• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MANDAILING DI KOTA MEDAN 14

3.1 Pengertian Gordang Sambilan

Gordang Sambilan adalah ensambel alat musik yang berasal dari Mandailing.

Secara harfiah Gordang Sambilan memiliki arti yaitu Gordang yang berarti gendang dan Sambilan yang berarti sembilan. Sedangkan dari segi Bahasa kata Gordang erat kaitannya dengan kata Ordang dan Mangordang. Ordang merupakan alat sederhana bercocok tanam padi (semacam “tugal”) di hauma (ladang) sedangkan Mangordang

35

merupakan aktivitas menanamkan padi ke dalam tanah.16 Sedangkan Sambilan jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti yaitu sembilan.

Gambar 3, 1: Kegiatan Mangordang dan keterangannya Sumber: mandailing online

Gordang Sambilan merupakan ensambel musik yang dimainkan dengan cara dipukul dan dimainkan oleh sebelas orang dengan pukulan yang berbeda-beda dan dimainkan secara bersaman atau biasa disebut dengan istilah polyrhythm.

Sedangkan pengertian Gordang Sambilan menurut Irwansyah Harahap dan Rithaony Hutajulu (2020: 7) yaitu: 1) menunjukkan perangkat gendang yang terdiri dari sembilan buah; atau 2) satu ensambel musik yang terdiri dari perangkat Gordang

16 Oleh Edi Nasution(https://www.google.co.id/amp/s/www.mandailingonline.com/gordang-alat-musik-prasejarah-mandailing/amp/). diakses pada tanggal 14 September 2021, pukul 16:45 WIB.

36

Sambilan, seperangkat ogung(gong), sebuah tali sasayak (sambal), dan sebuah sarune (alat tiup); dan dalam pertunjukan pada saat ini kadangkala juga telah menggunakan suling. Dengan kata lain, pengertian Gordang Sambilan pada dasarnya mengandung makna perangkat gendang sekaligus juga ensambel musik

Ensambel musik Gordang Sambilan merupakan alat musik yang mempunyai ukuran yang bertingkatan dan berbeda-beda, dimulai dari yang terbesar hingga sampai yang terkecil. Gordang Sambilan merupakan alat musik yang terbuat dari batang pohon ingul (toona sureni) atau batang pohon aren (arenga pinnata). Kemudian tengah batang pohon ingul atau aren tersebut dilobangi sehingga tembus dari atas ke bawah yang nantinya akan menjadi tabung resonator. Kemudian pada atas batang pohon ingul atau batang pohon aren tersebut ditutupi dengan membran yang terbuat dari kulit lembu yang kering dan direngangkan dengan rotan sekaligus sebagai alat pengikatnya yang kemudian diikatkan ke bawah batang pohon ingul atau batang pohon aren tersebut.

Didalam permainan ensambel musik Gordang Sambilan para pemain Gordang Sambilan biasa disebut dengan Pargordang yaitu orang yang bertugas memukul gordang dan alat musik yang melengkapi permainan Gordang Sambilan seperti Gong, Mongmongan, Doal, dan Tali sasayat dengan menjaga ketukan dan rithym dalam permainan. Ada juga yang disebut dengan Panjangati yaitu orang yang bertugas untuk memimpin permainan Gordang Sambilan dimana pukulan pada panjangati ini sangat berbeda dikarenakan tugas panjangati yaitu untuk memberi variasi pada pukulan Gordang Sambilan. Ada juga yang disebut dengan Parsarune/Parsaleot yaitu orang yang memainkan alat musik sarune/saleot yang memberikan irama atau melodi pada musik Gordang Sambilan.

37 3.2 Sejarah Gordang Sambilan

Bapak Drs. Muhammad Bakhsan Parinduri mengatakan bahwa Gordang Tano merupakan generasi pertama dari ensambel musik Gordang Sambilan. Gordang Tano diperkirakan sudah ada sejak zaman praaksara atau zaman dimana manusia belum mengenal tulisan. Secara harfiah Gordang Tano memiliki arti yaitu Gordang yang berarti gendang dan Tano yang berasal dari Bahasa Mandailing dan bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia yaitu tanah.

