• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan kecerdasan Majemuk dalam Program gelar pelajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

mbar 7. Kom mpulan dar

2. Pengembangan kecerdasan Majemuk dalam Program gelar pelajar

c. Tahap Aplikasi

Implementasi Program Gelar Pelajar dalam Proses Pengembangan Kccerdasan Majemuk Siswa di Kota Yogyakarta sudah dilaksanakan sejah tiga tahun lalu sejak berlakunya keputusan Wali Kota tentang pelaksanaan gelar pelajar yang bersumber dari Peraturan Wali Kota No. 60 tahun 2011 tentang pengembangan pendidikan. Tahap aplikasi merupakan tahap pelaksanaan setelah tahap pengorganisaian dan tahap interpretasi dilakukan. Tahap aplikasi mencakup semua hal yang berhubungan dengan cara pelaksana mengatasi masalah atau meningkatkan mutu pada sasaran kebijakan.

Charles O. Jones dalam (Arif Rohman, 2009:135) menjelaskan tahap aplikasi berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, pendanaan atau yang lainya disesuaikan dengan tujuan. Tahap aplikasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dalam menanggapi adanya Program Gelar Pelajar dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Majemuk Siswa di Kota Yogyakarta sudah sesuai dengan teori Charles O. Jones dan telah berjalan selama tiga tahun, dalam pelaksanaanya program gelar pelajar secara aktif membantu pengembangan kecerdasan majemuk siswa suadah memenuhi dalam hal perlengkapan rutin, pendanaan atau yang lainya.

Tindak lanjut mengenai Program Gelar Pelajar dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Majemuk Siswa di Kota Yogyakarta untuk saat ini belum bisa untuk mengembangkan seluruh kecerdasan majemuk yang ada. Hal tersebut terjadi karena kegiatan yang selama ini dilakukan lebih kepada mewadahi siswa dalam mengembangkan bakat mereka secara umum, belum di klasifikasikan secara spesifik seperti ysng dikemukakan oleh Howard Gardner (dalam Rohman, 2012:hal 56), sehingga masih ada bagian dari teori kecerdasan majemuk yang belum bisa ditampilkan.

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dalam program gelar pelajar sifatnya fleksibel, maksudnya apabila sekolah memiliki suatu karya yang ingin ditampilkan maka Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta memberi wadah untuk tampil di luar lingkungan sekolah. Apabila program gelar pelajar dikaitkan dengan kecerdasan majemuk maka pihak penyelenggara belum bisa seluruhnya diterapkan dalam acara, karena kecerdasan majemuk yang mampu dilaksanakan sifatnya hanya pengembangan kecerdasan linguistik, kecerdasaan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan spasial dan kecerdasan ritmik. Teori yang dikemukakan Howard Gartner dalam kegian program gelar pelajar untuk saat ini baru mampu diwadahi lima dari delapan oleh pihak penyelenggara. lima kecerdasan majemuk tersebut dapat diklarifikasi sebagai berikut:

Kecerdasan linguistik ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi, editor, guru. Penyelenggaraan program gelar pelajar mewadahi pengembangan kecerdasan linguistik berupa pidato yang ditampilkan siswa.

Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama, dan secara emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa. Musik dapat membantu seseorang mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan seseorang atau sekelompok orang yang sedang menari atau berolahraga senam ritmik mesti selalu disertai dengan alunan musik. Penyelenggaran gelar pelajar mewadahi pengembangan kecerdasan ritmik berupa: paduan suara, drum band, akustik yang ditampilkan siswa.

Kecerdasan spasial ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka

melihat sebuah lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara goresan-goresan kuas, meskipun orang lain tidak mampu melihatnya. Dengan mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek. Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan kemudian member arti terhadap gambaran tersebut. Penyelenggaran gelar pelajar mewadahi pengembangan kecerdasan spasial berupa: melukis, menggambar dam membatik yang ditampilkan siswa.

