IMPL
PENG
EMENTAS
GEMBANG
D
gu
PROG
JURUSAN
UN
SI PROGR
GAN KECE
Y
Diajukan kep
Univer
untuk Mem
una Memper
Faqih Qi
N
GRAM STU
N FILSAFA
FAKULT
NIVERSITA
D
RAM GELA
ERDASAN
YOGYAKA
SKRIP
pada Fakult
rsitas Neger
menuhi Seba
roleh Gelar
Oleh
iyamuddin M
NIM 12110
UDI KEBIJ
AT DAN SO
TAS ILMU
AS NEGER
DESEMBE
AR PELAJ
N MAJEMU
ARTA
PSI
tas Ilmu Pen
ri Yogyakar
agian Persy
r Sarjana Pe
h
Miftahul Fa
024408
JAKAN PE
OSIOLOG
PENDIDIK
RI YOGYA
ER 2016
JAR DALA
UK SISWA
ndidikan
rta
aratan
ndidikan
allah
ENDIDIKA
I PENDIDI
KAN
AKARTA
AM PROSE
A DI KOTA
AN
IKAN
MOTTO
“kita punya arah, terus saja melangkah, tapi jangan serakah, cari yang hasilnya
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya, karya ini saya persembahkan untuk :
1.
Bapak, ibu, kakak dan adiku
2.
Almamaterku, KP FIP UNY
IMPLEMENTASI PROGRAM GELAR PELAJAR DALAM PROSES
PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA DI KOTA
YOGYAKARTA
Oleh
Faqih Qiyamuddin M.F
NIM 12110244028
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1) implementasi program
gelar pelajar dalam proses pengembangan kecerdasan majemuk siswa di kota
Yogyakarta, 2) faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi program
tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian
ini adalah PPTK (Pejabat Penanggung jawab Teknis Kegiatan) program gelar
pelajar, guru dan siswa. Metode pengumpulkan data melalui wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi. Tahapan dalam teknik analisis data yang
digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi sumber dan teknik.
Hasil penelitian menunjukkan implementasi program gelar pelajar dalam
proses pengembangan kecerdasan majemuk siswa di kota Yogyakarta sudah
membentuk tim pelaksana berserta tugas masing-masing, tahap interpretasi
menggunakan cara sosialisasi. Sosialisasi dilakukan saat rapat bersama, Dinas
Pendidikan Yogyakarta sudah melakukan tahapan aplikasi dengan menerapkan
pengembangan kecerdasan majemuk berupa penetapan anggaran dan peralatan
dengan melakukan sosialisasi. Pengembangan kecerdasan majemuk belum
sepenuhnya dapat di implementasikan dalam program gelar pelajar karena
sifatnya yang lebih mewadahi kegiatan ekstra kulikuler. Faktor penghambat
implementasi program gelar pelajar dalam proses pengembangan kecerdasan
majemuk siswa di kota Yogyakarta terjadi pada faktor cuaca dan peralatan
pendukung. Faktor pendukung implementasi program gelar pelajar dalam proses
pengembangan kecerdasan majemuk siswa di kota Yogyakarta dapat dijumpai
pada faktor antusiasme yang tinggi dari sekolah, adanya
car free day
dan
komunikasi antara pihak terkait.
Kata kunci
: implementasi, program, gelar pelajar
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PROGRAM
GELAR PELAJAR DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN MAJEMUK
DI KOTA YOGYAKARTA” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun
guna memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini diberikan bantuan, arahan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu Penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1.
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta atas izin
yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.
2.
Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan atas izin yang diberikan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
3.
Bapak Dr. Dwi Siswoyo. M. Hum., Dosen Pembimbing skripsi yang selalu
memberikan perhatian dan dengan sabar serta senantiasa memberikan
ilmu, bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
4.
Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang telah memberikan
izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian disekolah.
5.
Ibu dan Bapak anggota pelaksana program gelar pelajar telah meluangkan
waktu di sela-sela kesibukannya untuk membantu peneliti dalam
mengambil data penelitian.
6.
Kedua orang tua dan kakak-kakakku yang selalu memberikan doa dan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
7.
Sahabat sekaligus orang yang membantu penelitian, terima kasih karena
telah membantu pengambilan data penelitian di sekolah dan selalu
memberi motivasi.
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL
... i
HALAMAN PERSETUJUAN
... ii
HALAMAN PERNYATAAN
... iii
HALAMAN PENGESAHAN
... iv
MOTTO
... v
PERSEMBAHAN
... vi
ABSTRAK
... vii
KATA PENGANTAR
... viii
DAFTAR ISI
... x
DAFTAR TABEL
... xiii
DAFTAR GAMBAR
... xiv
DAFTAR LAMPIRAN
... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Implementasi ... 10
1. Pengertian Implementasi ... 11
2. Pengertian Program ... 11
3. Tahap Implementasi Kebijakan/Program ... 12
4. Tahap Penentu Implementasi Kebijakan/Program ... 14
B. Program Gelar Pelajar ... 21
1. Gelar ... 21
C. Hakekat Perkembangan/Pengembangan ... 22
D. Kecerdasan Majemuk ... 23
1. Pengertian Kecerdasan Majemuk ... 23
E. Peserta Didik ... 35
F. Kebijan Tentang Pengembangan Pendidikan Karakter ... 38
G. Penelitian yang Relevan ... 40
H. Kerangka Berfikir ... 41
I. Pertanyaan Penelitian ... 43
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ... 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44
C. Subjek dan Obyek Penelitian ... 45
D. Metode Pengumpulan Data ... 45
E. Instrumen Penelitian ... 46
F. Teknik Analisis Data ... 49
G. Uji Keabsahan Data ... 50
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A . Hasil Penelitian ... 52
1.
Profil Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ... 52
2.
Implementasi Program Gelar Pelajar dalam Pengembangan
Kecerdasan Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 57
3.
Faktor Penentu Program Gelar Pelajar dalam Pengembangan
Kecerdasan Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 63
4.
Faktor Penghambat Implementasi Program Gelar Pelajar dalam
Pengembangan Kecerdasan Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 78
5.
Faktor Pendukung Program Gelar Pelajar dalam Pengembangan
Kecerdasan Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 79
B. Pembahasan ... 80
1.
Implementasi Program Gelar Pelajar dalam Pengembangan Kecerdasan
Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 81
2.
Faktor Penentu Implementasi Program Gelar Pelajar dalam
Pengembangan Kecerdasan Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 88
3.
Faktor Penghambat Implementasi Program Gelar Pelajar dalam
Pengembangan Kecerdasan Majemuk Siswa Kota Yogyakarta ... 99
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 102
B. Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA
... 107
LAMPIRAN
... 109
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Jumlah Lembaga Sekolah ... 54
Tabel 2. Jumlah Guru Menurut Status Kepegawaian ... 54
Tabel 3. Data Partisipasi Pendidikan di Kota Yogyakarta ... 55
Tabel 4. Susunan Tim Pelaksana Program Gelar Pelajar ... 69
Tabel 5. Rincian anggaran Program Gelar Pelajar ... 71
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Kerangka Berfikir ... 43
Gambar 2. Teknik Analisis Data ... 49
Gambar 3. Trianggulasi Sumber Data ... 51
Gambar 4. Trianggulasi Teknik ... 51
Gambar 5. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ... 56
Gambar 6. Kegiatan Sosialisasi Program Gelar Pelajar ... 66
Gambar 7. Komunikasi Sebelum Pelaksanaan Program Gelar Pelajar ... 76
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 109
Lampiran 2. Pedoman Observasi ... 111
Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ... 117
Lampiran 4. Hasil Wawancara ... 113
Lampiran 5. Catatan Lapangan ... 121
Lampiran 6. Foto Penelitian ... 124
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk yang diberi keistimewaan dari Tuhan
berupa akal dan fikiran, dengan kelebihan tersebut sudah tentu menjadikan
pendidikan sebagai elemen penting dalam setiap sendi kehidupan.
