1. Ruang Lingkup
Pedoman ini memberikan petunjuk dan penjelasan berupa ketentuan-ketentuan tentang perencanaan pengelolaan lingkungan hidup yang diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan. Pengelolaan lingkungan tersebut mencakup penerapan pertimbangan lingkungan mulai dari tahap perencanaan umum sampai ke tahap perencanaan teknis, sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Pedoman ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai rujukan dan pegangan bagi para petugas yang bertanggungjawab atau terlibat dalam perencanaan pembangunan jalan dan jembatan baik di tingkat pusat, propinsi, maupun kabupaten / kota, untuk memudahkan pelaksanaan tugasnya dalam penanganan dampak lingkungan yang mungkin terjadi.
Adapun tujuannya adalah agar proses pembangunan jalan dan jembatan dapat dilaksanakan secara optimal tanpa mengakibatkan dampak negatif yang berarti, sehingga terwujud jaringan jalan yang ramah lingkungan.
Ketentuan-ketentuan dalam pedoman ini secara garis besar meliputi: • Penyusunan sistem jaringan jalan yang berwawasan lingkungan;
• Studi kelayakan kegiatan pembangunan jalan yang memasukkan pertimbangan lingkungan melalui proses AMDAL atau UKL dan UPL;
• Pembuatan desain dan/atau spesifikasi teknis pekerjaan konstruksi yang memasukkan pertimbangan lingkungan.
2. Acuan Normatif
Pedoman ini menggunakan acuan peraturan dan perundang-undangan tentang lingkungan hidup, khususnya tentang AMDAL dan peraturan-peraturan lain yang terkait, antara lain:
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan / atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.
Keputusan Menteri Kimpraswil No.17/KPTS/M/2003 tentang Penetapan Jenis Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan UKL dan UPL;
Keputusan Kepala Bapedal No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL
Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Daftar acuan peraturan perundang-undangan selengkapnya tercantum pada Lampiran P.
3. Istilah dan Definisi
3.1
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan / atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan / atau kegiatan;
3.2
Dampak besar dan penting
perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan / atau kegiatan;
3.3
Kerangka Acuan ANDAL
ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan;
3.4
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan / atau kegiatan;
3.5
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan / atau kegiatan;
3.6
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan / atau kegiatan;
3.7
Pemrakarsa
orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas suatu rencana usaha dan / atau kegiatan yang akan dilaksanakan;
3.8
Komisi penilai
komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL dengan pengertian di tingkat pusat adalah komisi penilai pusat, dan di tingkat daerah adalah komisi penilai daerah;
3.9
Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup
berbagai tindakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang wajib dilaksanakan oleh pemrakarsa dalam rangka pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan standar-standar pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;
3.10
Masyarakat terkena dampak
masyarakat yang akan merasakan dampak dari adanya rencana usaha dan/atau kegiatan, terdiri dari masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan masyarakat yang akan mengalami kerugian.
3.11
Masyarakat pemerhati
masyarakat yang tidak terkena dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, tetapi mempunyai perhatian terhadap rencana usaha/kegiatan tersebut, maupun dampak-dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.
4. Aspek - Aspek Perencanaan Pengelolaan Lingkungan
4.1 Perencanaan Sistem Jaringan Jalan Yang Berwawasan Lingkungan 4.1.1 Kesesuaian Dengan Rencana Tata Ruang
Perencanaan sistem jaringan jalan, yang dilaksanakan pada tahap perencanaan umum, merupakan titik awal siklus proyek pembangunan jalan dan jembatan. Pada tahap ini, alternatif-alternatif rencana awal koridor pembangunan jalan dipilih berdasarkan data sekunder seperti berbagai data statistik dan peta-peta tematik, serta hasil survai lapangan secara global, bila diperlukan.
Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah pemilihan koridor jalan harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah, baik rencana tata ruang wilayah (RTRW) nasional, propinsi, atau kabupaten / kota, maupun tata ruang kawasan. Hal ini diperlukan untuk mewujudkan tujuan penataan ruang yang berwawasan lingkungan.
4.1.2 Pencegahan Dampak Lingkungan Sedini Mungkin
Walaupun pada tahap perencanaan umum ini belum ada kegiatan fisik yang dapat menimbulkan perubahan lingkungan hidup, penerapan pertimbangan lingkungan dalam pemilihaan rute jalan harus dilakukan untuk mencegah dampak negatif yang mungkin terjadi sedini mungkin.
Pada tahap awal perencanaan perlu diidentifikasi berbagai faktor lingkungan yang dapat menimbulkan kendala untuk pembangunan jalur jalan yang direncanakan, khususnya komponen-komponen lingkungan di sekitar lokasi rencana koridor jalan, yang sangat sensitif terhadap perubahan terutama kawasan lindung yang terdiri dari (lihat Kotak 4.1):
a) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya; b) Kawasan perlindungan setempat;
c) Kawasan suaka alam dan cagar budaya; d) Kawasan rawan bencana alam.
Di samping kawasan lindung yang telah ditetapkan dengan peraturan dan perundang-undangan, perlu diidentifikasi juga areal sensitif lainnya, antara lain:
areal dengan kemiringan lereng terjal; areal yang kondisi tanahnya tidak stabil; lahan pertanian produktif;
areal berpanorama indah;
permukiman masyarakat terasing (masyarakat adat).
Areal sensitif dapat diidentifikasi dari peta topografi dan berbagai peta tematik seperti peta geologi, penggunaan lahan, serta foto udara atau citra satelit, (lihat Gambar 4.1). Hasil identifikasi disajikan dalam bentuk peta “kendala lingkungan” untuk bahan pertimbangan dalam pemilihan rencana rute jalan, yang sedapat mungkin tidak melalui areal sensitif.
Petunjuk rinci tentang pemilihan rute jalan tercantum pada Lampiran A, yang mencakup:
a) pengertian tentang nilai lingkungan hidup;
b) pengaruh pembangunan jalan terhadap lingkungan hidup; c) jenis-jenis data yang diperlukan untuk pemilihan rute jalan; d) metode pengumpulan data;
e) langkah-langkah proses pemilihan rute;
Sumber: Keppres No.32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Catatan : Definisi dan kriteria mengenai jenis kawasan lindung dapat dilihat dalam Keppres tersebut di atas.
Penerapan pertimbangan lingkungan pada tahap perencanaan umum seharusnya dilakukan juga secara m akro m elalui proses “kajian lingkungan strategis” (K LS). Lingkup KLS tidak difokuskan pada suatu ruas jalan tertentu, tapi bersifat regional, mencakup suatu sistem jaringan jalan yang saling berinteraksi dengan sektor-sektor lain dalam suatu wilayah / kawasan pembangunan.
KLS suatu kawasan merupakan proses untuk mengidentifikasi konsekuensi dari kebijakan dan perencanaan pembangunan termasuk jaringan jalan terhadap lingkungan. Sasaran utama KLS antara lain evaluasi dampak kumulatif dan dampak tidak langsung akibat penetapan sistem jaringan jalan tersebut, yang diperlukan untuk bahan pertimbangan dalam penentuan koridor tiap ruas jalan terpilih. Dengan melalui KLS ini diharapkan akan