Gordang Tano merupakan alat musik yang resonatornya dari tanah, papan dan senar yang terbuat dari tali rotan. Adapun cara pembuatannya yaitu dengan menggali tanah dan membuat tanah tersebut menjadi lobang yang nantinya berfungsi sebagai resonator bunyi, lalu kemudian lobang tersebut ditutup oleh papan dan kemudian di atas papan tersebut dikaitkan dengan senar rotan dari ujung ke ujung dengan erat sehingga nantinya menghasilkan bunyi ketika dipukul dengan stik. Adapun cara memainkan Gordang Tano yaitu dengan memukul rotan yang sudah dieratkan dengan stik. Gordang tano merupakan alat musik yang diklasifikasikan sebagai jenis alat musik chordhopone.

38

Gambar 3, 2: Kontruksi Gordang Tano dan Keterangannya Sumber: mandailing online

Setelah adanya Gordang Tano kemudian terciptalah Gondang Bulu. Bapak Drs.

Muhammad Bakhsan Parinduri Mengatakan bahwa Gondang Bulu merupakan generasi kedua dari Gordang Sambilan dan Gordang Bulu diperkirakan sudah ada sejak zaman nomaden atau zaman dimana manusia melakukan hidup dengan berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain secara berkesinambungan. Hal tersebutlah membuat Gondang Bulu ada pada saat itu. Dikarenakan Gondang Bulu sangat ringan dan sangat mudah untuk dibawa kemana-mana. Secara harfiah Gondang Bulu memiliki arti yaitu Gondang yang berarti gendang Dan Bulu bila diartikan kedalam bahasa Indonesia yaitu bambu.

39

Gondang Bulu merupakan alat musik yang terbuat dari bambu. Adapun cara pembuatannya yaitu dengan menyiapkan satu ruas batang bambu kemudian kulit dari batang bambu tersebut dicungkil dengan pisau yang nantinya akan menjadi senar, lalu senar tersebut diberi pengganjal ditiap ujungnya agar senar tersebut bergetar ketika dipukul. Disebelah kiri bambu umumnya dikupas agar ketika dipukul dengan tangan kiri nantinya akan mengeluarkan bunyi sama seperti gendang. Adapun cara memainkan Gondang Bulu yaitu dengan cara memukul senar dengan stik dari tangan kanan dan memukul suara gendangnya dengan tangan kiri.

Gambar 3, 3: Gambar Seorang Pria Sedang Memainkan Gondang Bulu Sumber: http://edi-nasution.blogspot.com/2014/06/gondang-bulu.html

Bapak Drs. Muhammad Bakhsan Parinduri mengatakan bahwa setelah adanya Gordang Tano dan Gondang Bulu kemudian muncullah generasi ketiga yaitu Gordang Sambilan. Gordang Sambilan diperkirakan ada sejak zaman manusia telah menetap dan

40

pada zaman tersebut manusia mulai bercocok tanam. Pada zaman ini kehidupan manusia juga sudah beralih dari berburu ke cara hidup menghasilkan makanan. Adanya kemampuan menghasilkan makanan tersebut menunjukan bahwa manusia pada zaman tersebut telah menetap secara permanen.17

3.3. Perkembangan Gordang Sambilan Dari Masa Kepercayaan Sipelebegu Sampai Masa Setelah Kemerdekaan

Sub bab ini akan membahas mengenai perkembangan Gordang Sambilan dari Masa masyarakat Mandailing masih menganut kepercayaan sipelebegu sampai dengan masa Indonesia telah merdeka.

3.3.1 Gordang Sambilan Pada Masa Kepercayaan Sipelebegu

Sebelum masyarakat Mandailing menganut kepercayaan agama Islam.

Masyarakat Mandailing terlebih dahulu menganut kepercayaan animisme atau biasa disebut dengan kepercayaan Sipelebegu. Kepercayaan Sipelebegu merupakan kepercayaan yang berkaitan dengan pemujaan roh-roh leluhur, pohon-pohon besar dan benda mati.