Perkembangan zaman membuat perkembangan pendidikan dari bentuk
sederhana menjadi lebih komplek, hal ini merupakan peran pemerintah
sesuai UUD 1945. Pasal 31 ayat 3 yang berbunyi: “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang”.
Pendidikan menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan
bermasyarakat, seiring berkembangnya zaman banyak sekali sektor yang
berkembang mulai dari sektor ekonomi, sektor sosial, sektor tehnologi dan
sektor budaya. Pesatnya semua itu tidak lepas dari cepatnya manusia
untuk belajar menerima berbagai macam ilmu dan informasi dikarenakan
manusia sendiri mampu belajar mulai dari dalam kandungan sampai tua
(meninggal/liang lahat) tanpa adanya batasan jarak dan wilayah.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar seluruh peserta
didik mampu berperan secara aktif mengembangkan potensi dirinya,
potensi yang meliputi bakat dan minat dalam mengembangkan kreativitas
penunjang proses belajar peserta didik.
UUD 1945 pasal 31 ayat 1 berbunyi, “Setiap warga negara berhak
untuk mendapatkan pendidikan”. Pemerintah Indonesia tentu sangat
mengetahui kewajibannya agar seluruh warga/rakyatnya mendapatkan
pendidikan yang mampu mengembangkan seluruh potensinya, oleh sebab
itu melalui Dinas Pendidikan maka seluruh aktivitas pendidikan
diharapkan dapat dilaksanakan lebih efisien dan bisa dipantau
perkembangannya, hal tersebut juga berlaku di Kota Yogyakarta.
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta adalah sebuah lembaga yang
bergerak dalam bidang pendidikan. Berlokasi di Jln. Hayam Wuruk No 11,
Yogyakarta. Dinas Pendidikan Yogyakarta memiliki struktur organisasi
yang tediri dari Kepala Dinas, Sekertaris yang didukung oleh 4 Sub
Bagian (Keuangan, Umum, Kepegawaian, Administrasi keuangan dan
pelaporan), Bidang Dikdas dan TK, Bidang Dikmen, Bidang Pendidikan
Non Formal, Bidang Pengembangan Kependidikan, Pengawas dan Unit
Pelaksana Teknik.
Pengembangan kependidikan merupakan salah satu bidang di
bawah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, dalam pelaksanan program
kerja dipisahkan/dipecah lagi menjadi 3 Sub Bidang yang terdiri dari
subag Pengembangan Pendidikan, Pengembangan Sarana Prasarana, dan
Pengembangan Tenaga Kependidikan. Bidang ini bertanggung jawab
Sub bidang Pengembangan Sarana Prasarana merupakan unit yang
bertugas dalam masalah pemenuhan sarana dan prasarana yang
mendukung kegiatan belajar mengajar, di unit ini terdiri dari 1 Kepala Sub
bidang dengan dibantu oleh empat staf. Seksi ini memiliki berbagai
program seperti mengatasi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah,
pemenuhan kekurangnya gedung kelas sekolah negeri, kurangnya kursi,
Belanja Modal (Inventaris), perencanaan kebutuhan dan anggaran, melalui
komite kepada Bidang Pengembangan Kependidikan
Sub Bidang Pengembangan Tenaga Kependidikan merupakan unit
yang bertugas memberikan insentif, kegiatan kesehatan sekolah yang
meliputi (kegiatan dokter kecil disekolah dasar, penanaman nilai kesehatan
di sekolah, melakukan bimbingan kepada guru olahraga bersama dengan
Balitbang bidang Pengembanagan Makanan, kader kesehatan di SMP dan
SMA), Pengembangan Pengawas Sekolah, Pembinaan dan Pengembangan
Tenaga Laboratorium. Seksi pengembangan pendidikan terdiri dari 1
kepala Sub Bidang dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 2 staff.
Sub Bidang Pengembangan Pendidikan merupakan unit yang bertugas
dalam pengembangan kesiswaan dan ekstrakurikuler siswa, seksi ini terdiri
dari 1 kepala seksi dan 3 staff. Terdapat beberapa program seperti
Konsultasi belajar siswa Online, Pengembangan Muatan Lokal (Mulok),
Seleksi Paskibraka, Pertukaran Pelajar, Gelar Pelajar, dan Pameran
ini terdiri dari 1 kepala Sub Bidang dan 3 staff. Salah satu kegiatan yang
rutin dilaksanakan setiap tahunya adalah Gelar Pelajar.
Program gelar pelajar ini sebagai wadah siswa Yogyakarta dalam
menyalurkan potensi serta bakatnya yang tidak semuanya bisa didapatkan
dalam proses belajar di ruang kelas, tidak semua siswa merasa nyaman
dengan suasana belajar di dalam kelas yang biasanya hanya menonjolkan
sisi intelektual semata, padahal tidak sedikit dari siswa memiliki potensi
pada diri mereka. Berdasarkan obserfasi awal untuk kegitan yang bersifat
mengembangkan minat dan bakat selain lomba dirasa masih sangat
kurang, oleh karena itu gelar pelajar menjadi solusi namun pada
kenyataanya kegiatan-kegiatan pembelajaran yang bersifat menonjolkan
minat dan bakat belum banyak, sehinngga siswa kurang dalam hal
pengembangan kreativitas, karena mereka hanya menjadi objek bahan ajar
guru, mereka terkesan hanya seperti gelas kosong yang terus menerus diisi
air oleh guru, peserta didik diposisikan sebagai pihak penerima ilmu dan
guru berposisi pemberi ilmu, dengan adanya praktek pendidikan seperti
itu perlu adanya inovasi agar siswa dapat mengeluarkan semua potensi
dalam dirinya.
Progam Gelar Pelajar merupakan kegiatan yang mewadahi seluruh
siswa Kota Yogyakarta mulai dari TK sampai SMA/SMK dalam hal
pengembangan bakat dan kreativitas, disini para siswa diperbolehkan
menampilakan hasil kreasi mereka baik secara perorangan maupun
anggaran dasar, program ini dilaksanakan selama sembilan bulan secara
rutin, acara ini dilaksanakan setiap sebulan sekali di minggu pertama saat
acara Car Free Day, bertempat di depan kantor Kedaulatan Rakyat.
Kegiatan ini setiap pelaksanaanya selalu berbeda tema
dimaksudkan agar tidak monoton dan terlihat lebih menarik, seluruh
peserta dari setiap perwakilan sekolahanya wajib mematuhi tema yang
telah ditentukan, sehingga seluruh kreasi yang ditampilakan harus
dipersiapkan secara matang sesuai dengan tema, sebagai contoh pada
tanggal 21 April merupakan Hari Kartini, untuk memperingatinya maka
Gelar Pelajar pada bulan April di berikan tema ”Hari Karini” dan setiap
penampilan harus memasukan unsur-unsur yang berkaitan dengan tema,
pada setiap pelaksanaan tentu banyak yang perlu dipersiapkan secara
matang, namun pada praktek di lapangan tetap ada kendala maupun
kekurangan untuk itu perlu adanya kajian implementasi program sehingga
nantinya diketahui bagaimana jalanya program, agar peneliti mampu
memberikan pengetahuan dan masukan dalam bentuk rekomendasi positif.
Kajian yang dilakukan bukan bermaksud menyalahkan progam kegiatan
ataupun mencari kesalahan namun bertujuan membantu pihak terkait agar
program kegiatan berjalan lebih baik kedepan.
