• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Kredit Macet dalam Peraturan Perundang undangan Perbankan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG PERBANKAN

D. Penyelesaian Kredit Macet dalam Peraturan Perundang undangan Perbankan

1. Penyelesaian melalui resktrukturasi utang

Penyelesaian kredit macet ada dua cara, yaitu melalui jalur hukum dan jalur non hukum. Salah satu upaya penyelesaian kredit macet melalui jalur non hukum adalah restrukturisasi. Dasar hukum restrukturisasi adalah Surat Direksi Bank Indonesia nomor 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 tentang Restrukturisasi Kredit. Restrukturisasi kredit merupakan upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui:

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perbuatan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya. Penjadwalan kembali dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

1) Perpanjangan jangka waktu pelunasan hutang

3) Perpanjangan jangk waktu pelunasan hutang pokok dan tunggakan angsuran kredit sesuai dengan dana yang mengalir

4) Perpanjangan jangka waktu pelunasan hutang pokok dan atau tunggakan angsuran, tunggakan angsuran, tunggakan bunga, serta perubahan jumlah angsuran

5) Perpanjangan jangka waktu pelunasan hutang pokok, tunggakan angsuran dan tunggakan bunga kredit sesuai dengan dana yang mengalir

6) Perpanjangan jangka waktu pelunasan hutang pokok dan tunggakan bunga kredit sesuai aliran dana yang mengalir

7) Pergeseran atau perpanjangan grace period dan pergeseran rencana pelunasan

8) Pergeseran grace period dan perpanjangan jangka waktu kredit 9) Kombinasi bentuk-bentuk rescheduling di atas

Tindakan rescheduling dapat diberikan kepada debitur yang masih menunjukkan itikad bak untuk melunasi kewajibannya. Faktor-faktor yang mendukung diberikannya tindakan rescheduling misalkan: pemasaran dari produk debitur masih baik, yang dihasilkan oleh mesin/pabrik/proses produksi yang masih berjalan normal. Dari sisi manajemen, usaha debitur dikelola oleh tenaga yang profesional dan cukup terampil.

Bahan baku untuk keperluan produksi debitur cukup tersedia di pasar, sedangkan proses produksinya menggunakan metode teknologi yang memadai (tidak usang/belum out of date). Disamping itu, peraturan pemerintah dan kondisi global cukup mendukung. Tindakan rescheduling ini dilakukan karena terjadi

kelebihan pembiayaan terhadap objek kredit (over finance). Agunan yang dikuasai bank cukup mengatasi dan memenuhi syarat yuridis.

b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagai atau seluruh persyaratan pembiayaan antara lain perubahan jadwal pembayran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/ pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank. Persyaratan kembali dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu

1) Perubahan tingkat suku bunga

2) Perubahan tata cara perhitungan bunga 3) Pemberian keringanan tunggakan bunga 4) Pemberian keringanan denda

5) Pemberian keringanan ongkos/biaya

6) Bank ikut dalam penyertaan modal sebagaimana diatur dalam pasal 10 ayat 2 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/147/KEP/DIR tanggal 12-11-1998

7) Perubahan kepengurusan perusahaan debitur biasanya bank ikut memberikan pendapat dalam pembentukan susunan pengurus tersebut

8) Perubahan syarat-syarat kredit 9) Perubahan syarat-syarat lain 10)Penambahan agunan

11)Perubahan bentuk hukum dari CV ke PT, sehingga menambah modal efektif disetor

Tindakan reconditioning dapat diberikan kepada debitur yang masih itikad baik untuk melunasi kewajibannya, yang berdasarkan pembuktian secara kuantitatif merupakan alternatif yang terbaik. Mesin/pabrik/proses produksi masih berfungsi baik dan terawat, kapasitas masih dapat ditingkatkan. Usaha debitur dikelola oleh manajemen yang profesional dan menggunakan tenaga kerja yang cukup terampil. Untuk kelangsungan produksinya, debitur tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku dan berproduksi dengan memakai teknologi yang memadai. Peraturan pemerintah dan kondisi ekonomi secara global cukup mendukung. Tindakan reconditioning ini dilakukan karena debitur mengalami kekurangan modal kerja. Agunan yang dikuasai bank cukup mengatasi dan memenuhi syarat yuridis.

c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning, antara lain meliputi

1) Penurunan suku bunga kredit

Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Imbal jasa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut. Jumlah pinjaman tersbut disebut pokok utang. Dengan adanya penurunan suku bunga kredit akan memberikan keringanan kepada debitor dalam melakukan pengembalian hutang

2) Pengurangan tunggakan bunga kredit

Penurunan tunggakan bunga adalah penurunan tunggakan dari bunga kredit atau balas jasa lainnya, baik kredit angsuranmaupun tanpa angsuran yang telah jatuh tempo

3) Pengurangan tunggakan pokok kredit

Pengurangan tunggakan angsuran pokok kredit adalah penurunan angsuran pokok dari suatu kredit dengan angsuran yang setelah tanggal jatuh tempo masa angsurannya belum dibayar; kredit anuitas angsuran pokok terdiri atas pokok dan bunga.

