• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM GELAR PELAJAR DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA DI KOTA YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM GELAR PELAJAR DALAM PROSES PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA DI KOTA YOGYAKARTA."

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

IMPL

PENG

EMENTAS

GEMBANG

D

gu

PROG

JURUSAN

UN

SI PROGR

GAN KECE

Y

Diajukan kep

Univer

untuk Mem

una Memper

Faqih Qi

N

GRAM STU

N FILSAFA

FAKULT

NIVERSITA

D

RAM GELA

ERDASAN

YOGYAKA

SKRIP

pada Fakult

rsitas Neger

menuhi Seba

roleh Gelar

Oleh

iyamuddin M

NIM 12110

UDI KEBIJ

AT DAN SO

TAS ILMU

AS NEGER

DESEMBE

AR PELAJ

N MAJEMU

ARTA

PSI

tas Ilmu Pen

ri Yogyakar

agian Persy

r Sarjana Pe

h

Miftahul Fa

024408

JAKAN PE

OSIOLOG

PENDIDIK

RI YOGYA

ER 2016

JAR DALA

UK SISWA

ndidikan

rta

aratan

ndidikan

allah

ENDIDIKA

I PENDIDI

KAN

AKARTA

AM PROSE

A DI KOTA

AN

IKAN

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“kita punya arah, terus saja melangkah, tapi jangan serakah, cari yang hasilnya

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan

karunia-Nya, karya ini saya persembahkan untuk :

1.

Bapak, ibu, kakak dan adiku

2.

Almamaterku, KP FIP UNY

 
(7)

IMPLEMENTASI PROGRAM GELAR PELAJAR DALAM PROSES

PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA DI KOTA

YOGYAKARTA

Oleh

Faqih Qiyamuddin M.F

NIM 12110244028

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1) implementasi program

gelar pelajar dalam proses pengembangan kecerdasan majemuk siswa di kota

Yogyakarta, 2) faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi program

tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian

ini adalah PPTK (Pejabat Penanggung jawab Teknis Kegiatan) program gelar

pelajar, guru dan siswa. Metode pengumpulkan data melalui wawancara,

observasi, dan studi dokumentasi. Tahapan dalam teknik analisis data yang

digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan implementasi program gelar pelajar dalam

proses pengembangan kecerdasan majemuk siswa di kota Yogyakarta sudah

membentuk tim pelaksana berserta tugas masing-masing, tahap interpretasi

menggunakan cara sosialisasi. Sosialisasi dilakukan saat rapat bersama, Dinas

Pendidikan Yogyakarta sudah melakukan tahapan aplikasi dengan menerapkan

pengembangan kecerdasan majemuk berupa penetapan anggaran dan peralatan

dengan melakukan sosialisasi. Pengembangan kecerdasan majemuk belum

sepenuhnya dapat di implementasikan dalam program gelar pelajar karena

sifatnya yang lebih mewadahi kegiatan ekstra kulikuler. Faktor penghambat

implementasi program gelar pelajar dalam proses pengembangan kecerdasan

majemuk siswa di kota Yogyakarta terjadi pada faktor cuaca dan peralatan

pendukung. Faktor pendukung implementasi program gelar pelajar dalam proses

pengembangan kecerdasan majemuk siswa di kota Yogyakarta dapat dijumpai

pada faktor antusiasme yang tinggi dari sekolah, adanya

car free day

dan

komunikasi antara pihak terkait.

Kata kunci

: implementasi, program, gelar pelajar

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PROGRAM

GELAR PELAJAR DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK

DI KOTA YOGYAKARTA” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun

guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini diberikan bantuan, arahan, bimbingan, dan

dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu Penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1.

Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta atas izin

yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2.

Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan atas izin yang diberikan

untuk menyelesaikan skripsi ini.

3.

Bapak Dr. Dwi Siswoyo. M. Hum., Dosen Pembimbing skripsi yang selalu

memberikan perhatian dan dengan sabar serta senantiasa memberikan

ilmu, bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

4.

Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang telah memberikan

izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian disekolah.

5.

Ibu dan Bapak anggota pelaksana program gelar pelajar telah meluangkan

waktu di sela-sela kesibukannya untuk membantu peneliti dalam

mengambil data penelitian.

6.

Kedua orang tua dan kakak-kakakku yang selalu memberikan doa dan

semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

7.

Sahabat sekaligus orang yang membantu penelitian, terima kasih karena

telah membantu pengambilan data penelitian di sekolah dan selalu

memberi motivasi.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL

... i

HALAMAN PERSETUJUAN

... ii

HALAMAN PERNYATAAN

... iii

HALAMAN PENGESAHAN

... iv

MOTTO

... v

PERSEMBAHAN

... vi

ABSTRAK

... vii

KATA PENGANTAR

... viii

DAFTAR ISI

... x

DAFTAR TABEL

... xiii

DAFTAR GAMBAR

... xiv

DAFTAR LAMPIRAN

... xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Implementasi ... 10

1. Pengertian Implementasi ... 11

2. Pengertian Program ... 11

3. Tahap Implementasi Kebijakan/Program ... 12

4. Tahap Penentu Implementasi Kebijakan/Program ... 14

B. Program Gelar Pelajar ... 21

1. Gelar ... 21

(11)

C. Hakekat Perkembangan/Pengembangan ... 22

D. Kecerdasan Majemuk ... 23

1. Pengertian Kecerdasan Majemuk ... 23

E. Peserta Didik ... 35

F. Kebijan Tentang Pengembangan Pendidikan Karakter ... 38

G. Penelitian yang Relevan ... 40

H. Kerangka Berfikir ... 41

I. Pertanyaan Penelitian ... 43

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

C. Subjek dan Obyek Penelitian ... 45

D. Metode Pengumpulan Data ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 49

G. Uji Keabsahan Data ... 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A . Hasil Penelitian ... 52

1.

Profil Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ... 52

2.

Implementasi Program Gelar Pelajar dalam Pengembangan

Kecerdasan Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 57

3.

Faktor Penentu Program Gelar Pelajar dalam Pengembangan

Kecerdasan Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 63

4.

Faktor Penghambat Implementasi Program Gelar Pelajar dalam

Pengembangan Kecerdasan Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 78

5.

Faktor Pendukung Program Gelar Pelajar dalam Pengembangan

Kecerdasan Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 79

B. Pembahasan ... 80

1.

Implementasi Program Gelar Pelajar dalam Pengembangan Kecerdasan

Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 81

2.

Faktor Penentu Implementasi Program Gelar Pelajar dalam

Pengembangan Kecerdasan Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 88

3.

Faktor Penghambat Implementasi Program Gelar Pelajar dalam

Pengembangan Kecerdasan Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 99

(12)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA

... 107

LAMPIRAN

... 109

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Jumlah Lembaga Sekolah ... 54

Tabel 2. Jumlah Guru Menurut Status Kepegawaian ... 54

Tabel 3. Data Partisipasi Pendidikan di Kota Yogyakarta ... 55

Tabel 4. Susunan Tim Pelaksana Program Gelar Pelajar ... 69

Tabel 5. Rincian anggaran Program Gelar Pelajar ... 71

(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 43

Gambar 2. Teknik Analisis Data ... 49

Gambar 3. Trianggulasi Sumber Data ... 51

Gambar 4. Trianggulasi Teknik ... 51

Gambar 5. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ... 56

Gambar 6. Kegiatan Sosialisasi Program Gelar Pelajar ... 66

Gambar 7. Komunikasi Sebelum Pelaksanaan Program Gelar Pelajar ... 76

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 109

Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 111

Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ... 117

Lampiran 4. Hasil Wawancara ... 113

Lampiran 5. Catatan Lapangan ... 121

Lampiran 6. Foto Penelitian ... 124

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk yang diberi keistimewaan dari Tuhan

berupa akal dan fikiran, dengan kelebihan tersebut sudah tentu menjadikan

pendidikan sebagai elemen penting dalam setiap sendi kehidupan.

