• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelemahan dari angket, antara lain:

ü Responden kadang kurang teliti dalam menjawab pertanyaan; terkadang ada pertanyaan yang tidak terjawab.

ü Tidak dapat mengungkap tentang situasi khusus ketika responden menuliskan jawaban

ü Walaupun angket dibuat anonim atau merahasiakan responden, responden menjawab dengan tidak sebenarnya

ü Beberapa angket tidak dikembalikan oleh responden, terutama untuk angket yang dikirim melalui kantor pos atau jasa pengiriman lainnya

10. Pengelompokan sosial

Sebagai konsep dasar sosologi, kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan dua atau lebih orang atau individu yang saling berinteraksi sosial secara kontinyu atau berkelanjutan, sehingga tidak semua pengumpulan atau berkumpulnya orang dapat disebut sebagai kelompok sosial.

Robert Biersted menyebut adanya tiga kriteria untuk menentukan suatu pengumpulan manusia dapat disebut sebagai kelompok sosial atau bukan kelompok sosial. Tiga kriteria itu adalah: (1) ada tidaknya kesadaran di antara individu yang ada bahwa mereka memiliki kesamaan ciri, (2) ada tidaknya interaksi sosial yang berkelanjutan, dan (3) ada tidaknya organisasi. Perhatikan tabel jenis kelompok menurut kriteria Biersted berikut. No Jenis Pengumpulan Individu yang di antara para anggotanya memiliki kesamaan ciri Kesadaran akan kesamaan ciri tertentu Interaksi Sosial di antara orang-orang di dalamnya Organisasi 1 Asosiasi (kelompok formal) √ √ √ 2 Kelompok Sosial √ √ - 3 Kelompok Kemasyarakatan √ - - 4 Kelompok Statistik - - - v Dasar-dasar pengelompokan sosial Sedangkan mengenai dasar-dasar pengelompokan sosial terdapat tiga faktor, yaitu: (1) kesamaan genealogis, atau keturunan, sehingga dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok yang dibentuk berdasarkan keturunan, seperti keluarga inti, klan, trah, dan sebagainya, (2) kesamaan teritorial atau wilayah, sehingga dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok yang dibentuk karena memiliki kesamaan tempat tinggal atau wilayah, seperti RT, RW, pedukuhan, kelurahan, dan seterusnya, dan (3) kesamaan kepentingan atau interest, sehingga dalam masyarakat terdapat

34

kelompok-kelompok yang dibentuk berdasarkan kesamaan kepentingan, seperti persatuan guru, ikatan dokter, pedagang di suatu pasar, dan sebagainya.

v Bentuk-bentuk kelompok sosialnya dan karakteristiknya

Kelompok yang paling pertama yang dialami oleh sebagian besar anggota masyarakat adalah keluarga. Hampir setiap orang menghayati kehidupannya dalam kelompok yang disebut keluarga ini. Mungkin inilah kelompok yang paling sederhana. Sebenarnya, orang-orang yang berada pada status berpacaran pun dapat disebut sebagai kelompok. Demikian juga dua orang yang bersahabat, sebuah kelompok duaan (dyadic group). Mengapa demikian? Karena dalam kelompok-kelompok ini terdapat memenuhi dua syarat minimal sebagai kelompok sosiologis, yaitu para anggotanya merasa menjadi bagian dari kebersamaan, dan yang kedua mereka saling berinteraksi sosial. Selanjutnya marilah kita membahas beraneka ragam atau jenis kelompok yang ada dalam masyarakat, tentunya menggunakan sudut pandang atau perspektif sosiologi. a. Kelompok primer dan kelompok sekunder

Charles Horton Colley menjelaskan tentang kelompok primer (primary group), yaitu kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerjasama face to face (tatap muka) yang intim (menjamin kesejahteraan emosional). Contohnya: keluarga, teman bermain pada anak kecil, geng, rukun warga serta komunitas pada orang dewasa.

Kondisi fisik kelompok primer: (1) tidak cukup hanya hubungan saling mengenal saja, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa anggota-anggotanya secara fisik harus berdekatan, (2) jumlah anggotanya harus kecil, sehingga mereka dapat saling kenal dan saling tatap muka, (3) hubungan di antara anggota-anggotanya relatif permanen.