Kecerdasan interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan orang lain. Pelaksanaan program

gelar pelajar mampu membantu mengasah kecerdasan interpersonal karena pada prakteknya seluruh siswa akan saling berinteraksi dengan banyak orang mulai dari guru, teman, masyarakat dan penyelenggara kegiatan.

Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan seseorang yang menyangkut kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri. Orang-orang dengan kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat penilaian tentang diri mereka sendiri, tentang gagasan, pemikiran, konsep dan impiannya. Mereka juga mampu mngendalikan emosi mereka untuk membimbing dan memperkaya dan memperluas wawasan kehidupan mereka sendiri. Pelaksanaan program gelar pelajar mampu mengasah kecerdasan intrapersonal, dengan menuangkan ide atau gagasan mereka terhadap penampilan mereka di program gelar pelajar.

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah pihak Dinas Pendidikan sekolah sudah mulai mewadahi pengembangan kecerdasan majemuk siswa melalui program gelar pelajar, walaupun belum seluruh kecerdasan majemuk yang dikemukakan Howard Garner bisa terwadahi.

3. Faktor Penentu Implementasi Program Gelar Pelajar dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Majemuk Siswa di Kota Yogyakarta

Implementasi kebijakan merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan pada suatu kebijakan. Model Edward III dalam buku Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori dan Aplikasi (Subarsono,

2012: 90-92) menjelaskan terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan pada implementasi kebijakan. Empat faktor tersebut adalah komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokasi. a. Komunikasi

Komunikasi merupakan faktor penting pertama dalam implementasi kebijakan. Komunikasi bertujuan untuk memberikan informasi dari pihak yang berwenang kepada pelaksana kebijakan tentang maksud dari implementasi kebijakan. Pelaksana Program Gelar Pelajar adalah Dinas pendidikan Kota Yogyakarta Bagian Pengembangan Pendidikan, sekolah, tenaga kependidikan, siswa, dan pihak lain di dalam lingkungan kota Yogyakarta.

Pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta mempunyai wewenang atau tugas untuk mengkomunikasikan Program Gelar Pelajar kepada semua sekolah di kawasan kota Yogyakarta. Model Edward III mengemukakan bahwa komunikasi kebijakan terdiri dari 3 dimensi yaitu dimensi transisi (transmision), dimensi kejelasan (clarity), dimensi konsistensi (consistency).

1) Dimensi transisi mengharapkan agar kebijakan dan program

disampaikan kepada sasaran kebijakan agar tujuan dari kebijakan dapat dipahami dan dilaksanakan dengan baik. Sosialisasi menjadi alat komunikasi Dinas Pendididikan Bagian Pengembangan Pendidikan Kota Yogyakarta untuk menyampaikan program Gelar Pelajar di

Sekolah. Kegiatan sosialisasi dilakukan pihak Dinas Pendidikan dengan Mengundang sekolah-sekolah.

Sosialisasi program gelar pelajar di kota Yogyakarta dilakukan bukan dengan cara sosialisasi ke setiap sekolah, tetapi Dinas Pendidikan mengundang sekolah untuk datang kemudian diberi arahan mengenai program gelar pelajar dan dilanjutkan membahas kegiatan yang akan dilaksanakan. Sosialisai ini juga bertujuan untuk menengetahui apa saja yang diperlukan sekolah untuk mendukung sekolah dalam penampilanya.

Hasil observasi di lapangan menunjukan bahwa pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta secara rutin setiap akan melaksanakan program gelar pelajar selalu mengadakan sosialisasi dan komunikasi langsung kepada pihak-pihak terkait dengan program. Berikut ini foto yang menunjukan sosialisasi yang diwadahi oleh Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta:

Kegiatan sosialisasi Program Gelar Pelajar di Kota Yogyakarta dilakukan dengan cara mengundang sekolah yang akan tampil, sekolah tersebut diundang untuk melakukan rapat, sosialisasi dan mempersiapkan program. Sosialisasi merupakan sarana komunikasi yang penting karena suatu informasi dalam kebijakan akan tersampaikan dengan baik kepada sasaran dan akan mempengaruhi keberhasilan implementasi program.

