• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Definisi Operasional

6. Pengertian Cerita

Cerita sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Gorys Keraf, 2007: 136). Sedangkan, cerita anak adalah cerita yang ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak, yaitu menempatkan anak sebagai pembaca sehingga cerita dibangun atas berbagai unsur harus sesuai dengan pengetahuan anak. Landasan sudut pandang anak dideskripsikan dalam cerita melalui: tokoh, latar, alur, tema, bahasa, dan pesan. Oleh karena itu, cerita anak adalah cerita yang disampaikan secara narasi yang tokoh, latar, alur, tema, bahasa, dan pesannya sesuai dengan pengetahuan anak (Heru Kurniawan 2013: 77).

Selanjutnya, Atar Semi (1990: 29) cerita merupakan percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian

19

peristiwa atau pengelaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu kewaktu. Cerita adalah kisahan (kurang dari 10.000 kata) yang dimaksudkan memberikan kesan tunggal yang dominan (Panuti Sudjiman, 1984: 15) dalam KKBI, (2008: 263) dikatakan bahwa cerita adalah kisahan cerita yang terdiri dari 10.000 kata yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada suatu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika).

a. Ciri-ciri cerita

Aminudin, (2009: 32) menyebutkan bahwa ciri-ciri cerita, sebagai berikut.

1) Ceritanya dapat kita baca hanya dengan sekali duduk. Maksudnya kita bisa dapat membacanya dengan langung bisa selasai dalam waktu itu juga. Berbeda dengan novel yang bisa selesai dibaca dalam beberapa jam bahkan beberapa hari.

2) Tokoh-tokoh yang ada dalam cerita lebih sedikit dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.

Cerita seperti telah dipaparkan di atas memiliki banyak fungsi menurut Aminudin, (2009: 33)

1) Menulis cerita akan membantu menemukan siapa diri kita. 2) Menulis cerita akan bantu menumbuhkan rasa percaya diri. 3) Dapat mengenal pendapat diri sendiri yang ada dalam tulisan. 4) Menjadi seorang yang maju

20

5) Menulis cerita akan membantu meningkatkan kreativitas dan ilmu pengetahuan

6) Dapat berbagi pengalaman dengan orang lain 7) Membantu menyalurkan emosi/ perasaan b. Tujuan Bercerita

Adapun tujuan bercerita bagi siswa yaitu menanamkan pesan-pesan atau nilai-nilai sosial, moral dan agama yang terkandung dalam sebuah cerita, sehingga siswa dapat menghayati dan manjalakan kehidupan sehari-hari.

Guru dapat memberikan informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang perlu diketahui olah siswa. Lingkungan fisik berkaitan dengan segala sesuatu yang ada disekitar siswa selain manusia. Lingkungan sosial berkaitan dengan peri kehidupan manusia yang meliputi orang yang ada dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercerita dengan tema yang akan dipilih oleh guru akan memberi acuan dalam melaksanakan kegiatan lain. Guru memiliki kebebasan untuk manentukan bentuk cerita yang dipilih, sepanjang bisa menggambarkan isi cerita dengan baik. Bahan dan alat yang dipergunakan dalam kegiatan bercerita sangat bergantung kepada bentuk cerita yang dipilih sebelumnya. Sedangkan untuk mengetahui ketercapaian tujuan, dapat dilaksanakan penilaian dengan cara

21

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isi cerita untuk menumbuhkan pemahaman siswa dengan isi cerita yang telah disampaikan tersebut Muhfathurrohman, (2013).

c. Jenis-Jenis Cerita

Menurut Subyantoro (2007: 11), terdapat jenis-jenis cerita yang diklasifikasikan menurut asal usulnya yaitu: (1) isinya, (2) bentuk penulisannya, (3) fungsinya, dan (4) bahannya.