Adapun dalam Praktek Pembuatan Skripsi Kebijakan Pendidikan
2016 di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ini pada dasarnya
mengembangkan 4 kompetensi yaitu sebagai peneliti, perancang,
dilakukan adalah “Implementasi Progam Gelar Pelajar dalam Poses
Pengembanga Kecerdasan Majemuk Siswa di Kota Yogyakarta”. Terkait
program tersebut merupakan kompetensi sebagai peneliti, karena kegiatan
dilakukan untuk mengumpulkan data, mereduksi, menganalisis data terkait
dengan progran gelar pelajar di kota Yogyakarta. Selain itu juga
mengembangkan kompetesi sebagai perancang karena identifikasi
pelaksanaan program ini akan dijadikan bahan pertimbangan dalam
menemukan solusi yang nantinya dapat menjadi rekomendasi bagi
kebijakan di Subag Pengembangan Kependidikan khususnya, dan Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta pada umumnya. Kompetensi sebagai
fasilitator dapat berupa memfasilitasi Subag Pengembangan Kependidikan
dalam membuat rancangan kebijakan selanjutnya. Selain itu juga
kompetensi networker dapat dilakukan karena penelitian dilakukan dengan
kerjasama berbagai pihak. Dengan demikian program tersebut diharapkan
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilakukan identifikasi masalah
sebagai berikut :
1. Kurangnya wahana pengembangan kreativitas dan kecerdasan
majemuk, khususnya di sekolah dan di kelas.
2. Siswa kurang tersalurkan minat dan bakatnya dengan model
pembelajaran di dalam kelas.
3. Pendidikan di dalam kelas kurang mengoptimalkan potensi peserta
didik dan terkesan hanya transfer ilmu saja.
4. Kurangnya pihak yang berperan mewadahi kegiatan pengembangan
kreativitas dan kecerdasan majemuk di bidang pendidikan.
5. Kurangnya kegiatan pengembangan kreativitas siswa di luar
lingkungan kelas.
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas oleh peneliti ini lebih fokus, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah. Masalah dibatasi pada kurangnya pihak
yang berperan mewadahi kegiatan pengembangan kecerdasan majemuk di
bidang pendidikan, sehingga perlu adanya program gelar pelajar di Kota
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah ditentukan, maka dapat dimbil
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi program “Gelar Pelajar di Kota Yogyakarta”
meliputi tahap pengorganisasian, interpretasi, aplikasi, komunikasi,
sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi?.
2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam implementasi
program “Gelar Pelajar Yogyakarta”?.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Menjelaskan implemntasi program “Gelar Pelajar Yogyakarta”.
2. Mengetahui apa saja faktor penghambat dan pendudukung dalam
implementasi program “Gelar Pelajar Yogyakarta”.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
a. Manfaat teoritis
Berdasarkan teori-teori yang digunakan, penelitian ini diharapkan
memberikan manfaat, yaitu agar pembaca dapat mengetahui
b. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan yaitu agar pembaca
setelah membaca tulisan ini, dapat ikut mendukung terselenggaranya
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Implementasi
1. Pengertian Implementasi
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dapat
diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan
dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk
kemudian dijalankan sepenuhnya.
Kalau diibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat
oleh seorang Insinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada
kertas kalkirnya maka implementasi yang dilakukan oleh para tukang adalah
rancangan yang telah dibuat tadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil
akan melenceng atau tidak sesuai dengan rancangan, apabila yang dilakukan
oleh para tukang tidak sama dengan hasil rancangan akan terjadi masalah
besar dengan bangunan yang telah di buat karena rancangan adalah sebuah
proses yang panjang, rumit, sulit dan telah sempurna dari sisi perancang dan
rancangan itu.
Maka implementasi kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan
sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk
dijalankan dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar
akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang
dari yang telah dirancang maka terjadilah kesia-sian antara rancangan
Rancangan kurikulum dan implementasi kurikulum adalah sebuah
sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya (konsep
linearitas) dalam arti impementasi mencerminkan rancangan, maka sangat
penting sekali pemahaman guru serta aktor lapangan lain yang terlibat
dalam proses belajar mengajar sebagai inti kurikulum untuk memahami
perancangan kurikulum dengan baik dan benar. Implementasi kebijakan
dimaksudkan sebagai tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta
yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan
terjlebih dahulu. Yakni tindakan-tindakan yangmerupakan usaha sesaat
untuk mentransformasikan keputusan ke dalam istilah operasional, maupun
usaha berkelanjutan untuk mencapai perubahan besar dan kecil yang
diamanatkan oleh keputusan kebijakan.
Selanjutnya, M. Grindle (Rohman, 2013: 136) menambahkan
bahwa, proses implementasi mencakup tugas-tugas, membentuk suatu
ikatan yang memungkinkan arah suatu kebijakan dapat direalisasikan sebagi
hasil dari aktivitas pemerintahan. Seperti tugas-tugas dalam hal
mengarahkan sasaran atau objek, penggunaan dana, ketepatan waktu,
memanfaatkan organisasi pelaksana, partisipasi masyarakat, kesesuaian
program dengan tujuan kebijakan.
2. Pengertian program
Program merupakan kumpulan kegiatan untuk menjalankan misi
ditetapkan setiap tahun selama kurun waktu tertentu yang akan dijabarkan
lebih lanjut dalam suatu rencana kinerja dan merupakan bagian integral
dalam proses perencanaan strategi dan merupakan dasar yang kuat untuk
mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja serta lebih menjamin
suksesnya pelaksanaan rencana yang sifatnya menyeluruh
(KBBI,2007:301).
3. Tahap Implementasi Program
Program di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
didefinisikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang
akan dijalankan. Dalam implementasi kebijakan/program terdapat beberapa
tahapan yang akan dilalui. Charles O. Jones dalam buku Politik Ideologi
Pendidikan (Arif Rohman, 2009: 135) menjelaskan bahwa implementasi
program adalah suatu aktivitas atau tahapan yang dimaksudkan untuk
melaksanakan kebijakan. Ada tiga pilar aktivitas atau tahapan dalam
pelaksanaan kebijakan tersebut yaitu meliputi :
1) Pengorganisasian, pembentukan atau penataan kembali sumberdaya,
unit-unit serta metode untuk menjalankan program agar bisa berjalan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
2) Interpretasi, aktivitas menafsirkan agar suatu program menjadi rencana
dan pengarahan yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan sesuai
3) Aplikasi, berhubungan langsung dengan perlengkapan rutin bagi
pelayanan, pembayaran atau yang lainnya yang disesuaikan dengan
tujuan atau perlengkapan program.
Joko Widodo (2010: 90-94) menyebutkan beberapa tahapan
implementasi kebijakan yaitu tahap interpretasi, tahap organisasi, dan tahap
aplikasi. Berikut penjelasan dari tahapan tersebut :
1) Tahap Interpretasi
Tahap Interpretasi adalah tahap penguraian pokok dari suatu
kebijakan atau program yang bersifat abstrak agar lebih operasional dan
mudah dipahami sehingga dapat dimengerti oleh para pelaku dan sasaran
kebijakan.
2) Tahap Organisasi
Tahap Organisasi adalah tindakan peraturan dan penetapan
pembagian tugas pelaksana kebijakan termasuk di dalamnya terdapat
kegiatan penetapan anggaran, kebutuhan sarana dan prasana, penetapan
tata kerja, dan manajemen implementasi kebijakan.