2) Dimensi kejelasan dalam komunikasi kebijakan menginginkan kebijakan dapat dimengerti oleh implementator dan sasaran program. Kejelasan yang diterima oleh implementator dan sasaran kebijakan sangat penting agar mengetahui tujuan dan maksud dari program tersebut.

Karena sosialisasi gelar pelajar sifatnya mengundang sekolah-sekolah yang akan tampil, maka sekolah-sekolah akan mengetahui program gelar pelajar setelah mereka di undang dan diberi arahan tentang program gelar pelajar, sehingga sekolah mampu menjalankan arahan dengan baik.

Beberapa informasi dapat disimpulkan bahwa penyampaian program gelar pelajar di kota Yogyakarta sudah jelas. Pemahaman mengenai program tersebut dapat diterima oleh pihak sekolah dengan baik setelah diundang untuk rapat koordinasi dan pihak sekolah mampu untuk menginformasikan kepada para siswa, hal tersebut telah mengidentifikasikan bahwa informasi tentang program gelar pelajar dapat diterima dan runtut dalam penyampainya.

3) Dimensi konsistensi dalam komunikasi kebijakan menginginkan

implementasi kebijakan berjalan efektif dengan perintah-perintah yang jelas dan konsisten. Dimensi konsistensi dalam program gelar pelajar di kota Yogyakarta sudah bisa dianggap sebagai sikap konsisten karena setiap pelaksanaanya telah rutin dilaksanakan setiap bulanya.

Tempat pelaksanan program gelar pelajar juga konsisten dilaksanakan di jalan Margo Utomo.

Pelaksanaan program gelar pelajar sudah dilaksanakan selama 3 tahun di mulai sejak 2014, selama pelaksanaanya selalu menggunakan tema menyesesuaikan bulanya, seperti contoh bulan November diperingati hari Pahlawan maka tema menyesuaikan Hari Pahlawan, hal ini di aplikasikan dalam bentuk kostum atau penampilan yang akan di sajikan.

Hasil obserfasi menunjukkan bahwa pelaksanan program gelar pelajar sudah konsisten antara kebijakan yang diberlakukan dengan kenyataan yang ada di lapangan. Program gelar pelajar sudah rutin dilaksanakan selama 3 tahun dan setiap pelaksanaan selalu tercatat dalam bentuk notulen.

b. Sumber Daya

Sumber daya mempunyai peran yang sangat berpengaruh dalam implementasi sebuah kebijakan. Sumber daya yang tersedia diharapkan mendukung implementasi kebijakan, jika sumber daya tidak mendukung tentu saja akan menghambat pelaksanaan kebijakan. Sarana penunjang yang tepat juga dapat memaksimalkan tujuan dari sebuah kebijakan.

Sumber daya pada proses implementasi program gelar pelajar di kota Yogyakarta berhubungan dengan kesiapan dari pihak pelaksana. Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya manusia, sumber daya anggaran, sumber daya peralatan, dan sumber daya kewenangan. Berikut

hasil penelitian mengenai sumber daya implementasi program gelar pelajar di kota Yogyakarta:

1) Sumber daya pelaksanaan dari pihak pengelola program gelar pelajar dapat dilihat dari jumlah staff yang menangani program tersebut, keahlian yang dimiliki anggota pelaksana, informasi yang relevan tentang implementasi kebijakan dan persiapan lainnya. Sumber daya manusia yang digunakan sebagai pelaksana program gelar pelajar di sebagai berikut :

Saat ini jumlah anggota yang menangani program gelar pelajar ada 21 orang, namun untuk kegiatan di lapangan ada 17 orang sebagai pelaksana. Pelaksana program di lapangan merupakan ketua, sekretaris dan para anggota yang terdiri dari Dinas Pendidikan Kota yogyakarta dan pihak-pihak terkait.

