• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan fungsi subak optimal mendukung transformasi subak

Sistem irigasi subak dengan falsafah THK ini bersifat memiliki peluang untuk ditransformasi ke wilayah lain, sejauh nilai-nilai kesepadanan teknologi yang dimiliki dapat terpenuhi (Windia, 2002). Hal ini sesuai dengan pendapat Mangunwijaya (1985), bahwa subak memiliki beberapa prinsip yang sesuai dengan prinsip-prinsip teknologi sepadan, yaitu (1) kegiatannya berdasarkan pada usaha swadaya dan tidak tergantung pada ahli; (2) bersifat desentralisasi; (3) kegiatannya berdasarkan pada kerjasama dan bukan pada persaingan; dan (4) merupakan teknologi yang sadar pada tanggung jawab sosial dan ekologis.

Prinsip-prinsip teknologi sepadan yang dipenuhi oleh Subak Lodtunduh dan Subak Padanggalak yang memiliki pengelolaan fungsi optimal, antara lain sebagai berikut.

1. Kegiatan subak berdasarkan pada usaha swadaya dan tidak tergantung pada ahli. Hal ini dibuktikan oleh semua kegiatan subak bersifat rutin yang terdistribusi dalam lima fungsi subak dilakukan secara swadaya. Sementara itu, sejak tahun 2010 subak mendapat bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Bali untuk peningkatan kualitas infrastruktur.

2. Subak bersifat desentralisasi. Hal ini dibuktikan oleh kegiatan gotong royong yang dilakukan anggota subak dalam pemeliharaan saluran irigasi di wilayah subak masing-masing. Bagi subak yang memiliki munduk maka gotong

royong dilakukan di tingkat subak dan munduk masing-masing. Pemeliharaan sarana irigasi di sekitar sawah anggota subak merupakan kewajiban anggota subak yang bersangkutan. Demikian pula jika terjadi konflik di subak, masalah akan diselesaikan oleh pekaseh/kelian munduk yang bersangkutan. 3. Kegiatan subak berdasarkan pada kerjasama dan bukan pada persaingan.

Contohnya adalah kegiatan pinjam air untuk pengolahan tanah dilakukan secara bergilir sampai semua lahan dapat diair. Hal ini dilakukan karena kegiatan pengolahan tanah memerlukan banyak air, tetapi suplai air terbatas. 4. Subak merupakan teknologi yang sadar pada tanggung jawab sosial dan

ekologis. Anggota subak mengikuti gotong royong dalam distribusi dan peminjaman air irigasi; pemeliharaaan fasilitas subak; penyelenggaraan kegiatan ritual; serta menghadiri rapat anggota subak.

Pengelolaan fungsi subak yang optimal sangat dipengaruhi oleh sistem distribusi air irigasi secara proporsional serta menerapkan sistem terus menerus (continuous flow) dan metode one inlet dan one outlet. Metode tersebut merupakan metode dalam melaksanakan fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi pada subak. Oleh karena itu, metode tersebut penting untuk ditransformasi.

Selain fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi, subak juga memiliki empat fungsi lainnya yang berkaitan dengan otonomi subak serta faktor sosial budaya setempat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Supadi (2009) bahwa pengelolaan irigasi untuk setiap daerah tidak dapat diseragamkan, melainkan perlu disesuaikan dengan budaya lokal.

Kearifan lokal sistem subak mampu mengatur efektifitas air irigasi melalui sistem distribusi air irigasi secara terus menerus dengan metode one inlet dan one outlet dalam aspek palemahan. Hal ini terbukti dari suplai air irigasi pada bulan Februari 10 hari III sebanyak 45,42% dari kebutuhan air irigasi di Subak Lodtunduh, tetapi Subak Lodtunduh dapat mengairi seluruh lahan sawah di subak dalam satu MT. Sementara itu, suplai air irigasi irigasi pada bulan Agustus 10 hari I di Subak Padanggalak sebanyak 28,39% dari kebutuhan air irigasi, tetapi Subak Padanggalak yang termasuk subak tirisan dapat mengairi seluruh lahan sawah di masing subak dalam satu MT. Hal ini disebabkan Subak Padanggalak sebagai subak tirisan memperoleh air irigasi yang tidak dipakai oleh subak yang letaknya lebih tinggi, selain Subak Padanggalak memperoleh air yang diberikan oleh Pengamat DI Kedewatan.