4) Perpanjangan jangka waktu kredit

Perpanjangan jangka waktu adalah  perpanjangan  jangka waktu jatuh tempo pinjaman atau tabungan yang ditunjukkan dalam bulan, jatuh tempo pinjaman atau investasi jangka pendek biasanya di bawah satu tahun 5) Penambahan fasilitas kredit

Penambahan fasilitas kredit bank adalah penambahan sejumlah uang yang diciptakan oleh bank dalam bentuk kredit dan cerukan melalui sarana kredit dari diskonto yang diberikan dengan atau tanpa kolateral atau tanpa agunan (collateral); jumlah yang dicairkan diawasi oleh bank sentral.

6) Pengembilalihan agunan atau aset debitur

Pengambilalihan agunan atau aset dilakukan ketika debitur tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya, dengan cara pengambilalihan ini diupayakan akan dapat mengembalikan pinjaman yang diberikan kepada debitur dengan cara menguasai agunan atau aset debitur.

7) Jaminan kredit dibeli oleh bank

Bank membeli jaminan yang dijadikan diagunkan oleh kreditur dalam hal mencari jalan keluar pelunasan utang debitur

8) Konversi kredit menjadi modal sementara dan pemilikan saham

Konversi kredit menjadi modal adalah seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru

9) Alih manajemen

Alih manajemen adalah pengalihan manajemen antar perusahaan atau badan hukum (dari kreditur kepada perusahaan debitur) baik secara keseluruhan atau sebagian dalam hal perbaikan manajemen perusahaan agar mendapatkan keuntungan sehingga akan menghasilkan keuntungan yang pada akhirnya dapat melakukan pembayaran utang kepada kreditur

10)Pengambilalihan pengelola proyek

Pengambilalihan pengelola proyek adalah pengambilalihan suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan

11)Pembaruan hutang

Novasi atau pembaruan utang merupakan salah satu penyebab hapusnya perikatan. Novasi dapat diartikan sebagai perjanjian yang menggantikan perikatan yang lama dengan perikatan yang baru. Penggatian tersebut dapat terjadi pada kreditur, debitur maupun obyek perikatan.

12)Subrogasi

Subrogasi adalah pengalihan kreditur kepada pihak lain yang telah melakukan pembayaran atas utang debitur sehingga pihak lain tersebut menggantikan kedudukan sebagai kreditur; dengan demikian, segala hak dan kewajiban debitur beralih kepadanya

13)Cessie

Cessie adalah pengalihan hak atas kebendaan tak bertubuh (intangible goods) kepada pihak ketiga. Kebendaan tak bertubuh di sini biasa berbentuk piutang atas nama

14)Debitur menjual sendiri barang-barang jaminan dibawah tangan

Debitur menjual barang-barang jaminannya kepada orang lain bertujuan untuk melunasi segala utangnya

15)Penghapusan piutang

Pengahapusan piutang adalah cara yang dilakukan oleh kreditur sebagai upaya untuk mengurangi beban dari debitur

Restrukturisasi kredit hanya dapat dilakukan atas dasar permohonan secara tertulis dari nasabah. Restrukturisasi kredit hanya dapat dilakukan untuk nasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:34

a. Nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran

b. Nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi

Restrukturisasi kredit hanya dapat dilakukan untuk kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Restrukturisasi kredit wajib didukung dengan analisis dan bukti-bukti yang memadai serta terdokumentasi dengan baik. Restrukturisasi kredit dapat dilakukan paling banyak tiga kali dalam jangka waktu

       

34

Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2000),

perjanjian kredit. Restrukturisasi kredit kedia dan ketiga dapat dilakukan paling cepat enam bulan setelah restrukturisasi kredit sebelumnya.35