Berdasarkan isinya, cerita anak-anak dapat berasal dari satra tradisional, fantasi modern, fiksi realitas, fiksi sejarah, dan puisi. Menurut bentuk penulisannya, buku bacaan bergambar, komik, buku ilustrasi, dan novel. Dilihat dari fungsinya, adapula buku untuk pemula disebut sebagai buku konsep, buku partisipasi, dan toybooks.

Sedangkan, jenis-jenis cerita tersebut berupa mite, legenda, dan dongeng.

1) Mite

Mite adalah cerita prosa rakyat yang benar-benar dianggap terjadi serta dianggap suci oleh yang mempunyai cerita. Mite ditokohkan oleh para dewa atau makhluk setengah dewa

2) Legenda

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang hampir mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi dianggap tidak suci.

22 3) Dongeng

Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita dan tidak terkait oleh tempat dan waktu.

Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuhdi (1999: 162), dalam kurikulum/Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Bahasa Indonesia 1994 SD untuk kelas-kelas tinggi sebagai berikut.

a) Menyampaikan informasi/pesan dan menyatakan perasaan, pendapat kepada teman secara tertulis.

b) Membuat laporan dari kegiatan mengamati: Menentukan hal-hal yang diamati,

(1) Mengamati lingkungan,

(2) Mencatat hal-hal yang diamati, (3) Membuat/menyusun laporan, (4) Memperhatikan keruntutan kalimat, (5) Member saran pembentukan kalimat,

(6) Menyempurnakan laporan berdasarkan saran-saran.

(7) Menulis surat pribadi kepada temanyang berisi cerita tentang pengelaman atau khayalan.

(8) Menyusun cerita atau menggambarkan dengan jelas (deskripsi) tentang orang/tanaman.

c) Membuat laporan dalam beberapa paragraf pendek dan membacakannya.

23

Ahmad Rofi’udin dan Darmiyati Zuhdi (1999: 164), cerita nonfiksi pada dasarnya adalah semua jenis cerita yang menyajikan informasi, gagasan, ide, keinginan, yang dikemukakan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman empiris. Dalam cerita nonfiksi ini pengarang menyajikan isi ceritanya tidak dengan imajinasinya, melainkan dengan kemampuan bernalarnya. Perbedaan utama antara cerita fiksi dan nonfiksi ini adalah pada hakikat realitas yang disajikan oleh pengarang. Dalam karangan fiksi, realitas yang sajikan pengarang adalah ralitas, imajiner, dalam arti bahwa realitas itu berada dalam rekaan pengarannya. Pada realitas yang disajikan dalam cerita nonfiksi, adalah realitas yang aktual, yaitu yang benar-benar terjadi secara nalar.

Pada jenis-jenis cerita tersebut dapat dinyatakan seperti berikut, fantasi modern, fiksi realitas, fiksi realitis kontemporer. Fantasi modern adalah cerita yang ditulis oleh pengarang. Cerita ini berupa dongeng-dongeng modern yang banyak mengambil elemen-elemen cerita rakyat, fantasi ilmiah ataupun cerita fantasi lain mengenai hewan atau robot. Fiksi realitas berisi tentang cerita petualangan, detektif, misteri atau humor dan sebagainya. Dalam cerita tersebut dibedakan lagi kedalam fiksi realitis komtemporer yang berisi masalah-masalah yang dahulu bersifat tabu seperti peceraian, kematian, seksual, narkoba dan lainnya.

24

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan, bahwa cerita adalah sebagai sarana penyampaian nilai pendidikan yang dikemas secara menarik bagi siswa. Pada kondisi tersebut, siswa lebih dapat bersikap positif karena pengaruh cerita yang disampaikan. Berdasarkan kenyataan di atas dalam penelitian ini lebih difokuskan jenis penelitian nonfiksi, jenis cerita disajikan dalam cerita yang aktual, yaitu benar-benar terjadi secara nalar.

d. Unsur-unsur Cerita

Unsur intriksik adalah pembangunan cerita yang berasal dari dalam cerita itu sendiri. Berikut macam-macam unsur intriksik.

