• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS

B. Fiqih

5. Pemahaman Yang Baik Tentang Fiqih

Kewajiban pertama atas seseorang penuntut ilmu dan pemilik ilmu adalah agar ia mengarahkan tenaganya demi ilmu pengatahuan, sehingga ia dapat menguasai, mencermati dan mencernanya. Dalam ilmunya itu ia dapat beralih dari derajat ilmu kederjat faqih.

Belajar fiqih untuk diamalkan, bila berisi suruhan atau perintah harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Bukan hanya sekedar teori yang berarti ilmu untuk ilmu. Lebih ekstrim lagi kalau dikatakan llmu fiqih untuk diketahui, diamalkan, dan sekaligus menjadi pedoman atau pandanan hidup.56

Dengan makna fiqih yang dicita-citakan ini akan lebih spesifik atau khusus dibandingkan dengan makna ilmu karena fiqih secara lughawi adalah pemahaman yang telliti, kecerdasan dan pengertian yang baik. Makna seperti ini menuntut seorang Faqih untuk tidak berhenti pada bentuk lahiriyah suatu hal. Namun dia harus menyelami ketujuan-tujuan agama jangan sampai tenggelam pada perkatan-perkataan pasrah yang membuat ia melupakan perkara universal.

Al-Qur’an memerintahkan kepada kita untuk bertafakuh dalam masalah agama, bukan hanya sebatas belajar, sebagaimana firman Allah dalam Surat At-Taubah Ayat 122:



55 Muhibbin Syah, Pskologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 205

56 Zakiyah Daradjad dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,… h. 85

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

Tingkatan pertama dari makna Faqih beralihnya seorang penuntut ilmu riwayat (periwatan) kedirayah (pemahaman) dan dari hafalan kepada pemahaman. Maka ia akan dapat memahami maksud pesan Allah SWT dan RasulNya dan bertanya sehingga ia paham menjadi Faqih.

“Seorang ulama salaf pernah berkata, ilmu pengetahuan tidak dihasilkan dengan periwayatan yang banyak tetapi ilmu pengetahuan adalah cahaya Allah lemparkan kedalam hati sanubari”

Orang yang memiliki ilmu akan tetapi tidak Faqih dan tidak paham dengan rasa-rasa ilmu yang dimilikinya, maka ia diibaratkan seekor keledai yang membwa lembaran-lembaran buku berharga namun keledai-keleai tidak mengetahui isi buku tersebut.

Hasan Albasri berkata, seseorang yang beramal tanpa ilmu pengetahuan, laksana seorang yang berjalan tanpa petunjuk. Dan seseorang yang beramal tanpa ilmu pengetahuan, ia akan lebih banyak merusak dari pada kebaikan. Carilah ilmu tanpa harus mengganggu ibadah dan cari ibadah tanpa mengganggu ilmu.

Oleh karena itu, mengutamakan ilmu pengetahuan adalah merupakan suatu kewajiban. Ilmulah yang menunjukkan kita kepada amal saleh, sebagai mana ilmu jualah yang menunjukkan kita pada keimanan. Ilmu merupakan petunjuk bagi keimanan, sebagaimana yang ditunjukkan Al-qur’an ketika Allah Ta’ala berfiman dalam surat Al-hajj Ayat 54:



“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus”.

Ilmu pengetahuan berkonsekuensi kepada keimanan dan keimanan bersekuensi kepada ketundukan dan kekhusyukan, laksana berkonsekuensinya pengaruh dengan yang dipengaruhi. Karena ilmu pengetahuan mendahului iman dan amal.

Tindakan kedua dari makna (pemahaman) yang kita inginkan dari seorang penuntut ilmu harus meningkatkan setapak dari taklid kepada orang lain ke ide pemikiran yang mandiri. Ia harus berfikir dengan otaknya sendiri, bukan dengan otak orang lain.

Karena Allah telah menganugrahkan akal untuk berfikir dan bertadabur (menghayati), bukan dibekukan dan dinonaktifkan.57

Adapun yang menjadi kewajiban atas seseorang muslim adalah agar ia mencari dan mengenal kebenaran melalui argumen yang dapat diyakini akal dengan penuh kepuasan dan hati dapat tenang, agar ia menjadi tawanan argumen, bukan tawanan hawa nafsu dan taklid buta. Agar ia dapat membebaskan akalnya dari penghambaan kepada orang lain.

Bagi penuntut ilmu atau peserta didik, ilmu tidak hanya sekedar ditunut dan dipahami saja, akan tetapi pemahaman tersebut membawa pegaruh dalam pelaksanaan atau aplikasi dari ilmu tersebut. Pemahaman pembelajaran agama terutama tentang fiqih sangat mempengaruhi pelaksanaan.