3) Tahap Aplikasi
Tahap aplikasi adalah tahap pelaksanaan kebijakan sesuai dengan
rencana yang ditetapkan. Tahapan ini merupakan tahapan untuk
menerapkan kebijakan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan mutu
pada sasaran kebijakan atau program
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas adalah dalam
Tahapan dalam implementasi kebijakan atau program adalah tahap
interpretasi, tahap organisasi, dan tahap aplikasi. Tahapan tersebut
dilakukan untuk mengoperasikan program atau kebijakan agar sesuai
dengan tujuan.
4. Tahap Penentu Implementasi Kebijakan / Program
Tahap implementasi kebijakan merupakan tahapan yang penting
dari sebuah kebijakan. Tahap implementasi kebijakan menentukan hasil
dari kebijakan yang telah dibuat. Kebijakan dibuat dengan tujuan
memperbaiki suatu aspek dengan strategi yang tepat namun kebijakan
tersebut bisa terjadi ketidakberhasilan karena pada tahap implementasi
kebijakan belum bisa berjalan sesuai dengan kebijakan. Penentu
keberhasilan atau kegagalan pada implementasi kebijakan dipengaruhi
beberapa faktor. Faktor penentu keberhasilan atau kegagalan implementasi
kebijakan perlu dilakukan analisis. Analisis faktor-faktor tersebut bisa
digunakan untuk bahan pertimbangan untuk meminimalisirkan segala
kemungkinan kegagalan yang terjadi dan memaksimalkan keberhasilan
pada tahap implementasi kebijakan.
Brian W. Hogwood & Lewis A.Gunn (Arif Rohman, 2012:
107-108) mengemukakan bahwa untuk dapat mengimplementasikan suatu
kebijakan dapat dikatakan sempurna (perfect implementation), maka
a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana
tidak akan menimbulkan gangguan/kendala yang serius.
b. Untuk pelaksanaan suatu program, harus tersedia waktu dan
sumber-sumber yang cukup memadai.
c. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan harus benar-benar ada atau
tersedia.
d. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan
kausalitas yang handal.
e. Hubungan kausalitas tersebut hendaknya bersifat langsung dan hanya
sedikit mata rantai penghubungnya.
f. Hubungan saling ketergantungan harus kecil.
g. Adanya pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.
h. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat
i. Adanya komunikasi dan koordinasi yang sempurna.
j. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan
mendapatkan kepatuhan yang sempurna.
Arif Rohman (2009: 147-149) mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang
menentukan keberhasilan dan kegagalan implementasikan kebijakan yaitu:
a. Faktor pertama yang menentukan keberhasilan dan kegagalan pada
implementasi kebijakan berkaitan dengan rumusan kebijakan yang telah
dibuat oleh pengambil keputusan (decision maker). Berhubungan
tentang bagaimana rumusan kalimatnya jelas atau tidak, tujuannya tepat
tidak, mudah diinterpretasikan atau tidak, mudah dilaksanakan atau
tidak dan sebagainya. Pembuat kebijakan diharapkan
mempertimbangkan hal-hal tersebut sebagai pertimbangan kesepakatan
dalam perumusan kebijakan.
b. Faktor kedua berkaitan dengan personil pelaksananya. Personil
pelaksana mempunyai latar belakang yang berbeda seperti budaya,
bahasa, serta ideologi kepartaian. Tingkat pendidikan, pengalaman,
motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja, kepercayaan, diri,
kebiasaan-kebiasaan, serta kemampuan bekerjasama dari setiap kepribadian
personil pelaksana akan mempengaruhi cara kerja mereka dalam
implementasi kebijakan.
c. Faktor ketiga dari penentu kegagalan dan keberhasilan implementasi
kebijakan adalah faktor organisasi pelaksana. Organsasi pelaksana
dapat menentukan implementasi kebijakan diperhatikan dari jaringan
sistem, hirarki kewenangan masing-masing bagian, strategi distribusi
pekerjaan, model kepemimpinan dari kepala organisasi, peraturan
organisasi, target yang ditetapkan pada masing-masing tahap, model
monitoring yang digunakan dan model evaluasi yang dipakai.
Pendapat lain dikemukakan Model Edward III dalam buku Analisis
Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi (Subarsono, 2012: 90-92)
terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan dan
kegagalan pada implementasi kebijakan. Faktor tersebut yaitu faktor (1)
Berikut penjelasan dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan implementasi kebijakan:
1) Faktor Komunikasi (Communication)
Faktor komunikasi merupakan proses pemberian informasi
kepada petugas pelaksana kebijakan. Edward III informasi mengenai
kebijakan perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku
kebijakan dapat mengetahui apa yang harus mereka persiapkan dan
lakukan untuk menjalankan kebijakan tersebut sehingga tujuan dan
sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan (Joko
Widodo, 2010: 97).
Model Edward III berpendapat bahwa dimensi dalam
komunikasi kebijakan terdiri dari dimensi transmisi (transmission),
kejelasan (clarity), dan konsistensi (consistency). Berikut penjelasan
beberapa dimensi dalam komunikasi kebijakan:
a) Dimensi Transmisi
Dimensi transmisi mengharapkan agar kebijakan disampaikan tidak
hanya kepada pelaksana (implementators) kebijakan tetapi juga
disampaikan kepada kelompok sasaran kebijakan serta pihak-pihak
yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung.
b) Dimensi Kejelasan
Dimensi kejelasan menginginkan kebijakan yang ditransmisikan
kepada pelaksana dan sasaran kebijakan dapat diterima dan
dari kebijakan tersebut sehingga dapat mempersiapkan segala
sesuatu untuk mensukseskan kebijakan tersebut dengan efektif dan
efisien.
c) Dimensi Konsistensi
Dimensi konsistensi menginginkan implementasi kebijakan
berlangsung efektif dengan cara pemberian perintah-perintah
pelaksanaan harus konsisten dan jelas agar kebijakan yang
diterapkan tidak membingungkan.
2) Faktor Sumber daya (Resources)
Faktor sumber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi
kebijakan. Sumber daya merupakan sarana untuk melaksanakan
kebijakan. Sumber daya tersebut berupa sumber daya manusia, sumber
daya anggaran, sumber daya peralatan, dan sumber daya kewenangan.
Berikut penjelasan mengenai sumber daya dalam implementasi
kebijakan:
a) Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia dapat berwujud implementator atau aparatur
yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan.
Implementator harus memiliki keahlian dan kemampuan
melaksanakan kebijakan serta perlu mengetahui siapa saja yang
b) Sumber Daya Anggaran
Edward III dalam Joko Widodo (2010: 100) menyatakan bahwa
terbatasnya anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan
yang seharusnya diberikan kepada sasaran kebijakan juga terbatas.
Terbatasnya insentif yang diberikan kepada implementator
merupakan penyebab utama gagalnya pelaksanaan program.
Kesimpulannya adalah apabila sumber daya anggaran terbatas maka
akan sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kebijakan.
Disamping itu program tidak bisa dilaksanakan dengan optimal
apabila, keterbatasan anggaran menyebabkan disposisi para pelaku
kebijakan rendah.
c) Sumber Daya Peralatan
Edward III dalam Joko Widodo (2010: 102) menjelaskan bahwa
sumber daya peralatan merupakan sarana yang digunakan sebagai
operasionalisasi implementasi suatu kebijakan yang meliputi gedung,
tanah, dan sarana yang semuanya akan memudahkan untuk
memberikan pelayanan dalam implementasi kebijakan.
Kesimpulanya sumber daya peralatan adalah seluruh peralatan yang
berkaitan operasional pelaksanaan.
d) Sumber Daya Kewenangan
Sumber daya kewenangan merupakan hal yang penting dalam
keberhasilan dalam implementasi kebijakan. Edward III dalam Joko
Widodo (2010: 103) menjelaskan bahwa:
“Kewenangan (authority) yang cukup untuk membuat
keputusan sendiri yang dimiliki oleh suatu lembaga akan mempengaruhi lembaga itu dalam melaksanakan suatu kebijakan. Kewenangan ini menjadi penting ketika mereka dihadapkan suatu masalah dan mengharuskan untuk segera diselesaikan dengan suatu keputusan.”