1) Tema

Stanton dan Kenny (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 66) mengartikan tema sebagai makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Makna tersebut secara khusus menerangkan sebagian unsurnya dengan cara sederhana. Usaha menemukan tema suatu karya sastra harus dilakukan melalui pemahaman terhadap unsur cerita. Kejelasan pengertian tema yang digunakan sebagai dasar analisis akan memudahkan penafsiran dan pembuatan pernyataan tema.

Lukens, (Eny Zubaidah. 2012: 63) tema dalam sastra ide-ide yang membangun sebuah cerita, seperti masyarakat, atau sifat-sifat manusia. Dalam hal tersebut dinyatakan bahwa tema adalah permasalahan pokok dalam cerita.

25

Limpkins, (Eny Zubaidah 2012: 63) tema adalah makna tersirat dari cerita dan menunjukan kebenaran bahwa tema adalah makna tersirat dan menunjukan kebenaran umum tentang sifat manusia. Tema adalah titik tolak pengarang dalam menyusun sebuah cerita pengarang menentukan tema sebelum mengarang pembaca menentukan tema setelah membaca seluruh cerita.

Menurut beberapa pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa tema merupakan dasar pemikiran yang melandasi suatu karya sastra. Melalui tema inilah pengarang mengungkapkan apa yang ia lihat, dengar, serta ia rasakan sehingga dapat dinikmati oleh pembaca. 2) Alur/plot

Menurut Burhan Nurgiantoro (2005: 12-14) plot adalah urutan kejadian/peristiwa dalam sebuah cerita yang disusun oleh pengarang berdasarkan urutan kaitan sebab akibat. Lukens (Eny Zubaidah 2012: 72 ) alur atau plot adalah urutan peristiwa yang menunjukan perilaku tokoh. Pernyataan tersebut didukung Tompkins (Eny Zubaidah: 2012: 72) alur atau plot adalah urutan kejadian yang melibatkan tokoh dengan situasi konflik.

Alur/plot adalah rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat. Jenis alur: alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Tahap alur: (a) pengenalan situasi cerita/permulaan, (b) pengungkapan peristiwa, (c) menuju pada

26

adanya konflik, (d) tahap perumitan, (e) tahap puncak konflik, (f) tahap peleraian, (g) tahap penyelesaian.

Jadi alur dalam cerita yaitu jalinan peristiwa dalam sebuah cerita yang memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu merupakan keseluruhan yang padu, bulat, dan utuh.

3) Tokoh dan penokohan

Jones (Burhan Nurgiantoro, 2005: 165) menyatakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan meliputi pelaku cerita, perwatakan tokoh, dan pelukisan tokoh. Tokoh dan penggambaran karakter tokoh yang terdapat dalam cerita bersifat terbatas. Baik karakter fisik maupun sifat tokoh tidak digambarkan secara khusus, hanya tersirat dalam cerita yang di sampaikan sehingga pembaca harus mengkontruksikan sendiri yang lebih lengkap tentang tokoh itu.

Eny Zubaidah (2012: 67) menyatakan bahwa tokoh cerita adalah sebagai pelaku cerita. Ia memiiki sifat, kebiasaan, dan tingkah laku yang secara keseluruhan mampu menggambarkan seseorang. Tompkins dan Hoskinson (Eny Zubaidah, 2012: 67) tokoh cerita mempunyai peranan tertentu dalam jalinan penceritanya. tokoh utama dalam cerita banyak didominasi oleh tokoh anak-anak, tokoh benda, dan tokoh binatang. Tompkins dan Hoskinson mengistilahkan ini sebagai manusia atau binatang yang

27

dipersonifikasi yang terlibat dalam cerita. Tokoh merupakan elemen penting dalam cerita.

