• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3.3 Pengembangan Modul

Pengembangan modul merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk meningkatkan produk berupa modul menjadi lebih sesuai dengan tingkat kebutuhan sehingga penggunaannya menjadi lebih efektif bagi siswa. Menurut Sukmadinata yang diacu oleh Indaryati (2008), dalam pembelajaran menggunakan modul siswa belajar secara individual dalam arti mereka dapat menyesuaikan kecepatan belajarnya dengan kemampuan masing – masing.

Pengembangan suatu modul perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Modul harus dikembangkan atas dasar hasil analisis kebutuhan dan kondisi. Menurut Daryanto (2013: 11), pengembangan modul harus memperhatikan materi belajar apa yang saja yang perlu disusun menjadi suatu modul, berapa jumlah modul yang diperlukan, siapa yang akan menggunakan, sumberdaya apa saja yang diperlukan

dan yang telah tersedia untuk mendukung penggunaan modul, dan hal – hal lain yang dinilai perlu.

Dalam mengembangkan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul. Menurut Sungkono (2009), karakteristik modul dapat diketahui dari formatnya yang disusun atas dasar:

a. Prinsip – prinsip desain pembelajaran yang berorientasi kepada tujuan

(objective model)

b. Prinsip – prinsip mandiri (self instructional)

c. Prinsip belajar maju berkelanjutan (continuous progress)

d. Penataan materi secara modular yang utuh dan lengkap (self contained)

e. Prinsip rujuk silang (cross referencing) antar modul dalam mata pelajaran f. Penilaian belajar mandiri terhadap kemajuan belajar (self evaluation)

2.4 Problem Based Learning

Problem Based Learning merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan – permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan –

permasalahan. Menurut Duch (1995) PBL merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok

untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Pada pembelajaran berbasis masalah, masalah dimunculkan sedemikian rupa hingga siswa perlu menginterpretasi masalah, mengumpulkan informasi sebagai bantuan yang diperlukan, mengevaluasi alternative solusi, dan mempresentasikan solusinya (Devi, dkk.,2014).

Akcay (2009) menyatakan bahwa “PBL includes three main characteristics: (1) engages students as stakeholders in a problem situation; (2) organizes curriculum around this holistic problem, enabling student learning in relevant and connected ways; (3) creates a learning environment in which teachers coach student thinking and guide student inquiry, facilitating deeper levels of understanding”.

Tujuan dari PBL adalah untuk mengembangkan keterampilan tangan dan kemampuan berpikir siswa serta melatih siswa untuk dapat menerapkan materi pembelajaran dengan masalah – masalah dalam kehidupan nyata. Bilgin et al

(2009) menyatakan bahwa “PBL aims improve students’ ability to work in a team,

showing their co-ordinated abilities to acces information and turn it into viable

knowledge”.

Menurut Savoie dan Hughes (dalam Wena, 2009), menyatakan bahwa strategi belajar berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan.

a. Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa. b. Mengorganisasikan pembelajaran di seputar permasalahan, bukan diseputar

disiplin ilmu.

c. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri.

d. Menggunakan kelompok kecil

e. Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja.

Sedangkan menurut Arends (2007: 42), model PBL memiliki lima karakteristik, sebagai berikut:

(1) Pertanyaan atau masalah perangsangan

PBL mengorganisasikan pengajaran di seputar pertanyaan dan masalah yang penting secara social dan bermakna secara personal untuk siswa. Siswa menghadapi situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut.

(2) Fokus interdisipliner

Masalah yang akan di selidiki telah di pilih sesuai dengan kehidupan nyata agar dalam pemecahannya menuntun siswa untuk menggali berbagai mata pelajaran.

(3) Investigasi autentik

PBL mengharuskan siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang nyata. siswa harus menganalisis dan mengidentifikasi masalah , mengembangkan hipotesis , dan membuat prediksi , mengumpulkan dan menganalisis informasi ,melakukan eksperimen , membuat referensi , dan menarik kesimpulan

(4) Produk artefak dan exhibit

PBL menuntut siswa untk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan penyampaian yang menjelaskan solusi siswa

(5) Kolaborasi

Pembelajaran berbasis masalah terdiri dari 5 fase dan perilaku. Fase – fase dan perilaku tersebut merupakan tindakan pola. Pola ini diciptakan agar hasil pembelajaran dengan pengembangan berbasis masalah dapat diwujudkan. Adapun sintak pembelajaran berbasis masalah pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sintak Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase - fase Perilaku guru

Fase 1: Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah Fase 2: Mengorganisasikan peserta

didik untuk meneliti

Guru membantu peserta didik mendifinisikan dan mengorganisasasikan tugas-tugas belajar terkait dengan permasalahannya

