• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Mutu Proses Produksi

Dalam dokumen WASIS ANJAR SARI 4366 2010 (Halaman 66-80)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

G. Pengendalian Mutu (Quality Control)

2. Pengendalian Mutu Proses Produksi

Pengendalian mutu proses pembuatan mie kering dilakukan pada akhir tahapan setiap proses, meliputi:

a. Pengadukan dan Pencampuran (Mixing)

Mixing adalah proses pencampuran dan pengadukan bahan baku dan bahan tambahan, bahan baku dari mesin screw di mixer dalam bak mixing dengan larutan kanzui yang ditampung dalam tangki alkali (VT) sesuai ukuran yang telah ditetapkan. Mixing dilakukan dua tahap yaitu mixing kering (pencampuran tepung) dan mixing basah (pencampuran bahan baku dengan larutan kanzui).

1) Pengendalian mutu hasil mixing

Pengendalian mutu pada proses mixing dapat berupa pengecekan komposisi dan pengujian warna, tingkat kering dan homogenitas. Pengecekan warna dan homogenitas hanya secara visual saja. Pengujian untuk tingkat

xcvi

(kalis), selain itu juga dengan mengukur kadar air dalam adonan. PT Tiga Pilar Sejahtera mempunyai standar kualitas pada setiap prosesnya, adapun Standart Quality Manual dapat dilihat pada Tabel 4.7

Kadar air adonan diukur dengan mengunakan alat moisture analist. Kadar air standart adalah 28 sampai 32 %. Selama pembentukan adonan terjadi reaksi - reaksi antara garam alkali dengan air yang menghasilkan CO2

yang menyebabkan adanya rongga antar granula pati sehingga adonan menjadi lebih ringan dan lunak. Setelah kondisi adonan kalis maka dilanjutkan pada tahapan roll sheeting dan slitting.

Waktu pencampuran yang baik adalah 15 - 25 menit. Dengan waktu yang digunakan PT Tiga Pilar selama 22 menit, maka waktu tersebut telah sesuai standar untuk pengadukan yang baik. Dimana jika pengadukan > 25 menit dapat menyebabkan adonan menjadi rapuh, keras dan kering, sedangkan pengadukan yang < 15 menit menyebabkan adonan menjadi lunak dan lengket. Suhu yang baik adalah 25 - 40oC. Pencampuran adonan dengan suhu < 25oC menyebabkan adonan menjadi rapuh dan keras. Sebaliknya jika pencampuran adonan menggunakan suhu > 40oC menyebabkan adonan menjadi lengket dan keelastisan mie menjadi rendah.

Apabila pada tahap mixing, adonan yang dihasilkan tidak sesuai dengan standart (lembek atau keras) maka adonan tersebut tidak diturunkan ke tabung feeder untuk proses berikutnya, tetapi adonan tersebut diambil dan sedikit demi sedikit ditambahkan pada proses mixing adonan mie berikutnya.

Tabel 4.7 Standar Quality Manual (SQM) Hasil Mixing No. Jenis Pemeriksaan Standar

1. a. Warna Kuning cerah, rata, tidak ada bercak-bercak putih b. Homogenitas Homogen, tidak ada bagian yang menggumpal,

secara visual permukaan tidak belang-belang dan dapat dibuat lembaran

c. Tingkat kering Normal 2) Pengujian kualitas hasil mixing

Pengujian kualitas hasil mixing dilakukan dengan mencatat komposisi dan kondisi operasional proses mixing yang meliputi ukuran VT, waktu mixing kering, waktu mixing basah, dan total waktu mixing. Adapun standar penilaian hasil mixing dapat dilihat pada Tabel 4.8

Pengambilan sampel dilakukan dua kali dalam 1 shift dengan pengujian, antara lain:

xcvii

 Amati rata tidaknya warna hasil mixing.

 Amati ada tidaknya bercak - bercak putih. b) Pengujian tingkat kering

 Amati hasil mixing secara visual.

 Jika tingkat kering tidak sesuai, pastikan dengan mengukur kadar airnya.

c) Pengujian homogenitas

 Amati homogenitas secara visual meliputi :

 Ada tidaknya bagian yang menggumpal

 Kondisi permukaan hasil mixing

 Meratanya tingkat kering d) Pengujian suhu adonan

 Memasukkan thermometer pada adonan

 Menunggu beberapa saat sampai alat tersebut memunculkan angka yang menunjukkan suhu adonan mie

Tabel 4.8 Standar Penilaian Hasil Mixing

No Parameter Standar Penilaian

Standar Tidak Standar 1. Warna

4 = kuning cerah, rata,

dan tidak ada bercak -bercak putih

1 = warna tidak cerah, tidak rata / belang, dan ada bercak - bercak putih 2. Tingkat kering 4 = normal 1 = tidak normal

3. Homogenitas

4 = homogen, tidak ada bagian yang menggumpal, secara visual permukaan tidak belang, dan dapat dibentuk lembaran

3 = kurang homogen, secara visual permukaannya belang, dan masih dapat dibentuk lembaran

2 = ada bagian yang hancur, tidak merata, ada bagian yang terlalu basah, ada bagian yang terlalu kering, secara visual ada bagian yang belang 1 = tidak homogen, tidak

dapat dibentuk lembaran, hancur 4. Kadar air 4 = 28 – 32 % 1 = < 30 atau > 32 % 5. Suhu 4 = 34 – 36 oC 1 = < 34 atau > 36 oC Sumber : Inspeksi dan Pengujian Proses Produksi PT. TPS Food Tbk

b. Pembentukan Lembaran (Sheeting)

Proses roll sheeting adalah proses dimana adonan mie mulai dibentuk menjadi lembaran mie melalui beberapa unit roller press sampai tercapai ketebalan standar yang ditentukan (± 1 mm). Dalam roll press, serat-serat gluten yang tidak beraturan segera ditarik memanjang dan searah dengan tekanan dua roll press. Dalam mesin DCM yang berupa roll press, adonan akan dipadatkan/dipress

xcviii

dengan ketebalan yang diinginkan. 1) Pengendalian mutu hasil sheeting

Pengendalian mutu pada proses sheeting dapat berupa penilaian warna, kehalusan, tingkat kering dan pengukuran ketebalan mie. Pengecekan warna hanya secara visual saja. Pengujian kehalusan dengan meraba lembaran hasil sheeting. Sedangkan untuk pengujian untuk tingkat kering dengan cara mengamati kondisi lembaran (ada tidaknya lembaran yang patah atau sobek) dan tingkat kelengketannya. Penilaian pengukuran ketebalan lembaran adonan setiap 2 jam dalam setiap shift sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. PT Tiga Pilar Sejahtera mempunyai standar kualitas pada setiap prosesnya, adapun Standart Quality Manual proses sheeting dapat dilihat pada Tabel 4.9

Ketebalan adonan pada saat roller ini akan mempengaruhi berat pada produk akhir mie. Ketebalan lembaran dapat ditentukan dengan pengaturan handle (tuas), jika handle diputar berhadapan maka ketebalan lembaran akan semakin kecil, begitu pula jika diputar berlawanan arah maka ketebalan lembaran semakin besar. Pengaturan ini tergantung berat mie yang diinginkan dan kondisi adonan yang terjadi pada saat itu. Pengoperasian alat ini harus sesuai dengan jarak antara roll press yang satu dengan roll press yang lain artinya tingkat ketegangan adonan tidak boleh terlalu kendor dan tidak boleh terlalu tegang sehingga mie yang dihasilkan sesuai dengan standar yang diinginkan. Selain itu kondisi adonan tidak boleh menumpuk dan tidak boleh berlubang karena akan mempegaruhi kualitas mie yang dihasilkan.

Dalam pengujian proses sheeting juga terdapat kondisi operasional meliputi speed DCM, speed roll press, dan speed belt yang dapat diatur pada control panel yang berada tidak jauh dari roll press sehingga pengendalian kecepatan pada proses sheeting dapat berjalan dengan otomatis, selain itu juga dilakukan pengawasan oleh operator roll press sehingga jika diperlukan pengecilan maupun pembesaran ukuran ketebalan adonan dapat langsung dilakukan.

Tabel 4.9 Standar Quality Manual (SQM) Hasil Sheeting No Jenis Pemeriksaan Standar

1. a. Warna Krem tua dan rata

b. Tingkat kering Tidak patah, lembaran tidak sobek, dan ditangan tidak lengket

c. Tingkat kehalusan Ditangan terasa halus 2) Pengujian kualitas hasil sheeting

xcix

operasional proses sheeting yang meliputi speed DCM, speed roll press, dan speed belt yang tertera pada masing - masing control panel. Adapun standar penilaian hasil sheeting dapat dilihat pada Tabel 4. 10

Pengujian kualitas hasil sheeting meliputi: a. Pengujian warna

 Amati warna hasil sheeting secara visual.

 Amati rata tidaknya warna hasil sheeting. b. Pengujian kehalusan

 Raba lembaran hasil sheeting. c. Pengujian tingkat kering

 Ambil lembaran hasil sheeting.

 Satukan kedua ujungnya.

 Amati kondisi lembaran (ada tidaknya lembaran yang patah atau sobek).

 Amati tingkat kelengketannya.

Tabel 4.10 Standar Penilaian Hasil Sheeting

No Parameter Standar Penilaian

Standar Tidak Standar 1. Warna

4 = krem tua, rata 3 = kuning gading, rata 2 = kuning keputihan, rata

1 = kuning kecoklatan, tidak rata

2. Kehalusan 4 = ditangan terasa halus, tidak

berpasir 1 = kasar 3. Tingkat kering

4 = tidak patah, lembaran tidak sobek, ditangan tidak lengket

1 = patah, lembaran mudah sobek, ditangan terasa lengket Sumber : Inspeksi dan Pengujian Proses Produksi PT. TPS Food Tbk c. Pembentukan Gelombang (Forming-Cutting)

Mie yang telah melewati tahap sheeting tersebut kemudian melalui tahap forming-cutting dimana akan mengubah lembaran-lembaran mie menjadi untaian mie yang bergelombang.

1) Pengendalian mutu hasil forming-cutting

Pengendalian mutu proses forming-cutting yang dilakukan berupa penilaian diameter puller, lebar per jalur dan kerapian gelombang. Pengujian diameter puller dan lebar per jalur dengan menggunakan jangka sorong 8 kali pengukuran sebanyak dua kali dalam satu shift oleh bagian QC field dan pengujian kerapian gelombang dengan mengamati kerapian gelombang hasil forming-cutting secara visual. Penilaian kerapatan gelombang mie, lebar

c

terhadap mesin yang digunakan dalam pembuatan mie kering. Pengendalian mutu tingkat kerapian gelombang mie dapat dilakukan dengan tidak ditemukannya bentuk mie yang menyimpang dalam standart. Adapun Standart Quality Manual proses forming-cutting dapat dilihat pada Tabel 4.11

Ukuran diameter puller ini sangat berpengaruh terhadap berat basah maupun mie kering sehingga perlu dikendalikan agar sesuai standar berat maupun dimensional mie. Akan tetapi untuk masing-masing proses pada pembuatan mie kering terdapat operator yang bertugas mengoperasikan dan mengontrol proses sehingga kemungkinan untuk ketebalan mie yang tidak sesuai dengan standart dapat diminimalkan sehingga apabila pada tahap cutting mie tidak sesuai dengan standar maka diameter puller pada roll press akan diatur kembali dan mie yang sudah dalam bentuk untaian akan diambil kemudian dicampur sedikit demi sedikit pada proses mixing.

Tabel 4.11 Standar Quality Manual (SQM) Hasil Forming-Cutting No. Jenis Pemeriksaan Standar

1. a. Diameter puller Sesuai standar produk b. Kerapian

gelombang

Bagian pinggir mie tidak terurai-urai, gelombang rata dan dapat membentuk bagian-bagian yang teratur, naik turun gelombang rata, jarak antar gelombang sama

c. Lebar setiap jalur Sesuai standar produk 2) Pengujian kualitas hasil forming-cutting

Pengujian kualitas hasil sheeting meliputi: a. Pengujian diameter puller

 Siapkan jangka sorong

 Ukur diameter puller dengan menggunakn jangka sorong b. Pengujian lebar per jalur

 Siapkan jangka sorong

 Ukur lebar mie ditiap julurnya dengan menggunakan jangka sorong

c. Pengujian kerapian gelombang

 Amati kerapian gelombang secara visual. Tabel 4.12 Standar Penilaian Hasil Forming-Cutting

No Parameter Standar Penilaian

Standar Tidak Standar 1. Diameter

puller 4 = sesuai standar

1 = tidak sesuai standar 2. Lebar per

jalur 4 = sesuai standar

1 = tidak sesuai standar

ci

3. Kerapian gelombang

4 = bagian pinggir mie tidak terurai, gelombang rata dan dapat membentuk bagian yang teratur, naik turun gelombang rata dan jarak antar gelombang sama

3 = bagian pinggir mie terurai, gelombang mie merata dan dapat membentuk bagian yang teratur, naik turun gelombang rata dan jarak antar gelombang sama

2 = bagian pinggir mie terurai, gelombang mie tidak merata, ada yang besar ada yang kecil dan jarak antar gelombang tidak sama

1 = bagian pinggir mie terurai, gelombang mie tidak rapi, acak dan jatuh

Sumber : Inspeksi dan Pengujian Proses Produksi PT. TPS Food Tbk d. Pengukusan (Steaming)

Steaming adalah proses pengukusan untaian mie secara

kontinyu dengan menggunakan steam (uap panas). Steam yang ada

dalam steam box dihembuskan melalui pipa steam yang dihasilkan

dari steam boiler. Tujuan proses steaming adalah untuk memasak

mie mentah menjadi mie setengah matang dengan sifat semi solid

(setengah matang). Mi mentah sebelum masuk kedalam steam box

terlebih dahulu disemprot dengan air dari sprayer yang berfungsi

sebagai penambah kematangan.

1) Pengendalian mutu hasil steaming

Pengendalian mutu yang dilakukan pada proses tahap steaming ini adalah pengendalian mutu kondisi operasional meliputi suhu yang digunakan, waktu steaming, speed (kecepatan), tekanan yang digunakan, mutu steam, serta warna, kematangan, dan kekenyalan mie dari hasil perlakuan steaming.

Penilaian suhu dan tekanan dapat dilakukan dengan penggunaan suhu yang konstan 97 - 100º C dengan tekanan 0,7 - 1,0 bar oleh mesin yang digunakan. Pengaturan speed steaming terdapat pada control panel. Penilaian waktu yang digunakan dalam proses steaming dapat berupa pemberian sampel lempengan adonan mie diatas mie yang siap disteam dan dilakukan pencatatan waktu yang digunakan. Parameter waktu yang digukan dalam proses steaming

cii

steam basah sebab dapat mempercepat proses pengukusan dan proses gelatinisasi pati lebih sempurna yang dipengaruhi oleh penyerapan molekul uap panas sehingga pematangan adonan mie lebih sempurna.

Faktor - faktor yang juga mempengaruhi mutu steam adalah mutu uap yang berkaitan dengan banyaknya uap basah yang berada didalam box steaming. Jumlah uap ini berkaitan dengan panas yang diterima oleh mie. Proses steaming ini juga dapat menghambat proses pertumbuhan mikroorganisme pada mie kering.

Pengujian warna hasil steaming dengan pengamatan secara visual dan rata tidaknya warna hasil steaming, pada pengujian tingkat kematangan dengan pengamatan secara visual yaitu memotong melintang sampel mie hasil steaming. Sedangkan pengujian kekenyalan mie secara sensoris dengan menekan sampel mie dengan menggunakan jari. Adapun Standart Quality Manual proses forming-cutting dapat dilihat pada Tabel 4.13

Tabel 4.13 Standar Quality Manual (SQM) Hasil Steaming

No. Jenis Pemeriksaan Standar 1. a. Warna Warna kuning gading muda

b. Tingkat kematangan Tidak ada titik putih bila dipotong melintang

c. Kekenyalan Jika ditekan dengan jari tidak keras atau lembek, ada hambatan saat ditekan 2) Pengujian kualitas hasil steaming

Pengujian kualitas hasil steaming dilakukan dengan mencatat kondisi operasional proses steaming yang meliputi suhu, tekanan, speed, dan waktu. Pengujian kualitas hasil steaming meliputi:

a. Pengujian warna

 Amati warna hasil steaming secara visual.

 Amati rata tidaknya warna hasil steaming. b. Pengujian kematangan

 Amati tingkat kematangan mie secara visual.

 Potong melintang sampel mie hasil steaming, amati ada tidaknya titik putih.

c. Pengujian kekenyalan

 Tekan sampel mie dengan menggunakan jari.

 Amati kekenyalan mie secara sensoris Tabel 4.14 Standar Penilaian Hasil Steaming

ciii

1. Warna 4 = kuning gading muda 3 = kuning gading tua

2 = kuning kusam

1 = kuning kecoklatan, kusam, warna tidak rata atau belang

2. Kematangan 4 = tidak ada titik putih bila dipotong melintang

1 = ada titik putih bila dipotong melintang 3. Kekenyalan

4 = jika ditekan dengan jari tidak keras / lembek, ada hambatan saat ditekan

1 = jika ditekan dengan jari keras / lembek

Sumber : Inspeksi dan Pengujian Proses Produksi PT. TPS Food Tbk e. Pemotongan dan Pelipatan (Shapping-Folding)

Proses shapping - folding dengan prinsip pemotongan dan pelipatan mie hasil steaming menjadi dua susun / lapisan mie dengan panjang, lebar, dan bobot sesuai dengan standar. Proses pemotongan ini dilakukan setelah proses steaming dikarenakan sifat mie setelah proses pengukusan mie bersifat semi solid sehingga dapat memudahkan untuk pemotongan karena memiliki tingkat elastisitas yang tinggi.

1) Pengendalian mutu hasil shapping - folding

Pengendalian mutu pada mie hasil shapping - folding dilakukan untuk menstabilkan kualitas produk dengan menilai kecepatan potongan mie, jumlah potongan mie, kerapian tumpukan lipatan mie, berat mie, dimensional mie (panjang, lebar, dan tebal) dan adanya cemaran mie.

Penilaian kecepatan potongan mie dilakukan dengan cara pengaturan kecepatan pisau dan kecepatan koveyor yang digunakan. Dari penilaian kecepatan pisau dapat digunakan sebagai penilaian berat mie dan panjang mie yang dihasilkan. Jumlah potongan sesuai masing-masing jenis. Pengecekan pada proses pemotongan dan pelipatan mie dilakukan setiap 2 jam dalam setiap shift.

Penilaian kerapian tumpukan lipatan mie dapat dilakukan dengan pengaturan kesuaian alat / pacul yang digunakan. Blok mie yang kurang rapi akan segera dirapikan secara manual oleh operator bagian shapping-folding, selain dirapikan sebelum masuk pada ruang driying blok mie ditimbang per satu angsang untuk mengetahui berat basah mie. Penimbangan dilakukan setiap satu adonan dalam feeder oleh para naker dan dilakukan setiap jam oleh bagian QC field. Kendali mutu yang lain yang dilakukan adalah mengukur kadar air mie dengan moisture analist.

Penilaian berat dapat dilakukan dengan penimbangan mie dengan meletakkan mie beserta serok alumunium diatas timbangan. Sedangkan

civ

jangka sorong sedangkan untuk panjang menggunakan penggaris.

Jika produk mie pada proses shapping-folding ini tidak sesuai dengan standar misal berat basah kurang atau lebih dan dimensional mie yang tidak sesuai standar maka QC field segera memberitahu pada operator steam maupun operator roll press untuk segera membenahi / mengeset mesin agar hasil mie sesuai standar. Adapun Standart Quality Manual proses shapping -folding dapat dilihat pada Tabel 4.15

Tabel 4.15 Standar Quality Manual (SQM) Hasil Shapping-Folding No. Jenis Pemeriksaan Standar

1. a. Berat basah Sesuai standar produk b. Dimensional mie (pxlxt) Sesuai standar produk

c. Kerapian lipatan Rapi, bentuk mie seragam, kedua bagian ujung mie sejajar dan rata

d. Jumlah potongan Jumlah potongan sesuai masing-masing jenis

2) Pengujian kualitas hasil shapping-folding

a. Ambil 1 lempeng mie basah (jumlah tergantung produk) secara acak setelah melewati proses shapping-folding menggunakan serok alumunium.

b. Cek posisi jarum pada timbangan bila kondisi normal (jarum pada angka nol) lakukan penimbangan dengan meletakkan mie beserta serok alumunium diatas timbangan.

c. Ambil salah satu mie basah dan ukur dimensional mie basah dengan menggunakan jangka sorong untuk mengukur lebar dan tebal sedangkan untuk panjang menggunakan penggaris.

d. Lakukan pengecekan kerapian lipatan dan jumlah gelombang secara visual pada sampel.

Tabel 4.16 Standar Penilaian Hasil Shapping-Folding

No Parameter Standar Penilaian

Standar Tidak Standar 1. Berat basah 4 = sesuai standar 1 = tidak sesuai standar 2. Dimensional mie

cv

3.

Kerapian lipatan dan jumlah gelombang

4 = rapi, bentuk mie seragam, kedua bagian ujung mie sejajar dan rata, jumlah gelombang sesuai dengan masing -masing jenis 3 = kedua ujung mie tidak

sejajar, jumlah gelombang sesuai dengan masing-masing jenis sesuai dengan masing-masing jenis

2 = kedua ujung mie tidak sejajar, bentuk tidak rapi, ada bagian yang menyilang

1 = kedua ujung mie tidak sejajar, mie tidak terlipat, jumlah gelombang sesuai dengan masing -masing jenis

Sumber : Inspeksi dan Pengujian Proses Produksi PT. TPS Food Tbk f. Pengeringan (Drying)

Drying atau pengeringan adalah suatu proses mengeringkan

mie yang telah dipotong dengan menghembuskan uap panas yang

dihasilkan oleh hitter dalam box drying. Proses ini bertujuan

mengurangi kadar air pada mie kering dengan standar maksimal 10

%.

1) Pengendalian mutu hasil drying

Pengendalian mutu pada mesin drying ini adalah dengan pengaturan kondisi operasional seperti suhu, tekanan, waktu, kecepatan konveyor mie pada saat pengeringan, kondisi gelombang mie, dan jumlah blower yang digunakan dalam proses pengeringan berlangsung. Penilaian suhu yang digunakan dalam proses pengeringan ini berupa penggunaan suhu awal 76oC, tahap tengah 80oC dan tahap akhir 76oC dengan tekanan 5,3 bar. Penilaian waktu yang digunakan berupa penggunaan parameter waktu selama 45 menit -1 jam. Sedangkan speed dapat diatur melalui control panel. Pengawasan dilakukan oleh by pass.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ini dalah suhu (semakin tinggi suhu maka pengeringan akan semakin cepat), kecepatan aliran udara pengering (semakin cepat udara pengering, maka pengeringan akan semakin cepat), kelembaban udara (semakin lembab udaranya maka pengeringannya semakin lambat).

