• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Produk Wisata Sesuai Dengan Potensi Objek dan Kegiatan Wisata

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

II. TINJAUAN PUSTAKA

6.3 Pengembangan Produk Wisata Sesuai Dengan Potensi Objek dan Kegiatan Wisata

Daya tarik berupa keindahan alam telah dikembangkan di TWA Lembah Harau, tetapi belum ada pengemasan khusus dalam bentuk program-program. Budaya masyarakat yang cukup tradisonal dapat menjadi daya tarik tambahan. Dalam Rencana Pengelolaan CA Lembah Harau tahun 2000 oleh BKSDA, kawasan Lembah Harau dibagi menjadi dua blok, yaitu blok inti dan blok rimba. Blok inti adalah kawasan yang kondisinya masih utuh dan asli dan blok rimba adalah kawasaan yang dapat mengakomodasi kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan. Kedua blok ini belum teridentivikasi secara keseluruhan. Daerah yang telah diidenfikasi oleh BKSDA adalah sebagai berikut:

1 blok inti, yaitu bagian utara di sekitar Bukit Simalokama hingga bagian selatan di sekitar Batang Sarasah Aka Barayun dan bagian barat di daerah Bukit Jambu;

2 blok rimba, yaitu TWA Lembah Harau dan daerah jalan perlintasan masyarakat.

Berdasarkan konsep pembagian kegiatan wisata oleh Weaver (2001), potensi kegiatan wisata dapat dibagi beberapa kegiatan, yaitu ekowisata, wisata massal, dan wisata alternatif (Gambar 19).

Konsep ini menjelaskan bahwa kegiatan wisata massal memiliki proporsi lebih besar. Proporsi ini dipengaruhi oleh jumlah kegiatan dan jumlah pengunjung yang melakukannya. Ekowisata menjadi bagian dari wisata massal karena kegiatan dan jumlah pengunjung yang melakukan ekowisata jauh lebih sedikit. Hal ini dimaksudkan bahwa ekowisata dan wisata massal dapat dikerjakan dalam di tempat yang sama dan waktu yang bersamaan. Wisata alternatif merupakan wisata yang bukan termasuk jenis wisata massal atau ekowisata. Namun, wisata alternatif dapat dipadupadankan ke dalam wisata massal dan ekowisata. Bentuk kegiatan wisata oleh Weaver (2001) menandakan bahwa dalam satu kawasan dapat melakukan banyak kegiatan wisata.

Berdasarkan konsep pembagian kegiatan wisata oleh Weaver (2001), rencana blok oleh BKSDA, potensi objek wisata, dan pusat aktivitas, dapat direkomendasikan pembentukan ruang berikut: ruang penerimaan, ruang pelayanan, ruang wisata massal, serta ruang ekowisata dan wisata alternatif (Gambar 20).

6.4Pensosialisasian Kegiatan Konservasi kepada Masyarakat

Konservasi merupakan suatu tindakan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Lembah Harau miliki keanekaragaman flora dan fauna yang perlu dijaga. Menurut hasil wawancara dengan BKSDA, telah terjadi gangguan lingkungan di Lembah Harau dan sekitarnya. Gangguan muncul karena aktivitas masyarakat sekitar, yaitu adanya perkebunan gambir, kulit manis, dan jeruk disekitar kawasan Lembah Harau dan pembukaan lahan untuk jalan akses antar desa. Hasil inventarisasi dan identifikasi daerah penyangga oleh BKSDA menyatakan bahwa kawasan hutan lindung dan hutan produksi yang saat ini kondisinya lebih memprihatikan dibandingkan dengan kawasan cagar alam yang disangganya. Gangguan ini belum memiliki dampak yang nyata, tetapi dapat berdampak besar untuk jangka panjang. Salah satu dampak yang telah terjadi adalah berkurangnya debit air di objek wisata air terjun terutama saat musim kemarau.

