• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian dan dasar hukum Usaha Klinik Kesehatan Bersama

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN UMUM USAHA KLINIK KESEHATAN BERSAMA

A. Pengertian dan dasar hukum Usaha Klinik Kesehatan Bersama

Pengertian Usaha Klinik Kesehatan Bersama

Sebagaimana diketahui bersama bahwa pada tanggal 17 September 1992 telah disahkan dan diundangkan Undang- undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang merupakan pengganti dari Undang- undang Pokok Kesehatan yang lama, yaitu Undang- undang No. 9 tahun 1960 beserta beberapa Undang- undang lainnya dibidang kesehatan yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman yang semakin modern, sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan atas Undang- undang No. 23 tahun 1992, yaitu mengenai perkembangan pembangunan kesehatan selama ini telah mengalami perubahan orientasi, baik tata nilai maupun pemikiran terutama mengenai pemecahan masalah dibidang kesehatan yang dipengaruhi oleh politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perubahan orientasi tersebut akan mempengaruhi proses penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Dengan diundangkannya Undang- undang No. 23 tahun 1992 dapat dikatakan sebagai jawaban terhadap kebutuhan hukum dalam rangka pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

Dalam Undang- undang Kesehatan tahun 1992 tidak ada dijumpai istilah atau pengertian tentang klinik kesehatan, hanya dalam pasal 56 ayat 1 ditentukan, sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, praktek gokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek, pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium, sekolah dan akademi kesehatan, balai penelitian kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya.

Sarana kesehatan lain yang dimaksud sebagaimana disebutkan dalam Penjelasan Pasal 56 ayat 1 Undang- undang No. 23 tahun 1992 adalah antara lain: Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Balai Pengobatan Penyakit Paru- Paru (BP4), Pusat atau Balai atau Statiun Penelitian Kesehatan, Rumah Bersalin, Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).

Apabila ditelusuri Peraturan- peraturan Menteri Kesehatan juga tidak ada disebutkan kata- kata klinik kesehatan bersama. Meskipun klinik kesehatan bersama tidak ada disebutkan dalam peraturan perundang- undangan, tetapi istilah klinik kesehatan bersama sudah dikenal masyarakat luas.

“Dalam kamus umum bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta, klinik diartikan sebagai balai pengobatan atau tempat mengobati orang sakit.”30

1. WHO, mengartikan “sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya.”

Mengenai pengertian kesehatan ada beberapa pendapat, diantaranya adalah:

31

2. Dalam Undang- undang No. 23 tahun 1992 Pasal 1 (1) disebutkan bahwa “kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.

Dalam hubungan dengan pengertian kesehatan, ada dua (2) aspek dari kesehatan, yaitu aspek upaya sehat dan aspek sumber daya kesehatan. Aspek upaya kesehatan salah satunya adalah pemeliharaan kesehatan, sedangkan aspek sumber daya kesehatan terdiri dari sarana kesehatan, antara lain: Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, tempat Praktik Dokter dan tenaga kesehatan antara lain Dokter, Apoteker, Perawat, Bidan.32

30

Poerwadarminta, Op. cit, hal. 513.

31

A.Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta, 1996, Hal.6.

32

Wilachandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung, 2001, Hal.15

Kata “bersama” dalam kamus umum bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta diartikan sebagai berbareng atau kelompok.

Dalam pasal 1 huruf (I) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 920/Men.Kes/Per/XII/86 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang medik dapat dijumpai istilah praktek berkelompok, yaitu penyelenggaraan pelayanan medik secara bersama oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dengan atau tanpa menggunakan penunjang medik.

Praktik bersama atau berkelompok baik yang dilakukan oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis diselenggarakan dalam suatu tempat (klinik), sehingga dapat disebut sebagai klinik kesehatan bersama.

“Kata “usaha” diartikan sebagai kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud”.33

33

Poewodarminta. Op.Cit, Hal.213

Dari arti kata- kata tersebut di atas dapat dirumuskan pengertian Usaha Klinik Kesehatan Bersama tersebut yaitu Suatu kegiatan bersama atau berkelompok dalam suatu tempat (klinik) dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan, guna mengobati orang sakit agar memperoleh keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Klinik kesehatan bersama yang menjalankan suatu usaha dapat disebut sebagai badan usaha, yaitu perusahaan atau bentuk usaha yang berbentuk badan hukum yang menjalankan suatu jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dengan tujuan untuk memperoleh laba.

