• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi pengelolaan fungsi subak adalah upaya-upaya yang harus dilakukan agar pengelolaan fungsi subak dengan penggunaan sumberdaya yang terbatas memberikan produktivitas maksimal. Untuk mengetahui pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang optimal maka dilakukan analisis program linier terhadap pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh dengan sumberdaya yang dapat disediakan subak pada MT1 dan MT2 tahun 2012. Subak Lodtunduh menggunakan sumberdaya air irigasi, lahan sawah beririgasi, tenaga kerja keluarga, dana, dan manajemen dalam menjalankan fungsinya.

Pada Tabel 5.7. dapat dilihat bahwa pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang optimal ditunjukkan oleh nilai-nilai aktivitas Subak Lodtunduh yang optimal. Nilai-nilai aktivitas tersebut relatif sama dengan hasil survei dan berada dalam interval konfiden. Berarti, pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang optimal telah mewakili pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh hasil survei (aktual). Keadaan ini menunjukkan bahwa model program linier yang disusun sudah sesuai (conform) dengan kondisi di lapangan. Artinya, bahwa model yang digunakan untuk menganalisis optimalisasi pengelolaan fungsi sistem subak adalah valid. Pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh, baik hasil survei maupun hasil analisis program linier (optimal) disajikan pada Tabel 5.7 .

Tabel 5.7.

Pola Pengelolaan Fungsi Subak Lodtunduh Hasil Survei dan Hasil Optimal

Aktivitas Hasil survei Hasil optimal

Interval konfiden

1 2 3 4

Fungsi tujuan (Rp 000) 562.002,59 565.713,60 - 1. Aktivitas subak MT1:

Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi (kali) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Pemeliharaan fasilitas subak (kali) 3,00 3,00 3,00 sd 3,00 Penyelenggaraan penyelesaian konflik (kali) 3,00 3,00 3,00 sd 3,00 Penyelenggaraan kegiatan ritual (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Penyelenggaraan koperasi tani (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Usahatani padi (ha) 21,76 22,50 20,26 sd 23,26

Usahatani bunga pacar air (ha) 2,12 2,50 1,71 sd 2,53

Usahatani kangkung (ha) 1,12 0,00 -

Penjualan padi (ton) 114,02 117,90 108,23 sd 119,81 Penjualan bunga pacar air (ton) 12,03 14,20 9,73 sd 14,33

Penjualan kangkung (ton) 4,92 0,00 -

Konsumsi padi (ton) 4,13 4,28 -

Konsumsi kangkung (ton) 9,50 0,00

-2. Aktivitas subak MT 2:

Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi (kali) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Pemeliharaan fasilitas subak (kali) 3,00 3,00 3,00 sd 3,00 Penyelenggaraan penyelesaian konflik (kali) 3,00 3,00 3,00 sd 3,00 Penyelenggaraan kegiatan ritual (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Penyelenggaraan koperasi tani (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Usahatani padi (ha) 21,76 22.50 20,26 sd 23,26

Usahatani bunga pacar air (ha) 2,12 2.50 1,71sd 2,53

Usahatani kangkung (ha) 1,12 0.00 -

Penjualan padi (ton) 113,80 117,68 108,31 sd 119,29 Penjualan bunga pacar air (ton) 12,03 14,20 9,73 sd 14,33

Penjualan kangkung (ton) 4,93 0

-Konsumsi padi (ton) 3,92 4,05

-Konsumsi kangkung (ton) 9,41 0,00 -

1. Fungsi pemeliharaan fasilitas Subak Lodtunduh sudah optimal dan harus tetap dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan oleh frekuensi kegiatan pemeliharaan fasilitas subak yang optimal sama dengan frekuensi kegiatan pemeliharaan fasilitas subak yang sudah dilakukan oleh Subak Lodtunduh. Kegiatan

pemeliharaan fasilitas subak khususnya saluran irigasi ada yang dilakukan secara rutin dan ada pula secara insidental. Pemeliharaan fasilitas subak secara insidental dilakukan jika terjadi bencana atau mendapat bantuan dana untuk peningkatan kualitas fasilitas subak. Sementara itu, pemeliharaan fasilitas secara rutin dilakukan sebanyak tiga kali pada saat akan pengolahan tanah. Setiap kegiatan pemeliharaan fasilitas dipimpin oleh pekaseh.