Salah satu cara untuk mengurangi dampak buruk, perlu dilakukan pensosialisasian mengenai kegiatan konservasi kepada masyarakat dan

stakeholder lainnya. Dalam Rencana Pengelolaan CA Lembah Harau tahun 2000 oleh BKSD, terdapat beberapa kegiatan pensosialisasian tersebut, yaitu sebagai berikut:

a. inventarisasi dan identifikasi bersama masyarakat bagian-bagian kawasan yang saat ini telah dimanfaatkan atau dikhawatirkan ;

b. mensosialisasikan keberadaan dan manfaat Lembah Harau melalui pengenalan jalur dan tanda (pal) batas kawasan, baik kepada masyarakat maupun instansi pemerintah dan swasta;

c. mensosialisasikan keberadaan kawasan melalui program-program pemberdayaan masyarakat, yaitu

1) bersama masyarakat memasang papan pengumuman yang berisi pesan-pesan untuk tidak mengkreasi gangguan terhadap cagar alam;

2) bersama masyarakat melaksanakan kegiataan penanaman jalur hijau batas kawasan dengan jenis tanaman multi-fungsi.

Pensosialisasian ini dapat menjadi bentuk kerja sama yang baik antara Pemda, BKSDA, dan masyarakat.

6.5 Peningkatan SDM Masyarakat Melalui Berbagai Pelatihan dan Pendampingan

Pelatihan dan pendampingan masyarakat dilakukan akibat masih rendahnya latar belakang pendidikan masyarakat. Dalam Rencana Pengelolaan CA Lembah Harau tahun 2000 oleh BKSD, pelatihan dan pendampingan masyarakat dilakukan dengan konsep berikut:

a. mengembankan dan membina hubungan tradisional antara masyarakat dengan alamnya;

b. meningkatkan produktifitas lahan melalui pola intensifikasi lahan;

c. meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap pelestarian alam dan lingkungannya;

d. mengembangkan jenis-jenis kebutuhan pokok yang berasal dari kawasan konservasi;

e. mengembangkan sistem pengelolaan jasa-jasa lingkungan yang berada dalam kawasan konservasi.

Bentuk-bentuk kegiatan konservasi telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Dalam penyelenggaraan pelatihan tersebut perlu adanya kerja sama dengan pihak-pihak yang memiliki kompetensi di bidangnya, yaitu sebagai berikut:

a. kegiatan identifikasi flora dan fauna dan inventarisasi objek dan daya tarik wisata memerlukan kerja sama dengan BKSDA, perguruan tinggi bidang kehutanan, dan perguruan tinggi bidang pariwisata;

b. kegiatan pengolahan lahan yang ramah lingkungan dengan sistem agroforestri memerlukan kerja sama dengan Dinas Pertanian dan perguruan tinggi bidang pertanian;

c. kegiatan pengemasan produk wisata memerlukan kerja sama dengan perguruan tinggi bidang pariwisata dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; d. kegiatan peningkatan kemampuan bahasa Inggris, boga dan etika pelayanan

memerlukan kerja sama dengan perguruan tinggi bidang pariwisata dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata;

e. kemampuan manajemen, akuntasi sederhana, dan pembuatan dan pemasaran souvenir memerlukan bekerja sama dengan praktisi bidang industri rumah tangga dan Dinas Perindustrian.

Sama halnya dengan adanya pelatihan, pendampingan diperlukan karena tingkat pengetahuan masyarakat cukup rendah dan tidak dimilikinya pengetahuan tentang ekowisata. Perbedaan pendampingan dengan pelatihan adalah, dalam pendampingan, masyarakat terjun langsung dalam praktik dan pendamping sebagai pengamat. Kesalahan di lapang akan diperbaiki dalam pelatihan. Pendampingan merupakan suatu proses untuk mencapai kemandirian pengelolaan sehingga proses ini dapat dihentikan setelah masyarakat siap untuk melaksanakan pengembangan dan pengelolaan secara mandiri. Pendampingan pada masyarakat dapat dilakukan pada setiap kegiatan yang dapat mendukung pengembangan kawasan. Pendampingan dapat dilakukan oleh berbagai instansi yang berhubungan dengan pengembangan ekowisata. Pendampingan dilakukan untuk mendorong, memfasilitasi, dan membina pengembangan wisata oleh masyarakat secara mandiri.

