• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diterbitkan oleh. Koordinator Pengembang Modul. Dra. Hastuti Mustikaningsih, M.A. Kepala Sub Direktorat Kurikulum, Direktorat Pembinaan SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diterbitkan oleh. Koordinator Pengembang Modul. Dra. Hastuti Mustikaningsih, M.A. Kepala Sub Direktorat Kurikulum, Direktorat Pembinaan SMA"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Jalan R.S. Fatmawati, Cipete, Jakarta 12410 Telepon: (021) 7694140, 75902679, Fax. 7696033 Laman: www.psma.kemdikbud.go.id Koordinator Pengembang Modul Dra. Hastuti Mustikaningsih, M.A. Kepala Sub Direktorat Kurikulum, Direktorat Pembinaan SMA Koordinator Pelaksana Dr. Junus Simangunsong, MT Kepala Seksi Penilaian, Sub Direktorat Kurikulum Direktorat Pembinaan SMA Penulis Modul Dr. Hj.Widiningsih, M.Pd. (SMAN 9 Bekasi) Drs. Agus Santosa (SMAN 3 Yogyakarta) Chairudin Saleh,M.Pd (SMAN 1 Cimalaka) Siska Retno D., S.Sos.,M.Sosio. (SMAN 1 Gedangan) Sri Uji Pratiwi, S.Sos., M.Pd (SMAN 8 Pontianak) Maryani, M.Pd (SMAN 2 Kota Bengkulu) Bernarde Ta Kustila, S.Pd. (SMAN 1 Samarinda) Noni Mona Asmi, S.Pd (SMAN 15 Jakarta) Mia Westina,S.Pd (SMAS Citra Nusa Bogor) Afri Novi Kurniawan, M.Pd (SMAN 2 Banguntapan Bantul) Penanggung Jawab Kegiatan Syamsudin, M.Pd Layout Oky Ade Setiawan, S.Pd

(3)

ii

Kata Pengantar

Keberhasilan sebuah SMA umumnya ditentukan oleh banyaknya peserta didik yang lulus Ujian Sekolah dan Ujian Nasional, serta banyaknya yang melanjutkan studi kependidikan tinggi. Lebih spesifik lagi keberhasilan dalam ujian, hanya melihat dari hasil Ujian Nasional sebuah sekolah. Ujian Sekolah seakan dipandang sebelah mata walaupun yang menjadi pertimbangan kelulusan dari sebuah SMA adalah hasil dari Ujian Sekolah. Masyarakat luas memandang bahwa hasil Ujian Nasional (UN) lebih objektif untuk menilai keberhasilan sebuah sekolah, karena pembuatan naskah soal dan koreksi tidak dilaksanakan oleh pihak sekolah tetapi oleh lembaga independen, dalam hal ini diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Walaupun UN tidak lagi sebagai penentu kelulusan, UN tidak kehilangan peran strategisnya sebagai pemetaan mutu pendidikan. Dengan demikian hasil UN sebuah sekolah menjadi sangat prestisius yang berdampak kepada nilai jual sekolah tersebut. Akibatnya upaya-upaya untuk meningkatkan hasil UN menjadi sangat penting untuk meningkatkan nilai jual sekolah di samping meningkatkan mutu pendidikan. Upaya untuk meningkatkan hasil UN bukan hanya menjadi tanggungjawab sekolah dan stake holdersnya tetapi juga menjadi program Direktorat Pembinaan SMA.

Hasil Ujian Nasional pada tahun 2019 menunjukkan bahwa Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) 2019 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hampir 98% SMA telah menggunakan moda Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), namun masih terdapat ribuan sekolah yang memiliki nilai mata pelajaran di bawah 55 atau di bawah kriteria minimal lulus ujian nasional. Memperhatikan kondisi tersebut Direktorat Pembinaan SMA melakukan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) kepada guru-guru mata pelajaran yang diujikan secara nasional dari sejumlah SMA. Bimtek ini bertujuan agar nilai UN pada tahun mendatang meningkat sebagaimana hasil bimtek Pasca EHB pada tahun-tahun sebelumnya. Di samping itu, setelah selesai Bimtek sekolah diharapkan dapat menerapkan strategi pembelajaran yang mengarah pada berpikir tingkat tinggi.

Modul ini disusun untuk digunakan sebagai salah satu pedoman dalam kegiatan Bimtek Pembinaan Pasca EHB. Di samping itu modul ini diharapkan dapat digunakan juga oleh guru-guru lain yang tidak berkesempatan untuk mengikuti Bimtek. Jakarta, September 2019 Direktur Pembinaan SMA, Drs. Purwadi Sutanto, M.Si NIP. 196104041985031003

(4)

iii

Daftar Isi

Kata Pengantar Daftar Isi ii iii Pendahuluan 1 A. Latar Belakang 1 B. Bahan Bacaan 2 C. Tujuan D. Hasil yang Diharapkan 2 2 Unit 1 Analisis Materi Daya Serap Rendah 3 A. Uraian Singkat Materi B. Penugasan C. Refleksi 3 39 39 Unit 2 Soal UN dengan Materi Daya Serap Rendah dan Pembahasannya 40 A. Uraian Singkat Materi B. Penugasan C. Refleksi 40 48 48 Unit 3 Strategi Penyajian Materi Daya Serap Rendah 49 A. Uraian Singkat Materi B. Penugasan C. Refleksi 49 55 55 Lembar Kerja 1 Lembar Kerja 2 Lembar Kerja 3 57 61 64 Daftar Pustaka 67

(5)

1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Perubahan komposisi kemampuan berpikir tingkat tinggi pada Keterampilan Abad 21 sebagai konsekuensi perubahan tuntutan standar-standar pendidikan yang menghendaki lulusan yang kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Berdasarkan kebutuhan lulusan ini, diterbitkanlah standar kompetensi lulusan (SKL) yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016. Selanjutnya standar kompetensi lulusan tersebut dipergunakan sebagai dasar menentukan isi kurikulum dan mata pelajaran yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi. Mengacu pada Standar Isi tersebut ditetapkan langkah-langkah pembelajaran yang tepat dalam rangka mencapai kompetensi yang dibutuhkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Dalam rangka memastikan proses tersebut mencapai kompetensi yang diharapkan diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian, Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu bentuk penilaian hasil belajar terhadap peserta didik oleh pemerintah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Walaupun UN tidak lagi sebagai penentu kelulusan, UN tidak kehilangan peran strategisnya yaitu (1) sebagai pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; (2) sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam rangka peningkatan mutu; (3) sebagai bahan pertimbangan dalam melanjutkan pendidikan. Atas dasar tuntutan penilaian terhadap ketercapaian kebutuhan kompetensi inilah, soal-soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills, HOTS) dimasukkan dalam soal Ujian Nasional (UN).

Hasil Ujian Nasional pada tahun 2019 menunjukkan bahwa Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) 2019 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena hampir 98% SMA telah menggunakan moda Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Namun seperti pada https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasilun/, dimana masih terdapat 11.188 sekolah yang memiliki nilai di bawah 55 atau di bawah kriteria minimal lulus ujian nasional. Salah satu penyebabnya adalah peningkatan proporsi soal-soal berpikir tingkat tinggi, yaitu menjadi sepuluh sampai dengan dua puluh persen.

Berdasarkan hasil UN SMA tahun 2019 di atas, Direktorat Pembinaan SMA memprogramkan Bimbingan Teknis Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) kepada guru dari SMA dengan hasil UN kategori kurang atau nilai mata pelajaran yang diujikan di bawah 55. Mata pelajaran yang menjadi sasaran Bimtek Pembinaan Pasca EHB meliputi: 1) Bahasa Indonesia, 2) Bahasa Inggris, 3) Matematika, 4) Fisika, 5) Kimia, 6) Biologi, 7) Ekonomi, 8) Geografi, 9) Sosiologi, dan 10) Antropologi. Oleh karena itu, agar bimtek ini berjalan dengan lancar maka disusun lah modul Pasca EHB sebagai pedoman kegiatan bimtek untuk semua mata pelajaran.

