• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PELAKU USAHA PASAR

D. Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku Usaha Pasar Tradisional dengan Pesatnya

1. Perlindungan Melalui Perizinan

Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. Izin ialah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku para warga.71 Selain itu izin juga dapat diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.

Terdapat istilah lain yang memiliki kesejajaran dengan izin yaitu:72

70 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2019 Tentang Waralaba.

71 Philipus M.Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, (Surabaya: Yurudika, 1993,), hlm.2.

72 Rudwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hlm.

196-197

a) Dispensasi ialah keputusan administrasi Negara yang membebaskan suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut. Sehingga suatu peraturan undang-undang menjadi tidak berlaku bagi sesuatu yang istimewa (Relaxation legis).

b) Lisensi adalah suatu usaha izin yang memberikan hak untuk menyelenggarakan suatu perusahaan. Lisensi digunakan untuk menyatakan suatu izin yang memperkenankan seseorang untuk menjalankan suatu perusahaan dengan izin khusus atau istimewa.

c) Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar di mana kepentingan umum terlibat erat sekali sehingga sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas pemerintah, tetapi pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya kepada konsesionaris (pemegang izin) yang bukan pejabat pemerintah. Bentuknya bisa berupa kontraktual atau kombinasi antara lisensi dengan pemberian status tertentu dengan hak dan kewajiban serta syarat-syarat tertentu.

Secara umum tujuan dan fungsi dari perizinan adalah untuk pengendalian dari aktivitas pemerintah terkait ketentuan-ketentuan yang berisi pedoman yang harus dilaksanakan baik oleh yang berkepentingan ataupun oleh pejabat yang diberi kewenangan.

Tujuan dari perizinan dapat dilihat dari dua sisi yaitu:73 a) Dari sisi pemerintah

Melalui sisi pemerintah tujuan pemberian izin adalah:

1) Untuk melaksanakan peraturan

73 Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, (Jakarta: SInar

Apakah ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai dengan kenyataan dalam praktiknya atau tidak akan sekalipun untuk mengatur ketertiban.

2) Sebagai sumber pendapatan daerah

Dengan adanya permintaan permohonan izin, maka secara langsung pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan pemohon harus membayar retribusi dahulu. Semakin banyak pula pendapatan di bidang retribusi tujuan akhirnya yaitu untuk membiayai pembangunan.

b) Dari sisi masyarakat

Adapun dari sisi masyarakat tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut.

1) Untuk adanya kepastian hukum.

2) Untuk adanya kepastian hak.

3) Untuk mendapatkan fasilitas setelah bangunan yang didirikan mempunyai izin.

Dengan mengikatkan tindakan-tindakan pada suatu sistem perizinan, pembuatan undang-undang dapat mengejar berbagai tujuan dari izin.

Perizinan dapat berbentuk tertulis maupun tidak tertulis, dimana di dalamnya harus termuat unsur-unsur antara lain:74

a) Instrument yuridis

izin merupakan instrument yuridis dalam bentuk ketetapan yang bersifat konsititutif dan yang digunakan oleh pemerintah untuk menghadapi atau

74 Adrian Sutedi, op,cit, hlm. 201-202.

menetapkan peristiwa konkret, sebagai ketetapan izin itu dibuat dengan ketentuan dan persyaratan yang berlaku pada ketetapan pada umumnya.

b) Peraturan perundang-undangan

Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan tindakan hukum pemerintahan, sebagai tindakan hukum maka harus ada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan atau harus berdasarkan pada asas legalitas, tanpa dasar wewenang, tindakan hukum itu menjadi tidak sah, oleh karena itu dalam hal membuat dan menerbitkan izin haruslah didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peruraturan perundang-undangan yang berlaku, karena tanpa adanya dasar wewenang tersebut ketetapan izin tersebut menjadi tidak sah.

c) Prosedur dan persyaratan

Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Selain itu pemohon juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin. Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin itu bersifat konsitutif dan kondisional, konstitutif karena ditentukan suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus (terlebih dahulu) dipenuhi, kondisional, karena penilaian tersebut baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi.

A. Prosedur Pemberian Izin

a) Proses dan prosedur perizinan

Proses penyelesaian perizinan merupakan proses internal yang dilakukan oleh apparat/petugas. Pada umunya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin serta pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda-beda tergantung jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin.

Inti dari regulasi dan deregulasi adalah tata cara prosedur perizinan adalah tata cara dan prosedur perizinan. Isi regulasi dan deregulasi harus memenuhi nilai: sederhana, jelas, tidak melibatkan banyak pihak, meminimalkan kontak fisik antarpihak yang melayani dan dilayani, memiliki prosedur operasional standar, dan wajib dikomunikasikan secara luas.

b) Persyaratan

Merupakan hal yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin yang dimohonkan, yang berupa dokumen dan kelengkapan atau surat-surat.

Menurut Soehino, syarat-syarat dalam izin bersifat konstitutif dan kondisional.75

1) Konsititutif yaitu ditentukan suatu perbuatan tertentu yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu dalam pemberian izin ditentukam suatu perbuatan konkret yang bila tidak dipenuhi dapat dikenai sanksi.

75Ibid, hlm. 187

2) Kondisional artinya penilaian tersebut baru ada dan dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang diisyaratkan terjadi.

c) Waktu penyelesaian izin

Waktu penyelesaian izin harus ditentukan oleh instansi yang bersangkutan.