Perkembangan zaman membuat perkembangan pendidikan dari bentuk

sederhana menjadi lebih komplek, hal ini merupakan peran pemerintah

sesuai UUD 1945. Pasal 31 ayat 3 yang berbunyi: “Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,

yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan

undang-undang”.

Pendidikan menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan

bermasyarakat, seiring berkembangnya zaman banyak sekali sektor yang

berkembang mulai dari sektor ekonomi, sektor sosial, sektor tehnologi dan

sektor budaya. Pesatnya semua itu tidak lepas dari cepatnya manusia

untuk belajar menerima berbagai macam ilmu dan informasi dikarenakan

manusia sendiri mampu belajar mulai dari dalam kandungan sampai tua

(meninggal/liang lahat) tanpa adanya batasan jarak dan wilayah.

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar seluruh peserta

didik mampu berperan secara aktif mengembangkan potensi dirinya,

(17)

potensi yang meliputi bakat dan minat dalam mengembangkan kreativitas

penunjang proses belajar peserta didik.

UUD 1945 pasal 31 ayat 1 berbunyi, “Setiap warga negara berhak

untuk mendapatkan pendidikan”. Pemerintah Indonesia tentu sangat

mengetahui kewajibannya agar seluruh warga/rakyatnya mendapatkan

pendidikan yang mampu mengembangkan seluruh potensinya, oleh sebab

itu melalui Dinas Pendidikan maka seluruh aktivitas pendidikan

diharapkan dapat dilaksanakan lebih efisien dan bisa dipantau

perkembangannya, hal tersebut juga berlaku di Kota Yogyakarta.

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta adalah sebuah lembaga yang

bergerak dalam bidang pendidikan. Berlokasi di Jln. Hayam Wuruk No 11,

Yogyakarta. Dinas Pendidikan Yogyakarta memiliki struktur organisasi

yang tediri dari Kepala Dinas, Sekertaris yang didukung oleh 4 Sub

Bagian (Keuangan, Umum, Kepegawaian, Administrasi keuangan dan

pelaporan), Bidang Dikdas dan TK, Bidang Dikmen, Bidang Pendidikan

Non Formal, Bidang Pengembangan Kependidikan, Pengawas dan Unit

Pelaksana Teknik.

Pengembangan kependidikan merupakan salah satu bidang di

bawah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, dalam pelaksanan program

kerja dipisahkan/dipecah lagi menjadi 3 Sub Bidang yang terdiri dari

subag Pengembangan Pendidikan, Pengembangan Sarana Prasarana, dan

Pengembangan Tenaga Kependidikan. Bidang ini bertanggung jawab

(18)

Sub bidang Pengembangan Sarana Prasarana merupakan unit yang

bertugas dalam masalah pemenuhan sarana dan prasarana yang

mendukung kegiatan belajar mengajar, di unit ini terdiri dari 1 Kepala Sub

bidang dengan dibantu oleh empat staf. Seksi ini memiliki berbagai

program seperti mengatasi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah,

pemenuhan kekurangnya gedung kelas sekolah negeri, kurangnya kursi,

Belanja Modal (Inventaris), perencanaan kebutuhan dan anggaran, melalui

komite kepada Bidang Pengembangan Kependidikan

Sub Bidang Pengembangan Tenaga Kependidikan merupakan unit

yang bertugas memberikan insentif, kegiatan kesehatan sekolah yang

meliputi (kegiatan dokter kecil disekolah dasar, penanaman nilai kesehatan

di sekolah, melakukan bimbingan kepada guru olahraga bersama dengan

Balitbang bidang Pengembanagan Makanan, kader kesehatan di SMP dan

SMA), Pengembangan Pengawas Sekolah, Pembinaan dan Pengembangan

Tenaga Laboratorium. Seksi pengembangan pendidikan terdiri dari 1

kepala Sub Bidang dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 2 staff.

Sub Bidang Pengembangan Pendidikan merupakan unit yang bertugas

dalam pengembangan kesiswaan dan ekstrakurikuler siswa, seksi ini terdiri

dari 1 kepala seksi dan 3 staff. Terdapat beberapa program seperti

Konsultasi belajar siswa Online, Pengembangan Muatan Lokal (Mulok),

Seleksi Paskibraka, Pertukaran Pelajar, Gelar Pelajar, dan Pameran

(19)

ini terdiri dari 1 kepala Sub Bidang dan 3 staff. Salah satu kegiatan yang

rutin dilaksanakan setiap tahunya adalah Gelar Pelajar.

Program gelar pelajar ini sebagai wadah siswa Yogyakarta dalam

menyalurkan potensi serta bakatnya yang tidak semuanya bisa didapatkan

dalam proses belajar di ruang kelas, tidak semua siswa merasa nyaman

dengan suasana belajar di dalam kelas yang biasanya hanya menonjolkan

sisi intelektual semata, padahal tidak sedikit dari siswa memiliki potensi

pada diri mereka. Berdasarkan obserfasi awal untuk kegitan yang bersifat

mengembangkan minat dan bakat selain lomba dirasa masih sangat

kurang, oleh karena itu gelar pelajar menjadi solusi namun pada

kenyataanya kegiatan-kegiatan pembelajaran yang bersifat menonjolkan

minat dan bakat belum banyak, sehinngga siswa kurang dalam hal

pengembangan kreativitas, karena mereka hanya menjadi objek bahan ajar

guru, mereka terkesan hanya seperti gelas kosong yang terus menerus diisi

air oleh guru, peserta didik diposisikan sebagai pihak penerima ilmu dan

guru berposisi pemberi ilmu, dengan adanya praktek pendidikan seperti

itu perlu adanya inovasi agar siswa dapat mengeluarkan semua potensi

dalam dirinya.

Progam Gelar Pelajar merupakan kegiatan yang mewadahi seluruh

siswa Kota Yogyakarta mulai dari TK sampai SMA/SMK dalam hal

pengembangan bakat dan kreativitas, disini para siswa diperbolehkan

menampilakan hasil kreasi mereka baik secara perorangan maupun

(20)

anggaran dasar, program ini dilaksanakan selama sembilan bulan secara

rutin, acara ini dilaksanakan setiap sebulan sekali di minggu pertama saat

acara Car Free Day, bertempat di depan kantor Kedaulatan Rakyat.

Kegiatan ini setiap pelaksanaanya selalu berbeda tema

dimaksudkan agar tidak monoton dan terlihat lebih menarik, seluruh

peserta dari setiap perwakilan sekolahanya wajib mematuhi tema yang

telah ditentukan, sehingga seluruh kreasi yang ditampilakan harus

dipersiapkan secara matang sesuai dengan tema, sebagai contoh pada

tanggal 21 April merupakan Hari Kartini, untuk memperingatinya maka

Gelar Pelajar pada bulan April di berikan tema ”Hari Karini” dan setiap

penampilan harus memasukan unsur-unsur yang berkaitan dengan tema,

pada setiap pelaksanaan tentu banyak yang perlu dipersiapkan secara

matang, namun pada praktek di lapangan tetap ada kendala maupun

kekurangan untuk itu perlu adanya kajian implementasi program sehingga

nantinya diketahui bagaimana jalanya program, agar peneliti mampu

memberikan pengetahuan dan masukan dalam bentuk rekomendasi positif.