Jenis-jenis tokoh: (a) tokoh protagonis: mendukung cerita (tokoh utama/baik) (b) tokoh antagonis: penentang cerita (tokoh musuh/jahat) (c) tokoh tritagonis: tokoh pembantu, baik protagonis/antagonis.

Penokohan adalah proses pengarang dalam menampilkan tokoh cara pengarang menampilkan perwatakan tokoh: (a) ciri-ciri fisik tokoh, (b) percakapan antara pelaku, (c) lingkungan sosial, (d) gambar tempat tinggal tokoh, (e) pemaparan sifat tokoh.

Kedudukan tokoh (a) orang pertama: pelaku utama, pengarang sebagai pengamat tindak langsung, pengarang sebagai pengamat langsung, (b) orang ketiga: sudut pandang serba tahu, sudut pandang terarah.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan tokoh adalah individu rekaan pengarang yang bersifat fiktif yang mengembang peristiwa dalam cerita. Sehubungan dengan hal itu, dalam menulis cerita tokoh merupakan unsur yang pengting karena tanpa adanya tokoh tidak akan terjalin sebuah cerita.

4) Latar/setting

Abrams (Burhan Nurgiantoro, 2005: 216) menyatakan bahwa latar adalah landasan tumpu yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial terjadinya

28

peristiwa. Pelukisan latar cerita dalam cerita jumlah terbatas. Cerita tidak memerlukan detail-detail khusus tentang keadaan latar. Penggambaran latar dilakukan secara garis besar dan bersifat implisit, namun tetap memberikan suasana tertentu yang dimaksudkan. Ahmad Rofi’udin (1999: 154) peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam suatu cerita, tentu terjadi disuatu tempat, pada suatu waktu dan dalam suasana tertentu. Semua keterangan, peran, dan uraian yang menunjukan waktu terjadi peristiwa tersebut latar atau seting.

Pada setting atau latar yaitu tempat atau waktu terjadinya cerita. Setting atau latar dalam cerita meliputi segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan lingkungan terjadinya peristiwa tersebut dalam cerita.

5) Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, baik, baik tersurat maupun tersirat amanat disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa unsur cerita adalah tokoh, alur, setting disebut pokok pembicaraan yang mendasari cerita. Alur merupakan serangkaian peristiwa yang membentuk sebuah cerita, tokoh merupakan pelaku pada sebuah cerita. Tiap-tiap tokoh biasanya memiliki watak, sikap, sifat, dan kondisi fisik yang disebut dengan perwatakan atau karakter.

29

Penokohan merupakan pemberian sifat pada pelaku-pelaku cerita. Sifat yang diberikan akan tercermin pada pikiran, ucapan,dan pandangan tokoh terhadap sesuatu. Latar merupakan keterangan yang menyebutkan waktu, ruang, dan suasana terjadinya pada sebuah karya sastra.

e. Manfaat Bercerita

Pembelajaran bercerita kepada anak-anak memiliki beberapa fungsi yang amat penting, yaitu: (1) membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak (2) media penyampaian pesan/nilai moral dan agama yang efektif (3) pendidikan imajinasi/fantasi (4) menyalurkan dan mengembangkan emosi (5) membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita (6) memberikan dan memperkaya pengalaman batin (7) sarana hiburan dan menarik perhatian (8) menggugah minat baca (9) sarana membangun watak mulia Nurakrom, (2011).

f. Langkah-Langkah Menulis Cerita

Sebelum melaksanakan kegiatan bercerita, guru telebih dahulu harus merancang kegiatan bercerita berupa langkah-langkah yang harus ditempuh secara sistematis diataranya: (1) menetapkan tema dan tujuan cerita (2) menetapkan bentuk bercerita yan dipilih (3) menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita (4) menetapkan rancangan langkah-langkah dengan mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita, mengatur tempat duduk, melaksanaan kegiatan

30

pembukaan, mengembangkan cerita, menetapkan teknik bertutur, dan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita, (5) menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.

Dokumen terkait