Sifat-sifat hubungan primer: (1) kesamaan tujuan, masing-masing anggota mempunyai tujuan dan sikap yang sama, sehingga masing-masing rela berkorban untuk kepentingan anggota kelompok lainnya, (2) hubungan primer bersifat sukarela, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan merasa tidak ada tekanan-tekanan melainkan kebebasan, (3) hubungan primer melekat pada kepribadian orang, nilai dan sikap kelompok primer menyatu dengan identitas individu-individu yang menjadi anggota, sehingga tidak dapat digantikan oleh yang lain, dan hubungan berlangsung di segenap aspek kepribadian, termasuk perasaan.

Kelompok sekunder (secundary groups) lebih besar daripada kelompok primer, lebih bersifat anonim, lebih formal, dan lebih tidak mempribadi (impersonal). Pada umumya kelompok sekunder didasarkan pada kepentingan atau kegiatan tertentu, dan berinteraksi atas dasar status sepesifik, misalnya sebagai presiden direktur, manajer, pekerja, mahasiswa, atau murid

35

sebuah sekolah. Contoh kelompok sekunder adalah: kelompok berdasarkan profesi (Persatuan Guru Republik Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, Persatuan Wartawan Indonesia, Iakatan Sosiologi Indonesia, dan sebagainya), partai politik, organisasi siswa (OSIS), organisasi mahasiswa, dan sebagainya. Berbagai cara orang memperoleh pendidikan, mencari nafkah, dan menggunakan uang atau waktu luang cenderung melibatkan kelompok sekunder.

Walaupun demikian, kelompok primer juga sering dijumpai dalam kelompok sekunder. Meskipun kelompok sekunder penting bagi kehidupan masa kini untuk mencari nafkah atau menempuh pendidikan kita, tetapi kelompok sekunder sering gagal dalam memberikan kesejahteraan emosional (terkait kebutuhan akan ikatan-ikatan intim/perasaan). Oleh karena itu, kelompok sekunder cenderung terbagi-bagi ke dalam kelompok-kelompok primer. Artinya, dalam kelompok sekunder juga dapat terjalin hubungan-hubungan primer. Mengapa demikian? Di masyarakat modern seperti sekarang ini, ketika seseorang menjalani hidupnya menjadi pekerja atau pegawai suatu instansi atau perusahaan tertentu, maka dapat jadi sebagian besar waktunya dihabiskan di tempat kerja (kelompok sekunder). Jam kerja dimulai pukul 08.00 dan selesai pada 16.00. Karena jauhnya tempat kerja dan kemacetan lalu lintas, ia harus meninggalkan rumah lebih pagi, katakanlah jam 06.00 atau lebih pagi dari itu. Jam kerja berakhir pukul 16.00, perjalanan pulang memerlukan waktu 2 sampai dengan 3 jam. Sampai rumah sudah pukul 18.00 atau 19.00. Cukup sedikit waktu bagi seorang bekerja berada di keluarganya (kelompok primer). Kegagalan memenuhi kesejahteraan emosional inilah yang mendorong para anggota kelompok sekunder menjalin hubungan-hubungan primer dalam kelompok sekunder. Itulah mengapa di tempat kerja atau di sekolah terdapat persahabatan di antara para anggota-anggotanya.

Asosiasi sukarela

Asosiasi sukarela (voluntary association) merupakan suatu tipe khusus kelompok sekunder, para anggota-anggotanya adalah para relawan yang berorganisasi atas dasar kepentingan bersama. Beberapa asosiasi bersifat lokal atau daerah, sehingga anggota-anggotanya hanya beberapa orang saja, beberapa bersifat nasional dengan anggota-anggota yang profesional dan digaji, dan sisanya berada di antara keduanya. Contoh asosiasi sukarela antara lain Palang Merah Indonesia, organisasi kepramukaan, Tim SAR, klub kesehatan, dan sebagainya.

b. Gemeinschaft dan Gesellschaft; Paguyuban dan Patembayan

Ferdinand Tönnies membedakan antara “Gemeinschaft” dengan “Gesellschaft”. Gemeinschaft, di-Indonesiakan menjadi paguyuban, merupakan hubungan-hubungan yang all intimate, private, and exclusive living together … is understood as life in Gemainschaft (community). Terdapat tiga macam gemainschaft: (1) by blood, (2) of place, dan (3) of mind; Paguyuban yang terbentuk karena hubungan darah (misalnya keluarga), paguyuban yang terbentuk karena tempat (misalnya

36

komunitas atau masyarakat setempat), dan paguyuban yang terbentuk karena adanya minat dan perhatian yang sama (misalnya paguyuban penggemar burung tertentu, motor tertentu, mobil tertentu, kelompok pengajian, dan dapat saja berupa paguyuban penjual barang bekas, serta masih banyak lagi yang lainnya).