2. Fungsi penyelesaian konflik diwujudkan dalam bentuk pertemuan/rapat anggota subak. Rapat anggota subak dipimpin oleh pekaseh. Frekuensi penyelenggaraan penyelesaian konflik optimal sama dengan frekuensi penyelenggaraan penyelesaian konflik yang dilakukan oleh Subak Lodtunduh, sebanyak tiga kali dalam satu MT. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi penyelenggaraan penyelesaian konflik di Subak Lodtunduh sudah optimal. 3. Fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual tingkat subak di Subak Lodtunduh

terdiri atas beberapa kegiatan. Jumlah kegiatan ritual yang diikuti oleh semua anggota subak ini sama, yaitu sebanyak satu rangkaian kegiatan ritual setiap MT. Hasil analisis menunjukkan bahwa fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual di Subak Lodtunduh sudah optimal dilihat dari frekuensi kegiatannya. Frekuensi penyelenggaraan kegiatan ritual yang sudah dilaksanakan subak sama dengan frekuensi penyelenggaraan kegiatan ritual yang optimal, yaitu satu kali dalam satu MT. Istri petani di bawah koordinasi istri wakil pekaseh membantu menyiapkan sarana kegiatan ritual. Penyelenggaraan kegiatan ritual tingkat subak di Subak Lodtunduh dipimpin oleh pekaseh.

4. Fungsi pengelolaan sumberdaya subak adalah aktivitas mobilisasi sumberdaya subak untuk kegiatan yang terkait dengan fungsi subak termasuk kegiatan usahatani dan koperasi tani, baik langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan hasil analisis program linier tersebut maka diperoleh pula aktivitas-aktivitas optimal sebagai berikut.

(1) Menyelenggarakan rangkaian kegiatan koperasi tani sebanyak satu unit setiap MT.

(2) Usahatani padi seluas 22,50 ha setiap MT. Artinya, dalam keadaan optimal semua lahan sawah yang tersedia untuk usahatani padi dapat diusahakan.

(3) Usahatani bunga pacar air seluas 2,50 ha. Artinya, dalam keadaan optimal semua lahan sawah yang tersedia untuk usahatani selain tanaman padi dapat diusahakan untuk usahatani bunga pacar air. Usahatani kangkung memiliki efisiensi lebih rendah dibandingkan bunga pacar air, sehingga usahatani kangkung tidak direkomendasi untuk diusahakan (0 ha) di Subak Lodtunduh jika ingin memperoleh pendapatan yang maksimal. (4) Penjualan padi sebanyak 117,90 ton pada MT1 dan 117,68 ton pada MT2. (5) Penjualan bunga pacar air sebanyak 14,20 ton setiap MT.

(6) Konsumsi padi sebanyak 4,28 ton pada MT1 dan 4,05 ton pada MT2. Pendapatan subak selama dua MT sebesar Rp 565.713,60 ribu. Berarti, pendapatan subak dapat ditingkatkan sebesar Rp 3.711,40 ribu (0,66%) dari pendapatan subak yang aktual (Rp 562.002,59 ribu).