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa belum potensi dan kendala lanskap Lembah Harau ditangani secara profesional. Berdasarkan penilaian, potensi TWA Lembah Harau adalah keunikan objek wisata dan tingginya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi. Masalah pengelolaan dan sosial budaya menjadi kendala utama. Kendala segi pengelolaan adalah belum adanya kerja sama antara Pemda, BKSDA, dan masyarakat. Kendala segi sosial budaya adalah rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Akibat dari kendala tersebut, kelestarian kawasan mulai terganggu.

Hasil potensi dan kendala dari metode penilaian menjadi landasan pembentukan strategi pengembangan. Strategi tersebut dikembangkan menjadi konsep pengembangan lanskap berbasis ekowisata di kawasan Taman Wisata Alam Lembah Harau. Butir-butir strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT, adalah sebagai berikut:

a. pelibatan masyarakat ke dalam rencana pengembangan dan pengelolaan Pemda dan BKSDA;

b. adanya kerja sama antara Pemda, BKSDA, dan masyarakat;

c. pengembangan produk wisata sesuai dengan potensi objek dan kegiatan wisata;

d. pensosialisasian kegiatan konservasi kepada masyarakat;

e. peningkatan SDM masyarakat terutama mengenai ekowisata melalui berbagai pelatihan dan pendampingan.

7.2 Saran

a. Tulisan ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemda dan KSDA dalam mengembangkan dan mengelola kawasan TWA Lembah Harau.

b. Diperlukan studi lanjutan terhadap kawasan dari berbagai ilmu agar mendapatkan rencana pengembangan yang akurat dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Bell S. 2008. Design for Outdoor Recreation. New York: Taylor and Francis Group.

Damanik J dan Helmut FW. 2006. Perencanaan Pariwisata: dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

David FR. 2008. Manajemen Strategi ke-10. Terjemahan Oleh Budi S. StrategicManagement: Concepts and Cases, 10th ed. Jakarta: Salemba Empat.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2007. Pedoman Objek dan Daya Tarik Wisata Andalan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengembangan Produk Pariwisata.

Departemen Kehutanan. 2007. Kumpulan Peraturan dan Pedoman Pariwisata Alam. Pelatihan Pariwisata Alam 31 Oktober - 2 November 2007. Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konsevasi Alam.

Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, dan WWF-Indonesia. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. assets.wwfid.panda.org/ (18 Maret 2010).

Douglas WR. 1982. Forest Recreation. New York: Pergamon Press.

Hade. 2009. Lembah Harau (Harau Valley). http://dreamlandbukittinggi.

indonesiatravel.biz/ (18 Maret 2010).

Kinnear TC and Taylor JR.1991. Marketing Research: an Applied Approach 4th Ed. New York: McGraw-Hill .

Knudson DM. 1984. Outdoor Recreation. New York: Macmilan Publishing Company.

Korean addicted. 2009. Lembah Harau nan Mantap. http://kebanggaankuindonesia.

blogspot.com (18 Maret 2010).

Mason P. 2003. Tourism Impacts, Planning, and Management. Oxford: Elsevier Butterworth-Heineman. 195 hal.

Mitchell B. 1997. Resource and Enviromental Management. Ontario: Addison Wesley Longman Limited.

Nurisjah S, Pramukanto, dan Wibowo. 2003. Daya Dukung dalam Perencanaan Tapak. Bogor: Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. (tidak untuk dipublikasikan).

Oktadiyani P. 2006. Alternatif Strategi Pengelolaan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat. [skripsi]. Departemen Konsevasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Pendit NS. 1981. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Qomariah L. 2009. Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan). [skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Ristiyanti E. 2008. Strategi Pengembangan Wisata Alam Berbasis Masyarakat (Studi di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Merapi Daerah Istimewa Yogyakarta). [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

STR. 2009. Lembah Harau, 50 Kota. Sumatera Barat. http://jalanjalanterus.

wordpress.com/ (18 Maret 2010).

Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat. 2000. Laporan Identifikasi Unggulan Potensi Cagar Alam Lembah Harau. Padang: Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat.

Tim Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat. 2000. Rencana Pengelolaan Cagar Alam Lembah Harau. Padang: Unit Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Barat.