Kajian yang dilakukan bukan bermaksud menyalahkan progam kegiatan

ataupun mencari kesalahan namun bertujuan membantu pihak terkait agar

program kegiatan berjalan lebih baik kedepan.

Adapun dalam Praktek Pembuatan Skripsi Kebijakan Pendidikan

2016 di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ini pada dasarnya

mengembangkan 4 kompetensi yaitu sebagai peneliti, perancang,

(21)

dilakukan adalah “Implementasi Progam Gelar Pelajar dalam Poses

Pengembanga Kecerdasan Majemuk Siswa di Kota Yogyakarta”. Terkait

program tersebut merupakan kompetensi sebagai peneliti, karena kegiatan

dilakukan untuk mengumpulkan data, mereduksi, menganalisis data terkait

dengan progran gelar pelajar di kota Yogyakarta. Selain itu juga

mengembangkan kompetesi sebagai perancang karena identifikasi

pelaksanaan program ini akan dijadikan bahan pertimbangan dalam

menemukan solusi yang nantinya dapat menjadi rekomendasi bagi

kebijakan di Subag Pengembangan Kependidikan khususnya, dan Dinas

Pendidikan Kota Yogyakarta pada umumnya. Kompetensi sebagai

fasilitator dapat berupa memfasilitasi Subag Pengembangan Kependidikan

dalam membuat rancangan kebijakan selanjutnya. Selain itu juga

kompetensi networker dapat dilakukan karena penelitian dilakukan dengan

kerjasama berbagai pihak. Dengan demikian program tersebut diharapkan

(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilakukan identifikasi masalah

sebagai berikut :

1. Kurangnya wahana pengembangan kreativitas dan kecerdasan

majemuk, khususnya di sekolah dan di kelas.

2. Siswa kurang tersalurkan minat dan bakatnya dengan model

pembelajaran di dalam kelas.

3. Pendidikan di dalam kelas kurang mengoptimalkan potensi peserta

didik dan terkesan hanya transfer ilmu saja.

4. Kurangnya pihak yang berperan mewadahi kegiatan pengembangan

kreativitas dan kecerdasan majemuk di bidang pendidikan.

5. Kurangnya kegiatan pengembangan kreativitas siswa di luar

lingkungan kelas.

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang dibahas oleh peneliti ini lebih fokus, maka perlu

dilakukan pembatasan masalah. Masalah dibatasi pada kurangnya pihak

yang berperan mewadahi kegiatan pengembangan kecerdasan majemuk di

bidang pendidikan, sehingga perlu adanya program gelar pelajar di Kota

(23)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah ditentukan, maka dapat dimbil

beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi program “Gelar Pelajar di Kota Yogyakarta”

meliputi tahap pengorganisasian, interpretasi, aplikasi, komunikasi,

sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi?.

2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam implementasi

program “Gelar Pelajar Yogyakarta”?.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Menjelaskan implemntasi program “Gelar Pelajar Yogyakarta”.

2. Mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendudukung dalam

implementasi program “Gelar Pelajar Yogyakarta”.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

a. Manfaat teoritis

Berdasarkan teori-teori yang digunakan, penelitian ini diharapkan

memberikan manfaat, yaitu agar pembaca dapat mengetahui

(24)

b. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan yaitu agar pembaca

setelah membaca tulisan ini, dapat ikut mendukung terselenggaranya

(25)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Implementasi

1. Pengertian Implementasi

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat

diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan

dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk

kemudian dijalankan sepenuhnya.

Kalau diibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat

oleh seorang Insinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada

kertas kalkirnya maka implementasi yang dilakukan oleh para tukang adalah

rancangan yang telah dibuat tadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil

akan melenceng atau tidak sesuai dengan rancangan, apabila yang dilakukan

oleh para tukang tidak sama dengan hasil rancangan akan terjadi masalah

besar dengan bangunan yang telah di buat karena rancangan adalah sebuah

proses yang panjang, rumit, sulit dan telah sempurna dari sisi perancang dan

rancangan itu.

Maka implementasi kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan

sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk

dijalankan dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar

akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang

dari yang telah dirancang maka terjadilah kesia-sian antara rancangan

(26)

Rancangan kurikulum dan implementasi kurikulum adalah sebuah

sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya (konsep

linearitas) dalam arti impementasi mencerminkan rancangan, maka sangat

penting sekali pemahaman guru serta aktor lapangan lain yang terlibat

dalam proses belajar mengajar sebagai inti kurikulum untuk memahami

perancangan kurikulum dengan baik dan benar. Implementasi kebijakan

dimaksudkan sebagai tindakan yang dilakukan oleh

individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta

yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan

terjlebih dahulu. Yakni tindakan-tindakan yangmerupakan usaha sesaat

untuk mentransformasikan keputusan ke dalam istilah operasional, maupun

usaha berkelanjutan untuk mencapai perubahan besar dan kecil yang

diamanatkan oleh keputusan kebijakan.

Selanjutnya, M. Grindle (Rohman, 2013: 136) menambahkan

bahwa, proses implementasi mencakup tugas-tugas, membentuk suatu

ikatan yang memungkinkan arah suatu kebijakan dapat direalisasikan sebagi

hasil dari aktivitas pemerintahan. Seperti tugas-tugas dalam hal

mengarahkan sasaran atau objek, penggunaan dana, ketepatan waktu,

memanfaatkan organisasi pelaksana, partisipasi masyarakat, kesesuaian

program dengan tujuan kebijakan.

2. Pengertian program

Program merupakan kumpulan kegiatan untuk menjalankan misi

(27)

ditetapkan setiap tahun selama kurun waktu tertentu yang akan dijabarkan

lebih lanjut dalam suatu rencana kinerja dan merupakan bagian integral

dalam proses perencanaan strategi dan merupakan dasar yang kuat untuk

mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja serta lebih menjamin

suksesnya pelaksanaan rencana yang sifatnya menyeluruh

(KBBI,2007:301). 

3. Tahap Implementasi Program

Program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

didefinisikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang

akan dijalankan. Dalam implementasi kebijakan/program terdapat beberapa

tahapan yang akan dilalui. Charles O. Jones dalam buku Politik Ideologi

Pendidikan (Arif Rohman, 2009: 135) menjelaskan bahwa implementasi

program adalah suatu aktivitas atau tahapan yang dimaksudkan untuk

melaksanakan kebijakan. Ada tiga pilar aktivitas atau tahapan dalam

pelaksanaan kebijakan tersebut yaitu meliputi :

1) Pengorganisasian, pembentukan atau penataan kembali sumberdaya,

unit-unit serta metode untuk menjalankan program agar bisa berjalan

sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

2) Interpretasi, aktivitas menafsirkan agar suatu program menjadi rencana

dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan sesuai

(28)

3) Aplikasi, berhubungan langsung dengan perlengkapan rutin bagi

pelayanan, pembayaran atau yang lainnya yang disesuaikan dengan

tujuan atau perlengkapan program.