2. Penyelesaian melalui eksekusi agunan

Di Indonesia, dikenal beberapa eksekusi agunan, yaitu: a. Eksekusi hak tanggungan

b. Eksekusi fidusia c. Eksekusi hipotek d. Eksekusi gadai e. Eksekusi perorangan

1) Eksekusi hak tanggungan

Terdapat 2 (dua) cara yang dapat dilakukan dalam eksekusi hak tangungan ini yaitu melalui penjualan di bawah tangan dan melalui proses lelang.

a) Penjualan di bawah tangan

Penjualan dibawah tangan memiliki arti bahwa penjualan atas tanah yang dijadikan sebagai jaminan dan dibebani dengan hak tanggungan oleh kreditur sendiri secara langsung kepada orang lain atau pihak lain yang berminat, tetapi dibantu juga oleh pemilik tanah dan bangunan. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya, karena ditakutkan merugikan pihak- pihak yang tidak terlibat. Oleh karena itu ada baiknya harus didahului dengan pemberitahuan kepada pihak-pihak terkait dan diumumkan dalam 2 (dua) surat

       

35 Ibid 

kabar yang terbit di daerah tempat lokasi tanah dan bangunan berada.36 Hal ini dilakukan minimal 1 (satu) bulan sebelum penjualan dilakukan, serta tidak ada sanggahan dari pihak mana pun. Apabila tidak dilakukan, penjualan batal demi hukum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 20 UUHT, yaitu:

(1)Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan:

(a) hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau

(b) titel eksekutorial yang terdapat dalam sertipikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), obyek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya. (2)Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan obyek

Hak Tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan jika dengan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak

(3)Pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan/atau pemegang Hak Tanggungan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikit-dikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan dan/atau media massa setempat, serta tidak ada pihak yang menyatakan keberatan

(4)Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi Hak Tanggungan dengan cara yang bertentangan dengan ketentuan pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) batal demi hukum.

(5)Sampai saat pengumuman untuk lelang dikeluarkan, penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihindarkan dengan pelunasan utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan itu beserta biaya-biaya eksekusi yang telah dikeluarkan.

Pelaksanaan penjualan dibawah tangan ini dapat dilakukan ketika pemilik tanah yang dibebani hak tanggungan masih kooperatif. Dia bersedia pula untuk hadir guna membuat dan menandatangani akta-akta atau dokumen-dokumen

       

36

Irma Devita Purnamasari. Kiat-Kiat Cerdas, Mudah Dan Bijak Memahami Hukum

berkaitan dengan penjualan tanah yang dijadikan objek hak tanggungan. Adapun alternatif lainnya adalah:37

a. Pemilik jaminan melaksanakan jual beli di hadapan pejabat pembuat akta tanah yang berwenang. Pemilik jaminan tersebut akan langsung berhadapan dengan calon pembeli dan langsung menandatangani akta jual beli atas tanah yang berkenaan. Dalam kondisi demikian, biasanya pemilik jaminan sendiri yang mencari pembeli untuk mendapatkan harga tertinggi, sehingga dia masih tetap memperoleh sisa dari harga penjualan jaminan dimaksud setelah sebagian dipotong kreditur untuk membayar atau melunasi utang-utangnya.

b. Pemilik jaminan hadir guna membuat dan menandatangani akta penyerahan jaminan sekaligus akta kuasa menjual kepada orang yang ditunjuk oleh kreditur. Ketika sewaktu-waktu kreditur menemukan pembeli atas jaminan yang berkenaan, dia dapat melaksanakan akta jual beli dengan menggunakan akta kuasa menjual tersebut.

b) Penjualan jaminan melalui proses lelang

Lelang adalah penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Dasar hukum lelang dapat dilihat sebagai berikut:

(1) Vendu Reglement, Ordonantie 28 Februari 1908 Staatsblad 1908:189 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1941:3 (2) Instruksi Lelang (Vendu Instructie, Staatsblad 1908:190 sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Staatsblad 1930:85)        

37

(3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 40/PMK.07/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

(4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 41/PMK.07/2006 tentang Pejabat lelang Kelas I

(5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 118/PMK.07/2005 tentang Balai Lelang

(6) Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 119/PMK.07/2005 tentang Pejabat lelang Kelas II

(7) Keputusan Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara Nomor : KEP- 02/PL/2006 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang

(8) Keputusan Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara Nomor : KEP- 01/PL/2006 tentang Pedoman Administrasi Perkantoran dan Pelaporan Kantor Pejabat Lelang Kelas II

Dalam pelaksanaannya, lelang dilakukan dengan 2 (dua)cara, yaitu:38 (1) Lelang terbuka

