• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Bank

Dalam dokumen Sistem Perbankan Syariah di Indonesia (Halaman 23-28)

T EORI -T EORI P ERBANKAN

A. Pengertian Bank

Sejarah awal timbulnya bank bermula dari bentuknya sebagai usaha tukar-menukar uang seterusnya berkembang untuk menerima simpanan, memberikan pinjaman, perantara dalam urusan pembayaran hingga pada tahap yang modern, yaitu menciptakan uang.1 Apabila dilihat dari aspek perkembangan bank tersebut boleh dikatakan bank disebut juga sebagai lembaga kepercayaan. Oleh karena itu, dalam menjalankan peranan dan fungsi tersebut, pemerintah merasa perlu untuk mengatur usahanya. Hal ini disebabkan berbagai aktivitas bank berkaitan dengan dana masyarakat, apalagi kalau berkaitan dengan berbagai piranti kebijakan moneter.

Dalam menyampaikan pengertian bank, penulis mengungkapkan dari dua pandangan, yaitu secara bahasa (etimologi) dan istilah (terminologi). Secara bahasa (etimologi), istilah bank berasal dari kata Italia “banco” yang artinya “bangku”. Bangku ini digunakan pegawai bank untuk melayani aktivitas operasinya kepada para penabung.

1 Shelagh Heffernan (1996), Modern Banking in Theory and Practice, Chichester: John Willey & Sonds Ltd., hlm.

16.

Istilah bangku semakin populer dan akhirnya secara resmi menjadi bank. 2 Menurut Kasmir, apabila ditinjau dari asal mula berlakunya bank, maka bank diartikan sebagai “meja atau tempat untuk menukar uang”.3 Ada juga pengertian lain yang mengatakannya sebagai

“kepingan papan tempat buku” yaitu sejenis “meja”. Kemudian penggunaannya lebih diperluas untuk menunjukkan meja tempat penukaran uang yang digunakan para pemberi pinjaman dan para pedagang mata uang di Eropa pada Abad Pertengahan untuk memperlihatkan uang mereka.4

Secara istilah (terminologi) ada beberapa definisi bank yang dikemukakan para pakar sesuai dengan tahap perkembangan bank itu sendiri. Menurut G. M. Verryn Stuart, 5 bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the money they accept as a gamble to the other, even though they should supply the new money. (Bank ialah badan usaha yang diwujudkan untuk memuaskan keperluan orang lain dengan memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain sekalipun dengan cara mengeluarkan uang baru kertas).

Berdasarkan pengertian ini bank melakukan aktivitas pasif dan aktif yaitu mengumpulkan dana dari masyarakat yang kelebihan dana (surplus spending unit -SSU) dan menyalurkan kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana (defisit spending unit -DSU).

B. N. Ajuha6 memberikan definisi sebagai berikut bank provided means by which capital is transferred from those who cannot use it profitable to those who can use its productivity for the society as whole.

Bank provided which channel to invest without any risk and at a good rate of interest. (Bank menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat menggunakan secara produktif kepada mereka yang dapat membuatnya lebih produktif untuk keuntungan masyarakat. Bank juga berarti

2 Malayu S. P. Hasibuan (2001), Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 1

3 Kasmir (2004), op.cit., hlm. 12.

4 Muhammad Muslehuddin (2004), Sistem Perbankan dalam Islam, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 1.

5 M.C Vaish (1978), Modern Banking, New Delhi: Oxford & IBH Publishing C.O, h.2. Lihat juga Thomas Suyatno (1991), Kelembagaan Perbankan, Jakarta: Gramedia, hlm. 1.

6 Ibid.

saluran untuk menyimpan tabungan secara aman dan dengan tingkat bunga yang menarik).

Kasmir juga memberikan pengertian bank sebagai lembaga keuangan yang aktivitas utamanya ialah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat serta memberikan pelayanan bank lainnya.7 Sedangkan Malayu S. P.

Hasibuan8 mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan, pencipta uang, pengumpul dana dan penyalur kredit, pelaksana urusan pembayaran, stabilisasi moneter (keuangan), serta dinamisasi pertumbuhan perekonomian.

Berdasarkan definisi di atas, Malayu S. P. Hasibuan menjelaskan lebih lanjut bahwa bank sebagai lembaga keuangan berarti bank ialah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotifkan keuntungan dan sosial, bukan hanya mencari keuntungan saja.

Bank sebagai pencipta uang berarti bahwa bank menciptakan uang giral dan mengedarkan uang kartal. Pencipta dan pengedar uang kartal (uang kertas dan siling) merupakan otoritas tunggal bank sentral (Bank Indonesia), sedangkan uang giral dapat diciptakan bank umum. Bank sebagai pengumpul dana dan penyalur kredit berarti bank beroperasi mengumpulkan dana dari SSU dan menyalurkan kredit kepada DSU.