Joko Widodo (2010: 90-94) menyebutkan beberapa tahapan

implementasi kebijakan yaitu tahap interpretasi, tahap organisasi, dan tahap

aplikasi. Berikut penjelasan dari tahapan tersebut :

1) Tahap Interpretasi

Tahap Interpretasi adalah tahap penguraian pokok dari suatu

kebijakan atau program yang bersifat abstrak agar lebih operasional dan

mudah dipahami sehingga dapat dimengerti oleh para pelaku dan sasaran

kebijakan.

2) Tahap Organisasi

Tahap Organisasi adalah tindakan peraturan dan penetapan

pembagian tugas pelaksana kebijakan termasuk di dalamnya terdapat

kegiatan penetapan anggaran, kebutuhan sarana dan prasana, penetapan

tata kerja, dan manajemen implementasi kebijakan.

3) Tahap Aplikasi

Tahap aplikasi adalah tahap pelaksanaan kebijakan sesuai dengan

rencana yang ditetapkan. Tahapan ini merupakan tahapan untuk

menerapkan kebijakan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan mutu

pada sasaran kebijakan atau program

Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah dalam

(29)

Tahapan dalam implementasi kebijakan atau program adalah tahap

interpretasi, tahap organisasi, dan tahap aplikasi. Tahapan tersebut

dilakukan untuk mengoperasikan program atau kebijakan agar sesuai

dengan tujuan.

4. Tahap Penentu Implementasi Kebijakan / Program

Tahap implementasi kebijakan merupakan tahapan yang penting

dari sebuah kebijakan. Tahap implementasi kebijakan menentukan hasil

dari kebijakan yang telah dibuat. Kebijakan dibuat dengan tujuan

memperbaiki suatu aspek dengan strategi yang tepat namun kebijakan

tersebut bisa terjadi ketidakberhasilan karena pada tahap implementasi

kebijakan belum bisa berjalan sesuai dengan kebijakan. Penentu

keberhasilan atau kegagalan pada implementasi kebijakan dipengaruhi

beberapa faktor. Faktor penentu keberhasilan atau kegagalan implementasi

kebijakan perlu dilakukan analisis. Analisis faktor-faktor tersebut bisa

digunakan untuk bahan pertimbangan untuk meminimalisirkan segala

kemungkinan kegagalan yang terjadi dan memaksimalkan keberhasilan

pada tahap implementasi kebijakan.

Brian W. Hogwood & Lewis A.Gunn (Arif Rohman, 2012:

107-108) mengemukakan bahwa untuk dapat mengimplementasikan suatu

kebijakan dapat dikatakan sempurna (perfect implementation), maka

(30)

a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana

tidak akan menimbulkan gangguan/kendala yang serius.

b. Untuk pelaksanaan suatu program, harus tersedia waktu dan

sumber-sumber yang cukup memadai.

c. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan harus benar-benar ada atau

tersedia.

d. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan

kausalitas yang handal.

e. Hubungan kausalitas tersebut hendaknya bersifat langsung dan hanya

sedikit mata rantai penghubungnya.

f. Hubungan saling ketergantungan harus kecil.

g. Adanya pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.

h. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat

i. Adanya komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

j. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan

mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

Arif Rohman (2009: 147-149) mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang

menentukan keberhasilan dan kegagalan implementasikan kebijakan yaitu:

a. Faktor pertama yang menentukan keberhasilan dan kegagalan pada

implementasi kebijakan berkaitan dengan rumusan kebijakan yang telah

dibuat oleh pengambil keputusan (decision maker). Berhubungan

tentang bagaimana rumusan kalimatnya jelas atau tidak, tujuannya tepat

(31)

tidak, mudah diinterpretasikan atau tidak, mudah dilaksanakan atau

tidak dan sebagainya. Pembuat kebijakan diharapkan

mempertimbangkan hal-hal tersebut sebagai pertimbangan kesepakatan

dalam perumusan kebijakan.

b. Faktor kedua berkaitan dengan personil pelaksananya. Personil

pelaksana mempunyai latar belakang yang berbeda seperti budaya,

bahasa, serta ideologi kepartaian. Tingkat pendidikan, pengalaman,

motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja, kepercayaan, diri,

kebiasaan-kebiasaan, serta kemampuan bekerjasama dari setiap kepribadian

personil pelaksana akan mempengaruhi cara kerja mereka dalam

implementasi kebijakan.

c. Faktor ketiga dari penentu kegagalan dan keberhasilan implementasi

kebijakan adalah faktor organisasi pelaksana. Organsasi pelaksana

dapat menentukan implementasi kebijakan diperhatikan dari jaringan

sistem, hirarki kewenangan masing-masing bagian, strategi distribusi

pekerjaan, model kepemimpinan dari kepala organisasi, peraturan

organisasi, target yang ditetapkan pada masing-masing tahap, model

monitoring yang digunakan dan model evaluasi yang dipakai.

Pendapat lain dikemukakan Model Edward III dalam buku Analisis

Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi (Subarsono, 2012: 90-92)

terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan

kegagalan pada implementasi kebijakan. Faktor tersebut yaitu faktor (1)

(32)

Berikut penjelasan dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

keberhasilan implementasi kebijakan:

1) Faktor Komunikasi (Communication)

Faktor komunikasi merupakan proses pemberian informasi

kepada petugas pelaksana kebijakan. Edward III informasi mengenai

kebijakan perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku

kebijakan dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan

lakukan untuk menjalankan kebijakan tersebut sehingga tujuan dan

sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan (Joko

Widodo, 2010: 97).

Model Edward III berpendapat bahwa dimensi dalam

komunikasi kebijakan terdiri dari dimensi transmisi (transmission),

kejelasan (clarity), dan konsistensi (consistency). Berikut penjelasan

beberapa dimensi dalam komunikasi kebijakan:

a) Dimensi Transmisi

Dimensi transmisi mengharapkan agar kebijakan disampaikan tidak

hanya kepada pelaksana (implementators) kebijakan tetapi juga

disampaikan kepada kelompok sasaran kebijakan serta pihak-pihak

yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung.

b) Dimensi Kejelasan

Dimensi kejelasan menginginkan kebijakan yang ditransmisikan

kepada pelaksana dan sasaran kebijakan dapat diterima dan

(33)

dari kebijakan tersebut sehingga dapat mempersiapkan segala

sesuatu untuk mensukseskan kebijakan tersebut dengan efektif dan

efisien.

c) Dimensi Konsistensi

Dimensi konsistensi menginginkan implementasi kebijakan

berlangsung efektif dengan cara pemberian perintah-perintah

pelaksanaan harus konsisten dan jelas agar kebijakan yang

diterapkan tidak membingungkan.

2) Faktor Sumber daya (Resources)

Faktor sumber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi

kebijakan. Sumber daya merupakan sarana untuk melaksanakan

kebijakan. Sumber daya tersebut berupa sumber daya manusia, sumber

daya anggaran, sumber daya peralatan, dan sumber daya kewenangan.

Berikut penjelasan mengenai sumber daya dalam implementasi

kebijakan:

a) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dapat berwujud implementator atau aparatur

yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan.

Implementator harus memiliki keahlian dan kemampuan

melaksanakan kebijakan serta perlu mengetahui siapa saja yang

(34)

b) Sumber Daya Anggaran

Edward III dalam Joko Widodo (2010: 100) menyatakan bahwa

terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan

yang seharusnya diberikan kepada sasaran kebijakan juga terbatas.

Terbatasnya insentif yang diberikan kepada implementator

merupakan penyebab utama gagalnya pelaksanaan program.

