• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pengolahan air

4.2.2 Pengawasan dan pengendalian mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu proses prouksi agar hasil yang diperoleh maksimal. Pengawasan mutu adalah suatu kegiatan operasional agar hasil yang diperoleh sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengawasan mutu yang dilakukan yaitu pengawasan mutu produksi, pengawasan mutu produk, pengawasan mutu penyimpanan, dan pengawasan mutu pemasaran.

Standar mutu minyak kelapa sawit pada PT Muriniwood Indah Industri yaitu dengan kandungan ALB dibawah 4,5%, kadar air 0,21%, dan kadar kotoran 0,022%.

A. Pengawasan Mutu Bahan Baku

Pengawasan mutu CPO sangat penting untuk menentukan kualitas akhir setelah pengolahan. Pengawasan mutu CPO di PT Muriniwood Indah Industri dilakukan disetiap proses pengolahan seperti sortasi yang dilakukan menggunakan tiga set berdasarkan kematangan, jenis buah, dan warna daging buah. Kemudian dilakukan pengujian evaporasi untuk melihat kadar air bahan dan oil content yang bertujuan untuk melihat kandungan minyak yang terdapat dalam buah. Pengujian mutu bahan baku ini dilakukan apabila terjadi kenaikan atau penurunan rendemen dan terjadinya penurunan mutu CPO, sampel pengujian diambil per afdeling. Sehingga ketika terjadi penurunan mutu dan rendemen CPO dapat diketahui

permasalahannya. Pengawasan mutu yang dilakukan mulai dari mutu bahan baku sampai dengan proses pemasaran.

a. Pengawasan mutu bahan baku tingkat pemanen a) Menentukan waktu panen

Pemanenan dilakukan 5,5 bulan setelah penyerbukan sebelumnya karena untuk memperoleh kadar minyak yang optimal dan berkualitas dibutuhkan tingkat kematangan yang sesuai ketika dilakukan kegiatan panen. Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang kondisinya memberikan kuantitas dan kualitas minyak yang maksimal. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun, (2008), menyatakan bahwa seminggu sebelum titik tepat panen, kandungan minyak dalam mesocarp baru mencapai sekitar 73% dari potensinya. Artinya, sisa 27 % dari proses konversi terjadi hanya dalam waktu satu minggu terakhir dari proses pematangan. Dengan demikian, bila buah dipanen satu minggu sebelum tepat matang, perusahaan akan kehilangan 27% dari potensi produksinya.

b) Penggunaan alat yang tepat

Penggunaan alat yang tepat saat pemanenan dapat mejaga mutu buah dan brondolan, alat yang digunakan penyodok (egrek) biasa digunakan untuk pemanenan buah kelapa sawit dengan pohon yang tinggi kemudian penjolok dodos (chisel) yang ujungnya melebar biasannya digunakan untuk pemanenan buah kelapa sawit dengan pohon yang rendah.

Menurut Lubis, (1992), Berdasarkan tinggi tanaman, ada 2 cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit. Untuk tanaman yang berumur <7 tahun cara panen menggunakan alat dodos dengan lebar 10-12,5 cm dengan

gagang pipa besi atau tongkat kayu. Sedangkan tanaman yang berumur 7 tahun atau lebih pemanenan menggunakan egrek (alat pemanen kelapa sawit) yang disambung dengan pipa alumunium atau batang bambu. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan. Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong diletakkan teratur dipiringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Selanjutnya tandan dan brondolan dikumpulkan di TPH.

