• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. DOA BERSAMA SEBAGAI SARANA PEMBINAAN IMAN

1. Pengertian Doa

a. Menurut Thomas H. Green SJ

Doa itu mengangkat hati dan budi kepada Tuhan. Itu suatu definisi yang mudah dihafal yakni jelas dan singkat. Definisi itu baik, karena mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan itu jauh ada di luar pengalaman kita, doa itu mengandaikan usaha dari pihak kita dan doa itu melibatkan budi dan hati yakni pengertian, perasaan dan kemauan manusia. Jika kita menyelidiki tiga unsur itu lebih lanjut, kita mungkin dapat menemukan gambaran lebih jelas tentang apa doa itu. Unsur terakhir doa muncul dari dalam hati itu merupakan sesuatu yang sangat penting dan tidak selalu ditekankan dengan jelas. Doa itu mengangkat masalah pengertian dan pengetahuan sehingga menyerupai teologi yang ingin menggunakan budi dalam melayani iman. Memanfaatkan pemikiran untuk menjelaskan pewahyuan Tuhan (Green, 1988:28).

Doa itu membuka hati dan pikiran kepada Tuhan sebab membuka itu menekankan mau terbuka dan menanggapi. Membuka diri berarti juga mau bertindak sedemikian rupa sehingga yang lain tetap kuasa yang menentukan. Membuka diri berarti mau mendengarkan. Mendengarkan adalah inti dari doa

yang sejati. Kalau kita sudah belajar mendengarkan dengan penuh perhatian dan kepekaan, semua peristiwa dalam hidup menjadi sebuah perjumpaan dengan Tuhan (Green, 1988:31). Mendengar dan mendengarkan itu suatu metafora yang baik untuk diterapkan pada doa. Hal ini cukup membantu menjelaskan bahwa doa itu tidak hanya sekedar meminta, tetapi menggali lebih dalam untuk bertindak mencapai arti doa yang sesungguhnya. Doa itu hakikatnya perjumpaan dialogis antara Allah dan manusia. Dan karena Allah itu Tuhan, maka hanya Dialah yang dapat memprakarsai perjumpaan itu. Maka, apa yang dibuat dan dikatakan manusia di dalam doa tergantung pada apa yang telah di katakan Tuhan lebih dulu. Doa sendiri mengandaikan usaha dari pihak manusia, meskipun Tuhanlah yang selalu memulai lebih dulu untuk membuka hati manusia karena Tuhanlah yang telah memilih manusia (Yoh 15:16).

b. Menurut J. Darminta, SJ

Berbicara tentang doa, berarti mendalami doa murid Yesus Kristus. Bagi Gereja, hal itu berarti bahwa manusia berdoa bersama melalui dan dalam nama Yesus Kristus. Oleh karena itu dalam buku yang berjudul Tuhan Ajarlah Kami Berdoa (Darminta 1983:12) menyatakan bahwa:

Dengan perantaraan Kristus bersama Dia serta bersatu dalam Roh Kudus kami menyampaikan kepada-Mu, Allah Bapa yang Mahakuasa, segala hormat dan pujian kini dan sepanjang masa. Untuk mengungkapkan kenyataan doa kristen tersebut, Gereja merumuskan penutup doa ada dua macam: pertama bila doa ditujukan kepada Allah Bapa, penutup doa berbunyi: “Demi Yesus Kristus, Putera-Mu, Tuhan dan pengantara kami yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa”. Kedua bila doa itu ditujukan kepada Tuhan Yesus, penutup doa berbunyi: “Sebab Engkau-lah Tuhan dan pengantara kami yang

bersatu dengan Bapa dan Roh Kudus hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa”.

Dari rumusan-rumusan doa di atas dapat dikatakan, bahwa meski alamat doa itu ditujukan untuk Yesus Kristus, doa tetap dihayati sebagai kelanjutan doa Yesus Kristus kepada Bapa-Nya. Doa Kristus menjadi dasar doa kristen. Setiap orang berdoa, kita berdoa tidaklah sendirian, tetapi kita berdoa bersama-sama dengan Kristus. Kebersamaan dengan Kristus itulah yang membuat doa kita didengar oleh Allah Bapa (Yoh 16:24). Untuk mengetahui bagaimana orang Kristen berdoa, orang dapat melihat bagaimana Yesus Kristus sendiri berdoa. Doa Yesus Kristus mengungkapkan dan menyingkapkan makna dan arti doa Kristen. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa dalam doa-doa-Nya terungkaplah misteri hidup Yesus Kristus sebagai Putera Allah dan sebagai Penyelamat. Berdasarkan kenyataan itu dapatlah didekati ciri-ciri pokok doa Yesus Kristus yang memang tetap merupakan doa yang khas (Darminta, 1983:13).