Pelaksana kebijakan diberikan wewenang yang cukup untuk
membuat keputusan sendiri dalam melaksanakan kebijakan yang
menjadi kewenangannya. Kewenangan tersebut diharapkan mampu
mensuskseskan implementasi kebijakan.
3) Faktor Disposisi (Disposition)
Disposisi merupakan tindakan yang dimiliki oleh implementator seperti
kemauan, kejujuran, dan kesungguhan dalam melaksanakan kebijakan.
Implementator diharapkan memiliki disposisi yang baik sehingga tidak
terjadi perbedaan perspektif dengan pembuat kebijakan. Edward III
dalam Joko Widodo (2010:104-105) menjelaskan bahwa :
“jika implementasi kebijakan ingin berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana (implementors) tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan dan mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus mempunyai kamauan untuk melaksanakan kebijakan tersebut.”
Kesimpulan dari faktor disposisi adalah menuntut pelaksana kebijakan
untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam proses melaksanakan
kebijakan. Kemampuan pelaksana kebijakan menjadi salah satu penentu
4) Faktor Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure)
Struktur organisasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
implementasi kebijakan. Struktur organisasi memiliki prosedur operasi
yang standar (Standard Operating Procedures atau SOP). SOP
berhubungan dengan mekanisme, sistem dan pedoman pelaksanaan
kebijakan. SOP dibuat untuk memberikan pedoman dalam sebuah
organisasi untuk melaksanakan suatu program dan kebijakan. Edward
III dalam Joko Widodo (2010: 107) menyatakan bahwa :
“jelas tidaknya standar operasi, baik menyangkut mekanisme, sistem dan prosedur pelaksanaan kebijakan, pembagian tugas pokok, fungsi dan kewenangan, dan tangggung jawab diantara pelaku, dan tidak harmonisnya hubungan diantara organisasi pelaksana satu dengan yang lainnya ikut pula menentukan keberhasilan implementasi kebijakan.”
Kesimpulan dari beberapa pendapat tersebut adalah implementasi
merupakan tahapan yang vital dalam kebijakan. Implementasi kebijakan
mempunyai beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
maupun kegagalan sebuah kebijakan. Faktor penentu yang
mempengaruhi implementasi kebijakan di antaranya adalah komunikasi
(transmisi, kejelasan, konsistensi), sumber daya (sumber daya manusia,
anggaran, peralatan, kewenangan), disposisi, dan struktur birokrasi.
B.Program Gelar Pelajar
1. Pergelaran/ gelar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pergelaran atau gelar
Pergelaran menunjukan tempat berlangsungnya acara secara tetap dalam
menampilkan sebuah karya tertentu.
2. Gelar Pelajar Yogyakarta
Progam Gelar Pelajar merupakan kegiatan yang mewadahi seluruh
siswa Kota Yogyakarta mulai dari TK sampai SMA/SMK dalam hal
pengembangan bakat dan kreativitas, disini para siswa diperbolehkan
menampilakan hasil kreasi mereka baik secara perorangan maupun
berkelompok untuk mewakili sekolahanya. Setiap tahunya sesuai dengan
anggaran dasar, program ini dilaksanakan selama sembilan bulan secara
rutin, acara ini dilaksanakan setiap sebulan sekali di minggu pertama saat
acara Car Free Day, bertempat di depan kantor Kedaulatan Rakyat.
C. Hakekat Pengembangan
Konsep pengembangan merupakan sebuah keharusan yang harus
diaplikasikan dalam kehidupan, Kata konsep artinya ide, rancangan atau
pengertian yang diabstrakan dari peristiwa kongkrit (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2002 : 589) sedangkan pengembangan artinya proses, cara,
perbuatan mengembangkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002 : 538).
Dengan demikian konsep pengembangan adalah rancangan mengembangkan
sesuatu yang sudah ada dalam rangka meningkatkan kualitas lebih maju.
Bila konsep pengembangan ini diterapkan dalam dunia pendidikan,
maka ide, gagasan ataupun rancangan yang sudah dianggap matang dan
berhasil kemudian lebih ditinggkatkan dengan tujuan kualitas pendidikan yang
digulirkan. Sebagai contoh seorang pendidik ingin lebih maju dan terdepan
dalam menyampaikan materi pelajarannya di sekolah, maka yang harus
diperhatikan itu adalah konsepnya dalam pengembangan itu terus dihimpun,
misalnya dengan cara mengikuti seminar-seminar, workshop, In House
Training seputar pendidikan, karena yakin dengan sering mengikuti
kegiatan-kegiatan tersebut akan mendapatkan wawasan dan cakrawala berpikir ke arah
yang lebih maju.
Berdasarkan pendapat di atas, maka hakekat dari pengembangan adalah
tahapan-tahapan yang dilalui oleh seorang individu dalam usahac
menyempurnakan sifat-sifat sebelumnya dengan pengaruh dari pengalaman
dari berbagai faktor yang dialami oleh manusia selama hidupnya yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif sebagai serangkaian perubahan progresif.
D.Kecerdasan Majemuk
Pengertian Kecerdasan Majemuk
Selain bahwa setiap individu memiliki intelegensi yang berbeda-beda,
ternyata intelegensi pun memiliki berbagai jenis. Dalam hal ini terdapat teori
yang paling mutakhir tentang jenis-jenis intelegensi, yaitu teori Multiple
Intelligence (kecerdasan majemuk) yang dikemukakan oleh Howard Gardner
(1983) (dalam Rohman, 2012:hal 56 )
Sekitar dua puluh lima tahun yang lalu, Howard Gardner (1983)
(dalam Rohman, 2012:hal 56) menemukan sebuah teori tentang kecerdasan. Ia
IQ atau tes apapun itu. Ia juga mengatakan bahwa orang yang berbeda
memiliki kecerdasan yang berbeda. Pada tahun 1983 Howard Gardner dalam
bukunya The Theory of Multiple Intelligence, mengusulkan delapan macam
komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelligence
(Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda tersebut meliputi: (1) kecerdasan
linguistic-verbal dan (2) kecerdasan logiko-matematik yang sudah dikenal
sebelumnya, ia menambahkan dengan komponen kecerdasan lainnya yaitu (3)
kecerdasan spasial-visual, (4) kecerdasan ritmik-musik, (5) kecerdasan
kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal. Sekarang
tujuh kecerdasan tersebut di atas sudah bertambah lagi dengan satu komponen
kecerdasan yang lain, yaitu (8) kecerdasan naturalis. Berikut penjelasan dari
beberapa komponen di atas:
1) Kecerdasan Linguistic-Verbal Kecerdasan linguistik (Linguistic
intelligence)
Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk menyusun pikirannya
dengan jelas juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata
seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal
ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat,
berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai
aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan ini
sangat diperlukan pada profesi pengacara, penulis, penyiar radio/televisi,
editor, guru. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan
a. Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.
b. Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu
komunikasi verbal.
c. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca
karya orang lain.
d. Mampu menulis dan berbicara secara efektif.
e. Tertarik pada karya jurnalisme, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau
melakukan perbaikan pada karya tulis.
f. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui
diskusi, ataupun debat.
g. Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.
h. Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.
Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum,
pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio/TV, dan
sebagainya.