Berdasarkan literatur dan keterangan dari perusahaan pemanenan buah kelapa sawit tidak mengalami perbedaan karena alat yang digunakan hampir sama dengan menentukan ketinggian buah dimana bertujuan untuk mempermudah proses pemanenan dan menjaga kualitas buah.

c) Mengatur rotasi panen

Rotasi pemanenan bertujuan untuk menjaga kontinuitas produksi dan memperkecil brondolan yang masih tinggal ditandan. Kriteria rotasi panen yang umum dipakai dengan cara membagi afdeling atau bagian petak kebun yang menjadi lima kali panen dengan rotasi pengulangan setiap tujuh hari sekali. Menurut lubis, (1992), rotasi panen diangap baik bila buah tidak terlalu matang, yaitu menggunakan sistem 5/7. Artinya dalam satu minggu terdapat 5 hari panen dan masing-masing ancak panen diulang 7 hari berikutnya. Pemanenan dilakukan terus menerus sepanjang tahun.

Pemanenan buah kelapa sawit dapat mempengaruhi mutu dan rendemenya seperti apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka

minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.

d) Pengangkutan TBS tepat waktu

Pengangkutan TBS dari masing-masing pohon yang dipanen ke tempat pengumpulan hasil ke pabrik pengolahan kelapa sawit. Pengangkutan TBS sangat penting karena dapat mempengaruhi rendemen serta mutu dari CPO, karena buah yang telat pengangkutan dan akan di olah di hari selanjutnya akan menjadi buah restan dimana buah ini telah terjadi penurunan mutu yang dapat berpengaruh pada hasil akhirnya.

e) Penyimpanan TBS

Penyimpanan sangat berpengaruh terhadap TBS, sehingga TBS harus disimpan pada tempat yang terlindung dan secara teknis diletakkan dilandasan beton yang kokoh dan berbentuk miring, tujuannya agar air yang dihasilkan dari proses respirasi buah yang tertumpuk dapat mengalir dan tidak mengendap karena dapat menyebabkan kebusukan buah dan berdampak pada penurunan mutu TBS.

b. Menghasilkan Minyak Kelapa Sawit Bermutu

Untuk menghasilkan minyak yang bermutu baik diperlukan pengawasan di setiap prosesnya dengan beberapa parameter ukur. Kemudian efisiensi alat juga harus diperhatikan agar kapasitas produksi tercapai dengan jumlah yang maksimal.

a) Standar mutu minyak kelapa sawit

Standar mutu minyak kelapa sawit dapat diukur dengan menggunakan perhitungan sampai diperoleh hasil untuk disesuaikan dengan standar mutu produksi.

b) Standar mutu pengolahan

Pengolahan CPO membutuhkan teknologi yang cukup tinggi, pengoperasian alat perlu distandarkan agar mutu hasil yang diperoleh lebih maksimal, dan efisiensi dalam pengguanaan alat dan waktu.

c) Mengetahui proses pengolahan

Untuk pengolahan CPO terdapat beberapa stasiun pengolahan yaitu penimbangan, stasiun sortasi, stasiun loading ramp, stasiun perebusan (Sterilizer), stasiun bantingan (Thresher), stasiun pengempaan (Press), stasiun pemurnian (Klarifikasi). Untuk pendukung stasiun pengolahan terdapat beberapa stasiun yaitu stasiun pembangkit tenaga (boiler), laboraturium, stasiun pengolahan air (water tretment prosses), stasiun pengolahan limbah, dan bengkel. Produk yang dihasilkan dari proses pengolahan ini yaitu CPO dan kernel.

d) Menghindari proses pemanasan yang berlebihan

Proses pemanasan yang berlebihan dapat meningkatkan Asam Lemak Bebas yang berdampak pada penurunan mutu CPO.

e) Penyimpanan minyak

Minyak sawit yang sudah diproduksi akan disimpan terlebih dahulu dalam storage tank sebelum dilakukan pemasaran suhu penyimpanan berkisar 50-550C, sistem pemanasan yang digunakan yaitu inject coil karena suhu yang terlalu tinggi

dapat memepercepat kerusakan minyak, kemudian juga jumlah sludge yang terdapat pada tanki timbun (Storage tank) juga dapat mempengaruhi mutu CPO.

c. Pengawasan mutu pemasaran

Pengawasan mutu pemasaran dilakukan pengujian mutu CPO sebelum pemasaran dimana sampel diambil dari tanki timbun dan ketika pemasaran sampel diambil dari truk pengangkut CPO, kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk melihat penurunan mutu CPO yang tejadi ketika pemasaran.