5.1.5.1 Tingkat kendala dan nilai dual (shadow price) Subak Lodtunduh

Besarnya pengaruh masing-masing kendala atau sumberdaya subak terhadap fungsi tujuan atau pendapatan subak dapat dilihat dari nilai dual kendala atau sumberdaya subak. Oleh karena itu, untuk mengevaluasi apakah sumberdaya subak perlu atau tidak diadakan perubahan maka dapat dilihat dari nilai dualnya. Sumberdaya yang habis dipakai mempunyai nilai dual positif dan tidak nol. Nilai dual sumberdaya yang habis dipakai merupakan harga bayangan (shadow price) atau marginal value product (MVP). Artinya, setiap tambahan pemakaian sumberdaya subak sebesar satu unit akan dapat mengubah nilai output atau fungsi tujuan sebesar nilai dualnya.

Sumberdaya subak terdiri atas lahan, suplai air irigasi, tenaga kerja keluarga, dan dana. Keragaan sumberdaya subak yang habis dipakai dan mempunyai nilai dual positif serta tidak nol dalam dua kondisi, yaitu (1) subak melaksanakan fungsi alokasi, distribusi, dan peminjaman air irigasi dan (2) subak tidak melaksanakan fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi.

Jika subak melaksanakan fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi maka sumberdaya Subak Lodtunduh yang habis dipakai (binding) adalah lahan, baik lahan yang tersedia untuk padi maupun untuk selain padi. Nilai dual lahan untuk padi pada MT1 sebesar 11.510.780 dan pada MT2 sebesar 11.735.730. Artinya, jika Subak Lodtunduh dapat menambah lahan garapan padi seluas satu hektar maka pendapatan subak akan bertambah sebesar Rp 11.510.780,00 pada MT1 dan Rp 11.735.730,00 pada MT2. Di samping itu, nilai dual lahan untuk selain padi pada MT1 sebesar 3.836.490 dan pada MT2 sebesar 3.726.240.

Artinya, jika Subak Lodtunduh dapat menambah lahan garapan untuk selain padi

seluas satu hektar maka pendapatan subak akan bertambah sebesar Rp 3.836.490,00 pada MT1 dan Rp 3.726.240,00 pada MT2. Hal ini menunjukkan

bahwa sumberdaya lahan di Subak Lodtunduh dalam keadaan langka atau memiliki produktivitas tinggi. Keragaan kendala sumberdaya Subak Lodtunduh berdasarkan hasil analisis program linier disajikan dalam Tabel 5.8.

Tabel 5.8.

Tingkat Kendala dan Nilai Dual Sumberdaya Subak Lodtunduh

Kendala sumberdaya subak Tingkat Nilai dual Slack 1 Subak melaksanakan fungsi

alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi:

Luas lahan padi MT1 22,50 11.510.780 0,00

Luas lahan padi MT2 22,50 11.735.730 0,00

Luas lahan selain padi MT1 2,50 3.836.490 0,00 Luas lahan selain padi MT2 2,50 3.726.240 0,00 2 Subak tidak melaksanakan

fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi:

Luas lahan selain padi MT1 2,50 15.347.270 0,00 Luas lahan selain padi MT2 2,50 15.461.970 0,00 Suplai air irigasi Feb 31 14.929,92 7.620 0,00 Suplai air irigasi Jul 32 15.206,40 9.910 0,00 Keterangan:

Feb 31: bulan Februari 10 hari III pada MT1. Jul 32: bulan Juli 10 hari III pada MT2.

Di pihak lain, jika subak tidak melaksanakan fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi maka berdasarkan hasil analisis program linier diketahui sumberdaya yang habis dipakai dan mempunyai nilai dual positif serta tidak nol adalah lahan untuk selain padi dan sumberdaya air pada 10 hari III bulan Februari dan bulan Juli. Nilai dual lahan untuk selain padi pada MT1 sebesar 15.347.270 dan pada MT2 sebesar 15.461.970. Artinya, jika Subak Lodtunduh dapat

menambah lahan garapan untuk selain padi seluas satu hektar maka pendapatan subak akan bertambah sebesar Rp 15.347.270,00 pada MT1 dan Rp 15.461.970,00 pada MT2. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya lahan untuk selain padi di Subak Lodtunduh dalam keadaan langka atau memiliki produktivitas tinggi.