2) Kecerdasan Logis - Matematik (Logical – mathematical intelligence)
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk
berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah,
adanya konsistensi dalam pemikiran. Seseorang yang cerdas secara
logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka
belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu,
menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara
mengembangkan keterampilan berpikir dan logika seseorang. Dia menjadi
mudah berpikir logis karena dilatih disiplin mental yang keras dan belajar
menemukan alur pikir yang benar atau tidak benar. Di samping itu juga
kecerdasan ini dapat membantu menemukan cara kerja, pola, dan hubungan,
serta mampu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
mengklasifikasikan dan mengelompokkan, meningkatkan pengertian terhadap
bilangan dan yang lebih penting lagi meningkatkan daya ingat.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.
b. Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.
c. Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
d. Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman
komputer, metode riset.
e. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat
hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat.
f. Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan
hukum.
g. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek
yang konkret.
Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis/programer komputer,
3) Kecerdasan Spasial-Visual (Spatial intelligence)
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk melihat
secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Seorang seniman
dapat memiliki kemampuan persepsi yang besar. Bila mereka melihat sebuah
lukisan, mereka dapat melihat adanya perbedaan yang tampak di antara
goresan-goresan kuas, meskipun orang lain tidak mampu melihatnya. Dengan
mengamati sebuah foto, seorang fotografer dapat membuat analisis mengenai
kelemahan atau kekuatan dari foto tersebut seperti arah datangnya cahaya, latar
belakang, dan sebagainya, bahkan mereka dapat memberi jalan keluar
bagaimana seandainya foto itu ditingkatkan kualitasnya. Kecerdasan ini sangat
dituntut pada profesi-profesi seperti fotografer, seniman, navigator, arsitek.
Pada orang-orang ini dituntut untuk melihat secara tepat gambaran visual dan
kemudian member arti terhadap gambaran tersebut.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut:
a. Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.
b. Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.
c. Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.
d. Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.
e. Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan
manipulasi.
f. Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan
warna.
Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis,
desainer interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan
sebagainya.
4) Kecerdasan Ritmik-Musik (Musical intelligence)
Kecerdasan ritmik-musikal adalah kemampuan seseorang untuk
menyimpan nada di dalam benaknya, untuk mengingat irama, dan secara
emosional terpengaruh oleh musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu
alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa seseorang
melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa (Plato). Musik dapat
membantu seseorang mengingat suatu gerakan tertentu, perhatikan
seseorang atau sekelompok orang yang sedang menari atau berolahraga
senam ritmik mesti selalu disertai dengan alunan musik. Banyak pakar
berpendapat bahwa kecerdasan musik merupakan kecerdasan pertama yang
harus dikembangkan dilihat dari sudut pandang biologi (saraf) kekuatan
musik, suara dan irama dapat menggeser pikiran, memberi ilham,
meningkatkan ketakwaan, meningkatkan kebanggaan nasionalisme serta
mengungkapkan kasih sayang untuk orang lain. Kecerdasan musikal dapat
member nilai positif bagi siswa karena: (a) meningkatkan daya kemampuan
mengingat; (b) meningkatkan prestasi/kecerdasan; (c) meningkatkan
kreativitas dan imajinasi.
Suatu studi yang dikutip oleh May Lim (2008) menunjukkan bahwa
sekelompok siswa yang kepadanya diperdengarkan musik selama delapan
kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik hanya meningkat 6%.
Mungkin sering kita melihat ada siswa atau orang yang lebih suka belajar
bila ada musik yang diperdengarkan (Gaya belajar auditory). Pada orang ini
informasi akan lebih mudah tersimpan di dalam memorinya, karena mereka
mampu menegosiasikan irama musik dengan informasi pengetahuan yang
mereka baca meskipun kadang-kadang mereka tidak menyadarinya.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut.
a. Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan
alat musik.
b. Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.
c. Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.
d. Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.
e. Mampu menciptakan komposisi musik.
f. Senang improvisasi dan bermain dengan suara.
g. Menyukai dan mampu bernyanyi.
h. Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau
pemusik.
i. Mampu menganalisis/mengkritik suatu musik.
Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi
musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi,
5) Kecerdasan Kinestetik (bodily- kinesthetic intelligence)
Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk
membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh, yang
memungkin tubuh untuk memanipulasi objek atau menciptakan gerakan.
Secara biologi ketika lahir semua bayi dalam keadaan tidak berdaya,
kemudian berangsur-angsur berkembang dengan menunjukkan berbagai
pola gerakan, tengkurap, “berangkang”, berdiri, berjalan, dan kemudian
berlari, bahkan pada usia remaja berkembang kemampuan berenang dan
akrobatik.
Kecerdasan ini amat penting karena bermanfaat untuk (a)
meningkatkan kemampuan psikomotorik, (b) meningkatkan kemampuan
sosial dan sportivitas, (c) membangun rasa percaya diri dan harga diri dan
sudah barang tentu (d) meningkatkan kesehatan.
Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai
berikut.
a. Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan dalam
menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide,
pemikiran, perasaan, dan mampu bekerja dengan baik dalam menangani
objek.
b. Memiliki kontrol pada gerakan keseimbangan, ketangkasan, dan
keanggunan dalam bergerak.
c. Menyukai pengalaman belajar yang nyata seperti field trip, role play,
d. Senang menari, olahraga dan mengerti hidup sehat.
e. Suka menyentuh, memegang atau bermain dengan apa yang sedang
dipelajari.
f. Suka belajar dengan terlibat secara langsung, ingatannya kuat terhadap
apa yang dialami atau dilihat.
Profesi: ahli terapi fisik, ahli bedah, penari, aktor, model, ahli
mekanik/montir, tukang bangunan, pengrajin, penjahit, penata tari, atlet
profesional, dan sebagainya.
6) Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal intelligence)
Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk
berinteraksi dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain,
seseorang harus dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati,
maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon
yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan
sedemikian sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan
disenangi oleh orang lain. Di dalam pergaulan mereka menunjukkan
kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain baik dalam
membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga
berusaha baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan perselihan dengan orang lain.
Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat
hidup sendiri (No man is an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat
memiliki kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah menyesuaikan diri,
(b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam
pekerjaan. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan
sebagai berikut:
a. Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin
hubungan sosial.
b. Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang
lain.
c. Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi
dengan efektif, baik secara verbal maupun non-verbal.
d. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang
berbeda, mampu menerima umpan balik yang disampaikan orang lain,
dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
e. Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.
f. Mau melihat sudut pandang orang lain.
g. Menciptakan dan mempertahankan sinergi.
Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian
personalia/humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli
psikologi, tenaga penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.
7) Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal intelligence)
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang menyangkut
kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dan
kecerdasan ini selalu berpikir dan membuat penilaian tentang diri mereka
sendiri, tentang gagasan, dan impiannya. Mereka juga mampu
mngendalikan emosis mereka untuk membimbing dan memperkaya dan
memperluas wawasan kehidupan mereka sendiri. Lebih jelasnya
kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal emosi diri sendiri dan orang lain, serta mampu
menyalurkan pikiran dan perasaan.
b. Termotivasi dalam mengejar tujuan hidup.
c. Mampu bekerja mandiri, mengembangkan kemampuan belajar yang
berkelanjutan dan mau meningkatkan diri.
d. Mengembangkan konsep diri dengan baik.
e. Tertarik sebagai konselor, pelatih, filsuf, psikolog atau di jalur
spiritual.
f. Tertarik pada arti hidup, tujuan hidup dan relevansinya dengan
keadaaan saat ini.
g. Mampu menyelami/mengerti kerumitan dan kondisi manusia.
Profesi: ahli psikologi, ulama, ahli terapi, konselor, ahli teknologi,
perencana program, pengusaha, dan sebagainya.
