• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG PERBANKAN

A. Pengertian dan Bentuk-Bentuk BUMN 1 Pengertian BUMN

Pasal 1 angka 1 UU BUMN. Pasal tersebut mendefinisikan BUMN sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Modal BUMN berasal dari harta kekayaan negara yang dipisahkan dan dipergunakan untuk pengelolaan dan pengembangan BUMN. Perbedaan antara BUMN dengan badan hukum lainnya berdasarkan definisi tersebut di atas adalah:47

a. Seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara b. Melalui penyertaan secara langsung

c. Berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan

Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh negara memiliki arti bahwa perusahaan tersebut secara keseluruhan atau ataupun sebagian dari modalnya dimiliki oleh negara. Pada Umumnya jumlah modal yang dimiliki oleh negara lebih besar dari pada pemilik modal lainnya. Penyertaan secara langsung memiliki pengertian bahwa penyetoran modal pada perusahaan berupa uang dan/atau barang yang dapat dinilai dengan uang yang disetorkan untuk menambah        

47

Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan dan Badan Hukum,

dan memperkuat permodalan perusahaan guna meningkatkan kegiatan usaha. Berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan memiliki arti bahwa pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai model BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya dan pembinaan, pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.

2. Bentuk-bentuk BUMN a. Persero

Perusahaan Perseroan atau yang disebut dengan Persero adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara yang tujuan utamanya mengejar keuntungan (Pasal 1 angka 2 UU BUMN). Maksud dan tujuan pendirian Persero berdasarkan Pasal 12 UU BUMN adalah:

1) Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat 2) Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan

Pendirian Persero diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama Menteri Teknis dan Menteri Keuangan. Dalam hal pendirian Persero, Menteri Keuangan bertindak mewakili Negara, atau dapat memberi kuasa kepada Menteri lain yang sesuai dengan sektor usaha Persero untuk menghadap notaris sebagai pendiri mewakili negara. Sebelum

menghadap notaris, rancangan anggaran dasar Persero yang akan dituangkan dalam anggaran dasar pendirian harus mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari menteri keuangan.48

Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2005 Tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN, pendirian Persero selanjutnya tunduk kepada peraturan perundang-undangan di bidang Perseroan Terbatas (Peraturan Pemerintah No.45 Tentang Pendirian, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN selanjutnya akan disingkat dengan PP 45/2005). Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk perseroan terbatas pada saat ini menggantikan Undang-undang yang lama yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. Terhadap pendirian BUMN, berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah No.45 Tentang Pendirian, Pengawasan, dan Pembubaran BUMN, didirikan berdasarkan ketentuan undang-undang Perseroan Terbatas yaitu Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Selanjutnya, pendirian BUMN meliputi pembentukan Perum atau Persero baru, perubahan bentuk unit instansi pemerintah menjadi BUMN, perubahan bentuk badan hukum BUMN atau pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan Perum.49 Selanjutnya berdasarkan Pasal 5

a) Pendirian BUMN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

b) Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang- kurangnya memuat:

(1)Penetapan pendirian BUMN        

48

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

2002), hal.115 

49

Pasal 4 Peraturan Pemerintah No.45 Tentang Pendirian, Pengawasan, dan Pembubaran

(2)Maksud dan tujuan pendirian BUMN dan

(3)Penetapan besarnya penyertaan kekayaan negara yang dipisahkan dalam rangka pendirian BUMN.

c) Dalam hal pendirian BUMN dilakukan dengan mengalihkan unit instansi pemerintah menjadi BUMN, maka dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dimuat ketentuan bahwa seluruh atau sebagian kekayaan, hak dan kewajiban unit instansi pemerintah tersebut beralih menjadi kekayaan, hak dan kewajiban BUMN yang didirikan.

d) Khusus untuk pendirian Perum, peraturan pemerintah memuat pula anggaran dasar Perum bersangkutan dan penunjukan Menteri selaku wakil pemerintah sebagai pemilik modal.

Salah satu perbedaan antara perkumpulan yang berbadan hukum dengan perkumpulan yang tidak berbadan hukum tampak pada prosedur pendiriannya.50 Untuk mendirikan suatu badan hukum, mutlak diperlukan pengesahan pemerintah. Persero sebagai perseroan terbatas akan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya keputusan menteri mengenai pengesahan badan hukum perseroan (Pasal 7 ayat (4) UUPT).

BUMN dalam bentuk Persero meskipun didirikan oleh pemerintah tetapi persero ini bukan badan hukum publik, melainkan badan hukum perdata karena badan hukum publik dapat mendirikan badan hukum perdata yang lingkungan kerjannya bertugas dalam bidang keperdataan dan sebagaimana diatur dalam Pasal Pasal 12 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN jo. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Apalagi modal BUMN berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, dengan demikian dapat dipahami bahwa BUMN adalah suatu bentuk badan hukum perdata/privat sesuai dengan konsep badan hukum yaitu kekayaan pribadi pendiri atau pemegang

       

50

M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2 Bentuk-Bentuk

saham dipisahkan dengan kekayaan/modal perusahaan.51 Badan hukum publik dapat mendirikan badan hukum perdata yang lingkungan kerjanya bertugas dalam bidang keperdataan dan sebagaimana yang diatur dalam UU No 19 Tahun 2003 Tentang BUMN dan juga tunduk pada semua prinsip dan ketentuan dalam UUPT sesuai pada Pasal 11 UU No 19 Tahun 2003 Tentang BUMN. Sebagai contoh adalah berkenaan dengan organ persero.