Kesimpulannya adalah apabila sumber daya anggaran terbatas maka

akan sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan.

Disamping itu program tidak bisa dilaksanakan dengan optimal

apabila, keterbatasan anggaran menyebabkan disposisi para pelaku

kebijakan rendah.

c) Sumber Daya Peralatan

Edward III dalam Joko Widodo (2010: 102) menjelaskan bahwa

sumber daya peralatan merupakan sarana yang digunakan sebagai

operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung,

tanah, dan sarana yang semuanya akan memudahkan untuk

memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan.

Kesimpulanya sumber daya peralatan adalah seluruh peralatan yang

berkaitan operasional pelaksanaan.

d) Sumber Daya Kewenangan

Sumber daya kewenangan merupakan hal yang penting dalam

(35)

keberhasilan dalam implementasi kebijakan. Edward III dalam Joko

Widodo (2010: 103) menjelaskan bahwa:

“Kewenangan (authority) yang cukup untuk membuat

keputusan sendiri yang dimiliki oleh suatu lembaga akan mempengaruhi lembaga itu dalam melaksanakan suatu kebijakan. Kewenangan ini menjadi penting ketika mereka dihadapkan suatu masalah dan mengharuskan untuk segera diselesaikan dengan suatu keputusan.”

Pelaksana kebijakan diberikan wewenang yang cukup untuk

membuat keputusan sendiri dalam melaksanakan kebijakan yang

menjadi kewenangannya. Kewenangan tersebut diharapkan mampu

mensuskseskan implementasi kebijakan.

3) Faktor Disposisi (Disposition)

Disposisi merupakan tindakan yang dimiliki oleh implementator seperti

kemauan, kejujuran, dan kesungguhan dalam melaksanakan kebijakan.

Implementator diharapkan memiliki disposisi yang baik sehingga tidak

terjadi perbedaan perspektif dengan pembuat kebijakan. Edward III

dalam Joko Widodo (2010:104-105) menjelaskan bahwa :

“jika implementasi kebijakan ingin berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana (implementors) tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus mempunyai kamauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.”

Kesimpulan dari faktor disposisi adalah menuntut pelaksana kebijakan

untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam proses melaksanakan

kebijakan. Kemampuan pelaksana kebijakan menjadi salah satu penentu

(36)

4) Faktor Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure)

Struktur organisasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap

implementasi kebijakan. Struktur organisasi memiliki prosedur operasi

yang standar (Standard Operating Procedures atau SOP). SOP

berhubungan dengan mekanisme, sistem dan pedoman pelaksanaan

kebijakan. SOP dibuat untuk memberikan pedoman dalam sebuah

organisasi untuk melaksanakan suatu program dan kebijakan. Edward

III dalam Joko Widodo (2010: 107) menyatakan bahwa :

“jelas tidaknya standar operasi, baik menyangkut mekanisme, sistem dan prosedur pelaksanaan kebijakan, pembagian tugas pokok, fungsi dan kewenangan, dan tangggung jawab diantara pelaku, dan tidak harmonisnya hubungan diantara organisasi pelaksana satu dengan yang lainnya ikut pula menentukan keberhasilan implementasi kebijakan.”

Kesimpulan dari beberapa pendapat tersebut adalah implementasi

merupakan tahapan yang vital dalam kebijakan. Implementasi kebijakan

mempunyai beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan

maupun kegagalan sebuah kebijakan. Faktor penentu yang

mempengaruhi implementasi kebijakan di antaranya adalah komunikasi

(transmisi, kejelasan, konsistensi), sumber daya (sumber daya manusia,

anggaran, peralatan, kewenangan), disposisi, dan struktur birokrasi.

B.Program Gelar Pelajar

1. Pergelaran/ gelar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pergelaran atau gelar

(37)

Pergelaran menunjukan tempat berlangsungnya acara secara tetap dalam

menampilkan sebuah karya tertentu.

2. Gelar Pelajar Yogyakarta

Progam Gelar Pelajar merupakan kegiatan yang mewadahi seluruh

siswa Kota Yogyakarta mulai dari TK sampai SMA/SMK dalam hal

pengembangan bakat dan kreativitas, disini para siswa diperbolehkan

menampilakan hasil kreasi mereka baik secara perorangan maupun

berkelompok untuk mewakili sekolahanya. Setiap tahunya sesuai dengan

anggaran dasar, program ini dilaksanakan selama sembilan bulan secara

rutin, acara ini dilaksanakan setiap sebulan sekali di minggu pertama saat

acara Car Free Day, bertempat di depan kantor Kedaulatan Rakyat.

C. Hakekat Pengembangan

Konsep pengembangan merupakan sebuah keharusan yang harus

diaplikasikan dalam kehidupan, Kata konsep artinya ide, rancangan atau

pengertian yang diabstrakan dari peristiwa kongkrit (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2002 : 589) sedangkan pengembangan artinya proses, cara,

perbuatan mengembangkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002 : 538).

Dengan demikian konsep pengembangan adalah rancangan mengembangkan

sesuatu yang sudah ada dalam rangka meningkatkan kualitas lebih maju.

Bila konsep pengembangan ini diterapkan dalam dunia pendidikan,

maka ide, gagasan ataupun rancangan yang sudah dianggap matang dan

berhasil kemudian lebih ditinggkatkan dengan tujuan kualitas pendidikan yang

(38)

digulirkan. Sebagai contoh seorang pendidik ingin lebih maju dan terdepan

dalam menyampaikan materi pelajarannya di sekolah, maka yang harus

diperhatikan itu adalah konsepnya dalam pengembangan itu terus dihimpun,

misalnya dengan cara mengikuti seminar-seminar, workshop, In House

Training seputar pendidikan, karena yakin dengan sering mengikuti

kegiatan-kegiatan tersebut akan mendapatkan wawasan dan cakrawala berpikir ke arah

yang lebih maju.

Berdasarkan pendapat di atas, maka hakekat dari pengembangan adalah

tahapan-tahapan yang dilalui oleh seorang individu dalam usahac

menyempurnakan sifat-sifat sebelumnya dengan pengaruh dari pengalaman

dari berbagai faktor yang dialami oleh manusia selama hidupnya yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif sebagai serangkaian perubahan progresif.

D.Kecerdasan Majemuk

Pengertian Kecerdasan Majemuk

Selain bahwa setiap individu memiliki intelegensi yang berbeda-beda,

ternyata intelegensi pun memiliki berbagai jenis. Dalam hal ini terdapat teori

yang paling mutakhir tentang jenis-jenis intelegensi, yaitu teori Multiple

Intelligence (kecerdasan majemuk) yang dikemukakan oleh Howard Gardner

(1983) (dalam Rohman, 2012:hal 56 )

Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu, Howard Gardner (1983)

(dalam Rohman, 2012:hal 56) menemukan sebuah teori tentang kecerdasan. Ia

(39)

IQ atau tes apapun itu. Ia juga mengatakan bahwa orang yang berbeda

memiliki kecerdasan yang berbeda. Pada tahun 1983 Howard Gardner dalam

bukunya The Theory of Multiple Intelligence, mengusulkan delapan macam

komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelligence

(Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda tersebut meliputi: (1) kecerdasan

linguistic-verbal dan (2) kecerdasan logiko-matematik yang sudah dikenal

sebelumnya, ia menambahkan dengan komponen kecerdasan lainnya yaitu (3)

kecerdasan spasial-visual, (4) kecerdasan ritmik-musik, (5) kecerdasan

kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal. Sekarang

tujuh kecerdasan tersebut di atas sudah bertambah lagi dengan satu komponen

kecerdasan yang lain, yaitu (8) kecerdasan naturalis. Berikut penjelasan dari

beberapa komponen di atas:

1) Kecerdasan Linguistic-Verbal Kecerdasan linguistik (Linguistic

intelligence)

Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya

dengan jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata

seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal

ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat,

berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai

aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini

sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi,

editor, guru. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan

(40)

a. Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.

b. Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu

komunikasi verbal.

c. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca

karya orang lain.

d. Mampu menulis dan berbicara secara efektif.

e. Tertarik pada karya jurnalisme, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau

melakukan perbaikan pada karya tulis.

f. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui

diskusi, ataupun debat.

g. Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.

h. Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.

Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum,

pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio/TV, dan

sebagainya.

2) Kecerdasan Logis - Matematik (Logical – mathematical intelligence)

Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk

berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah,

adanya konsistensi dalam pemikiran. Seseorang yang cerdas secara

logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka

belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu,

menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara

(41)

mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi

mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar

menemukan alur pikir yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga

kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan,

serta mampu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,

mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap

bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.

b. Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.

c. Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.

d. Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman

komputer, metode riset.

e. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat

hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat.

f. Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan

hukum.

g. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek

yang konkret.

Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis/programer komputer,

(42)

3) Kecerdasan Spasial-Visual (Spatial intelligence)

Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat

secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman

dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah

lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara

goresan-goresan kuas, meskipun orang lain tidak mampu melihatnya. Dengan

mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai

kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar

belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar

bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat

dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek.

Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan

kemudian member arti terhadap gambaran tersebut.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut:

a. Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.

b. Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.

c. Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.

d. Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.

e. Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan

manipulasi.

f. Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan

warna.

(43)

Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis,

desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan

sebagainya.

4) Kecerdasan Ritmik-Musik (Musical intelligence)

Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk

menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama, dan secara

emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu

alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa seseorang

melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa (Plato). Musik dapat

membantu seseorang mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan

seseorang atau sekelompok orang yang sedang menari atau berolahraga

senam ritmik mesti selalu disertai dengan alunan musik. Banyak pakar

berpendapat bahwa kecerdasan musik merupakan kecerdasan pertama yang

harus dikembangkan dilihat dari sudut pandang biologi (saraf) kekuatan

musik, suara dan irama dapat menggeser pikiran, memberi ilham,

meningkatkan ketakwaan, meningkatkan kebanggaan nasionalisme serta

mengungkapkan kasih sayang untuk orang lain. Kecerdasan musikal dapat

member nilai positif bagi siswa karena: (a) meningkatkan daya kemampuan

mengingat; (b) meningkatkan prestasi/kecerdasan; (c) meningkatkan

kreativitas dan imajinasi.

Suatu studi yang dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan bahwa

sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan musik selama delapan

(44)

kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik hanya meningkat 6%.

Mungkin sering kita melihat ada siswa atau orang yang lebih suka belajar

bila ada musik yang diperdengarkan (Gaya belajar auditory). Pada orang ini

informasi akan lebih mudah tersimpan di dalam memorinya, karena mereka

mampu menegosiasikan irama musik dengan informasi pengetahuan yang

mereka baca meskipun kadang-kadang mereka tidak menyadarinya.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.

a. Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan

alat musik.

b. Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.

c. Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.

d. Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.

e. Mampu menciptakan komposisi musik.

f. Senang improvisasi dan bermain dengan suara.

g. Menyukai dan mampu bernyanyi.

h. Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau

pemusik.

i. Mampu menganalisis/mengkritik suatu musik.

Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi

musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi,

(45)

5) Kecerdasan Kinestetik (bodily- kinesthetic intelligence)

Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk

membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang

memungkin tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan gerakan.

Secara biologi ketika lahir semua bayi dalam keadaan tidak berdaya,

kemudian berangsur-angsur berkembang dengan menunjukkan berbagai

pola gerakan, tengkurap, “berangkang”, berdiri, berjalan, dan kemudian

berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang dan

akrobatik.

Kecerdasan ini amat penting karena bermanfaat untuk (a)

meningkatkan kemampuan psikomotorik, (b) meningkatkan kemampuan

sosial dan sportivitas, (c) membangun rasa percaya diri dan harga diri dan

sudah barang tentu (d) meningkatkan kesehatan.

Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai

berikut.

a. Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam

menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide,

pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani

objek.

b. Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan

keanggunan dalam bergerak.

c. Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play,

(46)

d. Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.

e. Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang

dipelajari.

f. Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap

apa yang dialami atau dilihat.

Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli

mekanik/montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet

profesional, dan sebagainya.

6) Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal intelligence)

Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk

berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain,

seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati,

maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon

yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan

sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan

disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan

kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam

membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga

berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang

berhubungan dengan perselihan dengan orang lain.

Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat

hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat

(47)

memiliki kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri,

(b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam

pekerjaan. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan

sebagai berikut:

a. Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin

hubungan sosial.

b. Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang

lain.

c. Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi

dengan efektif, baik secara verbal maupun non-verbal.

d. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang

berbeda, mampu menerima umpan balik yang disampaikan orang lain,

dan mampu bekerja sama dengan orang lain.

e. Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.

f. Mau melihat sudut pandang orang lain.

g. Menciptakan dan mempertahankan sinergi.

Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian

personalia/humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli

psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.

7) Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal intelligence)

Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang menyangkut

kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan

(48)

kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat penilaian tentang diri mereka

sendiri, tentang gagasan, dan impiannya. Mereka juga mampu

mngendalikan emosis mereka untuk membimbing dan memperkaya dan

memperluas wawasan kehidupan mereka sendiri. Lebih jelasnya

kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu

menyalurkan pikiran dan perasaan.

b. Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.

c. Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang

berkelanjutan dan mau meningkatkan diri.

d. Mengembangkan konsep diri dengan baik.

e. Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur

spiritual.

f. Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan

keadaaan saat ini.

g. Mampu menyelami/mengerti kerumitan dan kondisi manusia.

Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi,

perencana program, pengusaha, dan sebagainya.

8) Kecerdasan Naturalis (Naturalist intellegence)

Kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan serta

menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di

lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan

(49)

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali berbagai

jenis flora dan fauna serta kejadian alam, misalnya asal-usul binatang,

pertumbuhan tanaman, terjadinya hujan, manfaat air bagi kehidupan,

tata surya, dan kejadian alam lainnya. Kecerdasan naturalis ini

berkaitan dengan wilayah otak bagian kiri, yakni bagian yang peka

terhadap pengenalan bentuk atau pola kemampuan membedakan dan

mengklasifikasikan sesuatu. Jika anak dengan mudah dapat menandai

pola benda-benda alam, dan mengingat benda-benda alam yang ada di

sekitarnya, maka anak dapat dikatakan memiliki kecerdasan naturalis

tinggi. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan

sebagai berikut:

a. Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek

alam, tanaman atau hewan.

b. Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.

c. Mampu mengenali pola di antara spesies.

d. Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.

e. Senang memelihara tanaman, hewan.

f. Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop

untuk mempelajari suatu organisme.

g. Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.

h. Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung,

(50)

Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung,

pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna/flora, penjaga

museum zoologi/ botani dan kebun binatang, dan sebagainya.