Berdasarkan ciri-ciri pokok doa Yesus yang sering Ia lakukan adalah saat Yesus memberi makan lima ribu orang (Mat 26:23). Sesudah Yesus memberi makan lima ribu orang, Yesus menyuruh semua orang yang mengikuti-Nya untuk pulang dan sesudah itu Ia naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Yesus memiliki ciri berdoa seorang diri, seperti berdoa di taman (Mat 26:36). Dengan berdoa sendirian itu Yesus dapat merasakan secara mendalam dan diri-Nya sebagai Putera Allah di hadapan Bapa di surga. Ciri yang lainnya adalah persekutuan Yesus dengan Bapa (Luk 2:49) bagi Yesus, persekutuan dengan Allah Bapa merupakan dasar dalam doa-Nya. Kesatuan intim dengan Allah Bapa merupakan titik tolak hidup dan tindakan-tindakan Yesus. Dan dalam segala hal

untuk meminta berkat Tuhan (Luk 3:21) peristiwa pembabtisan Yesus di sungai Yordan, (Luk:6:12) saat Yesus memanggil kedua belas rasul. Ciri-ciri doa Yesus yang lainnya adalah hubungan antara Yesus dengan Allah Bapa yang dilukiskan dalam Kitab Suci sebagai hubungan Putera dan Bapa. Doa Yesus bercirikan menyerahkan diri seutuhnya kepada kehendak Bapa-Nya di surga.

c. Menurut Al. Wahjasudibja Pr

Dalam bukunya yang berjudul Hidup Sejati (Al. Wahjasudibja) menegaskan bahwa:

Orang yang sudah dibaptis menerima hidup ilahi, ikut serta dalam hidup Allah, maka juga ikut serta dalam imamat Kristus meski secara umum. Maka ia diperkenankan menghadap dan berbicara secara langsung kepada Bapa di surga. Keakraban persatuan itu dinyatakan dalam doa dan ibadat bersama, yang menjadi sumber melimpahnya hidup dan keselamatan. Oleh karena itu hidup mengikuti Kristus harus didasari doa dan ibadat. Bila tidak akan mudah sekali kegiatannya sesat. (Al. Wahjasudibja 1987:90)

Berdoa itu menyatakan iman kepada Allah dengan maksud untuk memuji Allah dengan penuh rasa syukur. Mencurahkan isi hati kepada Tuhan sebagai sang pemberi kehidupan. Mendengarkan sabda Tuhan agar selalu melaksanakan panggilannya dengan setia. Sudah selayaknyalah kita sebagai manusia memuji dan memuliakan Allah yang telah menciptakan dan memberikan kehidupan kepada umat manusia. Allah menciptakan manusia tidak serta merta membiarkan hambanya hidup dalam kekosongan iman dan hingar bingar duniawi, tetapi Allah mengajak umatnya untuk setia dengan panggilan dan imannya untuk selalu mengingat dan memuliakan Allah yang telah menciptakannya. Mencurahkan isi hati, apa yang dialami dan dihayati selama perziarahan hidup kepada Allah

merupakan bukti bahwa manusia mengakui Allah sebagai yang kuasa dengan menguji hambanya dengan berbagai macam persoalan (Wahjasudibja Pr, 1987:91)

d. Menurut St. Darmawijaya, Pr

Dalam bukunya St Darmawijaya Pr yang berjudul Mutiara Iman Keluarga

Kristiani (1994:25) menerangkan bahwa “Doa, bukanlah sebuah mantra ataupun

rumusan untuk dihafal, dan dinyatakan pada saat dibutuhkan. Doa adalah sikap beriman manusia menanggapi tawaran kasih Allah dalam situasi hidup, membutuhkan sarana”. Dalam doa, manusia menyapa Allah. Sapaan Allah ini merupakan inisiatif Allah sendiri untuk mengetuk hati manusia. Inisiatif Allah ini merupakan rahmat yang disampaikan lewat Sabda, artinya melalui peristiwa-peristiwa kehidupan yang konkret seperti yang dikisahkan Yesus dalam Perjanjian Baru untuk mewartakan Kerajaan Allah, melalui ciptaan Allah, melalui perbuatan dan tindakan Allah, melalui sesama, melalui Yesus Kristus, melalui Kitab Suci, melalui Gereja, melalui sakramen-sakramen. Melalui peristiwa tersebut Allah berkehendak untuk menyampaikan kehendak-Nya dengan tujuan agar manusia dapat mengalamai, memahami, menerima, mencintai dan ikut ambil bagian dalam rencana keselamatan Allah melalui doa.