Organ Persero sama dengan organ Perseroan Terbatas, yaitu terdiri atas RUPS, Direksi dan Komisaris. Berikut organ-organ persero:

1) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Dalam Perusahaan Perseroan (Persero) berlaku ketentuan bahwa bila seluruh saham Persero dimiliki oleh negara 100% maka yang bertindak selaku RUPS adalah Menteri52. RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS didasari pada kepentingan usaha Perseroan dalam jangka panjang.

2) Direksi persero

Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas kepengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Masa jabatan anggota direksi ditetapkan        

51

Andriani Nurdin, Kepailitan BUMN Persero Berdasarkan Asas Kepastian Hukum,

(Bandung: PT. Alumni, 2012), hal. 73 

52

Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, (Bogor:

lima tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan, dimana pengangkatannya dapat dipertimbangkan untuk diangkat kemabali berdasarkan penilaian kinerja periode sebelumnya53.

3) Komisaris persero

Komisaris persero adalah organ Persero yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepaa Direksi dalam menjalankan kegiatan persero54. Komisaris bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan yang dijalankan direksi, jalannya pengurusan tersebut pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasehat kepada direksi

Adapun Ciri-ciri persero adalah sebagai berikut: 1) Pendirian persero diusulkan oleh menteri kepada presiden

2) Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh Menteri dengan memperhatikan perundang-undangan

3) Statusnya berupa perseroan terbatas yang diatur berdasarkan undang-undang 4) Modalnya berbentuk saham

5) Sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan

6) Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris

7) Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik pemerintah         53 Ibid., hal. 171.   54 Ibid., hal.174. 

8) Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai RUPS, jika hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan terbatas

9) RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan 10) Dipimpin oleh direksi

11) Laporan tahunan diserahkan ke RUPS untuk disahkan 12) Tidak mendapat fasilitas negara

13) Tujuan utama memperoleh keuntungan

14) Hubungan-hubungan usaha diatur dalam hukum perdata 15) Pegawainya berstatus pegawai swasta

RUPS dalam Persero ialah memiliki wewenang yang ada dalam perusahaan yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas dan/atau anggaran dasar.55. RUPS juga berwenang untuk mengganti komisaris dan direksi. Direksi persero adalah wajib menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan, bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan dan mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Pengangkatan dan pemberhentian dilakukan okeh RUPS. Komisaris adalah organ persero yang bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha, dan memberi nasihat

       

55

kepada Direksi dalam pengawasan kinerja persero itu, dan melaporkannya pada RUPS.

b. Perum

Perusahaan Umum atau yang disebut dengan Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham. Maksud dan tujuan pendirian Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Untuk mencapai maksud dan tujuannya pendiriannya, Perum dapat melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain. Penyertaan modal yang dimaksud adalah penyertaan langsung Perum dalam kepemilikan saham pada badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas, baik yang sudah berdiri maupun yang akan didirikan.

Perum memperoleh status badan hukum sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah tentang pendiriannya (Pasal 35 ayat (2) UU BUMN dan Pasal 5 ayat (1) PP 45/2005). Berbeda dengan pendirian Persero, dalam Peraturan Pemerintah tentang pendirian suatu Perum diharuskan memuat anggaran dasar Perum dan penunjukan menteri selaku wakil pemerintah sebagai pemilik modal. Peraturan Pemerintah tersebut memuat antara lain:

1) Penetapan pendirian Perum

2) Penetapan besarnya kekayaan negara yang dipisahkan 3) Anggaran dasar

Organ Perum adalah Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas. Kedudukan Menteri adalah sebagai organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Perum yang mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Pengawas dalam batas yang ditentukan dalam UU BUMN dan Peraturan Pemerintah tentang pendiriannya.

Menteri selaku wakil pemerintah sebagai pemilik modal Perum menetapkan kebijakan pengembangan Perum yang bertujuan menetapkan arah dalam mencapai tujuan perusahaan baik yang menyangkut kebijakan investasi, pembiayaan perusahaan, sumber pembiayaannya, penggunaan hasil usaha perusahaan, dan kebijakan pengembangan lainnya. Mengingat dewan pengawas akan mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut, usulan Direksi kepada Menteri harus didahului dengan persetujuan dari Dewan Pengawas. Dalam rangka memberikan persetujuan atas usul Direksi, Menteri dapat mengadakan pembicaraan sewaktu-waktu dengan Menteri Teknis untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan sektoral. Secara umum, fungsi dan wewenang direksi pada Perum tidak jauh berbeda sesuai yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yaitu:

1) Melaksanakan pengurusan Perusahaan untuk kepentingan dan tujuan Perusahaan dan bertindak selaku pimpinan dalam pengurusan tersebut

2) Memelihara dan mengurus kekayaan Perusahaan

3) Direksi berhak mewakili Perusahaan di dalam maupun di luar Pengadilan serta melakukan segala tindakan dan perbuatan baik mengenai pengurusan maupun

mengenai kepemilikan kekayaan Perusahaan serta mengikat Perusahaan dengan pihak lain dan/atau pihak lain dengan Perusahaan

Selain melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi, dewan pengawas dapat menjalankan pekerjaan anggota direksi yang kosong tersebut dengan tugas dan wewenang yang sama seperti hal seorang direksi.56

Dari penjelasan diatas, maka dapat ditarik perbedaan antara persero dengan perum, yaitu

1) Perum melayani kepentingan masyarakat umum walaupun di satu sisi Perum juga bertujuan untuk mencari keuntungan

2) Perum dikelola dengan modal pemerintah yang terpisah dari kekayaan negara. 3) Perum organ perseroan adalah Menteri, Direksi dan Dewan Pengawas

4) Perum modalnya dapat berupa saham atau obligasi bagi perusahaan yang go public

5) Perum dapat menghimpun dana dari pihak manapun Sedangkan untuk perseroan:

1) Perseroan bertujuan untuk mencari keuntungan semata

2) Perseroan sebagian atau seluruh modalnya adalah milik negara dari kekayaan negara yang dipisahkan

3) Organ persero adalah RUPS, direksi dan komisaris

4) Menteri yang ditunjuk memiliki kuasa sebagai pemegang saham milik pemerintah

       

56

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perusahaan Umum (PERUM)

5) Apabila seluruh saham dimiliki pemerintah, maka menteri berlaku sebagai RUPS, jika hanya sebagian, maka sebagai pemegang saham perseroan terbatas 6) RUPS bertindak sebagai kekuasaan tertinggi perusahaan

7) Dipimpin oleh direksi

c. Perseroan terbuka (tbk)

Perseroan terbuka adalah suatu perseroan terbatas yang modal dan sahamnya sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah), dimana saham-sahamnya dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham, yang penawaran sahamnya dilakukan kepada publik/ masyarakat sehingga jual beli sahamnya dilakukan melalui pasar modal. Salah satu ciri dari perusahaan terbuka adalah perlunya keterbukaan atau informasi perusahaan kepada publik, sehingga hukum pun mengatur masalah perusahaan terbuka, termasuk tentang keterbukaan tentang informasi secara sangat detail57.

Lain dari itu perusahaan terbuka (PT Tbk) juga diartikan sebagai suatu perseroan terbatas yang telah melakukan penawaran umum atas sahamnya atau telah memenuhi syarat dan telah memproses dirinya menjadi perusahaan publik, sehingga telah memiliki pemegang saham publik, di mana perdagangan saham sudah dapat dilakukan di bursa-bursa efek. Terhadap perusahaan terbuka ini, berlaku baik Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas maupun Undang- Undang tentang Pasar Modal. Jadi sahamnya ditawarkan kepada umum, diperjualbelikan melalui bursa saham dan setiap orang berhak untuk membeli

       

57

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global,

saham perusahaan tersebut. Pada umumnya saham PT terbuka kepemilikannya atas unjuk, bukan atas nama sehingga tak sulit menjual maupun membeli saham PT terbuka tersebut.

Yang dimaksud dengan perseroan terbuka yang pertama disebut di atas dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal merupakan Perusahaan Publik. Yaitu adalah perseroan terbatas yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang- kurangnya Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Sedangkan yang dimaksud penawaran umum oleh emiten berarti kegiatan penawaran efek yang dilakukan untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya. Pada prinsipnya, pengertian penawaran efek yang demikian memperhatikan kondisi-kondisi sebagai berikut:

1) Setiap penawaran efek kepada lebih dari 100 pihak

2) Setiap penawaran efek yang menggunakan media massa dianggap sebagaisuatu penawaran kepada lebih dari 100 (seratus) Pihak; dan atau

3) Suatu Penawaran efek bukan merupakan suatu penawaran umum sebagaimana dimaksud dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, jika nilai seluruh penawaran dari penawaran efek tersebut kurang dari Rp.1 Miliar.

Suatu perusahaan pada awal terbentuknya bisa saja menjadi perusahaan terbuka, tergantung bagaimana isi dari AD/RT suatu perusahaan atau kesepakatan awal terbentuknya perusahaan tersebut. Namun apabila terbentuknya perusahaan

tersebut belum menjadi perusahaan terbuka, maka terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah Rapat Umum Pemeganga Saham (RUPS). Ini dilakukan bertujuan untuk meminta persetujuan dari RUPS yang dilakukan oleh Direksi dalam rangka merubah bentuk perusahaan tersebut menjadi perusahaan terbuka. Itu semua tidak lepas dari Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseraon Terbatas bagaimana proses RUPS tersebut.

B. Status Hukum Kekayaan BUMN