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan. Dengan demikian regulasi dan deregulasi harus memenuhi kriteria:

1) Disebutkan dengan jelas.

2) Waktu yang ditetapkan sesingkat mungkin.

3) Diinformasikan secara luas bersama-sama dengan prosedur dan persyaratan.

d) Biaya perizinan

Tarif pelayanan termasuk rinciannya ditetapkan dalam proses pemberian izin, dimana pembiayaan menjadi hal mendasar dari pengurusan perizinan.

Oleh karena itu harus memenuhi syarat-syarat:

1) Disebutkan dengan jelas.

2) Mengikuti standar nasional.

3) Tidak ada pengenaan biaya lebih dari sekali untuk setiap objek tertentu.

4) Perhitungan berdasar pada tingkat real cost.

5) Besarnya biasa diinformasikan secara luas.

Sebelum menjalankan usahanya, pasar modern yang akan didirikan harus memenuhi perijinan yang sudah ditetapkan. Untuk pertokoan, mall, plasa, dan pusat perdagangan wajib memiliki Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP)

sedangkan minimarket, supermarket, department store, hypermarket, dan perkulakan wajib memiliki Izin Usaha Toko Modern (IUTM). Jenis-jenis izin diatas yaitu IUPP dan IUTM diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Pemerintah Provinsi. Disamping itu, setiap pedagang atau pelaku usaha pasar yang akan mengajukan izin usaha harus menyertai studi kelayakan (termasuk AMDAL) dan rencana kemitraan dengan usaha kecil.

Namun ketentuan-ketentuan peraturan diatas belum mampu mensinergikan antara pasar modern dengan pasar tradisional, sehingga perlu diupayakan cara lain agar sinergi keduanya dapat berjalan dengan baik. Hal ini, antara lain dapat dilakukan dengan cara meningkatkan peran pemerintah daerah.

Dalam era otonomi sekarang, pemerintah daerah mempunyai peran yangbesarkarenadiabertanggungjawabuntukmewujudkankeberlangsungan pasar tradisional di daerahnya dengan lebih memperhatikan lokasi dari ritel modern yang ingin melakukan kegiatan usahanya. Keberadaan pasar-pasar modern atau minimarket yang sangat berdekatan menunjukkan lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap perkembangan pasar modern, oleh karena itu dalam hal jam operasional pasar modern baik hypermarket, departemen store maupun supermarket, sebagaimana disebutkan dalam Perpres No. 112 tahun 2007 bahwa;

a) Untuk hari Senin sampai dengan Jumat, pukul 10.00 sampai dengan pukul 22.00 waktusetempat.

b) Untuk hari Sabtu dan Minggu, pukul 10.00 sampai denganpukul 23.00 waktu setempat.

c) Untuk hari besar keagamaan, libur nasional atau hari tertentu lainnya, Bupati/Walikota atau Gubernur untuk Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dapat menetapkan jam kerja melampaui pukul 22.00 waktusetempat.

Pembatasan jam operasi pasar modern tersebut harus diperketat dan dilakukan pengawasan yang sungguh-sungguh. Berkaitan dengan kerjasama antara pasar modern dengan usaha kecil menengah, meskipun sudah ada upaya untuk mensinergikan antara pasar tradisional dengan pasar modern sebagaimana tercermin dalam Perpres 112 tahun 2007 yang mengamantkan keharusan bagi pasar modern untuk menyediakan tempat usaha dengan harga jual atau biaya sewa sesuai dengan kemampuan usaha kecil atau yang dapat dimanfaatkan oleh usaha kecil melalui kerjasama lain dalam rangka kemitraan (Pasal 6) belum berjalan dengan baik. Kerjasama yang selama ini antaralain diwujudkan dalam bentuk pemasokan yang dibingkai dalam bentuk perjanjian tertulis dengan ketentuan bahwa pasar modern tidak memungut biaya administrasi pendaftaran barang dari pemasok usaha kecil dan pembayaran kepada pemasok usaha kecil dilakukan secara tunai, atau dengan alasan teknis tertentu dapat dilakukan dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari setelah seluruh dokumen penagihan diterima.

Memperhatikan regulasi atau kebijakan di bidang perpasaran sebagaimana dikemukakan diatas, pada dasarnya mempunyai filosofi agar keberadaan pasar-pasar modern tidak menjadi ancaman bagi keberadaan pasar-pasar-pasar-pasar tradisional.

Dalam kaitan ini pemerintah berkewajiban untuk menciptakan level of playing field yang adil bagi para pelaku usaha, melindungi pihak yang lemah dari eksploitasi ekonomi pihak yang kuat, membuat peraturan yang tegas, jelas dan transparan,

memberikan sanksi yang tegas bagi para pelaku usaha yang melanggarnya baik sanksi pidana maupun sanksi administratif, bertindak sebagai wasit, jujur dan bertanggungjawab76

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Pentaan dan Pembinaan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Pasal 04 ayat 1 huruf a bahwa pendirian toko modern wajib memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil, dan usaha menengah yang ada di wilayah bersangkutan, dan huruf b yaitu memperhatikan jarak antara toko modern dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya maka pendirian toko modern harus diatur sesuai dengan Pasal 12 ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 yang menyatakan bahwa toko modern wajib memiliki Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) untuk pertokoan, mall, plasa, dan pusat perdagangan. Sementara di ayat 3 menyatkan bahwa izin melakukan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

2. Perlindungan melalui penataan dan pembinaan pasar tradisional

Dokumen terkait