Dasar Hukum Usaha Klinik Kesehatan Bersama

Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh orang perorangan, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan.

“ Salah satu diataranya yang dinilai mempunyai peranan yang cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan”.34

“Adapun yang dimaksud dengan penyedia pelayanan kesehatan (health

provider) adalah pihak yang bertanggungjawab secara langsung dalam

menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan .”

Usaha klinik kesehatan bersama yang menyelenggarakan pelayanan medik, baik pelayanan medik dasar maupun pelayanan medik spesialistik merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan merupakan salah satu unsur di dalam sistem kesehatan, yaitu sebagai penyedia pelayanan kesehatan.

35

Dengan demikian Undang-undang Kesehatan dan juga Sistem Kesehatan Nasional memang mengakui adanya peranan pihak swasta. Sebagai akibat dari telah dibenarkannya pemilik mulai banyak didirikan usaha-usaha klinik kesehatan swasta yang diseleggarakan secara bekerja sama dan dikelola secara komersial serta yang berorientasi untuk mencari keuntungan.

Ditinjau dari segi pihak yang menyelenggarakan , maka sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang tercantum dalam sistem kesehatan Nasional terutama dalam uraian tentang bentuk-bentuk pokok Sistem Kesehatan Nasional, maka pelayanan medik di Indonesia dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu pelayanan medik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan pelayanan medik yang diselenggarakan oleh pihak swasta.

34

A.Azwar.Op.Cit, Hal.1.

35

Dari hasil penelitian dapat dikemukakan, bahwa pendirian usaha klinik kesehatan bersama dapat terjadi karena adanya kerjasama yang diadakan antara pengusaha apotek atau pemilik modal dengan para dokter. Mereka mengadakan kerjasama karena masing-masing pihak saling membutuhkan, yaitu pihak dokter membutuhkan tempat yang strategis untuk menyelenggarakan kegiatannya sehingga mudah dikunjungi oleh setiap orang yang membutuhkan pelayanan medik. Sedangkan pihak pengusaha apotek mengharapkan dari penukaran resep umumnya akan langsung menukarkan resepnya pada apotek tersebut ( apotek yang terdekat), sehingga dengan demikian volume penjualan obat akan menjadi lebih banyak dan keuntungan yang lebih besar.

Dengan demikian terjadi perjanjian antara pemilik apotek atau pengusaha klinik dengan para dokter, sehingga dapat disebutkan bahwa dalam pendirian usaha klinik kesehatan bersama tunduk pada peraturan-peraturan umum tentang perjanjian sebagaimana diatur di dalam Buku III KUHPerdata. Hal ini sesuai dengan pasal 1319 KUHPerdata yang menentukan bahwa :

Semua perjanjian baik yang mempunyai suatu nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat didalam bab ini dan bab yang lalu.

Menurut Wirjono Prodjodkoro, “sistem perundang-undangan yang kini dianut, dasar hukum dari segala perkumpulan adalah adanya suatu persetujuan

(overeenkoms) antara pihak-pihak yang bersangkutan.”36

36

Wirjono Prodjokoro, Hukum Perkumpulan, Perseroan dan Koperasidi Indonesia, Dian Rakyat, Jakarta, 1985, Hal. 4.

Oleh karena usaha klinik kesehatan bersama yang menggunakan bentuk persekutuan perdata (maatschap) merupakan perjanjian berdasarkan atas penyerahan milik, maka tunduk pada perjanjian berdasarkan atas penyerahan milik, maka tunduk pada perjanjian khusus (bijzondere ovreenkomst) sebagaimana diatur di dalam Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652 KUHPerdata.

Usaha klinik kesehatan bersama yang menggunakan bentuk perseroan Terbatas di samping tunduk pada peraturan-peraturan umum tentang perjanjian , juga tunduk pada ketentuan –ketentuan tentang PT yang diatur dalam Undang- undang RI No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Oleh karena kerjasama yang diadakan oleh para peserta dalam usaha klinik kesehatan bersama tunduk pada peraturan-peraturan umum tentang perjanjian, maka dapat disebutkan bahwa dasar hukum pendirian usaha klinik kesehatan bersama adalah perjanjian yang tercantum di dalam Buku III KUHPerdata.

Perjanjian yang diadakan oleh peserta dalam pendirian usaha klinik kesehatan bersama adalah sebagai konsekuensi yuridis dari prinsip kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata.

Meliala menyebutkan bahwa:

“Prinsip kebebasan berkontrak adalah setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian apa saja, baik perjanjian itu sudah diatur dalam Undang-undang maupun belum diatur dalam Undang-undang.”37

37

Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya, Liberty, Yogjakarta, 1985, Hal.19.

Menurut Erman Rajaguguk “prinsip kebebasan berkontrak ini diberlakukan secara luas dalam praktik hukum di Indonesia, bahkan prisip ini menjadi begitu penting karena digunakan sebagai prinsip kunci dan mengembangkan berbagai jenis perjanjian yang sebelumnya tidak dikenal dalam sistem hukum dan praktik hukum di Indonesia.”38

1. Kumpulan orang-orang yang bersama-bersama bertujuan untuk mendirikan suatu badan yaitu perkumpulan.

Prinsip kebebasan yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata tersebut tidak berarti bahwa mereka yang membuat perjanjian itu bebas sama sekali, melainkan kebebasan seseorang dalam membuat suatu perjanjian ada pembatasnya, yaitu sejauh perjanjian yang dibuatnya itu tidak bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang sebagaimana diatur dalam Pasal 1337 KUHPerdata.

Jika yang mengadakan perjanjian itu subjeknya berupa Badan Hukum, maka untuk dapat melakukan perbuatan hukum, dalam Pasal 1654 KUHPerdata dinyatakan dengan tegas :

2. Kumpulan harta kekayaan yang disediakan untuk tujuan-tujuan tertentu.

Perjanjian yang menjadi dasar hukum pendirian usaha klinik kesehatan bersama adalah hanya mengenai perjanjian untuk menimbulkan perikatan yang disebut dengan perjanjian obligatoir (memberi hak dan kewajiban kepada kedua

38

belah pihak), tidak berlaku bagi perjanjian jenis lainnya seperti misalnya perjanjian pembuktian.

Akibat hukum yang ditimbulkan dari perjanjian adalah berbeda dengan akibat hukum dari perjanjian yang diadakan untuk mendirikan usaha klinik kesehatan bersama, karena dalam perjanjian perndirian usaha klinik kesehatan bersama akibat hukum yang ditimbulkan adalah sama atau manfaat yang diperolehnya adalah sama.

Meskipun pendirian usaha klinik kesehatan bersama mempunyai dasar hukum perjanjian yang tercantum dalam KUHPerdata, tetapi para peserta yang membuat perjanjian itu tetap harus memperhatikan peraturan-peraturan lainnya yang berhubungan dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan swasta dibidang medik atau kedokteran.

Dari hasil penelitian dapat dikemukakan, bahwa peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan swasta dibidang medik adalah:

1. Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No. 920/Men. Kes/Per/XII/86 Tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta Di Bidang Medik.

2. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan R.I. No. 664/BINKESMAS/DJ/V/87 Tentang petunjuk pelaksanaan Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Pelayanan Medik Dasar.

3. Surat Keputusan Direktur Jendera Pelayanan Medik No. 098/Yan.Med/RSKS/1987 Tentang Petunjuk pelaksanaan peraturan menteri kesehatan R.I. No.920/Men.Kes/Per/XII/86 Tentang upaya pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik, khusus bentuk Pelayanan Medik, khusus Bentuk Pelayanan Medik Spesialistik.

4. Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1988 Tentang Masa Bakti dan Praktik Dokter dan Dokter Gigi.

5. Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No.385/Men.Kes/Per/V/1988 Tentang Pelaksanaan Masa bakti dan ijin Praktik Bagi dokter dan Dokter Gigi.

6. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan R.I No.0210/SJ/SE/HMH/III/1989 Tentang petunjuk Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin Praktek Bagi Dokter dan Dokter Gigi.

Peraturan-peraturan tersebut lebih banyak mengatur tentang persyaratan- persyaratan untuk menyelenggarakan pelayanan medik dasar ataupun pelayanan medik spesialistik dan merupakan pedoman dalam pelaksanaan pelaporan masa bakti, izin praktik serta pembinaan dan pengawasan bagi dokter dan dokter gigi, sedangkan tentang kegiatan penyelenggaraan usaha klinik kesehatan bersama yang keberadaannya semakin berkembang dewasa ini kurang mendapatkan pengaturan. Keadaan tersebut jelas kurang dapat menjamin adanya kepastian hukum maupun kepastian berusaha, sehingga akan dapat merugikan baik bagi para peserta yang mengadakan kerjasama maupun bagi anggota masyarakat pemakai jasa pelayanan medik.