Lelang yang dilaksanakan dengan cara; penawaran langsung oleh peserta lelang dengan sistem harga naik-naik, yakni penawaran pertama dilemparkan oleh juru lelang dengan standar harga terbatas dan pemenangnya adalah penawar harta tertinggi. Biasanya yang umum diketahui oleh masyarakat awam adalah lelang yang dilaksanakan dengan cara seperti ini

       

38

(2) Lelang tertutup

Lelang yang dilaksanakan dengan cara penawaran para peserta lelang dimasukkan ke dalam amplop tertutup dan diserahkan langsung kepada juru lelang berlangsung. Setelah semua penawaran disetorkan, juru lelang akan membuka amplop tersebut di hadapan para peserta lelang dan langsung membacakan. Pemenangnya adalah penawar harga tertinggi.

Adapun untuk proses lelang itu sendiri, pelaksanaannya dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara, yaitu:

a. Proses lelang secara langsung melalui balai lelang

Proses lelang langsung ini hanya dapat dilaksanakan jika tidak ada kemungkinan bertahan dari pemilik asset dan barang yang akan dilelang tersebut sudah dikuasai oleh pemohon lelang. Dengan kata lain, kondisi demikian termasuk ke dalam kategori lelang secara sukarela. Untuk proses lelang tersebut, pemohon lelang dapat mengajukan permohonan lelang kepada balai lelang swasta atau pemerintah. Namun jka melalui balai lelang swasta, harus mendapat bantuan dari Kantor Lelang Negara selaku pelaksana (juru lelang). Adapun dasar hukum menggunakan Balai Lelang Swasta adalah Keputusan Menteri Keuangan No. 147/KMK/01/1996 jo Keputusan Kepala Badan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) No. 1/PN/1996. Adapun

peraturan yang mengatur tentang perizinan, kegiatan usaha dan pelaksanaan lelang Balai Lelang Swasta diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.07/2005 tanggal 30 November 2005 tentang Balai Lelang. Dalam Pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.07/2005

ditegaskan bahwasanya kegiatan usaha Balai Lelang meliputi Jasa Pralelang, Jasa Pelaksanaan Lelang dengan Pejabat Lelang Kelas II, dan Jasa Pascalelang terhadap jenis lelang :

1) Lelang Non Eksekusi Sukarela

2) Lelang aset BUMN/ D berbentuk persero, dan

3) Lelang aset milik bank dalam likuidasi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank.

b. Proses lelang melalui penetapan pengadilan

Proses lelang melalui pengadilan dilakukan apabila jaminan atau barang yang akan dilelang dalam kondisi:

1) Masih dikuasai oleh pemilik jaminan atau pemilik barang

2) Adanya indikasi perlawanan dari pemilik jaminan atau pemilik barang Berdasarkan Pasal 1 poin 4 Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 93/PMK.06/2010 tanggal 23 April 2010 disebutkan bahwa lelang untuk melaksanakan putusan dan atau penetapan pengadilan, dokumen- dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Di dalam suatu perkara perdata, pengadilan dapat melakukan penetapan yang amarnya menyatakan barang yang disita jaminan dijual secara lelang.

2) Eksekusi jaminan fidusia

Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan fidusia disebutkan bahwa:

Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.

Terkait dengan eksekusi jaminan fidusia, Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, menentukan:

(a)Apabila debitor atau Pemberi Fidusia cidera janji, eksekusi terhadap Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara:

(1) pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) oleh Penerima Fidusia

(2) penjualan Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia atas kekuasaan Penerima Fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan

(3) penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan Pemberi dan Penerima Fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.

(b)Pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud dalama ayat (1) huruf c dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh Pemberi dan atau Penerima Fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang tersebar di daerah yang bersangkutan

Dalam prakteknya, eksekusi jaminan fidusia selalu mengalami kendala ketika eksekusi dilakukan oleh perusahaan leasing. Adanya perlawanan dari pihak pemberi jaminan fidusia membuat proses eksekusi ini berjalan tidak lancar, apalagi terkadang kekerasan terjadi dan sebagai akibatnya jatuh korban. Demi pengamanan dalam pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia ini, maka POLRI menerbitkan Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Terhadap Obyek Jaminan Fidusia yang berlaku sejak 22 Juni 2011. Adapun tujuan diterbitkannya peraturan ini adalah agar penyelenggaraan pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia berjalan dengan aman, lancar, dan dapat

dipertanggung jawabkan; melindungi keselamatan penerima jaminan fidusia, pemberi jaminan fidusia dan atau masyarkat dari perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian harta benda dan atau keselamatan jiwa.