Untari R. 2009. Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Zona Wisata Bogor Barat Kabupaten Bogor. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

U.S. Department of Agriculture. 1974. National Forest Landscape Management Volume 2. Washington: U.S. Department of Agriculture.

Lampiran 1 Kriteria dan Bobot Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

1 Daya Tarik Bobot: 6

No Unsur/Sub Unsur Kriteria dan Nilai

1 Keunikan sumber daya: ≥ 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak Ada

a. Air terjun b.Gua c. Flora d.Fauna e. Sungai f. Kesenian tradisional g. Peninggalan sejarah h.Upacara adat i. Kebudayaan masyarakat 30 25 20 15 10

2 Banyaknya potensi sumber daya alam yang menonjol: ≥ 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak Ada

a. Batuan b. Flora c. Fauna d. Air e. Gejala alam 30 25 20 15 10

3 Kegiatan wisata yang dapat dilakukan: ≥ 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1

a. Menikamatikeindahan alam b. Melihat flora dan fauna yang ada c. Memancing d. Trecking e. Mandi/berenang f. Penelitian/pendidikan g. Berkemah h. Berperahu 30 25 20 15 10

4 Kebersihan objek wisata tidak ada pengaruh dari: Ada 6 Ada 5 Ada 3-4 Ada 1-2 Tidak ada

a. Industri 30 25 20 15 10

b.Jalan ramai motor/mobil c. Pemukiman penduduk d.Sampah e. Binatang f. Corat-coret (vandalisme) g.Pencemaran lainnya

5 Kenyamanan: Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1

a. Udara bersih dan sejuk

b.Bebas dari bau yang menganggu c. Bebas dari kebisingan

d.Pelayanan terhadap pengunjung yang baik

30 25 20 15 10

6 Keamanan: Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1

a. Tidak ada arus yang berbahaya b.Tidak ada pencurian

c. Tidak ada perambahan dan penebangan liar d.Tidak ada kepercayaan yang menggangu

e. Tidak ada penyakit yang berbahaya seperti malaria

30 25 20 15 10

2 Aksesibilitas Bobot: 5

No Unsur/Sub Unsur Kriteria dan Nilai

1 Kondisi jalan Baik Cukup Sedang Buruk

30 25 20 15

2 Jarak dari pusat kota < 5 km 5-10 km 10-15 km > 15 km

30 25 20 15

3 Tipe jalan Jalan aspal lebar > 3 m Jalan aspal lebar < 3 m Jalan batu Jalan tanah

30 25 20 15

4 Waktu tempuh dari pusat 1-2 jam 2-3 jam 3-4 jam ≥ 5 jam

30 25 20 15

3 Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi Bobot: 5

No Unsur/Sub Unsur Kriteria dan Nilai

1 Tata ruang wilayah objek

Ada dan sesuai Ada tapi tidak sesuai Dalam proses penyusunan

Tidak ada

30 25 20 15

2 Status lahan Lahan negara Lahan adat Hutan hak Tanah milik

30 25 20 15

3 Mata pencaharian penduduk

Pemilik lahan/pegawai Sebagian besar

pedagang kecil,industry kecil dan pengrajin

Petani dan berkebun Sebagian besar buruh tani

30 25 20 15

4 Pendidikan Sebagian besar lulus SMA ke atas

Sebagian besar lulus SMP ke atas

Lulus SD sebagian besar

Sebagian besar tidak lulus SD

30 25 20 15

4 Akomodasi Bobot: 3

No Unsur/Sub Unsur Kriteria dan Nilai

1 Jumlah kamar (Buah) > 100 75-100 30-75 < 30 Tidak ada

30 25 20 15 10

2 Jarak dari pusat kota ≥ 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada

30 25 20 15 10

5 Prasarana Dan Sarana Penunjang (Radius 10 km dari objek) Bobot: 3

No Unsur/Sub Unsur ≥ 4 Ada 3 Kriteria dan Nilai Ada 2 Ada 1 Tidak Ada

1 Prasarana: 30 25 20 15 10

a. Kantor pos b.Jaringan telepon c. Puskesmas/klinik d.Wartel/faksimili e. Warnet f. Jaringan listrik g. Jaringan air minum h.Surat kabar

