• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Teori Pengelolaan Keuangan

Negara merupakan suatu organisasi unik, yang memiliki otoritas bersifat memaksa diatas subyek hukum pribadi yang menjadi warga negaranya. Untuk melaksanakan tugasnya sebagai suatu organisasi yang teratur, negara harus memiliki harta kekayaan yang berasal dari penerimaan negara untuk dipergunakan membiayai segala proses pengurusan, pengelolaan dan penyelenggaraan negara tersebut.

Pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan merupakan bagian dari anggaran keuangan yang harus dikelola dengan baik secara berimbang dan dinamis. Berimbang dalam arti jumlah keseluruhan pengeluaran yang dilakukan, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan selalu sama dengan jumlah keseluruhan penerimaan yang didapatkan. Dinamis berarti dalam hal penerimaan lebih rendah dari apa yang telah direncanakan, maka pengeluaran-pengeluaran harus disesuaikan agar tetap terjaga keseimbangannya.

Gunawan Widjaja menyatakan:

Tidak ada suatu bentuk pengurusan, pengelolaan, dan penyelenggaraan negara yang tidak memerlukan biaya, yang dapat diselenggarakan dengan percuma. Oleh karena itu untuk melakukan tugasnya tersebut, para pengurus ataupun penyelenggara negara harus mencari sumber pembiayaan, melakukan pengelolaan atas pendapatan tersebut, dan selanjutnya mendistribusikannya untuk kepentingan seluruh rakyat.25

25 Gunawan Widjaja, Pengelolaan Harta Kekayaan Negara, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2002), hlm.3

Menurut D’Audiffert:

Pengelolaan keuangan negara sangat besar pengaruhnya terhadap nasib suatu bangsa, karena suatu negara dapat menjadi negara yang kuat dan berkuasa serta mampu mengembangkan kebesarannya atau menjadi tidak berdaya tergantung pada cara mengelola keuangannya. Seorang negarawan yang ulung tidak akan mencapai prestasi yang sempurna dalam mewujudkan buah pikirannya jika tidak dapat mengatur dan mengurus keuangan negara berdasarkan cara-cara yang sehat dan terutama ditujukan kearah melindungi dan mengembangkan kepentingan dan harta benda masyarakat atas dasar kecakapan dan pandangan yang bijaksana.26

Mengingat pentingnya pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan pemerintahan, oleh pemerintah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dimana pengelolaan keuangan dilakukan dalam keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan. Untuk mensinergikan tata kelola keuangan Pusat dan Daerah, oleh Pemerintah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Keuangan negara/daerah, pada dasarnya harus dikelola secara tertib, taat peraturan perundang-undangan, efektif, efesien, ekonomis, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat bagi masyarakat yang tersusun dalam suatu dokumen APBN/APBD agar setiap transaksi keuangan baik masuk maupun keluar dilakukan secara transparan dan akuntabel.

26 Arifin P. Soeria Atmadja, Mekanisme Pertanggungjawaban Keuangan Negara, Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta : PT. Gramedia, 1986), hlm.7

Pengelolaan anggaran mempunyai tiga kegunaan pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkoordinasian kerja dan sebagai alat pengawasan kerja. Dengan melihat kegunaan pokok dari pengelolaan anggaran tersebut, maka pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah dapat berfungsi sebagai:

1. Fungsi perencanaan, dimana dalam perencanaan APBD adalah penentuan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan kebijaksanaan yang telah disepakati misalnya target penerimaan yang akan dicapai, jumlah investasi yang akan ditambah, rencana pengeluaran yang akan dibiayai.

2. Fungsi koordinasi, dimana anggaran berfungsi sebagai alat mengkoordinasikan rencana dan tindakan berbagai unit atau segmen yang ada dalam organisasi, agar dapat bekerja secara selaras ke arah tercapainya tujuan yang diharapkan.

3. Fungsi komunikasi, jika yang dikehendaki dapat berfungsi secara efisien maka saluran komunikasi terhadap berbagai unit dalam penyampaian informasi yang berhubungan dengan tujuan, strategi, kebijaksanaan, pelaksanaan dan penyimpangan yang timbul dapat teratasi.

4. Fungsi motivasi, dimana anggaran berfungsi pula sebagai alat untuk memotivasi para pelaksana dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan.

5. Fungsi pengendalian dan evaluasi, dimana anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian yang pada dasarnya dapat membandingkan

antara rencana dengan pelaksanaan sehingga dapat ditentukan penyimpangan yang timbul, dan penyimpangan tersebut sebagai dasar evaluasi atau penilaian prestasi dan sekaligus merupakan umpan balik pada masa yang datang.27

Arifin P.Soeria Atmadja mengemukakan:

Anggaran negara sebagai obyek hubungan-hubungan hukum yang istimewa (bijzondere rechsbetrekking), yang dapat memungkinkan para pejabat (otorisator, ordonator, dan bendaharawan) berdasarkan wewenangnya mengadakan pengeluaran/penerimaan anggaran negara, menguji kebenaran, memerintahkan pembebanannya, serta menerima, menyimpan, membayar atau mengeluarkan anggaran negara dan mempertanggungjawabkannya.28

Bila ditinjau dari sudut pengelolaan keuangan pemerintah baik di pusat maupun di daerah, dalam implementasinya kerap mengalami penyimpangan-penyimpangan. Terdapatnya berbagai penyimpangan yang terjadi dalam pengelolaan keuangan daerah, merupakan kenyataan yang tidak boleh dibiarkan. Hukum sebagai landasan batas bertindak, mengemban “misi suci” menyelenggarakan tatanan keuangan yang mapan secara normatif maupun empiris. Dalam hubungan ini, sudah sepantasnya bahwa hukum semestinya didayagunakan sebagai sarana penciptaan ketertiban pengelolaan keuangan secara tersistem dan terarah.

27 Ibid, hlm.57 28Ibid, hlm. 59

2. Landasan Konseptual

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Jika masalah dan kerangka teoritisnya telah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan suatu konsep menentukan antara variabel yang akan mengungkapkan adanya gejala empiris.29

Oleh karena itu, dalam penelitian ini didefenisikan beberapa konsep dasar, yaitu:

a. Desentralisasi adalah pendistribusian kekuasaan kepada pemerintah daerah bawahan dalam bentuk penyerahan kewenangan.

b. Otonomi Daerah adalah wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah.

c. Otonomi istimewa adalah salah satu bentuk otonomi dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia yang diberikan kewenangan istimewa untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan rumah tangganya. d. Otonomi Khusus adalah salah satu bentuk otonomi dalam sistem

penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia yang diberikan kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan rumah tangganya.

e. Dana Otonomi Khusus adalah pendapatan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintahan Aceh dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus di Provinsi Aceh.

f. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

g. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

h. Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.

i. Pengelolaan Keuangan adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan.