• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sumber Daya Energi

Dalam dokumen Analisis Energi Alternatif (Halaman 95-107)

4 .1. Pemanfaatan Bahan Bakar Minyak

4.2 Pengembangan Sumber Daya Energi

Minyak bumi sebagai bahan dasar bahan bakar minyak merupakan sumber energi tidak terbarukan, dimana cadangannya akan habis. Kenyataan bahwa, pada kondisi saat ini, untuk kebutuhan bahan bakar minyak domestik kita telah mengimpor. Kekayaan dan keanekaragaman sumber daya energi di daerah Sumatera Utara merupakan potensi kekayaan yang dapat dikembangkan untuk melayani kebutuhan energi yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Pemanfaatan sumber daya energi yang tidak bernilai ekspor perlu segera dikelola dan dikembangkan dalam upaya

mengurangi ketergantungan terhadap salah satu jenis energi terutama minyak bumi (BBM) / energi fosil lainnya yang jumlah cadangannya semakin kecil dan terbatas. Kedepan, upaya pengembangan dan pemanfaatan sumber energi lain yang ada di daerah Sumatera Utara perlu menjadi pemikiran. Khususnya pengembangan sumber  energi yang teknologinya telah ada serta teruji dan telah kita miliki, seperti .tenaga air, batubara, gambut, biomassa, panas bumi, tenaga surya, angin, biofuel dan lain-lain. Potensi ini menjadi perhatian dan dikembangkan mengingat lokasi keterdapatannya tersebar.

4.2.1. Sumber Daya Energi Air

Daerah Sumatera Utara secara morfologi tersusun oleh morfologi pegunungan,  perbukitan dan dataran. Dengan kondisi tersebut memungkinkan daerah ini memiliki  potensi sumber daya energi air yang cukup besar. Pada daerah  pegunungan/perbukitan yang secara hidrologi merupakan daerah tangkapan air 

(cathment area) merupakan daerah yang kaya akan potensi sumber daya air. Air  terjun, air deras dan air sungai merupakan energi yang dapat dirobah kepada bentuk  energi lainnya. Potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi energi untuk  membangkitkan tenaga listrik. Berdasarkan data yang didapat potensi sumber daya air di daerah ini adalah 1.876.606, 5 KWH yang tersebar di beberapa Kabupaten. Potensi energi air skala mikro dapat dibangun atas swadaya masyarakat dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik mikro hidro (PLTMH) untuk penyediaan listrik 

di pedesaan. PT. PLN (Persero) membangun skala mini dan skala besar sebagai upaya pengurangan ketergantungan terhadap BBM.

4.2.2. Panas Bumi

Daerah Sumatera Utara secara geologi terletak pada jalur gunung api (volcanic belt ) dan dibatasi oleh tinggian-tinggian dan patahan Sumatera (Sesar Semangko). Kondisi geologi tersebut menyebabkan daerah ini memiliki potensi panas bumi yang tersebar pada daerah gunung api. Berdasarkan data yang ada potensi panas bumi di daerah ini sudah cukup layak untuk dikembangkan. Hal ini didukung dengan hasil  pemboran yang dilakukan di daerah Sarulla (Tapanuli Utara) dan Sibayak (Karo) baik 

oleh pemerintah dan pihak swasta. Karena sifatnya yang tidak menghasilkan polusi  pembakaran sehingga ramah lingkungan dan sifat lainnya yang terbarukan, maka dibandingkan energi fosil, energi panas bumi memiliki keunggulan dan kelebihan yang lebih baik. Lambatnya perkembangan energi panas bumi di daerah ini diperkirakan karena mahalnya biaya pembangkit per KWH dibandingkan energi fosil. Sedangkan pengusahaan pembangkit listrik tenaga panas bumi skala besar merupakan teknologi tinggi dan padat modal, sehingga masih ketergantungan dengan investor  dari luar.

Tetapi seiring dengan meningkatnya harga minyak bumi yang begitu tinggi dan dikuranginya beban subsidi bahan bakar minyak yang selama ini ditanggung  pemerintah, pemanfaatan panas bumi akan mempunyai daya saing. Disamping itu semakin menipis dan terbatasnya jumlah cadangan minyak dan gas bumi perlu dipacu  pemanfaatan energi panas bumi dapat segera tumbuh dan terealisasi secara baik dan

optimal.