Kesiapan sumber daya manusia dalam implementasi program gelar pelajar kota Yogyakarta diambil dari anggota Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan berbagai pihak yang terkait, mulai dari pihak Kecamatan, Kepolisian, Dishub dan Wali Kota beserta beberapa jajaranya.

2) Sumber daya anggaran dalam pelaksanaan program gelar pelajar di kota sudah cukup karena sudah ada anggaran setiap tahunya. Pendanaan untuk program terdiri dari berbagai keperluan yang menunjang kegiatan seperti peralantan konsumsi.

Anggaran untuk program gelar pelajar di kota Yogyakarta sudah ada setiap tahunnya, namun tidak langsung bisa dicairkan dalam bentuk uang, perlu adanya nota pengeluaran selama kegiatan dilaksanakan kemudian dilaporkan setelah itu dana baru bisa dicairkan. Rincian anggaran program gelar pelajar sudah ada di awal tahun, anggaran tersebut menjadi gambaran pendanaan untuk satu tahun kedepan.

3) Sumber daya peralatan yang digunakan untuk melaksanakan program gelar pelajar di kota Yogyakarta meliputi peralatan pendukung pelaksanaan dan Mc untuk selebihnya menggunakan sumber daya manusia yang tersedia yaitu anggota pelaksana program meliputi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Kepolisian, Dishub, Kedaulatan Rakyat.

Hasil observasi di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tidak ada peratan khusus untuk gelar pelajar. Biasanya pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta menyediakan pembawa acara dan konsumsi untuk peserta, namun apabila sekolah memerlukan perlengkapan lain maka pihak dinas juga mengusahakan untuk memenuhinya.

4) Sumber daya kewenangan yang berada di Program Gelar Pelajar Di Kota Yogyakarta menjadi tugas dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Bidang Pengembangan Pendidikan mempunyai kewenangan untuk mengatur pelaksanaan program gelar pelajar di

kota Yogyakarta. Sumber daya kewenangan di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Bidang Pengembangan Pendidikan sudah cukup maksimal dalam pelaksanaan program gelar pelajar. Selain dari Dinas Pendidikan, ada juga beberapa pihak ikut menyukseskan acara mulai dari Dishub, Kedaulatan Rakyat, Kepolisian yang mendukung program implementasi gelar pelajar di kota Yogyakarta.

Program gelar pelajar tidak bisa berjalan dengan baik apabila hanya Dinas pendidikan saja, karena kegiatanya menggunakan fasilitas umum perlu ada pihak yang mampu menangani baik tempat dan keamanan, dalam hal ini Dinas Perhubungan dan Kepolisian menjadi pihak yang paling berkempentingan. Sekolah merupakan faktor utama adanya kegiatan program pelajar, tanpa adanya sekolah yang tampil tentu tidak akan terlaksanana program gelar pelajar. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta di sini sebagai pemegang kewenangan mampu mengkomunikasikan berbagai hal dengan pihak-pihak terkait sehingga program gelar pelajar berjalan tanpa ada hambatan yang berarti.

Sumber daya yang ada sudah bisa untuk memaksimalkan pelaksanaan program gelar pelajar di kota Yogyakarta. Adanya sumber daya kewenangan dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang dibantu oleh berbagai pihak terkait dapat mengkontrol pelaksanaan program gelar pelajar dengan baik. Kewenangan untuk melaksanakan kewenangan dalam program gelar pelajar sama dengan

Perwal No 71 pasal 16 tahun 2008. Dukungan sekecil apapun juga diperlukan dalam pelaksanaan program tersebut, seperti sikap atau disposisi yang ditunjukan oleh berbagai pihak yang terkait.

c. Disposisi atau sikap

Disposisi atau sikap adalah karakteristik dari pelaksana kebijakan. Hal ini berkaitan dengan bagaimana karakteristik pelaksana yang mendukung atau menolak kebijakan. Pelaksana diharapkan memiliki kapasitas untuk melaksanakan kebijakan. Pelaksana kebijakan yang terpilih sesuai dengan kapasitasnya harus mempunyai komitmen yang kuat untuk melaksanakan kebijakan.