(6)

2

Materi dalam modul ini difokuskan pada materi-materi yang memiliki daya serap rendah dan yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Materi tersebut disusun sesuai kebutuhan evaluasi pasca EHB yang meliputi: (1) Unit 1, Analisis Materi-Materi Daya Serap Rendah; (2) Unit 2, Soal-soal UN Daya Serap Rendah dan Pembahasannya; (3) Unit 3, Strategi Pembelajaran dalam Berpikir Tingkat Tinggi. Secara umum setiap modul berisi uraian singkat materi, fokus unit, penugasan, dan refleksi. B. Bahan Bacaan Materi-materi terkait untuk memperkaya wawasan agar kegiatan Bimtek Pembinaan Pasca EHB dapat berjalan dengan lancar adalah sebagai berikut: 1. Implementasi Higher Order Thinking Skills dalam Pembelajaran dan Penilaian; 2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang terkait dengan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian; 3. Panduan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Pemerintah; 4. Panduan Pengembangan Kisi-kisi dan Butir Soal; 5. Hasil Ujian Nasional SMA Tahun 2019 (https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasilun/). C. Tujuan Bimbingan Teknis Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) bertujuan:

1. Mengembangkan kemampuan guru dalam mendiagnosis materi-materi daya serap rendah.

2. Mengembangkan kemampuan guru dalam menyelesaikan soal-soal khususnya soal berpikir tingkat tinggi

3. Mengembangkan keterampilan guru dalam menyajikan materi-materi berpikir tingkat tinggi pada pembelajaran di kelas agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik. D. Hasil Yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari penyelenggaraan Bimtek Pembinaan Pasca EHB adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya kemampuan guru dalam mendiagnosis materi-materi daya serap rendah.

2. Meningkatnya kemampuan guru dalam menyelesaikan soal-soal khususnya soal berpikir tingkat tinggi.

3. Meningkatnya keterampilan guru dalam menyajikan materi-materi yang menuntut berpikir tingkat tinggi pada pembelajaran di kelas agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik.

(7)

3

Unit 1

Analisis Materi-Materi Berdaya Serap Rendah

A.

Uraian Singkat Materi Analisis hasil UN yang diterbitkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Balitbang Kemdikbud, menunjukkan bahwa daya serap soal UN setiap tahun berubah-ubah sesuai dengan tingkat kesulitan soal UN pada tahun itu. Pada beberapa materi hampir setiap UN, daya serapnya selalu rendah (kurang dari 50%). Contohnya beberapa pokok bahasan pada mata pelajaran Sosiologi yang sering kali mendapatkan daya serap rendah adalah sebagai berikut. 1. Sejarah Perkembangan Sosiologi

Pemikiran tentang manusia, hubungan antar-manusia hingga masyarakat sejatinya sudah dimulai sejak masa filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles dan Socrates. Namun pemikiran-pemikiran tersebut belumlah diakui sebagai sebuah ilmu tersendiri mengingat ada pandangan bahwa mempelajari masyarakat adalah sesuatu yang tidak dimungkinkan, karena manusia bukanlah variabel yang pasti dan terukur sebagaimana objek dari ilmu eksakta. Hal tersebut menyebabkan selama berabad-abad pemikiran tentang masyarakat hanya dikaitkan dengan filsafat dan teologi.

Auguste Comte (1798-1853) dalam bukunya “Course de Positive Philosophy” adalah tokoh yang pertama kali memproklamirkan pemikiran tentang masyarakat sebagai sebuah ilmu yang bernama “Sosiologi”. Ia menunjukkan bahwa masyarakat dapat dipelajari sebagaimana objek eksakta, dengan mengukur dan mempertimbangkan generalisasi atau kecenderungan perilaku masyarakat yang nyatanya memiliki kesamaan tertentu, yang dapat diukur secara logis dan rasional. Pemikiran Comte tersebut kerap disebut sebagai “positivisme”.

Dalam perjalanannya kemudian sosiologi mengalami perkembangan, terutama sejak bergolaknya masa revolusi industri di Inggris. Banyak pemikiran sosiologi yang muncul dari para ahli menanggapi perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian dikelompokkan menjadi tiga (3) mazhab besar yang menjadi pondasi utama dalam ilmu sosiologi, yaitu mazhab organisme sosial yang dipelopori Emile Durkheim, mazhab konflik yang dicetuskan Karl Marx serta mazhab tindakan sosial yang diangkat oleh Max Weber. Ketiga tokoh inilah yang seringkali disebut sebagai “nabi-nabi” sosiologi atau “the three prophets of sociology”.

Mazhab-mazhab utama tersebut kemudian diperkaya serta dikembangkan oleh banyak tokoh generasi selanjutnya, dan secara umum dapat dibagi menjadi sosiologi makro (perspektif sosiologi yang melihat dari masyarakat secara luas) dan sosiologi mikro (perspektif sosiologi yang melihat dari interaksi sosial secara spesifik), sebagaimana terlihat di dalam skema berikut ini :

(8)

4 2. Ilmu Sosiologi (objek kajian, ciri-ciri dan fungsi ilmu sosiologi) a. Objek Kajian Sosiologi

Objek kajian sosiologi sebagaimana kedudukannya sebagai ilmu sosial adalah masyarakat dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia tersebut dalam masyarakat. Dengan demikian, sosiologi pada dasarnya mempelajari masyarakat dan fokusnya secara khusus adalah interaksi sosial. Dengan kata lain yang menjadi kajian sosiologi adalah sebagai berikut: • Hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia lainnya. • Hubungan antara individu dengan kelompok. • Hubungan antara kelompok satu dengan kelompok lain. • Sifat-sifat dari kelompok-kelompok sosial yang bermacam-macam coraknya. Secara umum objek sosiologi dikelompokkan menjadi dua (2) yakni objek material dan objek formal. Objek material sosiologi adalah unsur-unsur yang terdapat di dalam masyarakat (pranata sosial, nilai dan norma, kelompok sosial dsb), sedangkan objek formal sosiologi adalah hubungan yang terjalin di antara unsur-unsur tersebut.

(9)

5

Sementara ruang lingkup sosiologi mencakup pengetahuan dasar pengkajian kemasyarakatan yang meliputi:

v Kedudukan dan peran sosial individu dalam keluarga, kelompok sosial, dan masyarakat.

v Nilai-nilai dan norma-norma sosial yang mendasari atau memengaruhi sikap dan perilaku anggota masyarakat dalam melakukan hubungan sosial.

v Masyarakat dan kebudayaan daerah sebagai submasyarakat serta kebudayaan nasional Indonesia. v Perubahan sosial budaya yang terus-menerus berlangsung yang disebabkan oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. v Masalah-masalah sosial budaya yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. b. Ciri-ciri Ilmu Sosiologi

Sosiologi memiliki karakteristik sebagai ilmu yang bersifat khusus sebagaimana disebutkan oleh Harry M. Johnson dalam bukunya Sociology A Systematic Introduction (1967) yang menjelaskan:

ü Sosiologi bersifat empiris, artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi (pengamatan) terhadap keyakinan dan akal sehat, serta hasilnya tidak bersifat spekulatif, melainkan objektif.

ü Sosiologi bersifat teoritis, artinya ilmu pengetahuan itu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan antarhubungan dan sebab akibat, sehingga menjadi teori.

ü Sosiologi bersifat komulatif, artinya teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori-teori yang sudah ada. Jadi sosiologi memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori-teori yang sudah ada itu.

ü Sosiologi bersifat non-etis, artinya yang menjadi inti persoalan dalam sosiologi bukanlah baik buruknya suatu fakta, melainkan tujuan yang hendak dicapai dengan menjelaskan fakta tersebut. Intinya adalah memahami bukan menghakimi.

c. Fungsi Sosiologi

Sosiologi sebagai cabang ilmu pengetahuan tentu memiliki banyak kegunaan atau manfaat bagi berbagai aspek kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Berikut beberapa fungsi dari keilmuan sosiologi dalam berbagai aspek: ¡ Fungsi dalam Perencanaan Sosial Dalam perencanaan sosial pada tataran aplikasinya merupakan upaya melakukan persiapan dalam menghadapi masa depan yang dilakukan oleh tiap-tiap individu yang ada pada masyarakat. Perencanaan sosial memiliki tujuan yakni mengatasi spekulasi munculnya problematika pada saat terjadinya masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat. Perencanaan sosial memiliki sifat antisipatif, yang bertujuan sebagai pencegahan sebelum terjadinya masalah-masalah sosial.