4.2.3. Batubara dan Gambut

Cadangan batubara dan gambut yang tersebar di daerah Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Maindailing Natal, Labuhan Batu dan Langkat, perlu dieksploitasi dengan mengundang investor untuk dapat dimanfaatkan sebagai energi di Sumatera Utara. Rendahnya minat investor, pemerintah perlu memberikan insentif dalam upaya memicu pungusahaan batubara dan gambut. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan kualitas batubara yang terdapat di daerah tersebut merupakan jenis sub bitminus dengan nilai kalori yang rendah. Dengan kalori yang rendah tersebut dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar rumah tangga, untuk industri kecil dengan mengolah  batubara ataupun gambut menjadi bentuk briket. Cara lainnya adalah pengolahan dan  pemanfaatan batubara dan gambut yang memiliki nilai kalori rendah dengan metode

Coal Oil Mixture (COM), Coal Water Fuel (COF) dan teknologi pencairan batubara. Diharapkan dengan metode tersebut pemanfaatan batubara dan gambut dapat memberikan andil untuk mengatasi permasalahan energi di daerah ini.

Pada daerah perbukitan dan pantai, untuk menggerakkan pompa baik untuk keperluan air irigasi, diarahkan penggunaan tenaga angin. Untuk penggunaan ini dapat dilakukan pembangunan kincir angin yang relatif sederhana dan dapat dikerjakan di dalam negeri.

4.2.5. Tenaga Surya

Teknologi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), masih relatif mahal. Untuk   penyediaan energi skala kecil (khusus tenaga listrik), pada daerah yang tidak 

memiliki sumber daya energi lainnya dengan jumlah penduduk relatif kecil diarahkan  pemanfaatan tenaga surya.

4.2.6. Biogas

Bagi masyarakat peternak, khususnya ternak jenis kerbau, lembu/sapi dan kambing, kotoran ternak dapat diproses (proses permentasi) menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak didapur. dan juga sebagi bahan bakar  lampu petromak untuk penerangan

4.2.7. Biomassa

Cangkang telah dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler (ketel pembangkit uap) di  perkebunan kelapa sawit untuk membangkitkan tenaga listrik. Di PT. Perkebunan

 Negara dan Perkebunan Swasta Nasional maupun Perkebunan Swasta Asing menggunakan limbah (cangkang, tandang dan ampas perasan) sebagai sumber energi untuk pembangkitan uap dan tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Pengoptimalan  pemanfaatan cangkang, tandan sawit dan ampas hasil pressan daging sawit total untuk keperluan pembangkit litrik akan mampu memberikan pelayanan penyediaan tenaga listrik untuk keperluan proses, keperluan bagi perumahan pekerja serta masyarakat di sekitar lokasi perkebunan sehingga ketergantungan kepada tenaga listrik dari PT. PLN akan semakin berkurang.

4.2.8. Biodiesel

Ditengah krisis bahan bakar saat ini pemikiran untuk mengembangkan dan memanfaatkan tanaman jarak pagar  (Jatropha curcas  L). Tanaman ini merupakan tanaman semak yang dapat tumbuh di lahan kritis dan tidak membutuhkan banyak air  serta pupuk. Banyak lahan-lahan yang kurang produktif dan lahan kritis di wilayah Kabupaten. Karena sifatnya yang mudah beradaptasi dengan berbagai cuaca, maka untuk membudidayakannya tanaman ini tidak sulit dan yang penting adalah sentuhan  bioteknologi untuk mendapatkan tanaman dan buah yang unggul.

Berdasarkan hasil kajian ilmiah tanaman tersebut dapat menghasilkan minyak yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak solar (biodisel) dan atau juga sebagai minyak bakar pengganti minyak tanah. Pengembangan minyak jarak sebagai energi alternatif pengganti minyak solar menjadi penting. Sementara dari hasil perhitungan harga minyak jarak lebih murah dari minyak solar. Pembuatan minyak jarak perlu

direalisasikan dengan segera, mengingat teknologi proses pengolahannya tersebut relatif mudah dan telah dikuasai, termasuk teknologi penanaman dan pembibitannya. Diharapkan pemanfaatan minyak jarak akan mengurangi peran bahan bakar minyak  dan memberi manfaat bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat  petani setempat.

Dalam dokumen Analisis Energi Alternatif (Halaman 95-107)

Dokumen terkait