Pada masa kepercayaan sipelebegu. Ensambel musik Gordang Sambilan sangat erat kaitannya dengan kegiatan religi. Dikarenakan Gordang Sambilan merupakan alat musik yang sakral dan membantu masyarakat pada masa tersebut untuk melakukan kegiatan religi seperti pemujaan roh-roh leluhur, pohon-pohon besar dan benda mati.

17 Informasi ini didapat dari wikipedia yang ada di google diakses pada tanggal 20 September 2021, pukul 15:00 WIB.

41

Pada masa tersebut ensambel musik Gordang Sambilan hanya dapat dimainkan jika ada izin dan perintah dari raja-raja dan namora natoras. Contoh pertama yaitu jika ada seorang raja, sutan atau namora meninggal maka akan dillaksanakan upacara siluluton (acara berdukacita). Salah satu kegiatan upacara yakni membunyikan Gordang Mate sebagai pemberitahuan bahwa di suatu tempat seorang pembesar meninggal dunia.

Contoh kedua yaitu pada pesta adat pernikahan atau biasa disebut upacara siriaon (acara bersukacita). Satu hari sebelum hari H akan dilaksanakan acara paampe (menurunkan) Gordang Sambilan. Acara ini sekaligus merupakan pemberitahuan kepada namora natoras dan raja-raja bahwa akan dimainkan Gordang Sambilan. 18Contoh ketiga yaitu ketika suatu huta mengalami kekeringan berkepanjangan maka raja dan petinggi-petinggi di huta tersebut akan memainkan dan membunyikan Gordang Sambilan dengan irama udan potir (hujan petir) untuk meminta hujan kepada roh-roh leluhur dengan perantara penari yang disebut dengan tarian sarama datu agar dihuta tersebut diturunkan hujan.

3.3.2 Gordang Sambilan Pada Masa Kepercayaan Agama Islam

Diperkirakan sekitar paruh abad pertama abad ke-19, agama Islam masuk ke Mandailing dibawa oleh pasukan Minangkabau yang pada saat itu melakukan perang padri dan invasi ke wilayah Tapanuli dan melakukan pengislaman besar-besaran di Mandailing dan Angkola. Pada masa ini kepecayaan Sipelebegu mulai ditinggalkan oleh masyarakat Mandailing.

Pada masa agama islam telah menjadi anutan masyarakat Mandailing.

Pertunjukan Gordang Sambilan menjadi bagian dari perayaan hari besar Islam, seperti lebaran idul fitri dan lebaran haji. Diluar masa itu, Gordang Sambilan baru dimainkan

18 (Mhd. Bahksan Parinduri. 2017: Sinondang mandailing edisi Gordang Sambilan, halaman 24)

42

jika ada upacara adat horja aroan boru dan acara mambulungi. Diluar momen-momen tersebut, ensambel Gordang Sambilan hanya disimpan di sopo gordang. Pada masa ini juga Gordang Mate perlahan-lahan mulai ditinggalkan, dikarenakan Gordang Mate sangat bertentangan dengan ajaran Islam sehingga lambat laun Gordang Mate mulai ditinggalkan oleh mayarakat Mandailing.19

3.3.3 Gordang Sambilan Pada Masa Penjajahan Belanda

Setelah Mandailing berada dibawah kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda pada pertengahan abad ke-19 (1840-an), terjadi perubahan dalam struktur kepemimpinan di Mandailing. Dimana Belanda mengubah sistem kerajaan menjadi lembaga kuria sebagai perpanjangan tangan pemerintahan kolonial Belanda. Orang yang menjabat menjadi kepala kuria merupakan raja atau kerabat raja yang mau dan bersedia bekerjasama dengan pemerintahan kolonial Belanda. Dalam kepemimpinannya, kepala kuria harus memimpin kedudukan sebagai pemimpin adat dan pemimpin pemerintahan kolonial Belanda, Sehingga kepala kuria mempunyai dua posisi jabatan kepemimpinan, dimana dia harus mengikuti kebijakan dan peraturan dari pemerintahan kolonial Belanda dan juga mengikuti kebijakan dan peraturan dari adat istiadat. Akan tetapi, kepala kuria lebih taat kepada kebijakan dan peraturan kolonial Belanda sehingga dampak dari kebijakan dan peraturan yang diikuti oleh kepala kuria tersebut dijauhi oleh rakyatnya.