(10)

6

Berikut merupakan beberapa hal mengenai fungsi Sosiologi dalam hal perencanaan sosial.

1) Perencanaan sosial ialah sebuah sistem yang dapat mengidentifikasi sebuah perubahan yang setiap saat dapat terjadi pada masyarakat. 2) Perencanaan dibuat dengan dasar realita yang ada atau secara faktual. 3) Perencanaan sosial dipergunakan sebagai antisipatif berbagai macam masalah yang muncul dalam masyarakat. ¡ Fungsi Sosiologi dalam Penelitian

Penelitian adalah sebuah upaya untuk melakukan peningkatan ilmu. Dalam keilmuan sosiologi, penelitian bermanfaat untuk mendeskripsikan tentang kehidupan bermasyarakat. Aktivitas penelitian dalam keilmuan sosiologi menelaah beberapa gejala yang sering muncul dalam kehidupan masyarakat. Melalui data yang diperoleh dari hasil penelitian sosiologis, peneliti dapat membuat susunan rencana penyelesaian terhadap sebuah masalah. Berikut beberapa fungsi sosiologi dalam aktivitas penelitian sosial:

1) Sosiologi sangat berguna untuk pertimbangan mengenai berbagai gejala sosial yang mungkin saja muncul dalam kehidupan masyarakat.

2) Sosiologi bermanfaat untuk melakukan telaah tentang pola perilaku masyarakat.

3) Sosiologi bermanfaat sebgaai fungsi antisipatif terhadap kemungkinan masalah-masalah sosial yang akan terjadi.

4) Sosiologi berguna untuk memperhatikan dinamika perilaku masyarakat. 5) Sosiologi berguna untuk memahami berbagai istilah dalam objek penelitian

seperti simbol dan kode.

¡ Fungsi Sosiologi dalam Pembangunan

Sosiologi berguna untuk memberikan data sosial yang diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembangunan. Pada tahap perencanaan, yang harus diperhatikan adalah apa yang menjadi kebutuhan sosial. Pada tahap pelaksanaan yang harus dilihat adalah kekuatan sosial dalam masyarakat serta proses perubahan sosialnya. Dan pada tahap penilaian yang harus dilakukan adalah analisis terhadap efek atau dampak sosial pembangunan tersebut. Secara rinci diuraikan sebagai berikut:

1) Tahapan Perencanaan. Dalam rangka identifikasi keterbutuhan masyarakat, hal yang dibutuhkan ialah data yang lengkap meliputi pola interaksi sosial, kelompok sosial, dan lembaga sosial.

2) Tahapan pelaksanaan. Pada tahapan ini perlu diadakan pengawasan terhadap pelaksanaan yang berkaitan dengan dinamika perubahan sosial serta kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.

3) Tahap Evaluasi. Tahapan ini ialah melakukan analisis terhadap dampak sosial pembangunan.

(11)

7 ¡ Fungsi Sosiologi dalam Pemecahan Masalah Sosial

Masalah sosial yang terjadi pada masyarakat berhubungan dengan nilai serta lembaga sosial masyarakat. Segala sesuatu yang dapat mensabotase kerukunan serta keharmonisan dalam masyarakat, maka itulah yang disebut masalah sosial. Bentuk dari permasalahan sosial meliputi kesenjangan sosial, masalah kependudukan, kenakalan remaja, masalah lingkungan, dan kemiskinan. Oleh karenanya dibutuhkan solusi alternatif guna menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi. Metode pemecahan masalah sosial terbagi atas tiga macam yakni: 1) Metode Antisipatif (pencegahan masalah) 2) Metode Represif (perlakuan yang yang dilakukan setelah terjadi masalah) 3) Metode Restitusif (pemberian reward and punishment) 3. Keteraturan Sosial

Materi ini memerlukan penguasaan konsep secara mendalam untuk memperkuat perbedaan antara unsur-unsur dalam proses terciptanya keteraturan sosial, yaitu tertib sosial, order, keajegan, dan pola. Secara sepintas siswa akan kekesulitan untuk membedakan konsep-konsep tersebut, karena definisinya sangat simpel. Oleh sebab itu perlu adanya contoh dalam kehidupan sosial terkait dengan aplikasi konsep-konsep tersebut. Apabila seorang guru hanya berpegang pada satu buku, maka konsep tersebut sulit membedakannya. Selain itu hampir di setiap buku teks SMA untuk mata pelajaran Sosiologi contoh tentang konsep dari unsur keteraturan sangat minim. Guru harus mampu mengeksplorasi dan mengelaborasi konsep tersebut dilengkapi dengan contoh-contoh dalam kehidupan masyarakat untuk mengantarkan siswa pada pemahaman materi pelajaran secara baik.

Keteraturan sosial adalah suatu keadaan di mana hubungan-hubungan sosial yang berlangsung di antara anggota masyarakat berlangsung selaras, serasi, dan harmonis sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Suasana masyarakat yang teratur menunjukkan bahwa setiap orang melakukan tugas dan kewajibannya sesuai dengan aturan yang berlaku. Demi terciptanya keteraturan sosial diperlukan tiga persyaratan yang mendasar, yaitu pertama adanya kesadaran warga masyarakat akan pentingnya menciptakan keteraturan. Kedua adanya norma sosial yang sesuai dengan kebutuhan serta peradaban manusia. Ketiga adanya aparat penegak hukum yang konsisten dalam menjalankan tugas dan fungsi dari kewenangannya.

Ada empat konsep dasar yang harus dipahami terkait dengan proses terciptanya keteraturan sosial:

(12)

8 a. Tertib sosial

Tertib sosial ialah keadaan suatu masyarakat dengan kehidupannya yang teratur, dinamis, sebagai hasil dari hubungan sosial yang harmonis dan selaras dengan norma dan nilai sosial dalam interaksi masyarakat. Tertib sosial ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1) Individu atau kelompok bertindak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku. 2) Adanya lembaga-lembaga sosial yang saling mendukung. 3) Adanya sistem norma dan nilai-nilai sosial yang diakui dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. 4) Adanya kerjasama yang harmonis dan menyenangkan. b. Order Order ialah sistem norma dan nilai sosial yang berkembang, diakui, dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat. Contoh dari order adalah norma dan nilai tentang kerja bakti atau dikenal dengan gotong royong, tepo seliro atau dikenal dengan toleransi, peraturan berlalu lintas, tata tertib sekolah. c. Keajegan

Adalah kondisi sosial yang tetap dan relatif tidak berubah sebagai hasil hubungan selaras antara tindakan, norma, dan nilai dalam interaksi sosial. Keajegan merupakan segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan dikerjakan selalu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Aktivitas itu telah dilakukan dalam waktu terus-menerus, dipertahankan, dan diyakini kebenarannya. Artinya keajegan merupakan proses pelaksanaan order yang terus-menerus dijalankan di masyarakat. Keajegan dapat dikatakan sebagai kebiasaan yang sudah dilembagakan, sebagai contoh kegiatan pembelajaran siswa di sekolah yang disertai dengan kedisiplinan dan ketaatan siswa terhadap peraturan sekolah. Atau setiap hari Jumat siswa di sekolah X melakukan kegiatan kebersihan secara bersama-sama dan tanpa perlu dikomando untuk melakukan kegiatan tersebut.

d. Pola

Pola artinya gambaran atau corak hubungan sosial yang tetap dalam keajegan telah menjadi pola yang diikuti masyarakat ketika melakukan interaksi sosial. Pola juga merupakan bentuk umum dari suatu interaksi dalam masyarakat yang menjadi contoh bagi anggota masyarakat lainnya.

