• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemanfaatan Energi

Dalam dokumen Analisis Energi Alternatif (Halaman 107-119)

4 .1. Pemanfaatan Bahan Bakar Minyak

4.3. Strategi Pemanfaatan Energi

Kegiatan pembangunan Propinsi Sumatera Utara yang maju dengan pesatnya menuntut penyediaan energi yang cukup. Kondisi ini memerlukan kebijakan  pengelolaan sumber energi yang tersedia secara bijaksana, dalam upaya kesinambungan pembangunan. Kekayaan dan keanekaragam sumber daya energi yang dimiliki adalah potensi untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.yang  perlu pengelolaan secara bijaksana untuk kelestariannya.. Pemanfaatan sumber daya energi yang tidak bernilai ekspor perlu dikembangkan dalam upaya mengurangi  pemakaian bahan bakar minyak.

Semakin meningkatnya kebutuhan energi, maka untuk menghadapi masalah ini perlu ditetapkan suatu strategi dengan menetapkan skala prioritas, sejalan dengan  pemakaian dan penggunaan energi di Sumatera Utara. Penggunaan dan pemanfaatan

sumber daya energi di Sumatera Utara disesuaikan dengan kebutuhan, tingkat teknologi dan analisis ekonominya dengan mengutamakan pemanfaatan jenis energi terbarukan dan tak dapat diekspor. Strategi yang ditempuh dalam pengusahaan jenis

sumber energi dengan mempertimbangkan klassifikasi potensi sumber energi atas dasar tingkat teknologi, dana dan jenis pemanfaatan. Untuk menyusun strategi dan langkah pemanfaatan sumber daya energi ini perlu memperhatikan beberapa faktor.

4.3.1. Kondisi Sumber Daya Energi

Potensi sumber daya energi yang bervariasi, letaknya tersebar dan jauh dari lokasi  pusat pemanfaatannya. Beberapa sumber daya energi secara alami tidak dapat

dipindahkan ataupun sulit dipindahkan ke lokasi lain. Penggarisan pemanfaatan  potensi setempat merupakan suatu langkah yang penting dalam upaya  penanggulangan biaya transportasi. Dalam rangka ini perlu penyusunan tata ruang  pemanfaat sumber daya energi.

4.3.2. Pengusahaan Serta Pengelolaannya

Penggunaan diupayakan memanfaatkan sumber daya energi secara optimal sumber  energi terbarukan yang tidak dapat dan tidak mempunyai nilai ekspor. Meningkatkan keterpaduan antara pengembangan sumber daya alam dengan sumber daya energi. Dalam rangka itu diupayakan produk limbah untuk dimanfaatkan sebagai energi, seperti cangkang, sabut pengepresan daging sawit, tandan sawit dan limbah lainnya. Langkah ini harus didukung melalui penelitian dan penyelidikan kelayakan dan  prospek ekonomis, sehingga mampu menarik perhatian untuk mengusahakan. Pengembangan teknologi sederhana pemanfaatan potensi sumber daya energi skala kecil yang dapat dilakukan oleh perbengkelan lokal. Dengan demikian diharapkan

 penyediaan energi yang relatif murah, harga stabil dan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat.

4.3.3. Masyarakat Pengusaha dan Konsumen

Peran serta masyarakat swasta dalam pengelolaan sumber daya energi untuk  menunjang kebutuhan di sektor listrik sangat berkaitan dengan kelestarian  penyediaan energi tersebut secara kontiniu. Penyediaan tenaga listrik tergantung daripada tingkat kebutuhan konsumen. Untuk keperluan bahan bakar rumah tangga dan industri kecil, pemakaian briket batubara/gambut dan sekam padi menjadi alternatif dan perlu dikembangkan untuk menggantikan peran bahan bakar minyak. Persaingan harga menjadi pertimbangan penting untuk menarik minat masyarakat dalam menggunakannya, sehingga perlu insentif untuk pengembangan pemanfaatan  briket maupun sekam padi.

4.3.4. Kondisi Wilayah

Kondisi alam, infrastruktur, sosial ekonomi budaya serta pertahanan dan keamanan sangat diperlukan untuk pengembangan sumber daya energi di suatu wilayah diprioritaskan, karena dapat menumbuhkan nilai tambah pertumbuhan ekonomi, sebagai akibat dari pada pembangunan tersebut. Untuk kelancaran kegiatan ini peran masyarakat dan sosial ekonomi dan budaya sangat mendukung khususnya dalam  pembebasan tanah. Strategi yang ditempuh dalam pemanfaatan sumber daya energi,

 berpedoman pada kebijakan energi nasional. Pemanfaatan secara optimal memprioritaskan pengembangan sumber daya energi terbarukan dan tidak dapat diekspor. Disamping itu penggunaan teknologi yang dipakai, biaya pembuatan dan kelestarian lingkungan merupakan pertimbangan dalam menentukan strategi ini. Langkah-langkah tersebut antara lain :

1. Potensi Skala Besar 

Pemanfaatan potensi skala besar adalah pembangunan dengan teknologi tinggi yang harus didukung dengan multi disiplin ilmu dan biaya yang besar. Hal ini diarahkan untuk penyediaan tenaga listrik yang dikelola PT. PLN (Persero), ataupun swasta untuk keperluan sendiri atau juga oleh pihak swasta untuk kepentingan umum. Sumber daya energi batubara, panas bumi, tenaga air skala besar dan gas bumi dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik skala besar. Khusus gas bumi perlu  pertimbangan pemanfaatannya sebagai bahan baku pembuatan pupuk.

2. Potensi Skala M in i 

Diarahkan untuk penyediaan tenaga listrik kebutuhan sektor industri, perkebunan dan  pertanian, terutama potensi energi yang tersedia di sekitar pusat kegiatan. Penyediaan tenaga listrik termasuk diatas adalah pembangkit untuk kepentingan sendiri dan umum pada daerah-daerah yang belum terjangkau PT. PLN Persero. Jenis sumber  energi air diarahkan untuk penyediaan tenaga listrik untuk keperluan sendiri dalam upaya memenuhi kebutuhan proses produksi dan penerangan.

Disamping itu diarahkan untuk membangkitkan tenaga listrik kebutuhan pedesaan yang belum terjangkau PLN, dimana peran swasta diharapkan dapat untuk 

 penyediaan tenaga listrik kepentingan umum. Potensi batubara dan gambut juga dapat dikembangkan sebagai bahan bakar pada kegiatan industri. Di sektor industri  perkebunan, pemanfaatan limbah pertanian (cangkang, tandan, kayu) diarahkan

dikembangkan untuk pembangkit listrik skala mini (PLTM) untuk keperluan sendiri.

3. Potensi Skal a Kecil 

Pemanfaatan diarahkan pada penyediaan energi bahan bakar, tenaga listrik untuk  keperluan industri kecil (home industry) dan rumah tangga. Jenis sumber energi  batubara, gambut, limbah pertanian, dan kotoran ternak dapat dimanfaatkan untuk   bahan bakar disektor rumah tangga. Tenaga air skala kecil diupayakan untuk   pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dalam upaya penyediaan tenaga

listrik di desa yang belum terjangkau PT. PLN (Persero). Pengembangan  pemanfaatan tenaga air skala mikro ini sangat positif mengingat pembuatannya telah dapat dilakukan di dalam negeri. Disisi lain dapat memberi nilai tambah yaitu di sekitar lokasi menjadi daerah wisata.

Tenaga surya dapat dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik di desa-desa terpencil dengan penduduk yang relatif kecil jumlahnya dan sulit dijangkau PT. PLN (Persero) dan tidak memiliki sumber daya energi lain. Pengelolaan sumber daya energi ini mencakup banyak kegiatan, biaya besar, teknologi dan lahan. Dalam  penetapan langkah-langkah tersebut terdapat beberapa masalah antara lain :

a. Aspek teknis

Kemampuan teknis dalam pemanfaatan panas bumi masih sangat tergantung dari teknologi luar baik penelitian geologi, eksplorasi, eksploitasi maupun alat konversi

energinya. Kegiatan ini merupakan kegiatan padat modal dan tingkat keberhasilannya masih belum jaminan. Lokasi potensi pada umumnya sulit dijangkau dan pembebasan areal memerlukan koordinasi yang panjang. Demikian halnya dengan pemanfaatan tenaga air yang memerlukan kegiatan pembangunan memerlukan waktu yang  panjang. Fungsi air yang sedemikian penting juga masih dimanfaatakan sebagai  penyediaan air irigasi dan juga sebagai lokasi wisata alam.

Pada pemanfaatan batubara/gambut hingga menjadi briket, harga jualnya masih relatif mahal dibandingkan dengan pemanfaatan BBM dalam satu satuan. Harga yang relatif mahal dan perobahan lingkungan dapat menghambat masyarakat untuk  memanfaatkannya. Untuk mengatasi ini peran pemerintah dalam pelaksanakan alih teknologi perlu mendapat perhatian. Pengembangan tenaga kerja pada jabatan tertentu dalam kegiatan yang terkait, persiapan sumber daya manusia dengan disiplin ilmu yang relevan, mempunyai jiwa patriotisme dengan motivasi merebut dan menyelidiki ilmu serta pengalaman. Skala prioritas dalam pemanfaatan sumber daya  perlu digariskan antar instansi pemerintah dan memperhatikan hajat orang banyak.

b. Aspek Sosial Budaya

Kultur masyarakat di sekitar lokasi sangat mempengarui rencana pembangunan. Status tanah yang sangat terkait dengan adat setempat, mempersulit pembebasan tanah. Kondisi masyarakat yang sedemikian, mudah dipengaruhi pihak tertentu untuk  memintakan biaya pembebasan yang relatif tinggi. Kegiatan penyuluhan dan  bimbingan kepada masyarakat setempat khususnya dengan bangsa pada umumnya.

Gambut, limbah pertanian, limbah ternak dikembangkan untuk kebutuhan Rumah Tangga dan industri kecil sebagai pengganti BBM.

BAB V

Dalam dokumen Analisis Energi Alternatif (Halaman 107-119)

Dokumen terkait