• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi pengelolaan fungsi Subak Padanggalak adalah upaya-upaya yang harus dilakukan agar pengelolaan fungsi Subak Padanggalak dengan penggunaan sumberdaya yang terbatas memberikan produktivitas maksimal. Pada Tabel 5.11 disajikan pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak hasil survei (aktual) dan hasil analisis linear programming (optimal).

Tabel 5.11.

Pola Pengelolaan Fungsi Subak Padanggalak Hasil Survei dan Hasil Optimal

Aktivitas Hasil survei Hasil optimal

Interval konfiden

1 2 3 4

Fungsi tujuan (Rp 000) 2.885.368,00 2.885.368,00 -

1 Aktivitas subak MT1:

Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi

(kali) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Pemeliharaan fasilitas subak (kali) 2,00 2,00 2,00 sd 2,00 Penyelenggaraan penyelesaian konflik

(kali) 2,00 2,00 2,00 sd 2,00

Penyelenggaraan kegiatan ritual (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Penyelenggaraan koperasi tani (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Usahatani padi (ha) 112,00 112,00 101,23 sd 122,77

Penjualan padi (ton) 697,76 697,76 697,25 sd 698,27

2 Aktivitas subak MT 2:

Alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi

(kali) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Pemeliharaan fasilitas subak (kali) 2,00 2,00 2,00 sd 2,00 Penyelenggaraan penyelesaian konflik

(kali) 2,00 2,00 2,00 sd 2,00

Penyelenggaraan kegiatan ritual (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00 Penyelenggaraan koperasi tani (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Usahatani padi (ha) 112,00 112,00 101,23 sd 122,77

Pada Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa nilai-nilai aktivitas Subak Padanggalak yang optimal berada dalam interval konfiden. Berarti, pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak telah optimal atau telah mewakili pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak yang aktual. Keadaan ini menunjukkan bahwa model program linier yang disusun sudah sesuai (conform) dengan kondisi di lapangan. Artinya, bahwa model yang digunakan untuk menganalisis optimalisasi pengelolaan fungsi subak adalah valid. Uupaya-upaya yang telah dilakukan (hasil survei) dan optimal (selayaknya dilakukan) oleh Subak Padanggalak adalah sebagai berikut.

1. Fungsi alokasi, distribusi, dan peminjaman air irigasi di Subak Padanggalak telah optimal dan harus tetap dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan oleh frekuensi kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi optimal sama dengan frekuensi kegiatan alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi yang dilaksanakan subak secara aktual, yaitu sebanyak satu kali dalam satu MT. Sistem alokasi air irigasi menggunakan sistem tektek. Penentuan sistem tektek diputuskan dalam rapat anggota yang dipimpin oleh pekaseh.

Distribusi air irigasi diwujudkan dalam ukuran bangunan bagi yang dibuat secara proporsional oleh pekaseh/kelian munduk bersama petani yang mendapat air dari bangunan bagi tersebut. Sementara itu, peminjaman air irigasi dilakukan saat pengolahan tanah dan penggenangan setelah tanam dengan cara bergiliran. Peminjaman air irigasi antar anggota dilakukan oleh peminjam air kepada anggota yang airnya dipinjam.

2. Fungsi pemeliharaan fasilitas Subak Padanggalak sudah optimal dan harus tetap dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan oleh frekuensi kegiatan pemeliharaan fasilitas subak (gotong royong) yang optimal sama dengan frekuensi kegiatan pemeliharaan fasilitas subak yang sudah dilakukan oleh Subak Padanggalak. Kegiatan pemeliharaan fasilitas subak khususnya saluran irigasi ada yang dilakukan secara rutin dan ada pula secara insidental. Pemeliharaan fasilitas subak secara insidental dilakukan jika terjadi bencana atau mendapat bantuan dana untuk peningkatan kualitas fasilitas subak. Sementara itu, pemeliharaan fasilitas secara rutin dilakukan sebanyak dua kali pada saat akan pengolahan tanah pada awal MT. Kegiatan gotong royong pertama dilakukan di tingkat subak yang dipimpin oleh pekaseh, kemudian kegiatan gotong royong yang kedua di tingkat munduk dipimpin oleh kelian munduk.