Di pihak lain, Subak Lodtunduh mengalami kelangkaan sumberdaya air irigasi pada saat pengolahan tanah. Nilai dual sumberdaya air irigasi pada 10 hari III bulan Februari sebesar 7.620 dan 10 hari III bulan Juli sebesar 9.910. Artinya, jika Subak Lodtunduh dapat menambah suplai air irigasi sebanyak satu meter kubik pada 10 hari III bulan Februari dan 10 hari III bulan Juli maka pendapatan subak akan bertambah sebesar Rp 7.620,00 pada MT1 dan Rp 9.910,00 pada MT2.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Subak Lodtunduh telah mengelola fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi dengan baik, sehingga sumberdaya air irigasi tahun 2012 tidak menjadi sumberdaya yang langka. Hal ini ditunjukkan oleh semua lahan dapat diusahakan setiap MT dan terdapat air irigasi yang tidak dipakai. Sumberdaya air irigasi yang digunakan dalam pola pengelolaan fungsi subak yang optimal sejumlah 56.153,08 m3 (23,80%) pada MT1 dan 81.960,69 m3 (29,14%) pada MT2. Kelebihan air irigasi dialirkan ke saluran pembuangan, karena subak menganut sistem terus menerus (continuous flow). Sementara itu, subak melakukan peminjaman air irigasi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada saat keadaan defisit.

Sumberdaya subak tenaga kerja keluarga yang digunakan dalam pola pengelolaan fungsi subak yang optimal sebanyak 2.025,74 HOK (15,56 %) pada

MT1 dan 2.391,62 HOK (18,04 %) pada MT2. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja keluarga dalam penyelenggaraan fungsi subak relatif sedikit. Penggunaan tenaga kerja keluarga relatif sedikit karena pengolahan tanah menggunakan traktor dan sebagian besar anggota subak menggunakan sistem tebasan untuk memanen padinya.

5.1.5.2 Simulasi pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh

Simulasi pola/analisis sensitivitas dapat digunakan untuk mendeterminasi pengaruh perubahan nilai koefisien input-output dan sumberdaya yang tersedia pada solusi optimal (Heady dan Agrawal, 1972). Subak sebagai organisasi petani pengelola air irigasi akan beraktivitas jika tersedia air untuk kebutuhan usahatani. Suplai sumberdaya air irigasi di Subak Lodtunduh berfluktuasi. Kondisi ini dapat mempengaruhi solusi optimal pengelolaan fungsi subak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan dua simulasi terhadap solusi pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang optimal, yaitu simulasi 1 jika terjadi penurunan suplai air irigasi sesuai deviasi debit air di Bendung DI Kedewatan dan simulasi 2 jika subak tidak berperan dalam pengelolaan air irigasi pada saat defisit air irigasi. Kedua simulasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Simulasi jika terjadi penurunan suplai air irigasi sesuai deviasi debit air di Bendung DI Kedewatan

Dalam 12 tahun terakhir (tahun 2001 sd 2012), debit air di Bendung Kedewatan (Pengamat DI Kedewatan, 2012) mengalami fluktuasi seperti disajikan pada Gambar 5.2. Pada Gambar 5.2 tampak bahwa pengurangan debit air di Bendung DI Kedewatan memiliki deviasi yang berbeda setiap bulannya. Penurunan debit air di Bendung Kedewatan mengakibatkan penurunan suplai air

di subak-subak yang berada dalam wilayah DI Kedewatan. Hal tersebut disebabkan oleh sistem distribusi yang dilakukan di DI Kedewatan secara proporsional, sehingga debit air yang didistribusikan ke subak di wilayah DI Kedewatan juga berfluktuasi sebanding dengan debit air yang ada di Bendung Kedewatan.

