak sebagai pengambil harga (price taker).

c) Masing-masing produsen bebas untuk keluar dari/ masuk ke pasar.

Dalam pasar persaingan sempurna dianggap tidak ada hambatan bagi produsen untuk keluar dari/ masuk ke pasar.

d) Adanya mobilitas faktor- faktor produksi secara sempurna.Dalam pasar persaingan sempurna faktor- faktor produksi bebas untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya.

e) Produsen dan konsumen memiliki informasi yang lengkap tentang pasar.

f) Tidak memerlukan promosi/ pengiklanan. Berdasarkan ciri- ciri dari struktur pasar persaingan sempurna, maka kurva permintaan yang dihadapi oleh produsen pada struktur pasar persaingan sempurna bersifat elastis sempurna, hal ini menunjukkan bahwa produsen secara individual tidak memiliki kekuatan sama sekali untuk merubah harga pasar.

(40)

2) Pasar Monopoli

Pasar monopoli merupakan pasar yang ciri- cirinya sangat berlawanan dengan pasar persaingan sempurna.Ciri- ciri dari pasar monopoli adalah:

a) Hanya terdapat satu produsen dalam pasar (monopoli murni) b) Tidak memiliki barang pengganti yang mirip (close substitute) c) Terdapat hambatan bagi perusahaan lain untuk bias masuk ke

dalam pasar

d) Produsen bertindak sebagai penentu harga (price maker) e) Promosi tidak diperlukan.

f) Berdasarkan ciri- ciri tersebut, produsen pada pasar monopoli memiliki kekuatan untuk mengontrol harga dan kuantitas barang di pasar, sehingga dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang monopolis dapat memperoleh keuntungan diatas normal.

3) Pasar Persaingan Monopolistik

Berdasarkan ciri- cirinya, pasar ini berada diantara pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli, tetapi berdasarkan ciri- cirinya pasar ini dekat dengan pasar persaingan sempurna. Adapun ciri- ciri dari pasar monopolistik adalah :

a) Terdapat banyak perusahaan/ produsen di dalam pasar b) Barang produksinya berbeda corak/ terdiferensiasi

c) Produsen memiliki sedikit kekuatan untuk menentukan harga d) Di pasar terdapat kebebasan bagi perusahaan untuk masuk atau

keluar dari pasar.

(41)

Dalam pasar ini diakui adanya suatu derajat kekuasaan monopoli yang timbul dari penggunaan merek dan tanda dagang (bran names dan trademarks), dan oleh karena itu kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan memiliki kemiringan negatif dan permintaannya bersifat elastis, artinya produsen memiliki sedikit kekuatan untuk menentukan harga produknya.

4) Pasar Oligopoli

Berdasarkan ciri- cirinya, pasar oligopoli terletak diantara pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli, tetapi lebih condong ke bentuk pasar monopoli. Di dalam perekonomian yang semakin maju,pasar yang bersifat oligopoli banyak ditemukan, karena teknologi sudah semakin modern dan mencapai efisiensi yang optimum hanya sesudah jumlah produksi besar sekali. Keadaan ini menimbulkan kecenderungan sedikitnya jumlah produsen dalam industri. Selain sifat penting tersebut, pasar oligopoli memiliki ciri- ciri sebagai berikut:

a) Menghasikan barang standar atau barang yang terdiferensiasi.

Industri dalam pasar oligopoli yang menghasilkan barang standar pada umumnya dijumpai dalam industri yang menghasilkan bahan mentah seperti industri baja, aluminium dan lain- lain, sedangkan yang menghasilkan barang- barang yang terdiferensiasi banyak dijumpai pada industri yang menghasilkan produk akhir.

b) Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi.

c) Kompetisi non harga.

(42)

2. Pasar Tradisional

1) Pengertian pasar tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.25

Pasar tradisional terdapat diberbagai daerah, biasanya pasar tradisional dipenuhi oleh para pedagang dan kios-kios yang berskala kecil dan sederhana.

Pasar tradisional juga pada umumnya menjual kebutuhan sehari-hari seperti:

bahan makanan, pakaian, keperluan rumah, dll. Proses jual beli di pasar tradisional menggunakan metode tawar menawar, pedagang pasar tradisional tidak menetapkan harga dagangannya dengan harga pas seperti pada toko modern.

Pasar tradisional merupakan salah satu sector yang paling penting bagi masyarakat Indonesia karena pasar tradisional merupakan penggerak ekonomi masyarakat. Pasar selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat paling penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bagi masyarakat pasar bukan hanya tempat bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi juga sebagai wadah untuk berinteraksi sosial.26 Masyarakat kelas ekonomi kebawah rata-rata bergantung hidup pada pasar tradisional, menjadi pedagang di pasar tradisional merupakan

25 Peraturan Presiden Republik Indonesia no. 112 th. 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, Pasal 1 Ayat 2

26 Muhammad Aziz Hakim, Menguasai Pasar Mengeruk Untung, (Jakarta : Krisna Persada, 2005), hlm. 4.

(43)

salah satu alternatif pekerjaan ditengah banyaknya pengangguran di Indonesia.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasar tradisional mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2) Karakteristik pasar tradisional

Adapun karakteristik pasar tradisional adalah sebagai berikut :27

a) Pasar Tradisional dimiliki, dibangun atau dikelola oleh pemerintah daerah.

b) Sesuai dengan konteks otonomi daerah, otonomi yaitu memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsinal, yang mewujudkan dengan Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, sesuai dengan prinisp-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemeratan dan keadilan serta potensi dan keanekaragaman daerah yang dilaksanakan dalam kerangka.28Transaksi dilakukan secara tawar menawar.

c) Proses jual-beli biasanya melalui proses tawar menawar harga, dan harga yang diberikan untuk suatu barang bukan merupakan harga tetap, dalam arti lain masih dapat ditawar, hal ini sangat berbeda dengan pasar modern.29

d) Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama.