Akibatnya Gordang Sambilan yang dimasa sebelumnya dikonsepsikan sebagai milik Bersama warga komunitas adat, kemudian bergeser menjadi perangkat simbolik bagi kepala kuria dan raja-raja. Dengan kata lain, pertunjukan Gordang Sambilan berubah yang tadinya hanya dimiliki bersama menjadi kepemilikan elitis. Akibat timbulnya

19 (Mhd. Bahksan Parinduri. 2017: Sinondang mandailing edisi Gordang Sambilan, halaman 25)

43

keadaan tersebut, maka Gordang Sambilan sangat jarang dimainkan, peralatannya tidak terurus, orang yang pandai memainkannya semakin langka, dan proses pewarisan kepada generasi muda terhambat20.

3.3.4 Gordang Sambilan Pada Masa Setelah Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan, keberaadaan Gordang Sambilan mengalami sedikit perubahan fungsi. Dimana pertunjukan Gordang Sambilan perlahan berubah fungsinya yang tadinya hanya sebatas bagian dari upacara adat dan religi menjadi sebuah seni pertunjukan. Seperti pada perayaan hari-hari besar nasional dan hari memperingati kemerdekaan, mulai ditampilkan juga atraksi Gordang Sambilan sebagai hiburan, tanpa ada kaitannya dengan adat dan religi. Tidak ada pihak yang melarang kegiatan tersebut sehingga lambat laun menjadi tradisi baru dalam hal pemanfaatan Gordang Sambilan.21 3.4 Sejarah Keberadaan dan Perkembangan Gordang Sambilan di Kota Medan

Pada tahun 1979, Gordang Sambilan yang bernama Gunung Kulabu Pakantan merupakan Gordang Sambilan yang pertama kali ada di kota medan. Pemilik dan pembina dari Gordang Sambilan tersebut adalah Prof. Dr. Adi Putra Parlindungan Lubis,SH. Beliau merupakan rektor Universitas Sumatera Utara pada saat itu dan beliau juga merupakan orang yang mendirikan jurusan Etnomusikologi USU pada tahun 1979.22

Prof. Dr. Adi Putra Parlindungan Lubis,SH merupakan orang yang sangat mencintai seni budaya, khususnya berasal dari Pakantan, Mandailing. Gordang Sambilan Gunung Kulabu Pakantan merupakan Gordang Sambilan yang sangat terkenal di Kota

20 (Mhd. Bahksan Parinduri. 2017: Sinondang mandailing edisi Gordang Sambilan, halaman 25)

21 (Mhd. Bahksan Parinduri. 2017: Sinondang mandailing edisi Gordang Sambilan, halaman 25)

22Informasi ini didapat dari makalah Gordang Sambilan yang ditulis oleh Selly Senorita yang ada di majalah Sinondang Mandailing edisi Gordang Sambilan

44

Medan dan Gordang Sambilan tersebut berelasi dengan jurusan Etnomusikologi USU.23 Pada saat itu, Gordang Sambilan Gunung Kulabu Pakantan sering mengisi acara di Radio Republik Indonesia (RRI) Medan dengan mengisi acara pertunjukan seni dari Mandailing.24

Akan tetapi, untuk memainkan Gordang Sambilan Gunung Kulabu Pakantan pada saat itu. Maka Prof. Dr. Adi Putra Parlindungan Lubis,SH harus mendatangkan para pemain-pemain Gordang Sambilan tersebut dari Pakantan. Sehingga lama kelamaan, Prof. Dr. Adi Putra Parlindungan Lubis,SH meminta agar pemain-pemain Gordang Sambilan Gunung Kulabu Pakantan pada saat itu untuk tidak pulang ke Pakantan agar Gordang Sambilan tersebut dapat dilestarikan dan diajarkan kepada mahasiswa yang ada di Etnomusikologi USU. Sehingga para pemain-pemain Gordang Sambilan Gunung Kulabu Pakantan pada saat itu diberikan usaha atau keperluan hidup untuk menetap di Kota Medan oleh Prof. Dr. Adi Putra Parlindungan Lubis,SH.25

Pada tahun 1982, Lembaga kesenian Universitas Sumatera Utara didirikan dan diketua oleh Prof. Tengku Amin Ridwan yang pada saat itu juga menjabat sebagai dekan Fakultas Sastra USU (Sekarang berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya USU).