Untuk pengujian proses produksi meliputi penilaian tekstur, warna, tingkat kering, dan diameter puller. Pengujian tekstur / kekokohan / kekuatan dengan cara menekan sampel mie dan amati kekokohan dan mudah tidaknya mie pecah. Pengujian warna dan tingkat kering dengan pengamatan mie secara visual. Pengujian diameter puller dengan menggunakan jangka sorong.

cvi

pembagian mie setelah proses shapping-folding dengan mie setelah proses drying-cooling (BB / BK). Pengujian dimensional mie kering dengan mengukur panjang mie dengan menggunakan penggaris, lebar dan tebal mie dengan menggunakan jangka sorong. Adapun Standart Quality Manual proses drying dapat dilihat pada Tabel 4.17

Tabel 4.17 Standar Quality Manual (SQM) Hasil Drying

No. Jenis Pemeriksaan Standar

1. a. Kekokohan / kekuatan Sangat kokoh, tidak mudah pecah dan hancur

b. Tingkat kering Sesuai standar produk c. Diameter puller Sesuai standar produk d. Berat kering Sesuai standar produk e. Rasio berat basah / kering Sesuai standar produk f. Ukuran (p x l x t) Sesuai standar produk

2) Pengujian kualitas hasil drying-cooling

Pengujian kualitas hasil drying-cooling dilakukan dengan mencatat kondisi operasional proses drying-cooling yang meliputi suhu, tekanan, dan speed.

 Pengujian dilakukan dengan pengambilan masing - masing 7 keping sampel mie (dua kali dalam satu shift). Pengujian kualitas hasil drying-cooling meliputi:

a. Pengujian tekstur / kekokohan / kekuatan

 Remas / tekan sampel mie

 Amati kekokohan dan mudah tidaknya mie pecah b. Pengujian warna

 Amati warna hasil drying-cooling secara visual. c. Pengujian tingkat kering

 Amati tingkat kering mie secara visual. d. Pengujian diameter puller

 Siapkan jangka sorong.

 Ukur diameter puller dengan menggunakan jangka sorong.

 Ambil sampel pada jam ke-2 dan jam ke-6 untuk dilakukan pengujian berikut:

a. Pengujian rasio berat basah / berat kering (BB / BK).

 Siapkan timbangan, pastikan timbangan tera (jarum penunjuk angka nol).

cvii

pengujian mie basah.

 Timbang sampel mie.

 Hitung rasio dengan hasil pembagian mie setelah proses shapping-folding dengan mie setelah proses drying-cooling (BB / BK).

b. Pengujian dimensional mie kering

 Siapkan penggaris dan jangka sorong.

 Ambil 2 sampel mie kering.

 Ukur panjang mie dengan menggunakan penggaris.

 Ukur lebar dan tebal mie dengan menggunakan jangka sorong. Tabel 4.18 Standar Penilaian Hasil Drying-Cooling

No Parameter Standar Penilaian

Standar Tidak Standar

1.

Tekstur / kekokohan /

kekuatan

5 = sangat kokoh dan sangat kuat terhadap tekanan

4 = kokoh dan kuat terhadap tekanan, tidak mudah pecah 3 = agak kokoh, kurang kuat

terhadap tekanan, sebagian ada yang pecah, terdengar bunyai krek saat ditekan.

2 = tidak kokoh, sebagian getas (terdengar bunyai krek saat ditekan)

1 = getas / mrepel, mudah pecah dengan sedikit tekanan

2. Warna

8 = kuning keputihan cerah 7 = kuning keputihan kurang cerah 6 = kuning keputihan kusam 5 = kuning kusam

4 = kuning kehijauan / kuning kecoklatan cerah 3 = kuning kehijauan / kuning kecoklatan

Dalam dokumen WASIS ANJAR SARI 4366 2010 (Halaman 66-80)

Dokumen terkait