(13)

9 4. Interaksi Sosial

Materi ini pada dasarnya tidak terlalu sulit, hanya ada beberapa konsep yang umumnya belum familiar bagi siswa, seperti konsep asosiatif dan disosiatif serta faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial. Oleh karena itu guru perlu memastikan bahwa konsep tersebut dipahami dengan benar oleh siswa. Penyampaian materi sosiologi tidak bisa hanya mengandalkan penjelasan saja, tetapi yang lebih penting adalah memberikan contoh-contoh nyata yang dapat membuat siswa lebih memahami maksud dari konsep-konsep yang mereka pelajari. Materi interaksi sosial dalam konteks ini difokuskan pada sifat interaksi sosial dan faktor yang mempengaruhi interaksi sosial. a. Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

Dalam buku-buku pelajaran sosiologi SMA, faktor-faktor ini kadang disebut sebagai faktor yang mendasari interaksi sosial. Ada juga yang menyebutnya sebagai faktor-faktor yang mendorong interaksi sosial. Faktor-faktor yang dimaksud adalah:

§ Imitasi

Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari dilakukan oleh seseorang. Imitasi pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga. Misalnya, seorang anak sering meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya seperti cara berbicara dan berpakaian. Namun, imitasi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya terutama lingkungan di sekolah. Karena seseorang (terutama saat seseorang menginjak usia remaja) cenderung lebih sering di sekolah dan bersosialisasi dengan temannya dengan berbagai macam kebiasaan.

§ Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena identifikasi dilakukan oleh seseorang secara sadar.

Contoh identifikasi: seorang pengagum berat artis terkenal, ia sering mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya dengan meniru model rambut, model pakaian, atau gaya perilakunya dan menganggap dirinya sama dengan artis tersebut.

(14)

10 § Sugesti

Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang yang berwibawa, mempunyai pengaruh besar, atau terkenal dalam masyarakat. Contoh sugesti salah satunya adalah obat yang harganya mahal yang merupakan produk impor dianggap pasti manjur menyembuhkan penyakit. Anggapan tersebut merupakan sugesti yang muncul akibat harga obat yang mahal dan embel-embel produk luar negeri.

§ Simpati

Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang lain. Perasaan simpati bisa juga disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Contoh simpati adalah pada peringatan ulang tahun, pada saat lulus ujian, atau pada saat mencapai suatu prestasi.

§ Empati

Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara efektif dari seseorang atau orang lain dalam kondisi yang sebenar-benarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut seperti rasa senang, sakit, susah, dan bahagia. Empati hampir mirip dengan sikap simpati. Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional. Contoh empati adalah saat kita turut merasakan empati terhadap masyarakat Yogyakarta yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.

§ Motivasi

Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan individu kepada individu lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. Contoh motivasi adalah guru yang memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa tersebut semakin giat belajar.

b. Bentuk Interaksi Sosial

Hubungan yang terjadi antar warga masyarakat berlangsung sepanjang waktu. Rentang waktu yang panjang serta banyaknya warga yang terlibat dalam hubungan antar warga melahirkan berbagai bentuk interaksi sosial. Di mana pun dan kapan pun kehidupan sosial selalu diwarnai oleh dua kecenderungan yang saling bertolak belakang. Di satu sisi manusia berinteraksi untuk saling bekerja sama, menghargai, menghormati, hidup rukun, dan bergotong royong. Di sisi lain, manusia berinteraksi dalam bentuk pertikaian, peperangan, tidak adanya rasa saling memiliki, dan lain-lain.

(15)

11

Dengan demikian interaksi sosial mempunyai dua bentuk, yakni interaksi sosial yang mengarah pada bentuk penyatuan (proses asosiatif) dan mengarah pada bentuk pemisahan (proses disosiatif).

§ Proses Asosiatif

Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, antara lain sebagai berikut.

1) Kerja Sama (Cooperation)

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.

Ada beberapa bentuk interaksi sosial yang berupa kerja sama, yaitu:

(a) Bargaining adalah pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih.

(b) Cooptation (kooptasi) adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.

(c) Coalition (koalisi) adalah kerja sama yang dilaksanakan oleh dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut mungkin mempunyai struktur yang berbeda satu sama lain.

(d) Joint venture adalah kerja sama dengan pengusaha proyek tertentu untuk menghasilkan keuntungan yang akan dibagi menurut proporsi tertentu. Joint venture jika diterjemahkan akan menjadi ‘usaha patungan’.

2) Akomodasi (Accomodation)

Akomodasi adalah suatu proses di mana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Bentuk-bentuk akomodasi adalah sebagai berikut:

(16)

12

(a) Tolerant participation (toleransi) adalah suatu watak seseorang atau kelompok untuk sedapat mungkin menghindari perselisihan. Individu semacam itu disebut tolerant.

(b) Compromise (kompromi) adalah suatu bentuk akomodasi dimana masing-masing pihak mengerti pihak lain sehingga pihak-pihak yang bersangkutan mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaiannya terhadap perselisihan. Kompromi dapat pula disebut perundingan.

(c) Coercion (koersi) adalah bentuk akomodasi yang proses pelaksanaannya menggunakan paksaan. Pemaksaan terjadi bila satu pihak menduduki posisi kuat, sedangkan pihak lain dalam posisi lemah.

(d) Arbitration adalah proses akomodasi yang proses pelaksanaannya menggunakan pihak ketiga dengan kedudukan yang lebih tinggi dari kedua belah pihak yang bertentangan. Penentuan pihak ketiga harus disepakati oleh dua pihak yang berkonflik. Keputusan pihak ketiga ini bersifat mengikat.

(e) Mediasi adalah menggunakan pihak ketiga yang netral untuk menyelesaikan kedua belah pihak yang bertikai. Berbeda dengan arbitration, keputusan pihak ketiga ini bersifat tidak mengikat.

(f) Concilation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan yang berselisih agar tercapai persetujuan bersama. Biasanya dilakukan melalui perundingan.

(g) Ajudication adalah penyelesaian perkara melalui pengadilan. Pada umumnya cara ini ditempuh sebagai alternatif terakhir dalam penyelesaian konflik.

(h) Stalemate adalah suatu akomodasi semacam balance of power (politik keseimbangan) sehingga kedua belah pihak yang berselisih sampai pada titik kekuatan yang seimbang. Posisi itu sama dengan zero option (titik nol) yang sama-sama mengurangi kekuatan serendah mungkin. Dua belah pihak yang bertentangan tidak dapat lagi maju atau mundur.

(i) Segregasi adalah upaya saling memisahkan diri atau saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka mengurangi ketegangan.

(j) Ceasefire atau gencatan senjata adalah penangguhan permusuhan atau peperangan dalam jangka waktu tertentu. Masa penangguhan digunakan untuk mencari upaya penyelesaian konflik di antara pihak-pihak yang bertikai.

3) Akulturasi (Acculturation)

Akulturasi adalah suatu proses yang timbul apabila suatu kelompok manusia dan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

(17)

13

Biasanya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan dan peralatan yang sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat seperti komputer, handphone, mobil, dan lain-lain. Sedangkan kebudayaan asing yang sulit diterima adalah unsur kebudayaan yang menyangkut ideologi, keyakinan, atau nilai tertentu yang menyangkut prinsip hidup seperti paham komunisme, kapitalisme, liberalisme, dan lain-lain.

4) Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi

adalah bentuk yang lebih sempurna dari akulturasi. Pertemuan antara dua atau lebih kebudayaan yang menghasilkan pembauran atau peleburan sehingga menghasilkan kebudayaan yang benar-benar baru. Contoh asimilasi antar dua kelompok masyarakat adalah upaya untuk membaurkan etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi. Secara sederhana akulturasi dan asimilasi dapat dilihat pada skema berikut ini: AKULTURASI ASIMILASI

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya akulturasi dan asimilasi antara lain adalah: Ø Toleransi antar kebudayaan Ø Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi Ø Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya Ø Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat Ø Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan Ø Perkawinan campuran (amalgamation) Ø Adanya musuh bersama dari luar

Selain beberapa faktor yang mempermudah, ada pula faktor-faktor yang menghambat akulturasi dan asimilasi:

Ø Adanya isolasi kebudayaan dari salah satu kebudayaan kelompok

Ø Minimnya pengetahuan dari salah satu kebudayaan kelompok atas kebudayaan kelompok lain Ø Ketakutan atas kekuatan kebudayaan kelompok lain Ø Perasaan superioritas atas kebudayaan kelompok tertentu Ø Adanya perbedaan ciri-ciri badaniah Ø Adanya perasaan in-group yang kuat Ø Adanya diskriminasi Ø Adanya perbedaan kepentingan antar kelompok

(18)

14 § Proses Disosiatif

Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan sebuah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif, antara lain sebagai berikut: 1) Persaingan (Competition) Persaingan adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya saling berlomba atau bersaing antar individu atau antar kelompok tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan untuk mengejar suatu nilai tertentu supaya lebih maju, lebih baik, atau lebih kuat. Contoh persaingan adalah saat siswa bersaing untuk mendapatkan peringkat pertama atau pada saat berlangsungnya suatu pertandingan.

2) Kontravensi (Contravention)

Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan konflik. Bentuk kontravensi ada 5 yaitu:

§ Kontravensi yang bersifat umum. Seperti penolakan, keengganan, gangguan terhadap pihak lain, pengacauan rencana pihak lain, dan perbuatan kekerasan.

§ Kontravensi yang bersifat sederhana. Seperti memaki-maki, menyangkal pihak lain, mencerca, memfitnah, dan menyebarkan surat selebaran. § Kontravensi yang bersifat intensif. Seperti penghasutan, penyebaran desas-desus, dan mengecewakan pihak lain. § Kontravensi yang bersifat rahasia. Seperti mengumumkan rahasia pihak lain dan berkhianat. § Kontravensi yang bersifat taktis. Seperti intimidasi, provokasi, mengejutkan pihak lawan, dan mengganggu atau membingungkan pihak lawan. 3) Konflik (Conflict)

Konflik adalah suatu proses sosial di mana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Faktor-faktor penyebab terjadinya konflik adalah:

§ Adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. § Berprasangka buruk kepada pihak lain. § Individu kurang bisa mengendalikan emosi. § Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok. § Persaingan yang sangat tajam sehingga kontrol sosial kurang berfungsi.

(19)

15 5. Stratifikasi dan Mobilitas Sosial

Konsep stratifikasi sosial dan mobilitas sosial sesungguhnya saling berkaitan satu sama lain, namun memang terkadang dalam pembelajaran diberikan secara parsial. Sehingga kemudian untuk lebih mudah dikuasai oleh siswa, guru perlu menekankan kaitan langsung dan aplikatif antara kedua konsep tersebut.

Stratifikasi sosial adalah pembedaan/penggolongan masyarakat secara vertikal, atas-bawah, dimana di dalamnya terkandung unsur ketidaksetaraan, yang berada di lapisan atas memiliki derajat status sosial lebih tinggi daripada yang berada di lapisan bawah. Stratifikasi bisa terjadi karena ada sesuatu yang berharga di dalam masyarakat, sehingga mereka yang memiliki lebih banyak sesuatu yang berharga itu, akan memiliki status sosial lebih tinggi, atau menempati kedudukan yang lebih tinggi di masyarakat.

Sesuatu yang berharga itulah yang disebut sebagai ukuran atau kriteria stratifikasi sosial, yakni: • Kekayaan atau ekonomi • Kehormatan dan wewenang • Keturunan • Ilmu pengetahuan

Ketika seseorang memiliki apa yang berharga di masyarakat tersebut lebih dari yang lain, maka ia akan memperoleh status sosial, yakni sesuatu yang melekat pada individu secara sosial, diberikan oleh masyarakat, yang menunjukkan kedudukan, derajat dan posisi individu di dalam stratifikasi sosial. Status sosial ini terbagi dalam beberapa jenis:

• Ascribed status, yakni status yang diperoleh seseorang dari keturunan, tanpa seseorang harus bekerja keras, dan melekat sejak lahir. Ex: status sebagai keturunan Raja, bangsawan, anak menteri dsb.

• Achieved status, yakni status yang diperoleh seseorang melalui prestasi, hasil usaha dan kerja keras. Ex: status profesor diperoleh seseorang setelah memperoleh prestasi, status konglomerat diperoleh seseorang setelah berhasil dalam usahanya dsb.

• Assigned status, yakni status yang diperoleh seseorang setelah ia dianggap berjasa bagi masyarakat, atau bangsa dan Negara. Ex: status pahlawan nasional, penghargaan kalpataru dsb.

Stratifikasi sosial sendiri yang ada dalam masyarakat secara umum terbagi dalam tiga (3) bentuk, yakni: v Stratifikasi sosial terbuka, yakni stratifikasi sosial di dalam suatu masyarakat yang memungkinkan terjadi perpindahan status sosial. Ex: seorang pengamen menjadi artis, hal ini dapat terjadi dalam stratifikasi terbuka.

(20)

16 v Stratifikasi sosial tertutup, yakni stratifikasi sosial di dalam suatu masyarakat yang tidak memungkinkan terjadi perpindahan status sosial. Ex: sistem kasta di India dan Bali. v Stratifikasi sosial campuran, yakni stratifikasi sosial di dalam suatu masyarakat yang memungkinkan terjadi perpindahan status sosial dalam lingkup tertentu, sementara dalam lingkup yang lebih besar tidak dapat terjadi perpindahan status, atau sebaliknya. Ex: seorang anak abdi dalem keraton menjadi dosen, di mata masyarakat ia adalah orang dengan status sosial tinggi, sementara di keraton status sosialnya tetap sebagai abdi dalem.

Pergerakan di dalam struktur stratifikasi tersebut adalah apa yang sering disebut sebagai gerak sosial atau mobilitas sosial. Mobilitas sosial adalah proses perpindahan posisi atau status sosial yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang di dalam struktur sosial masyarakat. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah status sosial. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah status sosial lebih kecil. Mobilitas sosial memiliki beberapa bentuk. Berdasarkan arah gerakan, dibedakan antara mobilitas sosial horizontal dengan mobilitas sosial vertikal. v Mobilitas sosial horizontal

Mobilitas horizontal merupakan peralihan status sosial individu dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.

v Mobilitas sosial vertikal

Mobilitas sosial vertikal adalah peralihan status sosial individu dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).

Berdasarkan generasi yang mengalami perpindahan status, mobilitas sosial dibedakan menjadi mobilitas sosial antargenerasi dan mobilitas sosial intragenerasi.

(21)

17 v Mobilitas antargenerasi

Secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya.

v Mobilitas sosial intragenerasi

Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi. 6. Masyarakat Multikultural, Integrasi, dan Konflik Sosial v Masyarakat multikultural Konsep tentang masyarakat multikultural sering tumpang tindih dengan masyarakat majemuk. Oleh karena itu guru perlu memahami benar perbedaan konsep antara masyarakat multikultural dengan masyarakat majemuk. Pada intinya masyarakat multikultural sebagai masyarakat yang mengedepankan kesederajatan di antara kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan budaya yang ada dan menghindari terjadinya primordialisme (sentimen atau loyalitas terhadap hal-hal yang melekat sejak lahir seperti etnis, suku dsb) serta diskriminasi. Dalam multikulturalisme ditekankan tentang perbedaan dalam kesetaraan (diversity and equality). Sedangkan masyarakat majemuk (plural society) merupakan suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam kesatuan politik, sehingga dalam masyarakat majemuk masih memunculkan lahirnya primordialisme dan diskriminasi karena pandangan atas budayanya sendiri yang masih kuat.