Fase 3 : Membantu investigasi mandiri dan kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi

Fase 4: Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit

Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan artefak –

artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-model serta

membantu mereka untuk

menyampaikannnya kepada orang lain Fase 5: Menganalisis dan

mengevaluasi proses mengatasi masalah

Guru membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan (Suprijono,2011: 74)

2.5 Modul Kimia Berbasis PBL pada Materi Sistem koloid

Pengembangan modul dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa. Karaketristik siswa mencakup tahapan perkembangan siswa, latar belakang keluarga dan lain – lain. Menurut Depdiknas (2008), pengembangan modul dapat menjawab atau memecahkan masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Modul

dapat membantu sekolah dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualiatas serta dapat menyediakan kegiatan pembelajaran yang lebih terencana dengan baik. Modul kimia yang dikembangkan merupakan modul kimia berbasis PBL dimana siswa dapat menumbuhkan kemampuan berpikir dengan menyelesaikan masalah berupa fenomena yang berhubungan dengan kehidupan sehari – hari siswa. Modul kimia berbasis PBL disusun berdasarkan komponen/langkah pembelajaran PBL, yaitu langkah pembelajaran menurut Arends (dalam Trianto, 2010). Adapun langkah – langkahnya meliputi, (a) penyajian masalah, (b) pengorganisasian siswa, (c) penyelidikan kelompok, pada tahap ini siswa melakukan kegiatan, (d) pengembangan dan penyajian hasil karya, (e) pengevaluasian hasil penyelidikan.

Modul kimia berbasis PBL yang dikembangkan ini, permasalahan –

permasalahan disajikan dalam bentuk study case pada setiap subbab. Permasalahan yang disajikan adalah permasalahan yang sering siswa temui dalam kehidupan sehari – hari. Masalah yang disajikan dalam modul merupakan ilustrasi peristiwa yang berhubungan dengan dunia nyata. Penyajian masalah berupa ilustrasi peristiwa dalam kehidupan sehari – hari diharapkan dapat membuat siswa untuk dapat belajar secara mandiri maupun kelompok.

Penyajian masalah dalam modul sendiri merupakan salah satu tahapan pembelajaran berbasis PBL, yaitu tahapan yang pertama. Tahap pembelajaran PBL yang pertama yaitu mengorientasikan siswa pada masalah. Masalah yang disajikan dalam modul seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 penyajian masalah dalam modul

Tahap pembelajaran berbasis PBL yang kedua yaitu pengorganisian siswa untuk siap belajar. Setelah siswa diberikan permasalahan yang harus dipecahkan, guru mengorganisasikan siswa dengan cara membagi siswa kedalam beberapa kelompok dan menyuruh siswa untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan yang

ada dalam kolom Ayo ”Cari Tahu” dalam modul yang berhubungan dengan materi

diarahkan untuk dapat memecahkan masalah yang disajikan. Adapun pertanyaan dalam kolom ayo cari tahu disajikan dalam Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pertanyaan pada kolom ayo cari tahu

Tahap ketiga pembelajaran berbasis PBL yaitu penyelidikan kelompok, siswa melakukan diskusi bersama teman sekelompoknya untuk meyelidiki atau mencari tahu serta mengumpulkan informasi untuk dapat menjawab permasalahan yang disajikan. Kemudian tahap keempat yaitu pengembangan dan penyajian hasil

karya. Pada tahap ini yaitu membantu siswa untuk mengembangkan dan menyajikan hasil diskusinya. Tahap terakhir pada pembelajaran berbasis PBL yaitu pengevaluasian hasil penyelidikan. Pada tahap ini siswa akan mempresentasikan hasil diskusi dari masing – masing kelompok. Ketiga tahap

diatas disajikan dalam kolom “aktivitas” seperti yang dapat dilihat pada Gambar

2.3.

Gambar 2.3 Kolom aktivitas siswa

Modul kimia berbasis PBL dilengkapi dengan tes formatif pada setiap akhir subbab yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mempelajari materi pada setiap subbab. Tes formatif terdiri dari 10 soal pilihan ganda serta dilengkapi dengan pedoman penilaian, sehingga siswa dapat mengukur kemampuan sendiri terkait subbab yang telah dipelajari dengan mencocokan

jawabannya dengan kunci jawaban yang ada dalam modul. Dengan kata lain, tes formatif yang ada dalam modul merupakan syarat yang harus dipenuhi siswa untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai materi yang diajarkan dan dapat melanjutkan ke materi pada subbab selanjutnya. Tes formatif dalam modul tersaji pada Gambar 2.4.

Dokumen terkait