8) Kecerdasan Naturalis (Naturalist intellegence)
Kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan serta
menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di
lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali berbagai
jenis flora dan fauna serta kejadian alam, misalnya asal-usul binatang,
pertumbuhan tanaman, terjadinya hujan, manfaat air bagi kehidupan,
tata surya, dan kejadian alam lainnya. Kecerdasan naturalis ini
berkaitan dengan wilayah otak bagian kiri, yakni bagian yang peka
terhadap pengenalan bentuk atau pola kemampuan membedakan dan
mengklasifikasikan sesuatu. Jika anak dengan mudah dapat menandai
pola benda-benda alam, dan mengingat benda-benda alam yang ada di
sekitarnya, maka anak dapat dikatakan memiliki kecerdasan naturalis
tinggi. Lebih jelasnya kecerdasan ini memiliki ciri-ciri kemampuan
sebagai berikut:
a. Suka mengamati, mengenali, berinteraksi, dan peduli dengan objek
alam, tanaman atau hewan.
b. Antusias akan lingkungan alam dan lingkungan manusia.
c. Mampu mengenali pola di antara spesies.
d. Senang berkarir di bidang biologi, ekologi, kimia, atau botani.
e. Senang memelihara tanaman, hewan.
f. Suka menggunakan teleskop, komputer, binocular, mikroskop
untuk mempelajari suatu organisme.
g. Senang mempelajari siklus kehidupan flora dan fauna.
h. Senang melakukan aktivitas outdoor, seperti: mendaki gunung,
Profesi: dokter hewan, ahli botani, ahli biologi, pendaki gunung,
pengurus organisasi lingkungan hidup, kolektor fauna/flora, penjaga
museum zoologi/ botani dan kebun binatang, dan sebagainya.
Dalam buku terbarunya, ‘Intelligence Reframed’ : Multiple
Intelligence for The 21st Century (1999), Howard Gardner,
menambahkan dan menjelaskan 9 kecerdasan yaitu Kecerdasan
Eksistensial (kecerdasan makna) (Existententia intlligence), anak
belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di
sini?”, “Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam keluarga,
sekolah dan kawan-kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari
koneksi-koneksi antar dunia dengan kebutuhan untuk belajar.
E.Peserta didik
Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan. Umumnya merupakan
sosok anak yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa tumbuh dan
berkembang ke arah kedewasaaan. ia adalah sosok yang selalu mengalami
perkembangan sejak lahir sampai meninggal dengan perubahan-perubahan
yang terjadi secara wajar (Sutari Imam Barnadib, 1995). Istilah peserta didik
pada pendidikan formal di sekolah jenjang dasar dan menengah dikenal dengan
nama anak didik atau siswa, sedangkangkan pendidikan di pondok pesantren
Menurut Sutari Imam Barnadib (1995) peserta didik sangat tergantung
dan membutuhkan bantuan dari orang lain yang memiliki kewibawaan dan
kedewasaaan. Sebagai anak, peserta didik masih dalam kondisi lemah, kurang
berdaya, belum bisa mandiri, dan kekurangan dibandingkan orang dewasa;
namun dalam dirinya terdapat potensi bakat dan disposisi luar biasa yang
memungkinkan tumbuh dan bekembang melalui pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas maka peserta didik adalah bagian dari
masyarakat yang mengembangkan seluruh potensinya melalui sebuah proses
pendidikan dan tergantung atau membutuhkan bantuan dari orang disekitarnya
untuk menuju ke arah kedewasaan.
a. Ciri peserta didik
Ciri khas peserta didik ysng perlu dipahami oleh pendidik sebagaimana
dijelaskan oleh Umar Tirtarahardja dan La Sulo dalam buku memahami
ilmu pndidikan (Arif Rohman,2013:105) adalah peserta didik merupakan :
1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
menjadi insan yang menarik, maksudnya ia sejak lahir telah memiliki
potensi-potensi yang berbeda dengan individu lain yang ingin
dikembangkan dan diaktualisasikan.
2) Individu yang sedang berkembang, yakni selalu ada perubahan dalam
diri peserta didik secara wajar baik yang ditujukan kepada diri sendiri
maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan.
3) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
berkembang punya potensi fisik dan psikis untuk untuk bisa mandiri,
namun karena belum dewasa maka ia membutuhkan bantuan dan
bimbingan dari pihak lain sesuai kodrat kemanusiaanya.
4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Hal ini
dikarenakan bahwa dalam diri anak ada kecenderungan untuk
memerdekakan diri, sehingga mewajibkan bagi pendidik dan orang
tua untuk setapak demi setapak memberikan kebebasan kepada anak
dan pada akhirnya pendidik mensgundurkan diri.
Keempatnya merupakan justifikasi indikasi keunikan peserta didik sebagai
pesona yang multidimensional, sosialitas, religiusitsas, historisitas, dan
moralitas.
Sebagai manusia yang memiliki potensi kodrati, peserta didik
memungkinkan untuk bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok
mahkluk yang sempurna. Banyak teori yang menjelaskan proses dan
pentahapan pertumbuhan dan perkembangan pesrta didik. Setiap terjadi
masa peka (sensitive periods) terhadap kebutuhan tertentu yang
membutuhkan perlakuan tepat. Perkembangan peserta didik melalui
tahap-tahap, yaitu: (1) masa permulaan; (2) masa penanjakan sampai kira-kira
umur 25 tahun; (3) masa puncak masa hidup, pada umur 25 sampai umur
50 tahun; (4) masa penurunan dan menarik diri dari mayarakat (5) masa
akhir kehidupan. Untuk itu terdapat 5 asas perkembangan pada diri peserta
didik;
b. Anak dilahirkan dalam kondisi tidak berdaya.
c. Anak masih membutuhkan pertolongan dan perlindungan serta
membutuhkan pendidikan untuk kesejahteraan.
d. Anak mempunyai daya untuk berekspresi.
e. Anak mempunyai dorongan untuk mencapai emansipasi dengan orang
lain.
Setiap peserta didik memiliki bakat dan minat. Bakat merupakan
suatu kelebihan yang dimiliki oleh peserta didik yang mengarah pada
aneka kemampuan. Bakat meliputi kemampuan numerik, mekanik, berfikir
abstrak, relasi ruang, dan verbal. Sedangkan minat adalah keinginan yang
berasal dari dalam diri peserta didik terhadap objek atau aktivitas tertentu
F.Kebijakan Tentang Pengembangan Pendidikan Karakter Dalam Program
Gelar Pelajar
Pelaksanaan gelar pelajar di Kota Yogyakarta merupakan program
dalam rangka penanaman pendidikan karakter. Kota Yogyakarta mempunyai
peraturan yang telah ditetapkan mengenai pendidikan karakter yaitu Perwal
No. 60 Tahun 2011 tentang Pengembangan Pendidikan Karakter. Tujuan dari
perwal tersebut tercantum pada pasal 2 sebagai berikut:
Pasal 2:
1) Maksud adanya pedoman pengembangan pendidikan karakter adalah
untuk dijadikan pedoman dalam pengembangan pendidikan karakter pada satuan pendidikan.
2) Tujuan pendidikan karakter adalah :
b. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
c. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa;
d. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
e. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Pembinaan pendidikan karakter terdapat pada pasal 12 sebagai berikut: Pasal 12:
1. Dinas pendidikan melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan
pengembangan pendidikan karakter.