2 Sarana penunjang: a. Rumah makan/minum b. Pusat perbelanjaan/pasar c. Bank/money changer d. Took cindera mata e. Tempat peribadatan f. Toilet umum g. Transportasi

30 25 20 15 10

Lampiran 2 Kriteria Penilaian Kesiapan Pengembangan Community-Based Ecotourism (CBE)

1 Aspek Sosial Ekonomi Bobot: 6

No Prinsip Kriteria Indikator Ada 1-2 Tidak Ada

1 Pasar 1 Adanya potensi/peluang pasar 2 Tumbuhnya pelaku usaha

1 Peningkatan jumlah kunjungan 2 Pertumbuhan jumlah pelaku

usaha

20 10

2 Ekonomi kerakyatan

Terbukanya peluang usaha dan kesempatan kerja

1 Peningkatan jumlah kunjungan 2 Tumbuhnya pelaku usaha

ekonomi mikro

20 10

3 Penggunaan sumber daya setempat

Tumbuhnya kreativitas masyarakat 1 Peningkatan sarana/prasarana 2 Meningkatnya permintaan

sumber daya lokal

20 10

4 Unit selling point

(USP)

1 Branding image

2 Produk layak jual dan kualitas

Kunjungan berkesinambungan 20 10

5 Partisispasi masyarakat dalam investasi

Keberadaan sumber daya lokal sebagai aset

1 Setiap sumber daya lokal dapat menjadi nilai pokok

2 Meningkatnya alur distribusi lokal

20 10

6 Pembagian keuntungan

Adanya pengaturan/kesepakatan antar-pihak bersama pemerintah

Kontribusi keuntungan semua pihak 20 10

2 Aspek Sosial Budaya Bobot: 6

No Prinsip Kriteria Indikator Ada 3 Ada 1-2 Tidak Ada

1 Pelestarian Adanya norma dan nilai 1 Adanya norma dan nilai-nilai budaya setempat yang masih berlaku dan dipegang teguh serta mengikat di dalam

20 15 20

masyarakat

2 Adanya upacara-upacara adat yang masih

diselenggarakan 2 Apresiasi Adanya upacara adat

Adanya kelempok kesenian

1 Jumlah/jenis upacara adat 2 Jumlah grup kesenian

tradisional/modern 3 Interaksi seni budaya

20 15 20

3 Pengaturan Adanya pengaturan adat Masih adanya kelembagaan masyarakat

20 15 20

3 Aspek Lingkungan Bobot: 6

No Prinsip Kriteria Indikator Ada 3 Ada 1-2 Tidak Ada

1 Pengelolaan 1 Aturan tertulis/tidak tertulis di desa

2 Sadar lingkungan

1 Adanya sanksi lingkungan 2 Masih adanya kegiatan kerja

bakti/gotong royong

3 Tertata, bersih, nyaman, dan asri

20 15 10

2 Konservasi Pemanfaatan lingkungan alam dan budaya yang berkelanjutan

1 Lingkungan lestari 2 Seni budaya masih eksis 3 Masyarakat masih

mendapatkan nilai ekonomi dari lingkungan

20 15 10

3 Sadar lingkungan

Pemahaman tentang arti dan manfaat linkungan meningkat

1 Meningkatnya perhatian dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan 2 Adanya pendidikan tentang

lingkungan pada sektor formal dan informal

20 15 10

4 Aspek Pengelolaan Bobot: 6

No Prinsip Kriteria Indikator ≥ 3 Ada 1-2 Tidak Ada

1 Adanya institusi di masyarakat lokal

Partisipasi masyarakat 1 Adanya peran aktif dari institusi atau kelompok masyarakat 2 Keterlibatan pemangku kepentingan/stakeholders 20 15 10 2 Melibatkan semua pemangku kepentingan

Transparansi 1 Meningkat jumlah

masyarakat yang memperoleh manfaat 2 Tersedianya mekanisme

pendistribusian keuntungan 3 Tidak ada masyarakat yang

menyampaikan keluhan

20 15 10

3 Peningkatan kapasitas 1 Pengetahuan dan

keterampilan kelompok masyarakat meningkat 2 Semua guide terlatih dan

memperoleh lisensi (terdapat pelatihan setidaknya sekali setahun)