3. Fungsi penyelesaian konflik diwujudkan dalam bentuk pertemuan/rapat anggota subak. Frekuensi penyelenggaraan penyelesaian konflik optimal sama dengan frekuensi penyelenggaraan penyelesaian konflik yang dilakukan oleh Subak Padanggalak, sebanyak dua kali dalam satu MT. Rapat anggota tingkat subak dipimpin oleh pekaseh, sedangkan rapat di tingkat munduk dipimpin oleh kelian munduk.

4. Fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual di Subak Padanggalak sebanyak satu unit kegiatan ritual yang berhubungan dengan tahapan usahatani padi, Upacara di Pura Subak, dan Upacara di pura lainnya yang diusung oleh subak. Hasil analisis menunjukkan bahwa fungsi penyelenggaraan kegiatan ritual di Subak Padanggalak sudah optimal dilihat dari frekuensi kegiatannya. Frekuensi

penyelenggaraan kegiatan ritual yang sudah dilaksanakan subak sama dengan frekuensi penyelenggaraan kegiatan ritual yang optimal, yaitu satu unit dalam satu MT.

5. Fungsi pengelolaan sumberdaya subak adalah aktivitas mobilisasi sumberdaya subak untuk kegiatan yang terkait fungsi subak termasuk kegiatan usahatani dan koperasi tani, baik langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan hasil analisis program linier maka diperoleh pula aktivitas-aktivitas optimal sebagai berikut.

(1) Menyelenggarakan rangkaian kegiatan koperasi tani sebanyak satu unit setiap MT. Frekuensi penyelenggaraan kegiatan koperasi tani yang sudah dilaksanakan subak sama dengan frekuensi penyelenggaraan kegiatan koperasi tani yang optimal, yaitu satu unit dalam satu MT.

(2) Usahatani padi seluas 112,00 ha setiap MT. Artinya, dalam keadaan optimal semua lahan sawah yang tersedia untuk usahatani padi dapat diusahakan. Luas usahatani ini sama dengan luas usahatani yang sudah diusahakan oleh subak, yaitu 112,00 ha.

(3) Penjualan padi sebanyak 697,76 ton pada MT1 dan 707,84 ton pada MT2. Jumlah penjualan padi optimal sama dengan jumlah penjualan padi yang sudah dilaksanakan oleh subak, yaitu 697,76 ton pada MT1 dan 707,84 ton pada MT2. Pendapatan subak optimal selama dua MT sama dengan pendapatan subak yang aktual sebesar Rp 2.885.368,00 ribu.

5.1.6.1 Tingkat kendala dan nilai dual (shadow price) Subak Padanggalak

Keragaan kendala sumberdaya Subak Padanggalak berdasarkan hasil analisis program linier disajikan pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12.

Tingkat Kendala dan Nilai Dual Sumberdaya Subak Padanggalak Kendala sumberdaya subak Tingkat Nilai dual Slack 1 Subak melaksanakan fungsi

alokasi, distribusi, dan peminjaman air irigasi:

Luas lahan padi MT1 112,00 12.706.420 0,00

Luas lahan padi MT2 112,00 13.510.070 0,00

2 Subak tidak melaksanakan fungsi alokasi, distribusi, dan peminjaman air irigasi:

Suplai air irigasi Mar 11 82.944,00 8.420 0,00

Suplai air irigasi Agu 12 62.208,00 6.910 0,00

Keterangan:

Mar 11 : bulan Maret 10 hari I pada MT1. Agu 12 : bulan Agustus 10 hari I pada MT2.

Pada Tabel 5.12 dapat dilihat bahwa keragaan sumberdaya subak yang habis dipakai dan mempunyai nilai dual positif serta tidak nol berada dalam dua kondisi, yaitu (1) subak melaksanakan fungsi alokasi, distribusi, dan peminjaman air irigasi dan (2) subak tidak melaksanakan fungsi alokasi, distribusi, dan peminjaman air irigasi.

Jika subak melaksanakan fungsi alokasi, distribusi, dan peminjaman air irigasi maka sumberdaya subak yang habis dipakai (binding) adalah lahan. Nilai dual lahan padi pada MT1 sebesar 12.706.420 dan pada MT2 sebesar 13.510.070. Artinya, jika Subak Padanggalak dapat menambah lahan garapan padi seluas satu hektar maka pendapatan subak akan bertambah sebesar Rp 12.706.420,00 pada MT1 dan Rp 13.510.070,00 pada MT2. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya

lahan di Subak Padanggalak dalam keadaan langka atau memiliki produktivitas tinggi.