Pelaksana program gelar pelajar di kota Yogyakarta meliputi pihak Dinas Pendidikan, Sekolah, Dishub, Kepolisian, Kedaulatan Rakyat. Pihak – pihak yang terlibat dalam implementasi program gelar pelajar di kota yogyakarta diharapkan memiliki dedikasi untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut. Pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta memiliki tanggung jawab PPTK (Pejabat Penanggung jawab Teknis Kegiatan), salah satu fungsinya merupakan pihak yang mengkoordinir terlaksananya program dengan kerjasama berbagai pihak terkait, mengawasi dan mensukseskan kebijakan tersebut dengan bekerja sama dengan tim yang sudah dibentuk. Pihak Dinas Pendidikan dalam hal ini Bagian Pengembangan Pendidikan melakukan upaya untuk mensosialisasikan dan mengkomunikasikan program gelar pelajar di kota

Yogyakarta kepada kelompok sasaran. Sikap pelaksana program gelar pelajar di kota Yogyakarta sudah menunjukkan dukungan penuh terhadap pelaksanaan program kegiatan melaui komunikasi yang dilakukan secara rutin.

Hasil observasi dilapangan juga menemukan bahwa pihak sekolah bersama pihak Sekolah saling menjalin komunikasi agar program gelar pelajar terlaksanya tanpa ada halangan yang berarti. Hal tersebut menunjukkan sikap yang sejalan dengan Kebijakan Program Gelar Pelajar.

Hasil observasi di lapangan menujukan hubungan antara Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dengan berbagai pihak selalu bisa di komunikasikan, sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan rancangan kegiatan bisa di atasi secepatnya tanpa ada masalah dengan pihak manapun.

Kesimpulan dari penelitian menunjukan bahwa sikap atau disposisi pelaksana sesuai dengan program gelar pelajar. Bisa diketahui dari hubungan yang terjalin antara sesama pelaksana dan sekolah tidak ada halangan berarti maupun respon buruk mengenai program gelar pelajar.

d. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi jelas mempengaruhi keberhasilan kebijakan karena melibatkan banyak pihak di dalamnya. Beberapa pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan akan bersinergi membentuk struktur

birokrasi untuk mewujudkan implementasi kebijakan sesuai dengan tujuan. Struktur birokrasi memiliki pemimpin yang mempunyai peran sebagai penanggung jawab. Pemimpin struktur birokrasi dalam implementasi program gelar pelajar di kota Yogyakarta adalah Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

Sebuah implementasi kebijakan tentu saja memiliki Standart Operating Procedure (SOP). SOP digunakan sebagai pedoman oleh pelaksana kebijakan dalam melaksanakan tugasnya. Implementasi program gelar pelajar di kota Yogyakarta tidak sepenuhnya serupa dengan SOP, hanya dilakukan secara sederhana.

Standart Operating Procedure (SOP) untuk program pelajar belum ada, namun dalam praktek di lapangan sudah bisa menjalankan program sesuai kesepakatan bersama karena semua pihak yang bersangkutan sudah mengerti akan tugasnya masing-masing, sifat dari program gelar sendiri fleksibel, maksudnya menyesuaikan sekolah yang akan tampil, apabila pihak sekolah memerlukan sesuatu maka dari pihak dinas bisa mempertimbangkan.

Pelaksanaan program tersebut mempunyai tim yang terdiri dari pihak Dinas Pendidikan, Sekolah, Sishub, Sepolisian, Kedaulatan Rakyat dan diawasi oleh Kepala Dinas Pendidikan. Pelaksanaan program gelar pelajar dituntut untuk memahami tugas masing-masing. Dinas Perhubungan bertugas mengatur lalu lintang di sekitar jalan Margo Utomo agar tidak mengganggu kepentingan umum. Kepolisian bertugas

mengamankan jalanya kegiatan. Kedaulatan Rakyat bertugas menyediakan tempat untuk pelaksanaan program gelar pelajar. Dinas Pendidikan bertugas sebagai pengarah dalam kegiatan. Semua pihak tersebut saling membantu dalam mensukseskan acara. Sebelum acara dimulai pihak Dinas Pendidikan secara langsung berkomunikasi dengan pihak sekolah, hal tersebut dilakukan agar penampilan dari setiap sekolah yang tampil maksimal dan apabila ada hambatan bisa membantu mengatasi.