3 Kesadaran kelompok masyarakat tentang konservasi sumber daya alam meningkat

4 Terbentuknya monitoring unit di tingkat masyarakat 5 Jumlah pelatihan

(konservasi, skill, dan pengetahuan sebagai pemamdu)

20 15 10

6 Kepuasan pengunjung meningkat

4 Regulasi 1 Kesepakatan pengelolaan

yang legalitas hukumnya diakui masyarakat dan pemerintah desa

2 Adanya nota kerjasama atau management agreement dengan pemilik kawasan 3 Adanya code of conduct

20 15 10

5 Isu keberlanjutan 1 Tersedianya produk-produk

yang ramah lingkungan 2 Mandiri

20 15 10

Lampiran 3 Kriteria Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata (Kuesioner)

1 Karakteristik Masyarakat (berdasarkan sampel responden) Bobot: 5

No Unsur/Sub Unsur Kriteria dan Nilai

1 Pendidikan Sebagian besar

lulus SMA ke atas

Sebagian besar lulus SMP ke atas

Sebagai besar lulus SD

Sebagian besar tidak lulus SD

30 25 20 15

2 Mata pencaharian penduduk Pemilik

lahan/pegawai Sebagian besar pedagang kecil,industry kecil dan pengrajin Petani dan berkebun Sebagian besar buruh tani 30 25 20 15

3 Status kependudukan Mayoritas

responden asli

Responden asli dan pendatang sama Mayoritas responden pendatang Tidak ada informasi 30 25 20 15

2 Persepsi Masyarakat Mengenai Pengembangan Ekowisata Bobot: 6

No Unsur/Sub Unsur Kriteria dan Nilai

1 Objek yang perlu dilestarikan: ≥ 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak Ada

a. Keindahan alam

b.Keanekaragaman hayati (flora dan fauna) c. Peninggalan sejarah

d.Kebudayaan lokal e. Lainnya

30 25 20 15 10

kelesatarian sependapat sependapat sependapat

30 25 20 15 10

3 Kegiatan menjamin kelesatarian kawasan: ≥ 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak Ada

a. Adanya pembatasan jumlah pengunjung

b. Kegiatan wisata yang bersifat merusak dihindarikan c. Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan wisata d. Adanya dukungan pemerintah sebagai fasilitator e. Lainnya

30 25 20 15 10

4 Bentuk pelayanan dan fasilitas menjamin kelestarian kawasan/objek:

≥ 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak Ada

a. Bangunan dengan bahan yang alami seperti kayu b.Bangunan permanen dengan jumlah yang tidak

terlalu banyak yang akan merusak keaslian kawasan objek wisata

c. Adanya interpreter (pemandu) yang dapat

memberikan penjelasan mengenai kondisi kawasan objek wisata

d.Adanya homestay (penginapan) dan makanan tradisional yang dapat memberikan suasana alami pada pengunjung

e. Lainnya

30 25 20 15 10

3 Partisipasi Dan Keinginan Masyarakat Bobot: 6

No Unsur/Sub Unsur Kriteria dan Nilai

1 Partisipasi masyarakat Mayoritas

berpartisipasi Cukup banyak yang berpartisipasi Sedikit yang berpartisipasi Tidak ada 30 25 20 15

2 Persepsi masyarakat Mayoritas sangat

mendukung Mayoritas mendukung Mayoritas kurang mendukung Mayoritas tidak mendukung 30 25 20 15 82

3 Keinginan masyarakat

≥ 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1

30 25 20 15

4 Dampak Mayoritas

menyampaikan dampak positif

Perbandingan sama antara positif dan negatif Mayoritas menyampaikan dampak negatif Tidak ada 30 25 20 15 83

Lampiran 4 Data Pohon di Cagar Alam Lembah Harau.