Lembaga Kesenian USU merupakan wadah bagi mahasiswa dan mahasiswi USU yang berminat dalam bidang kesenian. Adapun bidang seni yang ada pada Lembaga kesenian USU antara lain bidang seni tari tradisional, vokal grup dan musik. Pada saat itu, Lembaga Kesenian USU berelasi dengan Etnomusikologi USU melakukan penyambutan tamu-tamu rektor USU dengan memainkan Gordang Sambilan yang dimainkan oleh

23Informasi ini didapat dari makalah Gordang Sambilan yang ditulis oleh Selly Senorita yang ada di majalah Sinondang Mandailing edisi Gordang Sambilan

24 Hasil wawancara dengan Bapak Ridwan Aman Nasution pada tanggal 7 Agustus 2021 Pukul 15:00 Wib.

25 Hasil wawancara dengan Bapak Ridwan Aman Nasution pada tanggal 7 Agustus 2021 Pukul 15:00 Wib.

45

mahasiswa Etnomusikologi USU. Selain itu Gordang Sambilan Etnomusikologi USU yang berelasi dengan Lembaga kesenian USU ikut serta berpastisipasi dalam misi kebudayaan pada tahun 1983 di Australia dan juga mengikuti festival alat musik kebudayaan pada tahun 1985 di Eropa tepatnya di Inggris yang diikuti oleh beberapa Negara seperti India, China dan Afrika yang masing-masing menampilkan alat musik kebudayaannya.26

Pada tahun 1986, masyarakat Mandailing yang tinggal di Kota Medan Membuat sebuah Organisasi perkumpulan masyarakat Mandailing yang diberi nama yaitu Himpunan Keluarga Besar Mandailing atau disingkat dengan HIKMA. Sejalan dengan didirikannya Organisasi tersebut maka HIKMA juga membuat group kesenian Gordang Sambilan yang diberi nama dengan Gordang Sambilan HIKMA.27 Gordang Sambilan HIKMA merupakan Gordang Sambilan yang dibina dan dipimpin oleh H.M.Y Effendi Nasution selaku salah satu dari pendiri HIKMA.28

Gordang Sambilan HIKMA merupakan salah satu Gordang Sambilan yang dapat melakukan pertunjukan tanpa harus memiliki izin dari Raja ataupun Namora Natoras.

Karena, Gordang Sambilan HIKMA pada saat itu memiliki tujuan yaitu untuk melestarikan kembali Gordang Sambilan agar tidak punah. Selain itu, Gordang Sambilan HIKMA merupakan Gordang Sambilan yang menghilangkan tradisi-tradisi adat yang ada pada masyarakat Mandailing. Dimana, Gordang Sambilan pada dasarnya hanya dapat dimainkan dan dipakai oleh mereka keturunan raja-raja yang terpandang saja. Oleh sebab

26 Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Fadlin, M.A. pada tanggal 21 Oktober 2021 Pukul 11:00 Wib.

27 Hasil wawancara dengan Bapak Landong Parinduri pada tanggal 22 Agustus 2021 Pukul 16:00 Wib.

28 Dari situs https://www.google.co.id/amp/s/historia.id/amp/urban/articles/preman-medan-dari-zaman-ke-zaman-p1bm4 mengatakan bahwa H.M.Y Effendi Nasution atau biasa disebut Pendi Keling adalah preman legendaris dan mantan petinju yang dikenal sebagai pempimpin Pemuda Pancasila di Kota Medan.