Di pihak lain, jika subak tidak melaksanakan fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi maka berdasarkan hasil analisis program linier diketahui sumberdaya yang habis dipakai dan mempunyai nilai dual positif serta tidak nol adalah sumberdaya air irigasi. Subak Padanggalak mengalami kelangkaan sumberdaya air irigasi pada saat pengolahan tanah. Nilai dual sumberdaya air irigasi pada 10 hari pertama bulan Maret sebesar 8.420 dan 10 hari pertama bulan Agustus sebesar 6.910. Artinya, jika Subak Padanggalak dapat menambah suplai air irigasi sebanyak satu meter kubik maka pendapatan subak akan bertambah sebesar Rp 8.420,00 pada MT1 dan Rp 6.910,00 pada MT2.

Berdasarkan hasil penelitian, Subak Padanggalak telah mengelola fungsi alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi dengan baik, sehingga sumberdaya air irigasi tahun 2012 tidak merupakan sumberdaya yang langka. Hal ini ditunjukkan oleh semua lahan dapat diusahakan setiap MT dan terdapat air irigasi yang tidak dipakai. Sumberdaya air irigasi yang digunakan dalam pola pengelolaan fungsi subak yang optimal sejumlah 382.101,40 m3 atau 34,38% dari suplai air sebesar 1.111.450,00 m3 pada MT1 dan 647.239,00 m3 atau 55,34% dari suplai air irigasi sebesar 1.169.510,00 m3 pada MT2. Kelebihan air irigasi dialirkan ke saluran pembuangan, karena subak menganut sistem continuous flow. Sementara itu, subak melakukan peminjaman air irigasi untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada saat keadaan defisit.

Sumberdaya subak berupa tenaga kerja keluarga yang digunakan dalam pola pengelolaan fungsi subak yang optimal sebanyak 6.682,56 HOK (46,92%) pada MT1 dan 6.696,31 HOK (47,01%) pada MT2. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja keluarga dalam penyelenggaraan fungsi subak relatif sedikit.

5.1.6.2 Simulasi pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak

Suplai air irigasi di Subak Padanggalak berfluktuasi sesuai dengan debit air di Bendung Kedewatan. Kondisi ini dapat mempengaruhi solusi optimal pengelolaan fungsi Subak Padanggalak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pula dua simulasi terhadap solusi pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak optimal, yaitu (1) simulasi jika terjadi penurunan suplai air irigasi sesuai deviasi debit air di Bendung DI Kedewatan dan (2) simulasi jika subak tidak berperan dalam pengelolaan air irigasi pada saat defisit air irigasi. Kedua simulasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1 Simulasi jika terjadi penurunan suplai air irigasi sesuai deviasi debit air di Bendung DI Kedewatan

Dalam Gambar 5.2 sebelumnya tampak bahwa debit air di Bendung DI Kedewatan mengalami fluktuasi selama tahun 2001 sd 2012 (Pengamat DI Kedewatan, 2012). Mengingat bahwa sistem distribusi yang dilakukan di DI Kedewatan secara proporsional, maka debit air yang didistribusikan ke Subak Padanggalak mengalami fluktuasi. Suplai air irigasi pada MT1 menjadi 813.624,67 m3 atau menurun sebesar 26,79% dari 1.111.449,60 m3 dan suplai air irigasi pada MT2 sebesar 713.473,86 m3 atau menurun 38,99% dari 1.169.519,40 m3. Suplai air irigasi di Subak Padanggalak tahun 2012 diolah dari

data yang dicatat oleh Pengamat DI Kedewatan (2012). Kebutuhan air irigasi, suplai air irigasi aktual, dan suplai air irigasi setelah dikurangi deviasi (penurunan suplai air irigasi akibat penurunan debit air di Bendung Kedewatan) di Subak Padanggalak disajikan pada Gambar 5.15.

Keterangan:

KAI : Kebutuhan air irigasi SAI : Suplai air irigasi

Gambar 5.15.

Kebutuhan Air Irigasi, Suplai Air Irigasi Aktual dan Suplai Air Irigasi Aktual Dikurangi Deviasi di Subak Padanggalak

Pada Gambar 5.15 dapat dilihat bahwa jika terjadi penurunan suplai air irigasi di Subak Padanggalak sebanding dengan penurunan debit air di Bendung Kedewatan maka defisit air pada bulan Maret 10 hari I pada MT1 yang semula suplai air irigasi sebesar 49,06% menurun menjadi 37,46% dari kebutuhan air irigasi.