No Family Nama Botani Nama Daerah 1 Anacardiaceae Semecrpus sp. Rengas 2 Anacardiaceae Camnosperma auriculata Terentang 3 Araliaceace Arthrophyllum difersifolium Juluk Antu 4 Bambusaceae Bambusa sp. Bamboo 5 Bombacaceae Durio grafffithii Durian Hutan 6 Bursacece Medang Rapudahan 7 Burseraceae Santiria sp. Duku Anggang 8 Caesalpinaceae Sindora sumatrana Pare

9 Casuarinaceae Casuarinas junghuniana Cemara Gunung 10 Dilleniaceae Simpur

11 Dilleniaceae Dillenia exelsa Pingan-pingan 12 Dipterocarpaceae Hopea mangarawan Rangau

13 Dipterocarpaceae Shorea atrinervosa Medang Kuning 14 Dipterocarpaceae Shorea leprosula Meranti Merah 15 Dipterocarpaceae Vatica malichii Langsat Hutan 16 Elaeocarpaceae Elaeocarpus griffithii Balam

17 Euphorbiaceae Endospermum diadenum Medang Tapak Kuda 18 Euphorbiaceae Macaranga hypoleuca Sapek

19 Euphorbiaceae Pelangas 20 Euphorbiaceae Rambai 21 Fagaceae Castanopsis acuminatissima Resakn 22 Fagaceae Castanopsis sp. Ganggo Sicerek 23 Fagaceae Quercus argentats Barang

24 Fagaceae Quercus sp. Paning-paning Air 25 Flacourtiaceae Flacourtia rukam Rukam

26 Guttiferae Callopyllum sp. Bintangur 27 Guttiferae Garcinia forbesi Kandis Hutan 28 Guttiferae Garcinia sp. Manggis 29 Guttiferae Garcinia mangostana Medang manggis 30 Labiatea Hyptis capitata Subang-subang 31 Lauraceae Phoebe declinata Medang Keladi 32 Lauraceae Litsea cf.Sepikensis kosterm Medang Kulit Manis 33 Lauraceae Litsea velutina Medang Kepinding 34 Lauraceae Litsea sp. Medang Belukar 35 Lauraceae Litsea sp. Medang Kasik 36 Lauraceae Litsea sp. Medang Karisik 37 Lauraceae Litsea sp. Medang Labu Kabau 38 Lauraceae Litsea sp. Medang Miang 39 Lauraceae Litsea sp. Medang Pagar 40 Leguminoseae Desmodium heterocarpum Ureak Tubo 41 Leguminoseae Dialium indum Kuranji 42 Leguminoseae Phitecelobium clypearia Petai 43 Leguminoseae Sindora wallichii Jengkol 44 Magnoliaceae Talauna candolli Medang Abu 45 Meliaceae Toona sureni Merr. Surian 46 Moraceae Arthocarpus elasticus Tarok

47 Moraceae Artocarpus integra Cempedak Hutan 48 Moraceae Artocarpus sp. Mengkudu 49 Myristicaceae Knema laurina Mandarahan 50 Myrtaceae Euginia sp. Ganggo Damar 51 Myrtaceae Euginia sp. Kaleh Ubah 52 Myrtaceae Euginia sp. Kaleh Ulih 53 Myrtaceae Euginis densiflora Kaleh Jambu 54 Myrtaceae Euginia sp. Kaleh Pagar 55 Palmae Arenga pinnata Enau

56 Palmae Cyrtostachis lacca Pinang Raja 57 Palmae Pinanga culhii Pinang 58 Palmae Calamus caesius Rotan 59 Rosaceae Kalek Limbek 60 Rubiaceae Coffea malayana Kopi

61 Rubiaceae Coffea rubusta Kopi

62 Sapindaceae Nhepeleum lappaceum Rambutan Hutan 63 Sapotaceae Palaquium qutta Balam Timah 64 Sapotaceae Palaquium sp. Nyatuh

65 Styracaceae Styrax paralleloneurum Kemenyan Toba 66 Theaceae Eurya acuminate Jirak Putih 67 Ulmaceae Garcinia nerfosa Tapis 68 Urticaceae Lapotea stimulans Jilatang 69 Verbenaceae Calicarpa cana Tampang

70 Banilan

71 Damang Hitam

72 Sakin-sakin

Dokumen terkait