Bank selaku pelaksana urusan pembayaran (LLP) berarti bank menjadi pelaksana penyelesaian pembayaran transaksi komersial atau keuangan dari pembayar kepada penerima. Urusan pembayaran diartikan sebagai proses penyelesaian transaksi komersial dan/atau keuangan dari pembayar kepada penerima melalui bank. LLP ini sangat penting untuk mendorong kemajuan perdagangan dan globalisasi perekonomian karena pembayaran transaksi jadi umum, mudah, dan ekonomis.9

Menurut David H. Friedman, bank juga adalah sebagai perantara

7 Kasmir (2004), op.cit., hlm. 11.

8 Malayu S. P. Hasibuan (2001), op.cit., hlm. 2.

9 Ibid.

keuangan antara penabung dengan peminjam, yaitu menerima uang yang hendak ditabung, kemudian meminjamkannya kepada konsumen, pengusaha dan pemerintah yang memerlukan dana pinjaman.10

Bank selaku stabilisator moneter (keuangan) berarti bahwa bank mempunyai kewajiban ikut serta menstabilkan nilai tukar uang, nilai mata uang, atau harga barang-barang relatif stabil atau tetap, baik secara langsung maupun melalui mekanisme Giro Wajib Minimum (GWM) Bank, Operasi Pasar Terbuka, atau kebijaksanaan diskonto.

Bank sebagai pihak yang mendinamisasi perekonomian memiliki makna bahwa bank merupakan pusat perekonomian, sumber dana, pelaksana urusan pembayaran, memproduktifkan tabungan, dan mendorong kemajuan perdagangan nasional dan internasional. Tanpa peranan perbankan tidak mungkin dilakukan globalisasi perekonomian.11

Menurut Thomas Suyatno,12 dalam bukunya Kelembagaan Perbankan bank didefinisikan sebagai suatu badan yang tugas utamanya menghimpun uang dari pihak ketiga. Sedangkan definisi lain mengatakan, bank adalah suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada masa yang ditentukan.

Sementara A. Abdurrachman dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, sebagaimana yang dikutip Thomas Suyatno menjelaskan bahwa “bank ialah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai jenis pelayanan seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan, dan lain-lain”.13

Semua definisi tersebut dapat kita golongkan jadi tiga macam yaitu (1) yang menekankan fungsi bank sebagai penerima simpanan, (2) yang menonjolkan fungsi bank sebagai lembaga yang memberikan kredit

10 David H. Friedman (1998), Money & Banking, Washington, D.C.: American Bankers Association, hlm. 48.

11 Malayu S.P. Hasibuan (2001), op.cit., hlm. 3.

12 Thomas Suyatno (1999), op.cit. hlm. 2.

13 Ibid.

atau pembiayaan, dan (3) merupakan kombinasi yang lebih luas lagi sampai kepada penciptaan potensi ekonomi yang baru.

Secara formal, pengertian bank di Indonesia terungkap dari beberapa peraturan perundangan yang berlaku. Menurut UU No.14/

1967, bank ialah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan pelayanan dalam urusan pembayaran dan peredaran uang.

UU No.14/1967 telah terhapus dengan terbentuknya UU No.7/

1992. Dalam UU No.7/1992 antara lain disebutkan bahwa bank ialah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Definisi bank di sini tampak lebih sempit dibandingkan dengan definisi menurut UU No.14/1967 karena tidak mencakup pelayanan dalam urusan pembayaran dan peredaran uang. Ia kelihatan seperti fungsi bank terbatas untuk menerima dan memberikan kredit. Ini berarti definisi itu kurang memenuhi perkembangan usaha bank pada tahap yang modern.

UU No.7/1992 telah diubah dan disempurnakan dengan UU No.10/1998. Dalam UU No.10/1998 Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa bank ialah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup kebanyakan rakyat.14

Secara sekilas, definisi bank yang termuat dalam UU No.10/1998 boleh dikatakan sama dengan UU No.7/1992. Ini disebabkan oleh sifat UU No.10/1998 yang hanya merupakan perubahan dan bukan pengganti terhadap UU No.7/1992.15

14 Lihat UU Nomor 10 tahun 1998, Bandung: Citra Umbara, 2004, hlm. 153.

15 Lahirnya UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan UU Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan serta beberapa Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden yang dikeluarkan selama tahun 1998 dan 1999 tersebut merupakan keperihatinan Pemerintah terhadap kondisi perbankan saat itu di Indonesia. Pemerintah berupaya meletakan prinsip dasar dalam penataan sistem keuangan-perbankan Indonesia yang sehat melalui restrukturisasi sistem perbankan. Di samping itu, juga didukung oleh lahirnya UU Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya sebagai bank sentral dilakukan secara independen, tanpa intervensi dari

Menurut hemat penulis, dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, pengertian bank telah mengalami evolusi sesuai dengan tahap perkembangan bank itu sendiri. Kedua, fungsi bank pada umumnya ialah (1) menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat; (2) memberikan kredit, baik bersumberkan dari dana masyarakat maupun berdasarkan atas kemampuannya untuk menciptakan nasabah baru; (3) memberikan pelayanan dalam urusan pembayaran dan peredaran uang. Sejauh mana fungsi ini dapat dilaksanakan bergantung kepada jenis dan lapangan usaha bank yang bersangkutan, di samping harus mengikuti peraturan perundangan yang berlaku; dan (4) dalam aktivitas dan operasinya, terutama dalam penyaluran dana, bank seharusnya tidak semata-mata memperoleh keuntungan saja tetapi juga berorientasi pada upaya dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Prinsip ini yang harus menjadi komitmen bagi bank dalam kegiatan operasionalnya.

Dalam dokumen Sistem Perbankan Syariah di Indonesia (Halaman 23-28)