Pada MT2, defisit air irigasi yang semula terjadi dalam 20 hari bertambah menjadi 30 hari. Defisit air irigasi pada MT2 terjadi pada bulan Juli 10 hari III dan Agustus 10 hari I dengan suplai air irigasi masing-masing sebesar 67,88% dan 28,39% dari kebutuhan air irigasi. Sementara itu, jika ada penurunan debit air di Bendung Kedewatan maka defisit air irigasi akan terjadi pada bulan Juli 10 hari

KAI dan SAI subak (m3)

(m3)

(m3)

III, Agustus 10 hari I, dan Agustus 10 hari II dengan suplai air irigasi secara berturut-turut sebesar 42,57%, 15,73%, dan 67,28% dari kebutuhan air irigasi (Lampiran 6).

Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan simulasi terhadap solusi pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak yang optimal, yaitu jika terjadi penurunan suplai air irigasi di Subak Padanggalak sesuai deviasi penurunan debit air di Bendung DI Kedewatan. Nilai-nilai aktivitas pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak yang optimal sama dengan nilai-nilai aktivitas pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak hasil simulasi 1. Nilai-nilai aktivitas hasil simulasi 1 merupakan respon pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak yang optimal, jika terjadi penurunan suplai air irigasi di Subak Padanggalak sebanding dengan deviasi penurunan debit air di Bendung DI Kedewatan. Semua lahan yang tersedia dapat diusahakan walaupun terjadi penurunan suplai air irigasi sebanding dengan penurunan debit air di Bendung Kedewatan. Artinya, Subak Padanggalak telah mengelola air irigasi yang diberikan secara efektif.

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa subak berusaha mendistribusikan air irigasi secara merata setiap MT, sehingga mencapai harmoni dan kebersamaan. Hal ini dapat dicapai karena subak menggunakan dengan metode one inlet dan one outlet. Melalui metode tersebut memudahkan subak melakukan pendistribusian air irigasi secara proporsional dan peminjaman air irigasi.

Pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak hasil optimal dan pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak hasil simulasi 1 dapat dilihat dalam Tabel 5.13.

Tabel 5.13.

Pola Pengelolaan Fungsi Subak Padanggalak Hasil Optimal dan Hasil Simulasi 1

Aktivitas Hasil optimal Hasil

simulasi 1 Interval konfiden

1 2 3 4

Fungsi tujuan (Rp 000) 2.885.368,00 2.885.368,00 -

1 Aktivitas subak MT1:

Alokasi, distribusi, dan pinjam air

irigasi (kali) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Memelihara fasilitas subak (kali) 2,00 2,00 2,00 sd 2,00

Menyelenggarakan penyelesaian

konflik (kali) 2,00 2,00 2,00 sd 2,00

Menyelenggarakan kegiatan ritual

(unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Menyelenggarakan koperasi tani (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Usahatani padi (ha) 112,00 112,00 101,23 sd 122,77

Penjualan padi (ton) 697,76 697,76 697,25 sd 698,27

2 Aktivitas subak MT 2:

Alokasi, distribusi, dan pinjam air

irigasi (kali) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Memelihara fasilitas subak (kali) 2,00 2,00 2,00 sd 2,00

Menyelenggarakan penyelesaian

konflik (kali) 2,00 2,00 2,00 sd 2,00

Menyelenggarakan kegiatan ritual

(unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Menyelenggarakan koperasi tani (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Usahatani padi (ha) 112,00 112,00 101,23 sd 122,77

Penjualan padi (ton) 707,84 707,84 707,25 sd 708,43

2 Simulasi jika subak tidak berperan dalam pengelolaan air irigasi pada saat defisit air irigasi

Petani di Subak Padanggalak memperoleh air secara merata setiap MT, karena subak berperan dalam mengelola air irigasi. Sebaliknya, bagaimana pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak jika subak tidak berperan dalam distribusi dan pinjam air irigasi sesuai dengan prinsip harmoni dan kebersamaan. Sementara

itu, pada beberapa waktu di Subak Padanggalak terjadi kebutuhan air irigasi lebih besar daripada suplai air irigasi.