Suplai air irigasi di Subak Lodtunduh yang diberikan oleh Pengamat DI Kedewatan (2012) dapat mengalami penurunan sebesar 26,82% pada MT1 dan 40,13% pada MT2, jika debit air setiap bulan di Bendung Kedewatan berfluktusi dengan penurunan tertinggi MT1 sebesar 42,50% dan MT2 sebesar 47,15%. Suplai air irigasi di Subak Lodtunduh setelah terjadi deviasi adalah 172.643,90 m3 pada MT1 dan 168.381,20 m3 pada MT2. Suplai air irigasi di Subak Lodtunduh, suplai air irigasi di Subak Lodtunduh setelah dikurangi deviasi sebanding dengan penurunan debit air di Bendung Kedewatan, serta kebutuhan air irigasi di Subak Lodtunduh disajikan pada Gambar 5.14.

Keterangan:

KAI : Kebutuhan air irigasi SAI : Suplai air irigasi

Gambar 5.14.

Kebutuhan Air Irigasi, Suplai Air Irigasi Aktual, dan Suplai Air Irigasi Aktual Dikurangi Deviasi di Subak Lodtunduh

KAI dan SAI subak (m3)

(m3)

(m3)

Pada Gambar 5.14 dapat dilihat bahwa pada MT1, defisit air irigasi di Subak Lodtunduh terjadi pada bulan Februari 10 hari III, di mana suplai air irigasi sebesar 45,42% dari kebutuhan air irigasi. Suplai air tersebut akan menurun menjadi 32,21% jika terjadi penurunan debit air di Bendung Kedewatan (Lampiran 5). Sementara itu, pada MT2 defisit air irigasi yang semula terjadi dalam 10 hari (bulan Juli 10 hari III) suplai air sebanyak 58,98% dari kebutuhan air irigasi, kemudian bertambah menjadi 30 hari, yaitu bulan Juli 10 hari II, Juli 10 hari III, dan Agustus 10 hari I, di mana suplai air irigasinya secara berturut-turut adalah 88,40%, 37,08%, dan 70,12% dari kebutuhan air irigasi (Lampiran 5).

Hal tersebut akan mengakibatkan petani relatif sulit dalam menentukan jadual tanam yang tepat serta mencapai harmoni dan kebersamaan. Namun, melalui distribusi air irigasi secara proporsional, sistem continuous flow, dan adanya peminjaman air irigasi secara bergilir yang dipimpin oleh pekaseh, subak dapat mendistribusikan air secara merata setiap MT. Hal ini dapat dicapai karena subak menggunakan metode one inlet dan one outlet. Melalui metode tersebut memudahkan subak melakukan pendistribusian air irigasi secara proporsional dan pinjam air irigasi. Pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang optimal dan pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh hasil simulasi 1 dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Pada Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa nilai-nilai aktivitas pada pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang optimal sama dengan nilai-nilai aktivitas pola pengelolaan fungsi subak jika terjadi penurunan suplai air irigasi sebanding dengan deviasi penurunan debit air di Bendung DI Kedewatan. Berarti,

pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh tetap optimal walaupun terjadi penurunan suplai air irigasi di Subak Lodtunduh sesuai deviasi penurunan debit air di Bendung DI Kedewatan.

Tabel 5.9.

Pola Pengelolaan Fungsi Subak Lodtunduh Hasil Optimal dan Hasil Simulasi 1

Aktivitas Hasil

optimal

Hasil

simulasi 1 Interval konfiden

1 2 3 5

Fungsi tujuan (Rp 000) 565.713,60 565.713,60 - 1 Aktivitas subak MT1:

Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi (kali) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Pemeliharaan fasilitas subak (kali) 3,00 3,00 3,00 sd 3,00 Penyelenggaraan penyelesaian konflik (kali) 3,00 3,00 3,00 sd 3,00 Penyelenggaraan kegiatan ritual (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Penyelenggaraan koperasi tani (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Usahatani padi (ha) 22,50 22,50 20,26 sd 23,26

