• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan peternakan sapi potong yang dikandangkan di Kabupaten Cianjur

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN CIANJUR

B. Arahan Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Kabupaten Cianjur Wilayah pengembangan peternakan sapi potong adalah wilayah yang sesua

2. Pengembangan peternakan sapi potong yang dikandangkan di Kabupaten Cianjur

Lahan untuk arahan pengembangan peternakan sapi potong yang dikandangkan ditunjukkan pada Gambar 35 dan Tabel 36. Lahan prioritas I pengembangan peternakan sapi potong yang dikandangkan seluas 27.053,40 (7,48%) meliputi Kecamatan Agrabinta, Cidaun dan Leles. Lahan prioritas II seluas 8.262,11 ha (2,28%) berada di Kecamatan Sindangbarang. Sedangkan lahan prioritas III seluas 25.655,43 ha (7,09%) tersebar di 28 kecamatan di Kabupaten Cianjur.

Gambar 35 Peta prioritas arahan pengembangan sapi potong yang dikandangkan di Kabupaten Cianjur Prioritas I Prioritas I Prioritas III Prioritas II Prioritas III

Tabel 36 Luas prioritas arahan lahan pengembangan peternakan sapi potong yang dikandangkan per kecamatan di Kabupaten Cianjur

Kecamatan Luas lahan (ha)

I II III

a. Wilayah Cianjur bagian selatan

Agrabinta 13.570,38 - - Cibinong - - 7.387,05 Cidaun 8.505,95 - - Cikadu - - 1.326,34 Leles 4.977,06 - - Naringgul - - 4.091,00 Sindangbarang - 8.262,11 - Jumlah (ha)* 27.053,40 8.262,11 12.804,39

b. Wilayah Cianjur bagian tengah

Campaka - - 33,35 Campakamulya - - - Cijati - - 1.284,97 Kadupandak - - 2.111,66 Pagelaran - - 1.241,34 Pasirkuda - - 165,99 Sukanagara - - - Takokak - - 126,27 Tanggeung - - 1.130,93 Jumlah (ha)* - - 6.094,50

c. Wilayah Cianjur bagian utara

Bojongpicung - - 640,29 Cianjur - - 37,55 Cibeber - - 881,59 Cikalongkulon - - - Cilaku - - 835,43 Cipanas - - - Ciranjang - - 228,10 Cugenang - - - Gekbrong - - - Haurwangi - - 475,27 Karangtengah - - 287,58 Mande - - 2.457,22 Pacet - - - Sukaluyu - - 836,80 Sukaresmi - - 67,60 Warungkondang - - 9,12 Jumlah (ha)* - - 6.756,54 Jumlah a+b+c (ha)* 27.053,40 8.262,11 25.655,43 *Luas merupakan penghitungan luas dari peta digital; I, II, III: Prioritas ke-

Pengembangan peternakan sapi potong yang dikandangkan sangat terkait dengan ketersediaan hijauan makanan ternak yang diperoleh oleh peternak sehingga peran sub sektor pertanian lainnya sangat penting sebagai penyedia limbah pertanian dan hijauan alami yang merupakan gulma bagi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Dalam tata ruang wilayah untuk kawasan budidaya pertanian saling terintegrasi antara sub sektor pertanian tanaman pangan sebagai penyuplai hijauan makanan ternak dengan peternakan sebagai penyedia pupuk organik bagi tanaman pangan.

Ketersediaan hijauan untuk pakan ternak pada pola pemeliharaan sapi potong yang dikandangkan sangat tergantung dengan kontinuitas sediaan pakan oleh peternak di kandang ternak. Pada saat musim penghujan, hijauan makanan ternak cukup tersedia namun saat musim kemarau diperlukan biaya untuk penyediaan pakan akibat timbulnya biaya transport untuk mencapai lokasi tersedianya rumput.

Dapat diambil kesimpulan bahwa arahan dan strategi pengembangan peternakan sapi potong yang dapat diterapkan di kecamatan-kecamatan yang menjadi wilayah pengembangan diuraikan pada Tabel 37.

Tabel 37 Arahan pengembangan peternakan sapi potong di Kabupaten Cianjur Prioritas ke- Arahan dan strategi pengembangan peternakan

I - Ekstensifikasi pada penggunaan semak/belukar untuk penanaman hijauan makanan ternak sehingga wilayah memiliki kapasitas daya tampung yang memadai untuk budidaya ternak.

- Diversifikasi pada penggunaan lahan sektor pertanian untuk penanaman hijauan makanan ternak sebagai tanaman sela.

- Dibentuk kelompok-kelompok peternak sebagai wadah untuk bertukar informasi dan pengalaman untuk mengatasi kendala yang sering terjadi dalam kegiatan budidaya sapi potong antara lain penanganan penyakit ternak dan deteksi berahi pada sapi betina.

- Jumlah inseminator di pos-pos Inseminasi Buatan perlu ditambah seiring dengan pertambahan populasi ternak sehingga pelayanan Inseminasi Buatan dapat optimal dan diharapkan semakin meningkatnya angka kelahiran ternak.

- Perubahan pola penggembalaan ekstensif ke semi intensif untuk menunjang pertambahan bobot badan dan produktivitas ternak.

- Sosialisasi pengolahan hijauan makanan ternak (pembuatan hay dan silase) untuk menjamin ketersediaan pakan ternak di musim kemarau.

- Pembangunan pasar tenak sebagai sarana pemasaran sapi potong dan upaya menstabilkan harga sapi bakalan sehingga pendapatan peternak semakin meningkat.

