• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Limbah Padat

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 77-81)

5. INSTALASI PENUNJANG: INSTALASI STERILISASI

5.3 Instalasi Kesehatan Lingkungan (IKL) dan Keselamatan Kesehatan

5.3.1 Pengelolaan Limbah Padat

Limbah padat RSKD merupakan limbah rumah sakit yang berbentuk padat berasal dari seluruh kegiatan di rumah sakit. Pengelolaan limbah padat dilakukan setiap hari oleh petugas kebersihan dan dipisahkan berdasarkan limbah padat medis, non medis, dan domestik. Limbah padat dari setiap ruangan dikumpulkan dalam satu kantong plastik dengan warna yang sesuai dengan jenis limbahnya. 1. Limbah medis padat

a. Sumber

Sumber limbah padat medis RSKD berasal dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah kandungan logam berat tinggi.

b. Pewadahan

Limbah padat medis ditampung dalam wadah yang berbeda berdasarkan kategori limbah yang dihasilkan.Wadah yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan tertutup dengan dilapisi

64

Universitas Indonesia

kantong plastik yang berbeda warna. Untuk kategori limbah infeksius patologi dan anatomi menggunakan kantong plastik berwarna kuning, limbah sitotoksis menggunakan kantong plastik kuning yang diberi label bertuliskan

“limbah sitotoksis” dan logo,limbah kimia dan farmasi dengan kantong

plastik warna kuning yang diberi label dan logo dan limbah radioaktif dengan kantong plastik warna merah, sedangkan untuk limbah benda tajam ditampung dalam satu wadah yang anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya dan dilapisi dengan kantong plastik berwarna kuning.

c. Pengangkutan

Pengangkutan limbah medis dilakukan sebanyak 2- 3 kali dalam sehari, yaitu pada siang, sore dan dini hari atau apabila telah mencapai 2/3 bagian telah terisi limbah. Alat angkut yang digunakan berupa trolly tertutup, namun dalam proses pengangkutan masih ada petugas yang menggunakan trolly terbuka dan limbah yang diangkut tidak dipisahkan serta tidak menggunakan jalur khusus.

d. Pengolahan

Tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan limbah medis padat, seluruh limbah medis padat yang dihasilkan akan dibakar dengan menggunakan

incinerator (Lampiran 15). Insenerator tersebut terdiri dari 2 tungku

(chamber) dengan kapasitas 800kg. Pembakaran dilakukan selama 1 jam per 100 kg, untuk lebih efektif pembakaran dilakukan setiap 15 menit dengan berat limbah sebanyak 25 kg. Hal ini merupakan strategi yang dilakukan untuk mencapai hasil pembakaran yang optimal. Proses pembakaran dimulai dengan memasukkan limbah medis padat kedalam chamber 1 dengan suhu 500 – 600oC, chamber ini digunakan untuk membakar fisik limbah. Selanjutnya hasil pembakaran berupa gas/ emisi buangan dari chamber 1 dibakar di chamber 2 dengan suhu 600 – 1000oC, hal tersebut menghasilkan emisi yang keluar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pembakaran dilakukan terus menerus selama jam kerja (per 8 jam kerja). Untuk limbah yang datang setelah jam kerja maka akan ditampung di Tempat Penampungan Sementara (TPS) (Lampiran 16) untuk dibakar keesokan harinya. Limbah

hasil pembakaran limbah di incenerator akan dipindahkan ke dalam TPS B3 setiap 7 hari sekali.

Abu insenerator hasil pembakaran akan di kirim ke PPLI apabila kapasitas Limbah yang dihasilkan mencapai 2 ton. Setiap rumah sakit yang memiliki incenerator dan TPS harus memiliki surat izin dan memperpanjangan surat izin setiap 3 tahun untuk TPS yang dikeluarkan oleh BPLHD dan setiap 5 tahun untuk insenerator yang dikeluarkan oleh KLH. Uji emisi incenerator dilakukan setiap 3 bulan oleh PT. Unilab Perdana atau Lab yang telah memiliki izin dari MENKLH. Untuk limbah radioaktif Rumah

Sakit Kanker “Dharmais” menggunakan sistem re-export, limbah tersebut

dikembalikan ke perusahaan penghasil atau distributor yakni BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional).