46

itu, keberadaan Gordang Sambilan mengalami banyak peminatnya. Dikarenakan Gordang Sambilan dapat dimainkan oleh siapa saja tanpa harus melakukan syarat-syarat dan upacara tertentu atau meminta izin dari raja maupun namora natoras.29

Pada awal tahun 1990-an, berdirilah Gordang Sambilan yang diberi nama dengan Batang Gadis yang berada di JL. Kapten M. Jamil Lubis, Gg. Apas, Bandar selamat.

Gordang Sambilan Batang Gadis merupakan Gordang Sambilan yang didirikan oleh Baginda Ali.30

Gordang Sambilan Batang Gadis adalah Gordang Sambilan yang Sangat terkenal pada masanya. Dikarenakan, Pembina dan pemimpin dari Gordang Sambilan Batang gadis yaitu Baginda Ali sangat banyak memiliki relasi pada saat itu. Sehingga, membuat Gordang Sambilan tersebut dikenal di Kota Medan. tak jarang, Gordang Sambilan Batang Gadis memiliki pertunjukan kurang lebih dua sampai empat kali pertunjukan dalam sepekan. Raja Inel siregar yang pada saat itu menjadi Gubernur Sumatera Utara.31 Sering memakai Gordang Sambilan Batang Gadis untuk tampil mengisi pertunjukan dalam acara penyambutan tamu atau peresmian acara. Gordang Sambilan Batang Gadis juga sering tampil di acara-acara pesta pernikahan pada saat itu.32

Adapun Gudang tempat peralatan dan tempat Latihan dari Gordang Sambilan Batang Gadis yaitu bertempat di Taman Budaya Medan. Setiap hari Jumat, Gordang

29 Hasil wawancara dengan Bapak Landong Parinduri pada tanggal 22 Agustus 2021 Pukul 16:00 Wib.

30 Baginda Ali berasal dari Usor Tolang, Kecamatan Kota Nopan. Sedangkan istrinya berasal dari Pakantan.

31 Raja Inal Siregar adalah Gubernur Sumatera Utara ke-12 dengan masa jabatan dari tanggal 13 juni 1988 – 15 juni 1998

32 Hasil wawancara dengan Bapak Ismail Lubis pada tanggal 22 Agustus 2021 Pukul 19:00 Wib.

47

Sambilan Batang Gadis melakukan Latihan Gordang Sambilan di Taman Budaya Medan pada saat itu.33

Gordang Sambilan Batang Gadis mengalami kejayaan selama kurang lebih sepuluh tahun lamanya. Sesudah Baginda Ali meninggal dunia. istri dari beliaupun menjadi pembina dan pemimpin dari Gordang Sambilan Batang Gadis. Akan tetapi, dalam masa kepemimpinan dari istri beliau. Grup Gordang Sambilan tersebut mengalami kemunduran yang sangat drastis. karena istri beliau tidak dapat membina Gordang Sambilan tersebut seperti apa yang dilakukan suaminya. Sehingga, banyak dari pemain-pemain dari grup Gordang Sambilan Batang Gadis mengundurkan diri dan keluar.34

Gambar 3, 4: Pertunjukan Gordang Sambilan Batang Gadis Pada Acara Pagelaran Kesenian Pelantikan Pengurus P.D. HIKMA Tingkat II Kotamadya Medan Pada Tanggal

18 September 1995

Sumber: Bapak Landong Parinduri

33 Hasil wawancara dengan Bapak Ismail Lubis pada tanggal 22 Agustus 2021 Pukul 19:00 Wib.

34 Hasil wawancara dengan Bapak Ismail Lubis pada tanggal 22 Agustus 2021 Pukul 19:00 Wib.

48

Gambar 3, 5: Pertunjukan Gordang Sambilan Batang Gadis Sumber: Bapak Landong Parinduri

Bersamaan dengan grup Gordang Sambilan Batang Gadis. Ada juga grup Gordang Sambilan Parata Namalos. Gordang Sambilan Parata Namalos Merupakan Grup Gordang Sambilan yang didirikan oleh Bapak Syamsul Bahri Lubis. Beluai merupakan salah satu pemain Gordang Sambilan dari grup Gordang Sambilan HIKMA.35 Akan tetapi sekitar awal tahun 1990-an Bapak Syamsul Bahri Lubis keluar dari grup Gordang Sambilan HIKMA dan memberanikan diri untuk mendirikan Grup Gordang Sambilan Parata Namalos.36

Gordang Sambilan Parata Namolos didirikan di Jl. Karya jaya, Gg. Karya XI, Pangkalan Masyur, Medan Johor atau tepatnya di kediaman Bapak Syamsul Bahri Lubis.