Ciri-ciri masyarakat multikultural:

o Pengakuan terhadap berbagai perbedaan dan kompleksitas kehidupan dalam masyarakat.

o Perlakuan yang sama terhadap berbagai komunitas dan budaya, baik yang mayoritas maupun minoritas.

o Kesederajatan kedudukan dalam berbagai keanekaragaman dan perbedaan, baik secara individu ataupun kelompok serta budaya.

o Penghargaan yang tinggi terhadap hak-hak asasi manusia dan saling menghormati dalam perbedaan.

o Unsur kebersamaan, kerja sama, dan hidup berdampingan secara damai dalam perbedaan.

(22)

18

Sementara karakteristik masyarakat majemuk menurut Pierre L. Van den Berghe adalah sebagai berikut.

o Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali memiliki sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain.

o Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non–komplementer.

o Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar.

o Secara relatif sering mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

o Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan didalam bidang ekonomi.

o Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lainnya.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat secara jelas perbedaan konsep antara masyarakat multikultural dengan masyarakat majemuk, khususnya terkait dengan ciri-cirinya atau karakteristiknya. Faktor penyebab masyarakat multikultural adalah: a. Kondisi geografis (isolasi geografis)

Kondisi geografis wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sarana dan prasarana transportasi antarpulau yang sangat minim pada masa lalu menyebabkan penduduk yang tinggal di suatu pulau tumbuh menjadi kesatuan sosial yang terisolasi dari kesatuan sosial lainnya. Dengan demikian tumbuhlah kesatuan-kesatuan suku bangsa yang memiliki budaya dan bahasa yang berbeda-beda. b. Iklim dan struktur tanah yang berbeda Keadaan, iklim, curah hujan, stuktur tanah, kesuburan tanah yang berbeda-beda juga menyebabkan munculnya berbagai budaya masyarakat. Masyarakat yang hidup di daerah pedalaman akan memiliki budaya yang berkaitan dengan corak pedalaman, sementara masyarakat yang hidup di daerah pesisir tentunya juga memiliki budaya yang terkait dengan daerah pesisir. Apakah hal tersebut terkait dengan mata pencaharian, kepercayaan, pola interaksi dan lain sebainya. c. Posisi silang Indonesia (perdagangan antar bangsa) Indonesia sebagai negara yang wilayahnya dikatakan sebagai posisi silang, yaitu antara benua Asia dan Australia dan antara samudra Hindia dengan Samudra Pasifik. Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai lalu lintas perdagangan dunia sejak zaman dahulu. Salah satu hal pasti tentang keanekaragaman akibat dari posisi silang tersebut adalah keberadaan agama yang berkembang di Indonesia. Tidak ada satupun agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia berasal dari

(23)

19

Indonesia, semua berasal dari luar dan agama tersebut masuk ke Indonesia memanfaatkan posisi silang Indonesia sebagai jalur perdagangan antar bangsa. Selain itu budaya Indonesia ada pengaruh dari luar seperti India dan Arab.

Keberadaan masyarakat multikultural dengan berbagai kelompok masyarakat di dalamnya tentu saja membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu. Konsekuensi-konsekuensi tertentu selaras dengan apa yang dikemukakan Peter M. Blau tentang bentuk struktur sosial masyarakat plural (majemuk). a. Interseksi (intersected social structure)

Interseksi merupakan persilangan atau pertemuan keanggotaan dalam suatu kelompok sosial dari berbagai unsur, baik berupa suku, agama, jenis kelamin, atau kelas sosial dalam suatu masyarakat majemuk. b. Konsolidasi (consolidated social structure)

Konsolidasi merupakan suatu proses penguatan atau peneguhan keanggotaan individu atau beberapa kelompok yang berbeda dalam suatu kelompok sosial melalui tumpang tindih keanggotaan. Jawa Batak Bugis Guru Contoh Interseksi Contoh Konsolidasi Jawa Batak Tionghoa Guru Pengacara Pedagang

(24)

20

v Integrasi Sosial

Berbagai konsekuensi dari multikulturalisme itu harus dimanfaatkan secara positif agar dapat mewujudkan harmoni serta integrasi sosial. Harmoni sosial adalah kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi dengan tujuan masyarakatnya. Harmoni sosial juga terjadi dalam masyarakat yang ditandai dengan solidaritas. Secara etimologis, solidaritas adalah kekompakan atau kesetiakawanan. Kata solidaritas menggambarkan keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang berdasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama. Harmoni sosial akan membawa integrasi sosial, sehingga keberadaan masyarakat multikultural justru akan menyatukan perbedaan di dalam satu kesatuan yang utuh. Integrasi sosial dalam masyarakat memiliki beberapa bentuk:

a) Integrasi Normatif

Integrasi normatif dapat diartikan sebagai bentuk integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam hal ini, norma merupakan hal yang mampu mempersatukan masyarakat.

b) Integrasi Fungsional

Integrasi fungsional terbentuk karena ada fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat. Sebuah integrasi dapat terbentuk dengan mengedepankan fungsi dari masing-masing pihak yang ada dalam sebuah masyarakat.

c) Integrasi koersif

Integrasi koersif terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa. Dalam hal ini penguasa menerapkan cara-cara koersif (kekerasan).

d) Integrasi Instrumental

Adalah integrasi yang tampak secara visual dari adanya ikatan-ikatan sosial diantara individu-individu didalam masyarakat. Adapun ciri-ciri integrasi instrumental ialah : 1) Adanya norma atau kepentingan tertentu sebagai pengikat atau instrumen. 2) Adanya keseragaman aktivitas keseharian. 3) Adanya keseragaman pakaian. 4) Adanya tujuan tertentu yang disesuaikan dengan kepentingan kelompok.

(25)

21 e) Integrasi Ideologis

Adalah suatu bentuk integrasi yang tidak terlihat atau nampak secara visual yang terbentuk dari ikatan spiritual atau ideologis yang kuat dan mendasar melalui proses alamiah tanpa adanya suatu paksaan dan ikatan. Interaksi ideologis ini menggambarkan adanya kesepahaman dalam nilai-nilai, persepsi, serta tujuan diantara orang-orang yang terikat menjadi satu kesatuan sosial.

Ciri-ciri integrasi ini ialah sebagai berikut :

1) Adanya persamaan nilai-nilai yang mendasar yang terbentuk atas kehendak sendiri dan bukan atas dasar adanya ikatan atau paksaan 2) Adanya persamaan persepsi, yakni suatu pandangan yang diilhami oleh nilai-nilai yang sama diantara anggota kelompok. 3) Adanya persamaan orientasi kerja diantara anggota kelompok. 4) Adanya tujuan yang sama yang mengacu pada prinsip-prinsip ideologis yang dianut. v Konflik Sosial Merujuk pada ciri-ciri masyarakat majemuk yang dikemukakan oleh Berghe, bahwa dalam masyarakat majemuk relatif sering terjadi konflik social karena ketidakmampuan membangun konsensus. Secara sosiologis konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan dan menjatuhkan pihak lain. Konflik sosial memiliki beberapa penyebab yang umum, yaitu: • Perbedaan individu • Perbedaan kepentingan • Perbedaan latar belakang kebudayaan • Perubahan nilai-nilai yang cepat dalam masyarakat Bentuk-bentuk yang umum dari konflik sosial di antaranya adalah:

• Konflik pribadi/individu, adalah konflik yang dilandasi perbedaan dan ketidakcocokan antar individu.

• Konflik rasial, adalah konflik yang dilandasi perbedaan warna kulit dan ciri-ciri fisik.

• Konflik politik, adalah konflik yang dilandasi perbedaan dan ketidakcocokan di dalam memperebutkan kekuasaan dlm masyarakat

• Konflik kepentingan, adalah konflik yang dilandasi perbedaan dan benturan kepentingan antar individu/kelompok.

• Konflik internasional, adalah konflik yang terjadi antar negara.

• Konflik antar-kelas sosial, adalah konflik yang terjadi di antara strata sosial di dalam masyarakat.

• Konflik vertikal, adalah konflik yang terjadi di dalam struktur kekuasaan dalam masyarakat antara pihak yang di atas dengan pihak yang di bawah.