Koordinasi yang dilakukan pihak Dinas Pendidikan dalam pelaksanaan program gelar pelajar melibatkan pihak dinas pendidikan, sekolah, dishub, kepolisian, Kedaulatan Rakyat serta diawasi oleh Kepala Dinas pendidikan. Koordinasi antar anggota disesuaikan dengan tugas masing-masing.

Kesimpulan dari beberapa informasi menunjukkan bahwa sudah ada koordinasi yang cukup jelas dari pihak Dinas Pendidikan ke berbagai pihak yang ikut terlibat untuk mengatur pelaksanaan program gelar pelajar. Pihak Dinas Pendidikan dalam hal ini bagian Pengembangan Pendidikan sudah melaksanakan tugasnya sebagai penanggung jawab teknis dengan baik walaupun belum ada (SOP) secara tertulis..

4. Faktor Penghambat Implementasi Program Gelar Pelajar di Kota Yogyakarta

Implementasi program gelar pelajar di kota Yogyakarta sudah berjalan dengan baik. Namun dalam setiap pelaksanaan program tersebut

masih memiliki beberapa kendala yang dihadapi. Kendala yang dihadapi mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan program gelar pelajar.

Faktor penghambat dalam pelaksanaan program gelar pelajar adalah cuaca, karena kegiatan tersebut dilaksanakan di ruangan terbuka agar bisa dilihat oleh masyarakat umum tentu apabila hujan atau cuaca buruk akan mengganggu kelancaran kegiatan yang sedang berlangsung. Selain itu karena setiap program gelar pelajar selalu berbeda tema maka untuk perlengkapan juga berbeda, oleh karenanya terkadang perlengkapan yang sudah dipersiapakan oleh pihak Dinas Pendidikan kurang maksimal dalam mendukung penampilan secara maksimal.

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan ada beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan program gelar pelajar terdapat dua faktor, yakni faktor cuaca dan faktor perlengkapan. Faktor cuaca sangat mempengaruhi pelaksanaan program gelar pelajar karena seluruh kegiatanya berada di ruang terbuka, sehingga apabila terjadi hujan atau cuaca buruk lainya akan mengganggu kelancaran kegiatan. Faktor penghambat yang berasal dari peralatan meliputi ketersediaan peralatan yang mendukung penampilan dari seluruh siswa belum tentu seperti harapan mereka,

5. Faktor Pendukung Implementasi Program Gelar Pelajar di Kota Yogyakarta

Pelaksanaan Kebijakan program gelar pelajar di kota Yogyakarta mempunyai beberapa faktor pendukung yang membantu dalam menjalankan

kebijakan tersebut. Faktor pendukung pelaksaan kebijakan dari hasil wawancara adalah respon dari pihak. Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan oleh Bapak WS selaku Pelaksana PPTK (Pejabat Penanggung jawab Teknis Kegiatan) program gelar pelajar di kota Yogyakarta:

Faktor pendukung program gelar pelajar adalah respon dari pihak sekolah yang sangat antusias, hal ini dibuktikan dengan setiap sekolah yang diundang untuk tampil mengisi acara selalu tampil secara maksimal. Faktor kedua adalah adanya Car Free Day di kota Yogyakarta, tanpa adanya Car Free Day tentu akan sulit menyelenggarakan acara di ruangan terbuka dan bisa dilihat oleh masyarakat umum. Faktor ke tiga adalah komuniksai antara Dinas Pendidikan dan pihak-pihak terkaiit berjalan dengan baik, hal ini tidak lepas dari Dinas Pendidikan yang terbuka apabila terdapat masukan dari pihak yang bersangkutan.