Hubungan yang intim, mempribadi, dan keanggotaan yang khusus dan tertutup (eksklusif) merupakan ciri-ciri sebuah paguyuban. Oleh karena itu, paguyuban sering disebut sebagai kelompok yang tanpa pamrih, keanggotaan bersifat sukarela, dasar-dasar ikatan yang membentuknya adalah kebutuhan batin yang bersifat kekal. Bandingkan dengan yang dikemukakan oleh Colley sebagai kelompok primer.

Gesselschaft –diIndonesiakan menjadi “patembayan”- merupakan “public life”, bersifat sementara (kontraktual), berdasarkan kepentingan atau pamrih tertentu, dan bersifat semu. Keanggotaan dalam patembayan bersifat umum dan terbuka (inklusif). Serikat pekerja, asosiasi profesi, partai politik, perusahaan, dan semacamnya adalah contoh dari kelompok patembayan. Bandingkan dengan apa yang disebut oleh Colley sebagai kelompok sekunder.

c. Kelompok organik dan kelompok mekanik

Durkheim membedakan antara kelompok yang menganut solidaritas mekanik dan kelompok yang menganut solidaritas organik. — Solidaritas mekanik merupakan ciri pada masyarakat yang masih sederhana di mana masing-masing anggota dapat menjalankan peran yang dilakukan oleh orang lain (difusseness: bersifat umum dan serba meliputi), sehingga tidak ada spesialisasi atau pembagian kerja. — Solidaritas organik merupakan ciri pada masyarakat modern/industri/kota/kompleks di mana masing-masing anggota memiliki fungsi dan peran yang khusus dalam hal tertentu saja. Dalam solidaritas organik terdapat kesalingtergantungan antar-bagian/anggota dalam kelompok.

Tönnies juga menggunakan istilah kelompok mekanik dan organik, tetapi dengan makna yang berbeda dari Durkheim. Bagi Tönnies, gemainschat merupakan kelompok organik, sedangkan gesselschaft merupakan kelompok mekanik.

d. In-Group dan Out-Group

Sumner menyatakan bahwa di antara anggota in-group dijumpai persahabatan, kerjasama, keteraturan, dan kedamaian. Istilah lain: fraksi intern, qliques/klik. Sedangkan terhadap out-group dijumpai adanya antogonisme, berupa kebencian, permusuhan, bahkan perampokan, pembunuhan, ataupun perang.

37 e. Reference Group dan Membership Group

Robert K. Merton membedakan antara reference group dengan membership group. Membership group: merupakan kelompok di mana seseorang secara fisik tercatat sebagai anggota. Reference group/ kelompok acuan merupakan kelompok yang menjadi ukuran (acuan) bagi seseorang yang bukan anggota kelompok untuk membentuk pribadi dan perilakuannya. Seorang anggota partai politik tertentu yang perolehan suara dalam pemilu memenuhi untuk menjadi anggota DPR, akhirnya menjadi anggota DPR. Secara fisik ia tercatat sebagai anggota DPR, sehingga DPR merupakan membership group baginya. Tetapi rujukan perilaku, bahkan jiwa dan pikirannya tetap terikat oleh partai, maka PARPOL di mana ia berasal merupakan reference group baginya.

Robert K Merton, membedakan dua macam reference group (1) tipe normatif (normative), dan (2) tipe perbadingan (comparison). Tipe normatif merupakan sumber nilai, dan tipe perbandingan merupakan rujukan untuk memberikan status kepada seseorang/kelompok.

f. Kelompok Formal dan Kelompok Informal

Weber membedakan antar kelompok formal dengan informal. Kelompok formal, atau biasanya disebut sebagai perkumpulan formal, asosiasi, atau organisasi formal, merupakan kelompok yang memiliki struktur organisasi dan tata cara tertulis untuk mengatur aktivitas para anggotanya, misalnya bagaimana rekrutmen anggota harus dilakukan, hak dan kewajiban anggota, prosedur operasional standar (POS), standar pelayanan minimal, survey kepuasan masyarakat, dan sebagainya, yang semuanya dimaksudkan untuk tercapainya tujuan kelompok secara efektif dan efisien.