2. Limbah padat non medis a. Sumber

Limbah padat non medisyang dihasilkan oleh Rumah Sakit Kanker

“Dharmais adalah limbah B3 non medis berupa baterai bekas, lampu TL

bekas dan oli bekas. b. Pewadahan

Wadah yang digunakan untuk penyimpanan sementara limbah B3 non medis berbeda berdasarkan jenis limbahnya. Limbah baterai bekas dan lampu TL ditampung dalam kontainer berupa drum berbahan dasar plastik dan dilengkapi dengan tutup sedangkan limbah oli bekas ditampung dalam wadah berupa drum kaleng yang tertutup, wadah tersebut diberi label bertuliskan

“Limbah B3”

c. Pengangkutan

Pengangkutan dilakukan setiap hari dengan menggunakan troli tertutup apabila jumlah limbah yang dihasilkan tidak banyak maka petugas yang mengangkut limbah tersebut tidak menggunakan alat pengangkut khusus menuju TPS, khusus oli bekas diangkut ke TPS B3 non Medis yang berada di ruang genset.

66

Universitas Indonesia

d. Pengolahan

Limbah B3 non medis berupa baterai bekas akan dikembalikan ke perusahaan penghasil atau distributor, sedangkan untuk lampu TL bekas dan oli bekas akan diangkut oleh PPLI atau perusahaan yang mempunyai izin.

3. Limbah Domestik a. Sumber

Limbah domestik ialah limbah yang berasal dari kegiatan di dapur, perkantoran, taman dan halaman.

b. Pewadahan

Pewadahan untuk limbah domestik dikelompokkan menjadi 2 yaitu wadah untuk sampah organik dan sampah an-organik. Pada kontainer yang digunakan diberikan label bertuliskan jenis sampah dan warna untuk kontainer sampah organik dan sampah an-organik juga dibedakan guna mempermudah dalam proses pemilahan serta kontainer dilapisi oleh kantong plastik berwarna hitam.

c. Pengangkutan

Pengangkutan dilakukan setiap hari sebanyak 2-3 rit, atau apabila 2/3 bagian telah terisi limbah. Alat angkut yang digunakan berupa trolly tertutup namun tidak terpisah.

d. Pengolahan

Seluruh limbah domestik (organik dan anorganik) Rumah Sakit Kanker

“Dharmais” ditampung di TPS (Tempat Penampungan Sementara) berupa

bangunan tertutup dengan panjang 8 meter, lebar 2 meter dan tinggi 2 meter, yang dilengkapi saluran untuk cairan lindi, selanjutnya limbah domestik akan diangkut oleh Petugas Dinas Kebersihan PEMDA DKI Jakarta setiap hari.

Selain itu Rumah Sakit Kanker “Dharmais” melakukan pemilahan terhadap

sampah kardus, yang nantinya sampah kardus tersebut akan dijual ke

pengepul. Rumah Sakit Kanker “Dharmais” melakukan upaya minimisasi

limbah dengan cara 3R namun upaya tersebut tidak berjalan sejak tahun 2011 sebab keterbatasan SDM, saat ini upaya minimisasi yang dilakukan ialah

composting. Bahan baku composting adalah daun-daun kering yang ada disekitar halaman Rumah Sakit Kanker “Dharmais”. Upaya ini cukup efektif

untuk meminimasi sampah dedaunan karena dapat mengurangi timbulan sampah dedaunan sebanyak 60 – 70kg per hari. Kompos yang dihasilkan mencapai 420 kg per bulan, yang selanjutnya kompos tersebut akan digunakan kembali untuk pemeliharaan tanaman.

Secara ringkas alur pengolahan limbah padat di RSKD dapat dilihat pada Gambar 5.2

Gambar 5.2 Alur Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 77-81)

Dokumen terkait