Tabel 37 (lanjutan)

Prioritas ke- Arahan dan strategi pengembangan peternakan

II - Diversifikasi penanaman hijauan makanan ternak pada lahan-lahan yang digunakan untuk kegiatan sektor pertanian lainnya untuk membantu kontinuitas pakan ternak.

- Dibentuk kelompok-kelompok peternak sebagai wadah untuk bertukar informasi dan pengalaman untuk mengatasi kendala yang sering terjadi dalam kegiatan budidaya sapi potong antara lain penanganan penyakit ternak dan deteksi berahi pada sapi betina.

- Sosialisasi pengolahan hijauan makanan ternak (pembuatan hay dan silase) untuk menjamin ketersediaan pakan ternak di musim kemarau.

- Perubahan pola penggembalaan semi intensif ke intensif untuk menunjang pertambahan bobot badan dan produktivitas ternak.

- Introduksi (pemasukan) ternak dapat dilakukan dengan syarat pengaturan mutasi ternak yang ketat.

III - Ekstensifikasi penanaman hijauan makanan ternak pada penggunaan semak/belukar untuk menjaga ketersediaan hijauan makanan ternak.

- Diversifikasi penanaman hijauan makanan ternak pada lahan-lahan yang digunakan untuk kegiatan sektor pertanian lainnya untuk membantu kontinuitas pakan ternak.

- Sosialisasi pengolahan hijauan makanan ternak (pembuatan hay dan silase) untuk menjamin ketersediaan pakan ternak di musim kemarau.

- Dibentuk kelompok ternak untuk membantu pemasaran hasil dan kemudahan memperoleh sarana produksi ternak misalnya konsentrat, obat-obatan, dan lainnya.

SIMPULAN

1. Wilayah Kabupaten Cianjur secara umum sesuai secara fisik lingkungan untuk pengembangan peternakan sapi potong (bagian-bagian wilayah yang sesuai secara fisik lingkungan disajikan deliniasinya pada penelitian ini). Secara umum wilayah Cianjur bagian selatan merupakan wilayah yang paling sesuai untuk pengembangan sapi potong yang digembalakan dan dikandangkan karena memiliki karakteristik temperatur, ketersediaan dan kualitas air yang memadai dan potensial untuk pengembangan peternakan sapi potong.

2. Lahan-lahan di Kabupaten Cianjur umumnya sesuai untuk penanaman hijauan makanan ternak (bagian-bagian wilayah yang sesuai untuk hijauan makanan ternak telah disajikan secara spasial dalam penelitian ini). Demikian pula halnya dengan daya dukung hijauan di Kabupaten Cianjur umumnya berada dalam kriteria aman untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak sapi potong, kecuali di Kecamatan Cikalongkulon. Wilayah yang sesuai dan memiliki daya dukung aman potensial menjadi wilayah pengembangan peternakan sapi potong karena kemampuannya dalam penyediaan hijauan makanan ternak.

3. Wilayah yang menjadi basis penggerak ekonomi untuk komoditas sapi potong (LQ>1) adalah Kecamatan Agrabinta, Leles, Cidaun, Cikalongkulon, dan Gekbrong. Pada wilayah-wilayah tersebut komoditas sapi potong merupakan komoditas yang berkontribusi sebagai basis ekonomi dibandingkan dengan komoditas ternak lainnya.

4. Strategi pengembangan sapi potong lebih diarahkan untuk mengoptimalkan potensi sumberdaya alam terutama pemanfaatan hijauan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia untuk mendukung efisiensi produksi yang dilakukan dengan pelatihan budidaya ternak. Berdasarkan keragaman jenis hijauan yang dapat tumbuh maka prioritas arahan pengembangan sapi potong yang digembalakan dan sapi potong yang dikandangkan terdapat di wilayah Cianjur bagian selatan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kesesuaian lingkungan ekologis ternak dan kemampuan wilayah dalam penyediaan hijauan makanan ternak.

SARAN

1. Pengembangan peternakan sapi potong di Kabupaten Cianjur, sebaiknya lebih memperhatikan potensi sumber daya lahan sebagai basis pemeliharaan ternak dan daya dukung pakannya. Untuk itu, pemeliharaan dan penempatan ternak perlu lebih memperhatikan ternak sebagai subjek produksi yang harus ditempatkan pada wilayah yang sesuai sehingga diharapkan akan meningkatkan optimalisasi produksi dan produktifitas.

2. Upaya peningkatan ketersediaan hijauan makanan ternak dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan-lahan yang tidak produktif untuk ditanami hijauan makanan ternak, memanfaatkan limbah pertanian untuk menekan biaya pakan, melakukan pengolahan hijauan sebagai pakan alternatif pada saat rawan pakan.

3. Wilayah-wilayah dengan basis aktifitas ekonomi sapi potong perlu dilengkapi dengan penyediaan prasarana dan sarana produksi untuk menunjang efisiensi produksi, penerapan teknologi inseminasi dengan dibarengi peningkatan sumberdaya peternak serta kemitraan perlu dibangun sehingga rantai tata niaga sapi potong dapat berjalan optimal dan manfaatnya langsung dirasakan oleh peternak.

4. Lahan-lahan yang menjadi prioritas yang telah dideliniasi dalam penelitian ini sebaiknya diutamakan untuk dikembangkan supaya usaha peningkatan produksi dan produktivitas ternak lebih optimal.