Usahatani bunga pacar air (ha) 2,50 2,50 1,71 sd 2,53

Usahatani kangkung (ha) 0,00 0,00 -

Penjualan padi (ton) 117,90 117,90 108,23 sd 119,81 Penjualan bunga pacar air (ton) 14,20 14,20 9,73 sd 14,33

Penjualan kangkung (ton) 0,00 0,00 -

Konsumsi padi (ton) 4,28 4,28 -

Konsumsi kangkung (ton) 0,00 0,00

-2 Aktivitas subak MT -2:

Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi (kali) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Pemeliharaan fasilitas subak (kali) 3,00 3,00 3,00 sd 3,00 Penyelenggaraan penyelesaian konflik (kali) 3,00 3,00 3,00 sd 3,00 Penyelenggaraan kegiatan ritual (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Penyelenggaraan koperasi tani (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Usahatani padi (ha) 22.50 22.50 20,26 sd 23,26

Usahatani bunga pacar air (ha) 2.50 2.50 1,71sd 2,53

Usahatani kangkung (ha) 0.00 0.00 -

Penjualan padi (ton) 117,68 117,68 108,31 sd 119,29 Penjualan bunga pacar air (ton) 14,20 14,20 9,73 sd 14,33

Penjualan kangkung (ton) 0 0

-Konsumsi padi (ton) 4,05 4,05

Nilai-nilai aktivitas hasil simulasi 1 pada Tabel 5.9 merupakan respon pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang optimal, jika terjadi penurunan suplai

air irigasi di Subak Lodtunduh sesuai deviasi penurunan debit air di Bendung Kedewatan.

2. Simulasi jika subak tidak berperan dalam pengelolaan air irigasi pada saat defisit air irigasi air

Adanya peran subak dalam mengelola air irigasi, mengakibatkan petani memperoleh air secara merata setiap MT di Subak Lodtunduh. Sebaliknya, bagaimana respon pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang optimal jika subak tidak berperan dalam pengelolaan air irigasi, khususnya dalam alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi sesuai dengan prinsip harmoni dan kebersamaan. Sementara itu, kebutuhan air irigasi lebih besar daripada suplai air irigasi dalam beberapa waktu.

Untuk mengetahui hal tersebut maka dilakukan analisis program linier terhadap aktivitas dan sumberdaya Subak Lodtunduh. Dalam simulasi 2, subak menggunakan air irigasi berdasarkan suplai yang diberikan oleh Pengamat DI Kedewatan (2012) dan tidak mengelola air irigasi agar sesuai dengan kebutuhan, seperti melakukan peminjaman air irigasi secara bergilir. Artinya, dalam hal ini subak hanya berperan sebagai organisasi petani pemakai air irigasi bukan sebagai pengelola air irigasi.

Hasil analisis program linier dalam simulasi 2 (Tabel 5.10) merupakan respon pola pengelolaan fungsi Subak Lodtunduh yang optimal, jika subak tidak berperan dalam distribusi dan peminjaman air irigasi. Respon tersebut berupa luas lahan Subak Lodtunduh yang dapat diusahakan hanya sebesar 27,72 ha (55,44%)

dari luas lahan optimal selama dua MT tahun 2012. Pola Pengelolaan Fungsi Subak Lodtunduh Hasil Optimal dan Hasil Simulasi 2 dicantumkan pada Tabel 5.10.

Tabel 5.10.