Dalam buku terbarunya, ‘Intelligence Reframed’ : Multiple

Intelligence for The 21st Century (1999), Howard Gardner,

menambahkan dan menjelaskan 9 kecerdasan yaitu Kecerdasan

Eksistensial (kecerdasan makna) (Existententia intlligence), anak

belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di

sini?”, “Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam keluarga,

sekolah dan kawan-kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari

koneksi-koneksi antar dunia dengan kebutuhan untuk belajar.

E.Peserta didik

Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Umumnya merupakan

sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan

berkembang ke arah kedewasaaan. ia adalah sosok yang selalu mengalami

perkembangan sejak lahir sampai meninggal dengan perubahan-perubahan

yang terjadi secara wajar (Sutari Imam Barnadib, 1995). Istilah peserta didik

pada pendidikan formal di sekolah jenjang dasar dan menengah dikenal dengan

nama anak didik atau siswa, sedangkangkan pendidikan di pondok pesantren

(51)

Menurut Sutari Imam Barnadib (1995) peserta didik sangat tergantung

dan membutuhkan bantuan dari orang lain yang memiliki kewibawaan dan

kedewasaaan. Sebagai anak, peserta didik masih dalam kondisi lemah, kurang

berdaya, belum bisa mandiri, dan kekurangan dibandingkan orang dewasa;

namun dalam dirinya terdapat potensi bakat dan disposisi luar biasa yang

memungkinkan tumbuh dan bekembang melalui pendidikan.

Berdasarkan pendapat di atas maka peserta didik adalah bagian dari

masyarakat yang mengembangkan seluruh potensinya melalui sebuah proses

pendidikan dan tergantung atau membutuhkan bantuan dari orang disekitarnya

untuk menuju ke arah kedewasaan.

a. Ciri peserta didik

Ciri khas peserta didik ysng perlu dipahami oleh pendidik sebagaimana

dijelaskan oleh Umar Tirtarahardja dan La Sulo dalam buku memahami

ilmu pndidikan (Arif Rohman,2013:105) adalah peserta didik merupakan :

1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga

menjadi insan yang menarik, maksudnya ia sejak lahir telah memiliki

potensi-potensi yang berbeda dengan individu lain yang ingin

dikembangkan dan diaktualisasikan.

2) Individu yang sedang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam

diri peserta didik secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri

maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan.

3) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan

(52)

berkembang punya potensi fisik dan psikis untuk untuk bisa mandiri,

namun karena belum dewasa maka ia membutuhkan bantuan dan

bimbingan dari pihak lain sesuai kodrat kemanusiaanya.

4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Hal ini

dikarenakan bahwa dalam diri anak ada kecenderungan untuk

memerdekakan diri, sehingga mewajibkan bagi pendidik dan orang

tua untuk setapak demi setapak memberikan kebebasan kepada anak

dan pada akhirnya pendidik mensgundurkan diri.

Keempatnya merupakan justifikasi indikasi keunikan peserta didik sebagai

pesona yang multidimensional, sosialitas, religiusitsas, historisitas, dan

moralitas.

Sebagai manusia yang memiliki potensi kodrati, peserta didik

memungkinkan untuk bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok

mahkluk yang sempurna. Banyak teori yang menjelaskan proses dan

pentahapan pertumbuhan dan perkembangan pesrta didik. Setiap terjadi

masa peka (sensitive periods) terhadap kebutuhan tertentu yang

membutuhkan perlakuan tepat. Perkembangan peserta didik melalui

tahap-tahap, yaitu: (1) masa permulaan; (2) masa penanjakan sampai kira-kira

umur 25 tahun; (3) masa puncak masa hidup, pada umur 25 sampai umur

50 tahun; (4) masa penurunan dan menarik diri dari mayarakat (5) masa

akhir kehidupan. Untuk itu terdapat 5 asas perkembangan pada diri peserta

didik;

(53)

b. Anak dilahirkan dalam kondisi tidak berdaya.

c. Anak masih membutuhkan pertolongan dan perlindungan serta

membutuhkan pendidikan untuk kesejahteraan.

d. Anak mempunyai daya untuk berekspresi.

e. Anak mempunyai dorongan untuk mencapai emansipasi dengan orang

lain.

Setiap peserta didik memiliki bakat dan minat. Bakat merupakan

suatu kelebihan yang dimiliki oleh peserta didik yang mengarah pada

aneka kemampuan. Bakat meliputi kemampuan numerik, mekanik, berfikir

abstrak, relasi ruang, dan verbal. Sedangkan minat adalah keinginan yang

berasal dari dalam diri peserta didik terhadap objek atau aktivitas tertentu

F.Kebijakan Tentang Pengembangan Pendidikan Karakter Dalam Program

Gelar Pelajar

Pelaksanaan gelar pelajar di Kota Yogyakarta merupakan program

dalam rangka penanaman pendidikan karakter. Kota Yogyakarta mempunyai

peraturan yang telah ditetapkan mengenai pendidikan karakter yaitu Perwal

No. 60 Tahun 2011 tentang Pengembangan Pendidikan Karakter. Tujuan dari

perwal tersebut tercantum pada pasal 2 sebagai berikut:

Pasal 2:

1) Maksud adanya pedoman pengembangan pendidikan karakter adalah

untuk dijadikan pedoman dalam pengembangan pendidikan karakter pada satuan pendidikan.

2) Tujuan pendidikan karakter adalah :

(54)

b. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

c. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik

sebagai generasi penerus bangsa;

d. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang

mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan

e. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan

belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Pembinaan pendidikan karakter terdapat pada pasal 12 sebagai berikut: Pasal 12:

1. Dinas pendidikan melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan

pengembangan pendidikan karakter.

2. Untuk melaksanakan pembinaan. Dinas Pendidikan dapat membentuk

tim yang beranggotakan intansi terkait, unsur sekolah dan unsur dewan pendidikan

Tim pelaksana program gelar pelajar telah disusun dalam Keputusan

Walikota Yogyakarta Nomor 198 Tahun 2016 tentang Pembentukan Tim

Pelaksana Gelar Pelajar Kota Yogyakarta. Tugas tim pelaksana

dicantumkan pada bab memutuskan bagian kedua yang berisi sebagai

berikut :

a.Penasehat

Memberikan nasehat, arahan dan masukan terkait pelaksanaan Gelar Pelajar.

b.Pembina

Memberikan pembinaan dan masukan dalam hal kebijakan penyelenggaraan Gelar Pelajar.

c.Ketua

Mengkoordinir tugas-tugas mulai dari perencanaan, pengelolaan data peserta, pelaksanaan, pemantauan dan pelaporan.

d.Sekretaris

(55)

e.Anggota

Membantu tugas kesekretariatan mulai dari penyusunan rencana dan penyusunan laporan.

G.PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang dilakukan oleh Sukowati, program studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakarta yang berjudul, “Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan

Kewarganegaran Melalaui Strategi Pembelajan Berbasis Kecerdasan

Majemuk Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Wates Kulon Progo, dari hasil

analisis dapat disimpulkan bahwa:

Pada pelaksanaan pembelajaran Pkn, guru telah menggunakan

strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk seperti apa yang telah

tercantum dalam RPP. Kegiatan yang diaplikasikan dalam pembelajaran PKn

meliputi kegiatan bermain peran dapat mengembangkan kecerdasan linguistik

dan kinestetik. Kegiatan ceramah dan tanya dapat mengembangkan

kecerdasan lingustik. Kegiatan menonton video, mengamati gambar,

mengamati petapikiran, mengamati peta konsep dapat mengembangkan

kecerdasan visual spasial. Kegiatan bermain jawaban stik mengembangkan

kecerdasan kinestetik. Kegiatan bernyanyi dapat mengembangkan kecerdasan

musikal.