27 Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor: 20 Tahun 2012 tentang Peraturan dan Permberdayaan Pasar Tradisional

28 UU Otonomi 1999, Cet 4. (Jakarta: Restu Agung, 2001) hlm. 11

29 Muhammad Firdaus, “Eksplorasi Visual Pasar Tradisional Sebagai Pendukung dalam Perancangan Film Animasi Pendek “Potret”, Jurnal Desain, Vol. 05, (2018), hlm. 236

(44)

Ciri khas pasar tradisional adalah adanya tenda-tenda tempat penjual memasarkan dagangannya, serta pembeli yang berjalan hilir mudik untuk memilih dan menawar barang yang akan dibelinya.30 Tenda-tenda tempat penjual tersebut berada dilokasi yang sama, tetapi setiap barang dagangan yang dijual berbeda-beda tergantung pengelompokan dagangan sesuai dengan jenisnya seperti kelompok pedagang sayur, daging, buah.

e) Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan baku lokal.

Barang dagangan yang dijual di pasar tradisional ini adalah hasil bumi yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Meskipun ada beberapa dagangan yang diambil dari hasil bumi dari daerah lain yang berada tidak jauh dari daerah tersebut namun tidak sampai meng import hingga keluar pulau atau Negara.31

3. Toko Modern

1) Pengertian toko modern

Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket, ataupun grosir yang berbentuk perkulakan.32 Toko modern merupakan perantara antara produsen dengan konsumen dimana posisi toko modern sebagai penjual eceran. Minimarket adalah toko yang mengisi

30Ibid.

31 Akhmad Mujahidin, Etika Bisnis Dalam Islam “Analisis Terhadap Aspek Moral Pelaku Bisnis”, (Jurnal Hukum Islam Vol. IV, 2005). hlm. 122

32 Peraturan Presiden Republik Indonesia no. 112 th. 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern Pasal 1 Ayat 5

(45)

kebutuhan masyarakat akan warung yang berformat modern yang dekat dengan pemukiman penduduk sehingga dapat mengungguli toko atau warung.33

Dapat dikatakan toko modern atau minimarket adalah pengembangan dari pasar tradisional yang disebabkan oleh perubahan perekonomian masyarakat.

Banyaknya keunggulan yang ditawarkan toko modern seperti minimarket adalah efisiensi waktu yang didapat oleh pembeli karena adanya harga yang pasti tanpa perlu tawar-menawar, selain itu produk dalam toko modern lebih bervariasi dibanding dengan pasar tradisional.

Minimarket adalah semacam toko kelontong atau yang menjual segala

macam barang dan makanan, namun tidak selengkap dan sebesar supermarket.

Berbeda dengan toko kelontong , minimarket merupakan sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang akan dibutuhkan dari rak-rak dagangan dan membayar di kasir.34

Pada kenyataannya minimarket dianggap sebagai supermarket yang lebih kecil, sebab selain dikelola secara modern (memiliki mesin kasir, membuat pembukuan dengan komputer, memiliki alat barcode, menggunakan rak, keranjang, dan berbagai peralatan modern lainnya), minimarket juga telah memiliki bagian-bagian seperti bagian pembelian, administrasi gudang, administrasi keuangan, dan pramuniaga yang telah dilatih seperti yang telah

33 Hendri Ma’ruf. Pemasaran Ritel, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm 84

34 InovaPos, Perbedaan Istilah Minimarket, Supermarket dan Hypermarket, sebagaimana diakses http://inovapos.com/perbedaan-istilah-minimarket-supermarket-dan-hypermarket/ pada

Gambar

Tabel 1. Jenis-jenis Pedagang Pasar
Tabel 2. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin   Kecamatan Barus Tahun 2016
Tabel 3. Karakteristik Penduduk Menurut Mata  Pencaharian

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Melakukan usaha pertambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK” sebagaimana yang didakwakan

bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (3c), Pasal 9 ayat (1) dan ayat (4), dan Pasal 10 ayat (1), ayat (1a) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

Bentuk penyalahgunaan posisi dominan yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura Logistik di Terminal Kargo Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar ialah sebagai

The result of the study indicated that the most possibility of side effects of the use of risperidone was agitation (19.51 %), with the most anti-psychotic combination of

Ketidakterlaksanaannya suatu kontrak konstruksi dapat menimbulkan perselisihan atau yang sering disebut dengan “sengketa konstruksi” diantara pihak pengguna dengan pihak

Perlindungan hukum terhadap hak cipta software diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (pada Pasal 1 Angka 9, Pasal 11 Ayat 2, Pasal 40 Ayat 1,

Maka dengan demikian, berdasarkan pembahasan yang dijelaskan sebagaimana yang dimaksud di atas, timbul keinginan untuk mengkaji tentang keringanan pajak sebagai bentuk insentif

1) Setiap anggota mempunyai kedudukan yang sama, satu orang anggota satu suara. 2) Anggota berhak mengajukan usul yang harus diperhatikan oleh pengurus. 3) Pengurus dan