Pola Pengelolaan Fungsi Subak Lodtunduh Hasil Optimal dan Hasil Simulasi 2

Aktivitas Hasil optimal Hasil simulasi 2 Interval konfiden 1 2 4 5 Fungsi tujuan (Rp 000) 565.713,60 307.091,90 - 1. Aktivitas subak MT1:

Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi (kali) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Pemeliharaan fasilitas subak (kali) 3,00 3,00 3,00 sd 3,00 Penyelenggaraan penyelesaian konflik (kali) 3,00 3,00 3,00 sd 3,00 Penyelenggaraan kegiatan ritual (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Penyelenggaraan koperasi tani (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Usahatani padi (ha) 22,50 9,88 20,26 sd 23,26

Usahatani bunga pacar air (ha) 2,50 2,50 1,71 sd 2,53

Usahatani kangkung (ha) 0,00 0,00 -

Penjualan padi (ton) 117,90 51,8 108,23 sd 119,81

Penjualan bunga pacar air (ton) 14,20 14,20 9,73 sd 14,33

Penjualan kangkung (ton) 0,00 0 -

Konsumsi padi (ton) 4,28 1,88 -

Konsumsi kangkung (ton) 0,00 0,00

-2. Aktivitas subak MT 2:

Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi (kali) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Pemeliharaan fasilitas subak (kali) 3,00 3,00 3,00 sd 3,00 Penyelenggaraan penyelesaian konflik (kali) 3,00 3,00 3,00 sd 3,00 Penyelenggaraan kegiatan ritual (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Penyelenggaraan koperasi tani (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Usahatani padi (ha) 22.50 12,84 20,26 sd 23,26

Usahatani bunga pacar air (ha) 2.50 2,50 1,71sd 2,53

Usahatani kangkung (ha) 0.00 0,00 -

Penjualan padi (ton) 117,68 67,13 108,31 sd 119,29 Penjualan bunga pacar air (ton) 14,20 14,20 9,73 sd 14,33

Penjualan kangkung (ton) 0 0,00

-Konsumsi padi (ton) 4,05 2,31

Penurunan luas lahan yang dapat digarap untuk tanaman padi menurun sebesar 12,62 ha (56,09%) pada MT1 dan sebesar 9,66 ha (42,93%) pada MT2. Sementara itu, tanaman selain padi dapat diusahakan dalam seluruh lahan yang tersedia untuk tanaman selain padi, yaitu 2,50 ha pada masing-masing MT. Akibat dari penurunan luas lahan garapan padi adalah (1) produksi padi mengalami penurunan sebesar 68,50 ton (56,06% dari 122,18 ton) pada MT1 dan 52,29 ton (42,96% dari 121,73 ton) pada MT2, kemudian (2) pendapatan subak menurun sebesar Rp 258.621,70 ribu (45,72% dari Rp 565.713,60 ribu atau pendapatan subak optimal) selama dua MT tahun 2012.

Berdasarkan kedua simulasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran subak khususnya dalam fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi sangat diperlukan untuk menciptakan efektivitas pengelolaan air serta mewujudkan harmoni dan kebersamaan anggota subak. Hal ini ditunjukkan oleh hasil simulasi 1, semua lahan sawah dapat diusahakan dan akan memberikan produktivitas maksimal sebesar Rp 565.713,60 ribu jika fungsi subak dalam alokasi, distribusi, dan pinjam air berjalan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan air irigasi di Subak Lodtunduh efektif karena luas lahan yang dapat diairi sama dengan luas lahan yang ditargetkan diairi. Hal ini terjadi walaupun terdapat defisit air irigasi selama 10 hari pada MT1, yaitu suplai air sebesar 32,21% dari kebutuhan air dan pada MT2 terdapat defisit air irigasi selama 30 hari, yaitu suplai air irigasi terendah selama 10 hari sebesar 36,98% dari kebutuhan air. Sementara itu, hasil simulasi 2 yaitu jika subak tidak berperan dalam alokasi, distribusi, dan pinjam air maka lahan yang dapat diusahakan hanya

seluas 27,72 ha (55,44% dari 50,00 ha) dan akan menghasilkan pendapatan subak sebesar Rp 307.091,90 ribu (54,28% dari Rp 565.713,60 ribu atau pendapatan maksimal).

Dokumen terkait