(26)

22

• Konflik horisontal, adalah konflik yang terjadi antara pihak-pihak di dalam masyarakat yang memiliki derajat kekuasaan yang sama.

• Konflik ekonomi, adalah konflik yang dilandasi perebutan sumber daya ekonomi. • Konflik budaya, adalah konflik yang dilandasi perbedaan dan benturan antar

latar belakang kebudayaan yang berbeda.

• Konflik peranan, adalah konflik yang dilandasi benturan peranan dan tanggungjawab sosial yang dialami individu di dalam waktu yang sama.

Upaya meredakan atau menyelesaikan konflik dalam sosiologi disebut akomodasi. Terdapat bermacam-macam akomodasi, seperti toleransi, kompromi, mediasi, arbitrasi, ajudikasi, dan sebagainya, sebagaimana telah dijelaskan di materi tentang bentuk-bentuk interaksi sosial asosiatif.

v Resolusi Konflik

Dalam penyelesaian konflik diperlukan kemampuan atau keterampilan dalam bernegosiasi, berkompromi, dan melakukan berbagai bentuk akomodasi yang tepat untuk menyelesaikan konflik, sehingga konflik dapat diselesaikan karena tertanganinya dengan baik sumber-sumber konflik dan ditemukannya titik kesepakatan yang baik dan memuaskan bagi semua pihak yang terlibat konflik, karena konflik diselesaikan secara berkeadilan.

Apakah yang dimaksud dengan resolusi konflik? Resolusi konflik merupakan upaya menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang bermusuhan secara sukarela. Cara-cara yang digunakan lebih demokratis dan konstruktif untuk menyelesaikan konflik dengan memberikan kesempatan pada pihak-pihak yang berkonflik untuk memecahkan masalah mereka oleh mereka sendiri, atau dengan melibatkan pihak ketiga yang bijak, netral, dan adil untuk membantu pihak-pihak yang berkonflik memecahkan masalahnya.

Setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan resolusi konflik, yaitu:

• Konflik tidak boleh hanya dipandang sebagai suatu fenomena politik-militer, namun harus dilihat sebagai suatu fenomena sosial

• Konflik memiliki suatu siklus hidup yang tidak berjalan linear. Siklus hidup suatu konflik yang spesifik sangat tergantung dari dinamika lingkungan konflik yang spesifik pula

• Sebab-sebab suatu konflik tidak dapat direduksi ke dalam suatu variabel tunggal dalam bentuk suatu proposisi kausalitas bivariate (hubungan sebab akibat dari dua variabel). Suatu konflik sosial harus dilihat sebagai suatu fenomena yang terjadi karena interaksi bertingkat berbagai faktor.

• Resolusi konflik hanya dapat diterapkan secara optimal jika dikombinasikan dengan beragam mekanisme penyelesaian konflik lain yang relevan. Suatu mekanisme resolusi konflik hanya dapat diterapkan secara efektif jika dikaitkan dengan upaya komprehensif untuk mewujudkan perdamaian yang langgeng.

(27)

23

7. Modernisasi, Westernisasi, dan Sekularisasi

Modernisasi merupakan proses perubahan dari tradisioal menjadi modern. Istilah modern berasal dari kata “modo” dan “ernus”. Modo berarti cara, sedangkan ernus berarti sekarang atau masa kini. Sehingga modernisasi dapat diartikan sebagai proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat modern. Dapat juga diartikan sebagai cara hidup yang sesuai dengan situasi yang kini ada, atau konteks masa sekarang. Istilah modern dilawankatakan dengan istilah tradisional. Apabila cara hidup suatu masyarakat keadaannya seperti yang diwariskan oleh nenek-moyang atau generasi pendahulunya, masyarakat tersebut disebut masyarakat tradisional. Istilah tradisi berasal dari kata traditum yang artinya warisan. Tekanan pengertian modernisasi adalah pada pemikiran, teknologi, dan organisasi sosial.

Sejarah modernisasi tidak lepas dari perkembangan yang terjadi pada masyaakat Barat, yaitu Eropa Barat dan Amerika Utara. Sehingga, seperti yang dikemukakan oleh Huntington, wujud lahir dari modernisasi adalah Eropanisasi dan Amerikanisasi. Oleh karena itu konsep modernisasi sering berhimpitan dengan westernisasi, bahkan menyamakan modernisasi dengan westernisasi tidak dapat dihindarkan. Namun, dalam masyarakat Indonesia yang berupaya mempertahankan nilai-nilai luhur warisan nenek-moyang dan mempertahankan jati diri bangsa, modernisasi dibedakan dari westernisasi. Modernisasi menekankan pada “teknologi” dan “organisasi sosial”, misalnya cara berfikir dan tata kerja yang lebih sistematik dan rasional, sedangkan westernisasi adalah proses meniru pandangan dan gaya hidup orang barat tanpa reserve, seperti sekularisme, liberalisme, seks bebas, dan sebagainya.

Sekularisme berasal dari kata saeculum yang artinya dunia dalam konteks waktu, yaitu dunia yang sekarang. Lawan katanya saeculum adalah eternum, atau dunia yang nanti. Eternum sering diartikan sebagai keabadian. Berdasrkan asal kata ini, sekularisme merupakan faham yang lebih mementingkan, mengutamakan, atau berorientasi kepada kehidupan di dunia (yang sekarang), dari pada urusan kehidupan di dinia nanti (eternum). Dalam berbagai agama dunia nanti atau eternum disebut sebagai akhirat.. Pada tingkatnya yang ekstrim, faham sekularisme merupakan faham yang tidak mengakui adanya Tuhan. Dr. Nurcholish Masjid menyatakan bahwa puncak dari sekularisme adalah atheisme.

8. Kearifan Lokal dan Globalisasi

Secara etimologis kearifan lokal terdiri dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Lokal berarti setempat dan kearifan sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal merupakan gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

(28)

24

Sistem pemenuhan kebutuhan mereka pasti meliputi seluruh unsur kehidupan, agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi, serta kesenian. Pengertian lain namun senada tentang kearifan lokal juga diungkapkan oleh Zulkarnain dan Febriamansyah berupa prinsip-prinsip dan cara-cara tertentu yang dianut, dipahami, dan diaplikasikan oleh masyarakat lokal dalam berinteraksi dan berinterelasi dengan lingkungannya dan ditransformasikan dalam bentuk sistem nilai dan norma adat. Dengan demikian kearifan lokal merupakan pandangan dan pengetahuan tradisional yang menjadi acuan dalam berperilaku dan telah dipraktikkan secara turun-temurun untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan dalam kehidupan suatu masyarakat. Kearifan lokal berfungsi dan bermakna dalam masyarakat baik dalam pelestarian sumber daya alam dan manusia, pemertahanan adat dan budaya, serta bermanfaat untuk kehidupan.

Sedangkan globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Globalisasi juga merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas teritorial yang mengikat secara nyata. Secara umum globalisasi meliputi dua bentuk, yakni globalisasi ekonomi dan globalisasi kebudayaan.

v Globalisasi Perekonomian

Globalisasi perekonomian merupakan proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut: • Globalisasi Produksi • Globalisasi pembiayaan • Globalisasi tenaga kerja • Globalisasi jaringan informasi • Globalisasi Perdagangan v Globalisasi Kebudayaan Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang

(29)

25

bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.

Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama.

Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

v Globalisasi, Modernisasi dan Dampaknya terhadap Kearifan Lokal

Ketika globalisasi membawa nilai-nilai kehidupan modern yang lebih baik serta membawa kemudahan bagi masyarakat, maka globalisasi membawa modernisasi bagi kehidupan masyarakat. Pengaruh globalisasi terasa nyata, dimana globalisasi menyebabkan segala aspek kehidupan terpengaruhi, misalnya sistem ekonomi, budaya dan lingkungan hidup manusia. Terlebih dalam hal penemuan baru dan teknologi, yang mendorong terjadinya perubahan serta globalisasi dalam tiga (3) pola:

ü Memancar, dimana penemuan baru memberi dampak ke segala arah. Sering digambarkan dengan pola sebagai berikut.