4.2.3 Sanitasi dan Penanganan Limbah

A. Sanitasi

Sanitasi yang dilakukan yaitu sanitasi ruangan, sanitasi udara, sanitasi pekerja, dan sanitasi peralatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada keterangan dibawah ini :

a. Sanitasi bahan baku

Sanitasi buah yang dilakukan masih kurang baik dimana sanitasi buah hanya dilakukan pada saat buah dilakukan proses perebusan, namun pada proses perebusan hanya mikroba yang mati sedangkan kotoran seperti pasir, kayu, batu, dan daun-daun masih terikut sampai ke proses berikutnya, sehingga akibatnya terkadang alat mengalami penyumbatan atau cepat haus karena benturan dari batu (kotoran dalam buah).

b. Sanitasi ruangan

Sanitasi ruangan yang dilakukan pada laboraturium yaitu dengan melakukan penyapuan menggunakan sapu, pada ruangan pengolahan tidak terlalu banyak yang dilakukan karena ruangan pengolahan sangat sedikit dan lebih banyak

terdapat alat sehingga ruangan yang biasa disapu yaitu pada stasiun kernel dan stasiun sortasi dengan menggunakan pelepah sawit karena kotoran hanya berupa debu dan fiber halus, sanitasi dilakukan sebelum dan sesudah pengolahan tanpa menggunakan desinfectan. Untuk ruang press dan klarifikasi karena kontak langsung dengan minyak pembersihan dilakukan pengosokan menggunakan abu janjangan kosong hasil pembakaran untuk pengganti sabun karena mengandung soda ash (natrium karbonat) kemudian dilakukan penyemprotan dengan pompa bertekanan sehingga kotoran akan masuk ke parit.

c. Sanitasi pekerja

Sanitasi pekerja yang dilakukan yaitu setiap pekerja diwajibkan menggunakan helm ketika masuk pabrik, kemudian juga menggunakan seragam serta sepatu yang memiliki telapak tebal dan tidak licin.

d. Sanitasi peralatan

Sanitasi peralatan yang digunakan yaitu pada alat yang kotor karena debu dan fiber halus dilakukan pembersihan dengan melakukan penyemprotan menggunakan pompa bertekanan sedangkan untuk alat yang kotor karena CPO akan dilakukan pembersihan dengan melakukan penggosokan menggunakan abu hasil pembakaran dari janjangan kosong kemudian dilakukan penyemprotan menggunakan pompa bertekanan.

B. Penanganan limbah

Limbah dari proses produksi di PT Muriniwood Indah Industri berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa janjangan kosong yang dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau pupuk kompos, kemudian cangkang dan fiber yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada boiler.

Limbah cair yang berupa air buangan pabrik merupakan faktor penyebab pencemaran pada media pencemaran. Untuk mengantisipasi pencemaran air limbah pabrik harus diproses dan dinetralisir sebelum dibuang ke lingkungan, pengendalian limbah pabrik yang berasal dari stasiun perebusan ditambung oleh bak condensat kemudian akan mengalir ke bak recovery setelah dilakukan pengiriman minyak dan Air limbah dari klarifikasi dialirkan ke Fat pit dialirkan kembali menuju bak recovery. Setelah itu limbah akan dialirkan melalui final efluent ke De-oiling Pond dengan kandungan minyak kurang dari 1 % di air limbah.

Minyak dari kolam De-oiling Pond akan masuk pada kolam pengasaman, tujuan pengasaman yaitu supaya permukaan kolam tidak tertutup kerak. Suasana asam dan suhu yang masih tinggi menyebabkan minyak dipermukaan air limbah tetap cair sehingga dapat diambil kembali dengan cara manual menggunakan ember yang diberi tangkai tujuannya untuk diolah kembali kepabrik. Kolam ini memiliki masa retensi 4 Hari.