Proses pengajuan untuk dilaksanakannya eksekusi atas objek jaminan fidusia ini adalah sebagai berikut:

(a)Ada permintaan dari pemohon

(b)Objek ersebut memiliki akta jaminan fidusia

(c)Objek jaminan fidusia terdaftar pada kantor pendaftaran fidusia (d)Objek jaminan fidusia memiliki sertifikat jaminan fidusia (e)Jaminan fidusia berada di wilayah negara indonesia

Objek yang dapat dieksekusi atas jaminan fidusia ini adalah benda yang berwujud dan benda bergerak yang tidak berwujud khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan.39 Sesuai dengan ketentuan peraturan Kapolri, adanya pengamanan dalam eksekusi atas objek jaminan fidusia harus dilakukan permohonan terlebih dahulu yaiu dengan cara mengajukan permohonan pengamanan eksekusi secara tertulis oleh penerima jaminan fidusia atau kuasa hukumnya kepada Kapolda atau Kaplores tempat eksekusi dilaksanakan. Pemohon wajib melampirkan surat kuasa dari penerima jaminan fidusia, apabila permohonan diajukan oleh kuasa hukm penerima jaminan fidusia.40

Hal-hal apa saja yang harus dilengkapi dalam mengajukan permohonan pengamanan eksekusi adalah sebagai berikut:

(a)Salinan akta jaminan fidusia        

39

Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia 

40

(b)Salinan sertifikat jaminan fidusia

(c)Surat peringatan kepada debitur untuk memenuhi kewajibannya. Dalam hal ini telah diberikan kepada debitur sebanyak 2 (dua) kali yang dibuktikan dengan tanda terima

(d)Identitas pelaksana eksekusi (e)Surat tugas pelaksanaan eksekusi

3) Eksekusi hipotek

Hipotek memliki arti pembebanan, sedangkan dalam bahasa Belanda yang terjemahannya adalah onderzetting.41 Baik dalam bahasa Indonesia ataupun Belanda, hipotek telah diambil alih untuk menunjukkan salah satu bentuk jaminan hak ayas tanah.42 Di dalam Pasal 1162 KUHPerdata, hipotek adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tidak bergerak, untuk mengambil penggantian dari padanya bagi pelunasan dari perikatan. Objek hipotek dapat berupa tanah yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, kapal yang diatur di dalam Pasal 314 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan Konvensi Internasional tentang Piutang Maritim dan Mortgage 1993 yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden RI No. 44 tahun 2005 tentang Pengesahan Internasional Convention on Maritime Liens and Mortgages, Permenhub RI No. PM 13/2012. Dan yang terakhir adalah objek pesawat udara yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 1992 tentang Penerbangan

       

41

Mariam Darus Badrulzaman, Bab-bab Tentang Hipotek, Jakarta: PT. Citra Aditya

Bakti, 1991), hal 15 

42

a) Grosse akta hipotek punya kekuatan ekskutorial

Dalam setiap pemberian jaminan berupa hipotek atas kapal, setelah hipotek tersebut didaftarkan, akan diterbitkan grosse akta hipotek kapal berdasarkan Pasal 224 HIR. Grosse tersebut punya status yang sama dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, dengan menggunakan grosse akta hipotek kapal dimaksud, pemegang hipotek dapat meminta bantuan pengadilan untuk melakukan kekuatan eksekusi atas kapal yang dibebani hipotek tersebut.

b) Pemegang hipotek punya hak menjual sendiri kapal yang dibebani hipotek dimaksud

Hal ini sebagaimana termaktub dalam Pasal 1198 dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, yaitu kreditur yang memegang hipotek yang telah terdaftar, dapat menuntut haknya atas barang tak bergerak yang terkait itu, biar di tangan siapa pun barang itu berada, untuk diberi urutan tingkat dan untuk dibayar menurut urutan pendaftarannya.

c) Eksekusi terhadap kapal yang berada diluar wilayah Indonesia

Untuk semua kapal yang berada di luara wilayah Indonesia, kreditor dapat mengajukan gugatan atau permohnan eksekusi terhadapnya di pengadilan tempat kapal tersebut berada. Cara lain, dengan mengajukan permohonan ke pengadilan Indonesia untuk memerintahkan debitur mengembalikan kapal tersebut ke Indonesia.

4) Eksekusi terhadap jaminan gadai

Berdasarkan Pasal 1150 KUHPerdata, gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekauasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tsb secara didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya dengan kekecualian. Objek gadai adalah benda bergerak baik bertubuh maupun tidak bertubuh. Gadai diatur