ü Menjalar, dimana penemuan baru menyebabkan perubahan di satu bidang yang menjalar ke satu bidang hingga bidang yang lainnya. Sering digambarkan dengan pola berikut.

(30)

26 ü Memusat, dimana beberapa penemuan baru menyebabkan terjadinya perubahan di satu bidang tertentu. Sering digambarkan dengan pola berikut. Era globalisasi dalam hal ini perkembangan teknologi dan informasi memberi andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan teknologi juga menjadi indikator kamajuan suatu negara. Perkembangan ekonomi akan menjadi lebih cepat apabila didukung oleh faktor kamajuan teknologi. Teknologi merupakan langkah lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk perkembangan ekonomi. Makin cangggih teknologi berarti makin tinggi efesiensi pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Namun demikian kemajuan teknologi tidak hanya memberikan dampak-dampak positif pada sistem ekonomi, dampak negatif juga muncul secara bersamaan. Hal ini juga dapat menjurus kepada pemborosan sumber daya alam, meningkatkan kriminalitas dan timbulnya berbagai masalah akibat semakin makmurnya dan sejahteranya ekonomi suatu negara, sementara di daerah atau negara lain.

Selain dampak terhadap perekonomian globalisasi juga berdampak terhadap sosial budaya masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Perkembangan teknologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring remaja-remaja kita kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja kita diakibatkan oleh gaya hidup yang kapitalis, materialistik dan individualistik. Selain itu menjamurnya situs-situs internet yang menyajikan gambar-gambar yang tidak pantas dan bisa diakses secara bebas sehingga semakin menambah deretan kerusakan moral remaja.

(31)

27

Hal tersebut di atas menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam masyarakat mulai terkikis. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai ada kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini, hampir tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat. Dari realitas tersebut, maka terdapat cara-cara yang dapat dilakukan untuk meredam pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal.

¡ Rehumanisasi

Mengembalikan martabat manusia di era globalisasi sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan adaptasi populasi yang bersangkutan. Perkembangan nilai-nilai agama, etika, hukum, dan kebijakan lebih lambat jika dibandingkan dengan perkembangan informasi dan teknologi. Olehnya itu masalah tersebut harus segera ditangani. Artinya lebih jauh manusia harus dipandang secara utuh baik lahir maupun batin, sehingga pembangunan selalu harus mengarah kepada terwujudnya peningkatan kesejahteraan manusia seutuhnya antara lahiriah dan batiniah. Apabila ini tidak diperhatikan maka laju kehancuran peradaban manusia tidak akan dapat diimbangi oleh laju rehumanisasi oleh karena semuanya pihak harus mengambil bagian dan kontribusi positif.

¡ Kemampuan Menyaring

Dengan semakin banyaknya pilihan di era globalisasi,maka akibat yang timbul adalah kesulitan dalam memilih. Pendidikan pada umumnya diarahkan pada cara produksi bukan pada cara konsumsi. Ini menyebabkan nilai-nilai kearifan lokal terkikis dan berefek pada menurunnya antara yang mungkin dan yang terjadi, bahkan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk sudah sangat susah untuk dibedakan.

Segala yang teknis mungkin akan dikerjakan, tidak dipertentangkan dan disaring berdasarkan nilai-nilai kamanusiaan. Artinya yang didukung oleh aspek moral keagamaan, sosial, dan aspek-aspek yang terkait seharusnya menentukan apa yang mungkin diteliti dan dikembangkan kemudian tidak dilakukan jika tidak sesuai dengan kearifan lokal yang berlaku. ¡ Revitalisasi Perlunya upaya positif untuk mencegah distorsi biokultural yang berkelanjutan. Pembuangunan akan menuju ke suatu kebudayaan baru di masa depan, sehingga dipersiapkan persiapan-persiapan menyeluruh. Usaha-usaha revitalisasi akan banyak dipengaruhi baik secara positif maupun negatif oleh faktor-faktor dalam maupun luar negeri.

(32)

28 9. Penelitian Sosial

Hakikat dari penelitian sosial adalah penyelidikan atau pemeriksaan yang mendalam terhadap sebuah gejala atau permasalahan sosial menggunakan metode yang sistematis dan ilmiah. Penelitian sosial berusaha memahami sebuah fenomena sosial kemudian mengaitkannya dengan teori atau ilmu sosiologi, sebagaimana terlihat dalam skema berikut ini : Penelitian sosial dilakukan di dalam beberapa langkah, yaitu :

(33)

29 v Menentukan Topik Penelitian

Sebagai suatu kegiatan yang sistematik dan ilmiah, penelitian dimulai dengan menyusun rancangan penelitian. Langkah yang paling awal adalah menentukan topik atau masalah penelitian. Hal ini sesuai dengan hakikat penelitian bahwa penelitian itu dilakukan terhadap gejala atau peristiwa yang merupakan masalah. 1. Pertimbangan menentukan topik/masalah: subjektif dan objektif

Terdapat dua macam pertimbangan dalam menentukan topik penelitian, yaitu subjektif dan objektif.

Pertimbangan subjektif dapat berupa minat peneliti, kemampuan metodologis, teori yang dikuasai, ketersediaan alat-alat dan perlengkapan, waktu dan biaya. Sedangkan pertimbangan objektif, antara lain: apakah menarik dan layak untuk diteliti, memungkinkan diperoleh datanya, bermanfaat untuk memecahkan masalah sehari-hari dan/atau pengembangan IPTEK, dan apakah merupakan hal yang baru. 2. Merumuskan Masalah Dalam konteks penelitian, masalah atau fenomena diartikan sebagai kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Masalah juga merupakan sesuatu yang membutuhkan penjelasan. Setelah seorang peneliti menetapkan masalah penelitian, maka langkah berikutnya adalah merumuskan masalah penelitian tersebut. Merumuskan masalah penelitian perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1) Rumusan masalah harus menyatakan hubungan antara dua variabel atau

lebih (pada penelitian korelasi).

2) Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang jelas.

3) Rumusan masalah harus padat dan jelas sehingga mudah dipahami orang lain.

4) Rumusan masalah harus mengandung unsur data yang mendukung pemecahan terhadap masalah penelitian.

5) Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis (kesimpulan sementara)

6) Rumusan masalah harus menjadi dasar dalam menentukan tujuan penelitian.

7) Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam mengambil kesimpulan penelitian.

8) Rumusan masalah harus mencerminkan judul dan jenis penelitian.

Mengapa jenis penelitian penting untuk ditentukan? Jenis penelitian akan menentukan arah dari penelitian itu sendiri, dan membantu peneliti di dalam setiap proses penelitian sehingga dapat menemukan kesimpulan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan standar akreditasi Rumah Sakit (KARS, 2011 ) yang menyatakan bahwa keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya kesalahan- kesalahan dalam mengidentifikasi

Hubungan permodelan sungai menggunakan metode aplikasi QUAL2Kw dengan hasil perhitungan nilai beban pencemaran aktual limbah domestik, sampah dan point source

Dari grafik rata–rata hasil uji tersebut diatas dapat diketahui bahwa nilai kekerasan mulai berkurang dari holding time 10 menit, kemudian media holding time 20 menit dan

Gangguan disosiatif menurut Nevid, Rathus dan Greene (2005: 202) adalah masalah kejiwaan pelaku yang ditandai dengan adanya perubahan perasaan.. tentang kepribadian, memori,

Unsur-unsur APBD menurut Halim (2008: 15-16) adalah sebagai berikut: 1) Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci, 2) Adanya sumber penerimaan yang

Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter dalam kegiatan pembelajaran pada kelas rendah di SDN Mojolangu 5 Malang.. Internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter

intrasel sangat mempengaruhi aktifitas reseptor LDL, melalui reseptor ini kebutuhan kolesterol tubuh terpenuhi dan sebagai penghambat sintesis kolesterol di dalam

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo dengan judul “ANALISIS PEMANFAATAN LAYANAN PENDIDIKAN DASAR DI KECAMATAN JAMBON KABUPATEN PONOROGO”