v Ekslusivitas Pengelompokan Sosial

Eksklusivitas merupakan karakteristik khusus dalam pengelompokan sosial atau tepatnya pada masalah hubungan antar-kelompok. Pada umumnya persoalan eksklusivitas ini dihubungkan dengan adanya kecenderungan partikularisme sebagai orientasi para anggota kelompok. Secara istilah eksklusif dapat diartikan sebagai khusus dan tertutup. Sehingga eklusivitas dalam pengelompokann sosial adalah kecenderungan individu-individu dalam masyarakat membentuk kelompok-kelompok yang bersifat khusus dan tertutup, hanya untuk orang-orang yang memiliki ciri-ciri tertentu, misalnya suku bangsa, agama, ras, atau aliran-aliran. Mengapa eksklusif? Karena mereka memiliki orientasi hidup yang sangat kuat terhadap orang-orang yang berasal dari latar belakang primordial yang sama, seperti telah disebut di depan, yaitu suku bangsa, agama, ras, atau aliran.

38

Partikularisme dan eksklusivisme yang berkembang dalam masyarakat akan berdampak pada adanya hambatan atau gangguan dalam menciptakan keteraturan sosial, harmoni sosial antar-kelompok, dan integrasi sosial (keutuhan sosial) dalam masyarakat yang lebih luas, karena dua faham tersebut menjadikan ikatan yang sangat kuat di antara sesama anggota kelompok, tetapi menimbulkan prasangka terhadap atau dari orang-orang yang berada di luar kelompok.

Eklusivisme berhubungan dengan adanya ingroup dan outgroup. Karakteristik khusus apakah yang ada pada in-group dan karakteristik apakah yang terjadi pada penyikapan orang-orang terhadap out-group? Pada in-group kita menemukan proses identifikasi antara satu anggota terhadap lainnya. Para anggota in-group menjadi cenderung sama satu dengan lainnya, baik dalam hal cara berfikir, cara berperasaan, cara bertindak, bahkan sampai dengan artefak (aspek kebendaan) yang menjadi milik mereka. Itulah yang membedakan mereka dengan kelompok lainnya, terutama out-group. Sebuah in-group akhirnya akan memiliki in-group feeling yang kuat, dapat disebut juga sebagai we-group atau kelompok kita, dan berkembangkah apa yang disebut sebagai eksklusivisme. Hubungan di antara para anggota-anggotanya menjadi bersifat khusus dan tertutup. Memang dalam in-group akan terbentuk persahabatan, kerjasama, keteraturan dan kedamaian, tetapi itu terbatas kepada orang-orang di dalam in-group-nya. Bahkan, dalam ingroup berkembang pula faham monism (single morality) atau ukuran tunggal dalam moralitas, yaitu anggapan bahwa yang dilakukan adalah yang paling benar, sedangkan yang dilakukan oleh orang-orang di luar kelompoknya adalah salah. Perkembangan lebih lanjut dari monism ini adalah munculnya sikap-sikap intoleran dalam masyarakat.

Selanjutnya apa yang terdapat pada out-group? Berbeda dengan pandangan atau sikap terhadap orang-orang di dalam in-group-nya, terhadap orang-orang yang berasal dari out-group-nya cenderung ditandai oleh antagonisme, kebencian, dan bahkan permusuhan. Orang-orang dari out-group dan kebudayaannya cenderung dipandang rendah. Penilaian terhadap cara hidup, cara berfikir, cara berperasaan, dan cara bertindak dari out-group cenderung didasarkan atau merujuk pada nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di dalam in-group. Anggota-anggota in-group menganggap bahwa kelompoknya sebagai pusat segala-galanya, segala yang tumbuh dan berkembang dalam in-group adalah acuan dalam berfikir, berperasaan, dan bertindak, termasuk dalam menilai orang-orang dari out-group dan kebudayaannya, suatu sikap yang menurut Sumner mencerminkan etnosentrisme (ethnocen-trism), sebagai contoh Sumner antara lain mengacu pada orang Yahudi yang menganggap diri merea sebagai “bangsa terpilih”; orang Yunani dan Romawi yang menganggap semua orang dari luar mereka adalah biadab’ orang-orang Tionghoa yang menganggap kekaisaran Tiongkok sebagai kekaisaran atau kerajaan tengah (the midle kingdom, the midle empire).