Untuk mengetahui hal tersebut maka dilakukan analisis program linier terhadap aktivitas dan sumberdaya di Subak Padanggalak. Seperti simulasi yang telah dilakukan di Subak Lodtunduh maka di Subak Padanggalak dilakukan simulasi 2. Dalam simulasi 2, subak menggunakan air irigasi berdasarkan suplai yang diberikan oleh Pengamat DI Kedewatan (2012) dan tidak mengelola air irigasi agar sesuai dengan kebutuhan, seperti melakukan peminjaman air irigasi secara bergilir. Hal ini menunjukkan subak sebagai organisasi petani pemakai air irigasi bukan sebagai pengelola air irigasi.

Hasil analisis program linier dalam simulasi 2 merupakan respon pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak yang optimal, jika subak tidak berperan dalam pengelolaan air irigasi pada saat defisit air irigasi, khususnya dalam distribusi dan pinjam air irigasi. Respon tersebut berupa penurunan luas lahan yang dapat diusahakan, produksi padi, dan pendapatan Subak Padanggalak. Luas lahan yang dapat diusahakan menurun sebesar 57,05 ha (50,94%) pada MT1 dan 80,20 ha (71,61%) pada MT2. Atau, luas lahan yang dapat diusahakan selama dua MT tahun 2012 hanya sebesar 86,75 ha (38,73% dari 224,00 ha).

Akibat dari penurunan luas lahan garapan tersebut adalah (1) produksi padi menjadi sebesar 342,36 ton pada MT1 atau mengalami penurunan sebesar 50,90% dari 697,76 ton dan 200,96 ton pada MT2 atau mengalami penurunan sebesar 71,61% dari 707,84 ton; (2) pendapatan subak menurun menjadi sebesar Rp 1.076.963,00ribu (37,32%) dari pendapatan subak maksimal selama dua MT

tahun 2012. Pola pengelolaan fungsi Subak Padanggalak hasil optimal dan hasil simulasi 2 dicantumkan pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14.

Pola Pengelolaan Fungsi Subak Padanggalak Hasil Optimal dan Hasil Simulasi 2

Aktivitas Hasil optimal Hasil

simulasi 2 Interval konfiden

1 2 3 4

Fungsi tujuan (Rp 000) 2.885.368,00 1.076.963,00 -

1 Aktivitas subak MT1:

Alokasi, distribusi, dan pinjam air

irigasi (kali) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Memelihara fasilitas subak (kali) 2,00 2,00 2,00 sd 2,00

Menyelenggarakan penyelesaian

konflik (kali) 2,00 2,00 2,00 sd 2,00

Menyelenggarakan kegiatan ritual

(unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Menyelenggarakan koperasi tani (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Usahatani padi (ha) 112,00 54,95 101,23 sd 122,77

Penjualan padi (ton) 697,76 342,36 697,25 sd 698,27

2 Aktivitas subak MT2:

Alokasi, distribusi, dan pinjam air

irigasi (kali) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Memelihara fasilitas subak (kali) 2,00 2,00 2,00 sd 2,00

Menyelenggarakan penyelesaian

konflik (kali) 2,00 2,00 2,00 sd 2,00

Menyelenggarakan kegiatan ritual

(unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Menyelenggarakan koperasi tani (unit) 1,00 1,00 1,00 sd 1,00

Usahatani padi (ha) 112,00 31,80 101,23 sd 122,77

Penjualan padi (ton) 707,84 200,96 707,25 sd 708,43

Berdasarkan kedua simulasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran Subak Padanggalak khususnya dalam fungsi distribusi dan peminjaman air irigasi sangat diperlukan untuk menciptakan harmoni dan kebersamaan anggota subak. Hal ini ditunjukkan oleh hasil simulasi 1 dan simulasi 2. Hasil simulasi 1 adalah walaupun ada penurunan suplai air irigasi sebesar 26,80% pada MT1 dan 38,99% pada MT2 tetapi subak melaksanakan fungsi alokasi, distribusi, dan

pinjam air, maka semua lahan sawah dapat diusahakan dan memberikan pendapatan maksimal sebesar Rp 2.885.368,00 ribu. Sementara itu, hasil simulasi 2 yaitu jika tidak ada peran subak dalam alokasi, distribusi, dan pinjam air irigasi maka lahan yang dapat diusahakan menurun sebesar 137,25 ha (61,27% dari 224,00 ha) dan pendapatan subak menurun sebesar Rp 1.808.405,00 ribu (62,68%) dari pendapatan maksimal (Rp 2.885.368,00ribu).

5.2 Pembahasan

Dokumen terkait