Limbah yang berasal dari kolam pengasaman dialirkan kedalam kolam anaerobik primer. Pengubahan senyawa organik majemuk terjadi disini, menjadi senyawa asam yang mudah menguap. Bakteri yang berperan adalah bakteri penghasil asam. BOD dan COD mengalami penurunan dalam suasana netral. Hidrolik retention time dikolam ini adalah 40 hari.

Proses selanjutnya dari kolam anaerobik primer dilanjutkan ke kolam perombakan anaerobik sekunder, terjadi perubahan asam mudah menguap menjadi asam asetat kemudian menjadi gas CO, CH dan H2O. Hidrolik retention

time selama 24 hari dengan effisiensi 80%, pada kondisi ini akan tercium bau limbah yang menyengat pada saat musim penghujan.

Kemudian dari kolam anaerobik sekunder dialirkan ke kolam aerobik ini bakteri memerlukan udara untuk pertumbuhan maupun respirasi. Dengan retensi selama 14 hari kolam ini dapat meningkatkan effisiensi perombakan sehingga menurunkan BOD dan COD. Dari hasil pengujian BOD dari limbah minyak kelapa sawit yaitu 189 (mg/l) sedangkan CODnya yaitu 453.75 (mg/l).

Menurut standar dari perusahaan kandungan BOD yaitu 5000mg/l dan COD 10.000 mg/l, minyak 2500 mg/l, pH 6-9, dan total solible solid (TSS) 12.500 mg/l, dengan suhu 30 0C. Sedangkan data dari pengujian limbah cair kelapa sawit mengandung BOD 189 mg/l, COD yaitu 453.75 mg/l, Total Solible Solid (TSS) 3.023 mg/l, minyak 6.060 mg/l, pH 7, temperatur 30 0C, dari data diatas kandungan BOD dan CODnya masih dibawah standar sehingga masih aman untuk diaplikasikan sebagai pupuk organik, namun dari data terjadi kenaikan jumlah minyak ini membuktikan bahwa peningkatan losses terhadap minyak meningkat. Pada data diatas kondisi pH netral sehingga apabila dijadikan pupuk tidak akan menurunkan pH tanah sehingga merusak keseimbangan unsur hara tanah.

4.2.4 Produksi dan pemasaran A. Produksi

Produksi yang dihasilkan oleh PT Muriniwood Indah Industri adalah CPO dan kernel, kapasitas produksi CPO dan kernel dalam satu hari 45 ton/jam tandan buah segar. Namun rendemen CPO atau kernel yang diperoleh tidak bisa diperkirakan karena mutu buah yang masuk dan pengaruh selama proses pengolahan dapat mempengaruhi jumlah rendemen yang diperoleh.

B. Pemasaran

Pemasaran di PT Muriniwood Indah Industri dilakukan setiap hari, pemasarn dilakukan dengan menggunakan sistem kontrak, umumnya pemasaran dilakukan di daerah lokal. Untuk CPO pemasaran dilakukan setiap hari sedangkan untuk kernel pemasaran dilakukan 2 kali dalam seminggu sesuai dengan banyaknya jumlah kernel yang dihasilkan.

Proses pemasaran di PT Muriniwood Indah Industri sudah cukup bagus, karena sebelum dan ketika akan pemasaran selalu dilakukan pengujian mutu produk seperti pada CPO pengujian kandungan ALB, kadar kotoran, dan kadar air sedangkan pengujian yang dilakukan pada kernel yaitu kadar kotoran dan kadar air. Untuk mencegah terjadinya kesalahan hasil pengujian perusahaan dengan perusahaan pembeli, sampel yang diambil ketika pemasaran baik itu CPO atau kernel dilakukan penyimpanan sebagai barang bukti selama 2 minggu apabila tidak terdapat komplen pembeli maka sampel akan diolah kembali ke pabrik.

Dokumen terkait