39

Penyikapan orang-orang terhadap orang-orang yang berasal dari out-group akan melahirkan sikap yang berdasarkan partikularisme, suatu orientasi berkelompok hanya dengan orang-orang yang menjadi bagian dari in-group-nya; komunikasi dan interaksi sosial terbatas hanya dengan orang-orang yang berasal dari kelompok dalam (in-group) nya.

B.

Penugasan

Kerjakan LK. 1 untuk mengidentifikasi lebih cermat dan mendalam materi-materi berdayaserap rendah yang dijumpai siswa pada sekolah Anda. Untuk mengisi LK. 1 tersebut Anda wajib menyiapkan Data Daya Serap UN Mata Pelajaran Sosiologi dari Puspendik Balitbang Kemdikbud dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan materi/pokok bahasan.

C.

Refleksi 1. Peserta

a. Menyampaikan keberhasilan berupa kemampuan melakukan analisis materi berdayaserap rendah yang dialami oleh siswa di sekolahnya masing-masing. b. Menyampaikan kelemahan yang ditemukan dari aktivitas pada unit 1 modul ini

sehingga masih ada yang belum dipahami atau membingungkan.

c. Menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk menerapkan hasil yang diperoleh dari unit 1 modul ini.

2. Fasilitator

a. Menyampaikan keberhasilan peserta sesuai pengamatan selama kegiatan.

b. Menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam mengidentifikasi materi/pokok bahasan berdayaserap rendah sesuai dengan Data Daya Serap Hasil UN Mata Pelajaran Sosiologi dari Puspendik.

40

Unit 2

Pembahasan Soal Daya Serap Rendah

A.

Uraian Singkat Materi

Soal-soal UN yang berdaya serap rendah pada pembahasan ini, diidentifikasi dari butir soal UN yang memiliki daya serap rendah secara nasional. Mungkin saja soal-soal UN yang dianggap berdaya serap rendah dalam unit 2 modul ini, tidak merupakan soal yang berdaya serap rendah di sekolah Anda. Bisa juga sebaliknya, soal-soal UN yang tidak berdaya serap rendah secara nasional menjadi soal-soal berdaya serap rendah di sekolah Anda. Hal ini sangat tergantung dari karakteristik siswa di sekolah Anda, tentu saja berbeda dengan siswa di sekolah lainnya. Soal-soal UN berdaya serap rendah dan pembahasannya yang disajikan dalam unit 3 modul ini diharapkan dapat menambah wawasan Anda tentang beberapa alternatif penyelesaian soal-soal UN yang dianggap berdaya serap rendah oleh sebagian besar siswa.

Butir Soal Berdaya Serap Rendah Dan Pembahasan

1. Saat ini dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat dan pengaruh budaya barat begitu yang berkarakter ia tetap mengenakan pakaian yang pantas sesuai aktivitas yang ia ikuti dan cepat masuk melalui internet. Banyak remaja yang mengikuti gaya berpakaian seksi meniru meng-anggap cara berpakaian masyarakat Barat sesuai dengan musim yang sedang terjadi disana.

Keunggulan sikap modernisasi dibandingkan dengan westernisasi pada ilustrasi tersebut artis luar negeri. Namun, tidak demikian dengan sikap dan perilaku Amel. Sebagai remaja adalah

A.

modernisasi dapat menempatkan diri sesuai dengan norma yang •berlaku, sedangkan westernisasi sesuai nilai-nilai pada masyarakat Barat

B.

modernisasi berorientasi terhadap masa kini dan masa lalu, sedangkan westernisasi hanya mengikuti tren yang sedang terjadi di Eropa saja

C.

modernisasi dapat menerima gagasan barn dan cara-cara baru, sedangkan westernisasi hanya menerima gagasan dan cara-cara yang sudah lama

D.

modernisasi berusaha mempertahankan nilai-nilai kenyamanan yang ada, sedangkan westernisasi berusaha terbuka untuk nilai-nilai yang barn

E.

modernisasi didasarkan oleh kepercayaan diri dalam berperilaku yang dilandasi oleh pemikiran rasional, sedangkan westernisasi hanya imitasi saja (UNKP 2018/2019) Kunci Jawaban: E

Dokumen terkait