Melalui penerapan sistem distribusi air irigasi tersebut, kemudian diketahui hal-hal sebagai berikut.

1 Pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang terletak di bagian hulu DI Kedewatan dan pengelolaan fungsi Subak Padanggalak yang terletak di

bagian hilir DI Kedewatan sama-sama telah optimal.

2 Peran subak dalam mengelola air irigasi dengan sistem distribusi air irigasi secara proporsional, menerapkan sistem terus menerus (continuous flow), serta metode one inlet dan one outlet dalam dua MT pada tahun 2012 sangat signifikan. Hal ini tercermin dari adanya (1) peningkatan luas lahan garapan Subak Padanggalak sebesar 137,25 ha (61,27% dari 224,00 ha) dan Subak Lodtunduh sebesar 22,28 ha (44,56% dari 50,00 ha), sehingga seluruh anggota

subak dapat mengolah lahannya setiap MT dan (2) peningkatan produktivitas

Subak Padanggalak sebesar Rp 1.808.405,00 ribu (62,70% dari Rp 2.885.368,00 ribu) dan Subak Lodtunduh sebesar Rp 258.621,10 ribu

(45,72% dari Rp 565.713,60 ribu).

Walaupun demikian, tetap diperlukan kajian-kajian tentang kemampuan transformasi metode one inlet dan one outlet dari sistem subak, baik ditinjau dari aspek sumbangan keilmuan maupun sumbangan penerapannya. Dengan demikian, melalui transformasi subak maka kelestarian eksistensi subak sebagai Situs Warisan Budaya Dunia akan semakin terjamin.

Windia (2002) juga berpendapat bahwa dalam proses transformasi subak cenderung menemui kesulitan sebagai berikut.

1. Aspek pola pikir, kondisi sosio-kultural masyarakat setempat yang bersifat religius mungkin sulit untuk dapat dikaitkan dengan eksistensi suatu sistem irigasi. Padahal persoalan ini merupakan faktor penting dalam proses pengelolaan sistem subak.

2. Aspek sosial, yang berkaitan dengan kesediaan masyarakat setempat untuk membentuk sebuah organisasi sosial yang memiliki aturan tertulis yang rumit dan berlandaskan nilai-nilai agama.

3. Aspek kebendaan, harus ada lahan miring, sehingga memungkinkan dibuat sawah bertingkat. Lokasi lahan yang miring memudahkan petani membangun sistem suplesi dan drainase pada setiap blok sawah petani (mengembangkan sistem one inlet dan one outlet) atau bahkan sistem suplesi dan drainase antar sistem irigasi di kawasan itu. Kelebihan air irigasi subak yang letaknya lebih

tinggi dapat dimanfaatkan oleh subak yang letaknya lebih rendah walaupun subak tersebut telah mendapatkan air irigasi dari sumber yang sama pada saat yang sama. Sebagai contoh, Subak Padanggalak sebagai subak tirisan dan terletak paling rendah dapat melaksanakan usahatani padi pada MT yang sama.

5.3 Kebaruan (Novelty)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tercatat bahwa terdapat beberapa pengelolaan sistem irigasi secara intermitten dan tidak menggunakan metode one inlet dan one outlet. Kebaruan atau novelty dalam penelitian ini adalah “sistem distribusi air irigasi di subak menggunakan cara proporsional, menerapkan sistem terus menerus (continuous flow), serta metode one inlet dan one outlet yang mampu menghasilkan pengelolaan fungsi subak optimal di subak bagian hulu dan hilir dalam satu daerah irigasi, selanjutnya subak dapat ditransformasi ke wilayah lain”.

Dokumen terkait