Gordang Sambilan Parata Namalos merupakan Gordang Sambilan yang sering tampil di

35 Bapak Syamsul Bahri Lubis berasal dari Simpang Tolang, Kecamatan Kotanopan.

36 Hasil wawancara dengan Bapak Syamsul bahri lubis pada tanggal 20 Agustus 2021 Pukul 16:00 Wib.

49

acara pesta penikahan adat Mandailing. Keberadaan Gordang Sambilan Parata Namalos masih ada sampai sekarang.

Pada tahun 2000-an, banyak bermunculan Grup Gordang Sambilan yang baru.

Adapun nama-nama grup Gordang Sambilan tersebut antara lain yaitu: Sinadoras, Sinondang Ulu Pungkut, Sisunggul Lungun, dan Muara Pardomuan. Pada masa itu pemain-pemain Gordang sambilan yang keluar dari grup Gordang Sambilan Batang Gadis beralih menjadi pemain di Grup Gordang Sambilan yang baru. akan tetapi, para pemain-pemain tersebut akan bermain Gordang Sambilan jika Grup Gordang Sambilan yang baru tersebut membutuhkan mereka.37

Pada tahun 2010 sampai dengan awal tahun 2019 (sebelum pandemi Covid-19), Gordang Sambilan di Kota Medan terus mengalami banyak permintaan untuk tampil.

Sehingga hampir setiap pekannya Gordang Sambilan dimainkan baik itu di acara pesta pernikahan, penyambutan tamu, dan peresmian acara. Selain itu, Gordang Gordang Sambilan di Kota Medan mengalami perubahan yang tadinya hanya untuk pertunjukan di acara pesta pernikahan, penyambutan tamu dan peresmian acara. Menjadi, ajang pertunjukan festival (pertandingan) yaitu festival Gordang Sambilan Universitas Sumatera Utara yang diadakan oleh Lembaga kesenian Universitas Sumatera Utara.

Ajang tersebut merupakan salah satu ajang festival Gordang Sambilan yang pernah ada di Kota Medan.38

37 Hasil wawancara dengan Bapak Landong Parinduri pada tanggal 22 Agustus 2021 Pukul 14:00 Wib.

38 Hasil wawancara dengan ompung Syamsul Bahri Lubis pada tanggal 20 Agustus 2021 Pukul 14:00 Wib.

50

Gambar 3, 6: Foto Pemain GordangSambilan Paratan Namalos Ketika Menjadi Juara Satu Festival Gordang Sambilan Universitas Sumatera Utara Yang Diadakan di

Pendopo USU Pada Tanggal 25 Oktober 2013 Sumber: Bapak Syamsul Bahri Lubis

3.5 Klasifikasi Gordang Sambilan

Dalam mengklasifikasikan Gordang Sambilan, penulis berpedoman pada pendapat Erich Moritz von Hornbostel dan Curt sachs yang mengklasifikasikan alat musik berdasarkan pendekatan akustikal yaitu pengklasifikasian alat musik berdasarkan sifat material penghasil bunyi pada alat musik. Pengklasifikasian tersebut dibagi menjadi lima bagian yaitu:

51

1. Idiophone adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari badan alat musik itu sendiri, umumnya alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul.

2. Membranophone adalah alat musik yang penghasil bunyinya berasal dari membrane atau selaput kulit yang terdapat pada sebuah instrument.

3. Chordhophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari sebuah tali atau senar

4. Electrophone adalah alat musik yang penghasil bunyinya berasal dari sinyal atau hasil dari isolasi sirkuit listrik.

5. Aerophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran udara

5. Aerophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran udara