Pada proses penilaian, guru menggunakan soala pilihan ganda di

akhir pelajaran. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui seberapa

jauh siswa dapat memahami pelajaran, yang ditujukan dengan perolehan nilai

(56)

kriteriaketuntasan minimal sebesar 75. Rata-rata dari 33 siswa pada sisklus1

yaitu sebesar 70,3 dengen presentase sebesar 51,52 % dan siklus II 80,3

dengan presentase sebesar 84, 85%. Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk yang dalam

pembelajaranya kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa dapat

meninglkatkan hasil belajar PKn.

H.Kerangka Pikir

Program gelar pelajar adalah sebuah wadah siswa Yogyakarta dalam

menyalurkan potensi serta bakatnya yang tidak semuanya bisa didapatkan

dalam proses belajar di ruang kelas, tidak semua siswa merasa nyaman dengan

suasana belajar di dalam kelas yang biasanya hanya menonjolkan sisi

intelektual semata, padahal tidak sedikit dari siswa memiliki potensi pada diri

mereka, namun pada kenyataanya kegiatan-kegiatan pembelajaran yang

bersifat menonjolkan minat dan bakat belum banyak, sehingga siswa kurang

dalam hal pengembangan kreativitas, karena mereka hanya menjadi objek

bahan ajar guru, mereka terkesan hanya seperti gelas kosong yang terus

menerus diisi air oleh guru, peserta didik diposisikan sebagai pihak penerima

ilmu dan guru berposisi pemberi ilmu, dengan adanya praktek pendidikan

seperti itu perlu adanya inovasi agar siswa dapat mengeluarkan semua potensi

dalam dirinya.

Progam Gelar Pelajar merupakan kegiatan yang mewadahi seluruh

(57)

pengembangan bakat dan kreativitas, disini para siswa diperbolehkan

menampilkan hasil kreasi mereka baik secara perorangan maupun

berkelompok untuk mewakili sekolahnya. Setiap tahunya sesuai dengan

anggaran dasar, program ini dilaksanakan selama sembilan bulan secara rutin,

namun karena adanya hambatan kegiatan yang seharusnya di mulai bulan

maret dilakukan mulai bulan april, acara ini dilaksanakan setiap sebulan sekali

di minggu ke dua saat acara Car Free Day, bertempat di depan kantor

Kedaulatan Rakyat.

Kegiatan ini setiap pelaksanaan selalu berbeda tema dimaksudkan

agar tidak monoton dan terlihat lebih menarik, seluruh peserta dari setiap

perwakilan sekolahnya wajib mematuhi tema yang telah ditentukan, sehingga

seluruh kreasi yang ditampilakan harus dipersiapkan secara matang sesui

dengan tema, sebagai contoh pada tanggal 21 April merupakan Hari Kartini,

untuk memperingatinya maka Gelar Budaya pada bulan april di beri tema

”Hari Karini” dan setiap penampilan harus memasukan unsur-unsur yang

(58)
[image:58.612.131.546.85.440.2]

Berikut adalah alur ilustrasi dari kerangka berfikir dalam penelitian ini:

Gambar 1. Kerangkar Berfikir

I. PERTANYAAN PENELITIAN

3. Bagaimana implementasi dalam program “Gelar Pelajar Yogyakarta” ?

4. Bagaimana sosialisai dalam program “Gelar Pelajar Yogyakarta” ?

5. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam implementasi program

“Gelar Pelajar Yogyakarta” ?

6. Bagaimana implementasi pengembangan kecerdasan majemuk dalam

program “Gelar Pelajar Yogyakarta”?

 

Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomer 60 tahun 2011 tentang Pengembangan Pendidikan Karakter

Program Gelar Pelajar

Implementasi

Program Teori Charles O. Jones

1. Tahap Pengorganisasian 2. Tahap Interpretasi 3. Tahap Aplikasi

Implementasi Program Gelar Pelajar dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Majemuk Siswa di Kota Yogyakarta

Faktor Penghambat :

 Komunikasi

 Sumber Daya

 Disposisi

 Struktur Birokrasi

Faktor Pendukung :

 Komunikasi

 Sumber Daya

 Disposisi

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena bermaksud untuk

mendiskripsikan keterangan-keterangan tentang data yang didapat dari

lapangan berupa data tertulis ataupun lisan melalui wawancara dari

orang-orang yang diteliti saat pelaksanaan penelitian.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian lapangan (field research)

yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di lapangan untuk

memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini secara khusus didesain

untuk menggambarkan fenomena yang ada yaitu implementasi program gelar

pelajar dalam proses pengembangan kecerdasan majemuk siswa di kota

Yogyakarta

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan

jalan Mangkubumi. Alasan pemilihan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian

karena peneliti ingin mengulas lebih dalam mengenai proses pengembangan

kecerdasan majemuk di kota Yogyakarta melalui program gelar pelajar.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai bulan

Agustus 2016 guna mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan terperinci.

Waktu tiga bulan tersebut digunakan peneliti untuk mencari data secara

(60)

terpernci. Selama tiga bulan tersebut peneliti mencoba ikut terlibat langsung

dalam pelaksanaan program gelar.

C.Subjek dan Objek Penelitian

Pemilihan subjek atau narasumber dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Sugiyono (2012:124)

purposive sampling adalah teknik penentuan narasumber atau informan

dengan pertimbangan tertentu. Penentuan sampel atas dasar kriteria atau

pertimbangan tertentu dimaksudkan untuk mendapat berbagai macam

narasumber yang tepat dengan sebanyak mungkin informasi sehingga dapat

diperoleh kebenaran dari data yang disampaikan oleh narasumber. Berikut

yang menjadi narasumber pada penelitian ini:

1. Kepala Bagian Pengembangan Pendidikan Dinas Pendidikan Kota

Yogyakarta.

2. PPTK (Pejabat Penanggung jawab Teknis kegiatan) Program Gelar pelajar

di Kota Yogyakarta.

3. Guru Pembimbing Setiap sekolah yang di teliti.

4. Siswa yang

Gambar

Gambar 1. Kerangkar Berfikir
Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi
Gambar 3. Triangulasi Sumber Data
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan di atas, meskipun secara keseluruhan penafsiran Nadirsyah Hosen tidak begitu menampakkan hal-hal yang bersifat baru, karena pada dasarnya

Namun yang jauh lebih penting yaitu bagaiman menciptakan KEK sebagai sarana dasar untuk mendorong permintaan baru yang bersumber dari permintaan domestik

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Penerapan pembelajaran outbound

Potensi nutrien yaitu protein kasar dan energi yang dinyatakan dalam TDN dari setiap wilayah kecamatan, dihitung dengan cara mengalikan potensi rumput dan

Tipe kepemimpinan seperti Presiden Soeharto mungkin akan dirindukan oleh kebanyakan bangsa Indonesia karena pada saat beliau menjadi Presiden kita mengalami

[r]

Kemudian, nilai m dan k serta nilai parameter kompaksi laboratorium digunakan pada persamaan model Goswami untuk memperoleh Berat Isi Kering Maksimum estimasi (

Adakah mereka telah Bapak ibu asuh dengan adab dan sopan santun Islam, seperti: berbakti kepada orang tua, silaturrahim, berbuat baik kepada tetangga, menghormati