2. Untuk melaksanakan pembinaan. Dinas Pendidikan dapat membentuk
tim yang beranggotakan intansi terkait, unsur sekolah dan unsur dewan pendidikan
Tim pelaksana program gelar pelajar telah disusun dalam Keputusan
Walikota Yogyakarta Nomor 198 Tahun 2016 tentang Pembentukan Tim
Pelaksana Gelar Pelajar Kota Yogyakarta. Tugas tim pelaksana
dicantumkan pada bab memutuskan bagian kedua yang berisi sebagai
berikut :
a.Penasehat
Memberikan nasehat, arahan dan masukan terkait pelaksanaan Gelar Pelajar.
b.Pembina
Memberikan pembinaan dan masukan dalam hal kebijakan penyelenggaraan Gelar Pelajar.
c.Ketua
Mengkoordinir tugas-tugas mulai dari perencanaan, pengelolaan data peserta, pelaksanaan, pemantauan dan pelaporan.
d.Sekretaris
e.Anggota
Membantu tugas kesekretariatan mulai dari penyusunan rencana dan penyusunan laporan.
G.PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang dilakukan oleh Sukowati, program studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta yang berjudul, “Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaran Melalaui Strategi Pembelajan Berbasis Kecerdasan
Majemuk Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Wates Kulon Progo, dari hasil
analisis dapat disimpulkan bahwa:
Pada pelaksanaan pembelajaran Pkn, guru telah menggunakan
strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk seperti apa yang telah
tercantum dalam RPP. Kegiatan yang diaplikasikan dalam pembelajaran PKn
meliputi kegiatan bermain peran dapat mengembangkan kecerdasan linguistik
dan kinestetik. Kegiatan ceramah dan tanya dapat mengembangkan
kecerdasan lingustik. Kegiatan menonton video, mengamati gambar,
mengamati petapikiran, mengamati peta konsep dapat mengembangkan
kecerdasan visual spasial. Kegiatan bermain jawaban stik mengembangkan
kecerdasan kinestetik. Kegiatan bernyanyi dapat mengembangkan kecerdasan
musikal.
Pada proses penilaian, guru menggunakan soala pilihan ganda di
akhir pelajaran. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui seberapa
jauh siswa dapat memahami pelajaran, yang ditujukan dengan perolehan nilai
kriteriaketuntasan minimal sebesar 75. Rata-rata dari 33 siswa pada sisklus1
yaitu sebesar 70,3 dengen presentase sebesar 51,52 % dan siklus II 80,3
dengan presentase sebesar 84, 85%. Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa strategi belajar berbasis kecerdasan majemuk yang dalam
pembelajaranya kecerdasan yang menonjol pada masing-masing siswa dapat
meninglkatkan hasil belajar PKn.
H.Kerangka Pikir
Program gelar pelajar adalah sebuah wadah siswa Yogyakarta dalam
menyalurkan potensi serta bakatnya yang tidak semuanya bisa didapatkan
dalam proses belajar di ruang kelas, tidak semua siswa merasa nyaman dengan
suasana belajar di dalam kelas yang biasanya hanya menonjolkan sisi
intelektual semata, padahal tidak sedikit dari siswa memiliki potensi pada diri
mereka, namun pada kenyataanya kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
bersifat menonjolkan minat dan bakat belum banyak, sehingga siswa kurang
dalam hal pengembangan kreativitas, karena mereka hanya menjadi objek
bahan ajar guru, mereka terkesan hanya seperti gelas kosong yang terus
menerus diisi air oleh guru, peserta didik diposisikan sebagai pihak penerima
ilmu dan guru berposisi pemberi ilmu, dengan adanya praktek pendidikan
seperti itu perlu adanya inovasi agar siswa dapat mengeluarkan semua potensi
dalam dirinya.
Progam Gelar Pelajar merupakan kegiatan yang mewadahi seluruh
pengembangan bakat dan kreativitas, disini para siswa diperbolehkan
menampilkan hasil kreasi mereka baik secara perorangan maupun
berkelompok untuk mewakili sekolahnya. Setiap tahunya sesuai dengan
anggaran dasar, program ini dilaksanakan selama sembilan bulan secara rutin,
namun karena adanya hambatan kegiatan yang seharusnya di mulai bulan
maret dilakukan mulai bulan april, acara ini dilaksanakan setiap sebulan sekali
di minggu ke dua saat acara Car Free Day, bertempat di depan kantor
Kedaulatan Rakyat.
Kegiatan ini setiap pelaksanaan selalu berbeda tema dimaksudkan
agar tidak monoton dan terlihat lebih menarik, seluruh peserta dari setiap
perwakilan sekolahnya wajib mematuhi tema yang telah ditentukan, sehingga
seluruh kreasi yang ditampilakan harus dipersiapkan secara matang sesui
dengan tema, sebagai contoh pada tanggal 21 April merupakan Hari Kartini,
untuk memperingatinya maka Gelar Budaya pada bulan april di beri tema
”Hari Karini” dan setiap penampilan harus memasukan unsur-unsur yang
Berikut adalah alur ilustrasi dari kerangka berfikir dalam penelitian ini:
Gambar 1. Kerangkar Berfikir
I. PERTANYAAN PENELITIAN
3. Bagaimana implementasi dalam program “Gelar Pelajar Yogyakarta” ?
4. Bagaimana sosialisai dalam program “Gelar Pelajar Yogyakarta” ?
5. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam implementasi program
“Gelar Pelajar Yogyakarta” ?
6. Bagaimana implementasi pengembangan kecerdasan majemuk dalam
program “Gelar Pelajar Yogyakarta”?
Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomer 60 tahun 2011 tentang Pengembangan Pendidikan Karakter
Program Gelar Pelajar
Implementasi
Program Teori Charles O. Jones
1. Tahap Pengorganisasian 2. Tahap Interpretasi 3. Tahap Aplikasi
Implementasi Program Gelar Pelajar dalam Proses Pengembangan Kecerdasan Majemuk Siswa di Kota Yogyakarta
Faktor Penghambat :
Komunikasi
Sumber Daya
Disposisi
Struktur Birokrasi
Faktor Pendukung :
Komunikasi
Sumber Daya
Disposisi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena bermaksud untuk
mendiskripsikan keterangan-keterangan tentang data yang didapat dari
lapangan berupa data tertulis ataupun lisan melalui wawancara dari
orang-orang yang diteliti saat pelaksanaan penelitian.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian lapangan (field research)
yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di lapangan untuk
memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini secara khusus didesain
untuk menggambarkan fenomena yang ada yaitu implementasi program gelar
pelajar dalam proses pengembangan kecerdasan majemuk siswa di kota
Yogyakarta
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dan
jalan Mangkubumi. Alasan pemilihan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian
karena peneliti ingin mengulas lebih dalam mengenai proses pengembangan
kecerdasan majemuk di kota Yogyakarta melalui program gelar pelajar.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai bulan
Agustus 2016 guna mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan terperinci.
Waktu tiga bulan tersebut digunakan peneliti untuk mencari data secara
terpernci. Selama tiga bulan tersebut peneliti mencoba ikut terlibat langsung
dalam pelaksanaan program gelar.
C.Subjek dan Objek Penelitian
Pemilihan subjek atau narasumber dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Sugiyono (2012:124)
purposive sampling adalah teknik penentuan narasumber atau informan
dengan pertimbangan tertentu. Penentuan sampel atas dasar kriteria atau
pertimbangan tertentu dimaksudkan untuk mendapat berbagai macam
narasumber yang tepat dengan sebanyak mungkin informasi sehingga dapat
diperoleh kebenaran dari data yang disampaikan oleh narasumber. Berikut
yang menjadi narasumber pada penelitian ini:
1. Kepala Bagian Pengembangan Pendidikan Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta.
2. PPTK (Pejabat Penanggung jawab Teknis kegiatan) Program Gelar pelajar
di Kota Yogyakarta.
3. Guru Pembimbing Setiap sekolah yang di teliti.
4. Siswa yang