57Yusuf Qardhali, Fiqih Praktis Bagi Kehidupan Mederen, (Jakara: Gema Insani press, 2002), h. 226-228

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field reseach) yang bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan kejadian yang terjadi di lapangan atau penelitian yang menggambarkan, menuturkan dan menafsirkan fenomena yang berkembang pada masa sekarang.58 Penelitian yang dilakukan di MAN 2 Bukittinggi tentang apa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar fiqih kelas XI Jurusan IPS.

Penulis melakukan penelitian lapangan dengan jenis penelitian kualitatif melalui cara menggambarkan secara sistematis, fakta dan akurat mengenai fakta-fakta di lapangan serta menganalisis sesuai dengan teori yang ada.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di MAN 2 Bukittinggi yaitu di Panganak Jl. Panorama Baru. Adapun alasan penulis mengambil lokasi ini karena penulis menemukan permasalahan yang perlu untuk dibahas dan perlu penyesuaian secara ilmiah.

C. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi latar penelitian. Jadi ia mempunyai kewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian, walaaupun hanya bersifat informan dengan kebaikan dan kesukarelaannya ia dapat memberikan pandangan dengan nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaan latar penelitian setempat.59

58 Salafiah Faisal, Metodologi Pendidikan, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1982), h. 22

59 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 310

Yang menjadi informan kunci pada penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan IPS MAN 2 Bukittingi, Sedangkan yang menjadi informan pendukung adalah guru mata pelajaran fiqih.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap dan tepat, dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.60

Observasi yang penulis lakukan adalah observasi secara langsung yaitu pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek yang diselidiki.61

Sebagai alat pengumpulan data observasi langsung memberikan sumbangan yang sangat penting sekali dalam penelitian deskriptif. Jenis penelitian tertentu dapat diperoleh melalui pengamatan langsung oleh peneliti.62

Untuk mencari data, observasi ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar fiqih di MAN 2 Bukittinggi yaitu di Panganak Jl. Panorama Baru.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data dengan mengadakan hubungan langsung bertemu muka dengan informan atau sebagai salah satu teknik

60 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 158

61 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,…. h. 158-159

62 Sanafiyah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 2004), h. 204

pengumpulan data dan pencatatan data, informasi atau pendapat yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab baik langsung maupun tidak langsung.63

Yang akan penulis wawancarai adalah siswa MAN 2 Bukitttinggi dan guru mata pelajaran fiqih dan pertanyaan yang diajukan berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar fiqih di MAN 2 Bukittinggi. Agar tidak menyimpang dari tujuan wawancara, penulis menggunakan pedoman wawancara sebagai panduan dan menggunakan teknik snowball sampling, yaitu wawancara berdasarkan petunjuk pertama, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung, pewawancara mengarahkan yang diwawancara, bila informan menyimpang. Pedoman wawancara berfungsi sebagai pengendali, agar wawancara tidak kehilangan arah.

E. Teknik Pengolahan Data

Dalam mengolah data ada tiga alur kegiatan yang dapat dilakukan, hal ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman dalam buku Sugiono yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses penyeleksian, penyederhanaan, dan pengabtrakan dan pemindahan data yang diperoleh dari catatan lapangan sebagai wahana perangkum data. Langkah ini penulis lakukan dengan cara memeriksa dan menganalisis seluruh data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Setelah diperiksa dilakukan penyeleksian dan penyederhanaan data sesuai dengan data yang dibutuhkan sesuai fokus penelitian.

b. Display Data

Display data merupakan penyajian data dengan cara menampilkan informasi yng didapatkan melalui kegiatan reduksi, kemudian informasi yang diperoleh baik melalui

63 Joko Subagyo, Metodologi Penelitian dalam Studi dan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 39

observasi dan wawancara dihimpun dan dikelompokkan berdasarkan fokus masalah yang penulis teliti.

c. Verivikasi Data

Verivikasi merupakan suatu proses penarikan kesimpulan dan pembuktian kebenaran suatu penelitian.64

F. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi.

2. Reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi. Abstraksi merupkan usaha membuat rangkuman yaitu inti, proses dan pertanyaaan-pertanyaan yang harus dijaga, sehingga tetap berada didalamnya, yang selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan.

3. Satuan-satuan itu kemudian dikategorikan, dilakukan sambil membuat pengkodingan, koding adalah pengklasifikasian atau pengelompokan jawaban responden.65

G. Triangulasi Data

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lain.66

64 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung:

Alfabeta, 2009), cet Ke-8, h. 337

65 Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 144

66 Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 178

Triangulasi dengan sumber lain berarti membandingkan dan mencek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperlukan melalui waktu dan alat yang berada dalam metode kulitatif. Hal ini dapatdicapai dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

Triangulasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah membandingkan data atau informasi hasil pengamatan atau observasi dengan hasil wawancara.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Fiqih Siswa MAN 2 Bukittinggi

Pada bab ini dikemukakan hasil penelitian yang penulis lakukan terkait dengan gambaran Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Fiqih Di MAN 2 Bukittinggi.

Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang bersumber dari informan, baik informan kunci maupun informan pendukung yang berada di MAN 2 Bukittinggi. Informan yang terlibat di antaranya adalah siswa kelas XI jurusan IPS MAN 2 Bukittingi, kemudian yang menjadi informan pendukung adalah guru mata pelajaran fiqih.

Dari sekumpulan informasi yang diperoleh dari observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Fiqih di MAN 2 Bukittinggi. Dalam berlangsungnya proses belajar seseorang dapat mencapai kecakapan, pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, sikap tertentu dan sebagainya.

Mengatur kondisi yang bagus untuk siswa akan dapat mendorong mereka dalam belajar. Mengusahakan agar siswa selalu bersikap positif terhadap mata pelajaran, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, di antaranya faktor-faktor tersebut adalah:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi sikap siswa dari dalam diri siswa itu sendiri atau individu peserta didik tersebut, yang meliputi:

a) Faktor fisiologis

Kesehatan siswa berpengaruh terhadap proses belajar, jika siswa sakit akan mengganggu dalam belajar, seperti cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badanya lemah, kurang darah dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang mengatakan bahwa “kurang bersemangat dalam belajar fiqih di sebabkan karena kondisi badannya kurang sehat dan akibatnya tidak fokus saat belajar”67 kemudian berdasarkan observasi yang penulis lihat bahwa “siswa kurang bersemangat dalam belajar, ada yang tertidur dan kelihatan bahwa kondisi mereka itu kurang sehat seperti wajahnya pucat dan matanya memerah.”

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi psikis, jiwa atau rohani individu, faktor ini terdiri dari:

1) Intelegensi (kecerdasan)

Intelegensi adalah kecerdasan dan kecakapan, intelegensi ini besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu siswa mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya, karena belajar itu banyak faktor yang mempengaruhinya.

67 Muhammad Rifqi, Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Mei 2015.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru Fiqih yang mengatakan bahwa “untuk mengetahui intelegensi siswa di bidang Fiqih dengan cara memberikan ulangan harian di bidang Fiqih, akan tetapi masih banyak siswa yang nilai Fiqih rendah”68 Kemudian berdasarkan observasi yang penulis temui bahwa

“banyak nilai siswa yang tidak tuntas dan diberikan remedial karna nilai mereka tidak mencapai KKM.

”Setelah itu penulis juga melakukan wawancara dengan siswa mereka mengatakan bahwa “tidak mampu mengusai semua materi fiqih sehingga ketika ulangan tidak bisa menjawab semua soal yang diberikan.”69

2) Sikap

Sikap merupakan kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap sesuatu baik positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan oleh gurunya merupakan pertanda awal yang baik dalam proses belajar begitu juga sebaiknya.

Dalam hal ini sikap tidak begitu berpengaruh terhadap hasil belajar karena sebagian besar siswa menghargai dan menghormati gurunya dalam belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang mengatakan bahwa “siswa menghargai guru dalam belajar fiqih dan siswa dalam belajar dengan guru-guru lain juga menghargai dan menghormatinya”70

3) Bakat

68 Ujang Saputra, Guru Fiqih Madrasah Aliyah Negeri 2 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Mei 2015.

69 Ahmad Sogir, Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Mei 2015.

70 Elfina Rosalia, Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Mei 2015.

Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang mengatakan bahwa

“siswa kurang berbakat dalam belajar fiqih, dapat dilihat bahwa dalam belajar fiqih masih banyak siswa tidak mengerjakan tugas di rumah yang diberikan oleh gurunya”71 kemudian penulis juga melakukan wawancara dengan siswa yang lain yang mengatakan bahwa “terkadang materi fiqih sulit sehingga siswa malas dan kurang bersemangat”72

4) Minat

Minat merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang dipahami dan dipakai orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar bidang-bidang tertentu. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan siswa yang mengatakan bahwa “mereka tidak membaca buku fiqih sebelum belajar, mereka hanya membaca ketika mau ujian saja”73 dan penulis juga melakukan wawancara dengan siswa yang lain yang mengatakan bahwa “minat dalam belajar fiqihnya kurang, karena ketika belajar mereka jarang bertanya”74

5) Motivasi

71 Helma, Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Mei 2015.

72 Niko Saputra, Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Mei 2015.

73 Efrina Rosalia, Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Mei 2015.

74 Ahmad Sogir, Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Mei 2015.

Motivasi merupakan dorongan yang ada dalam diri seseorang ataupun dari luar diri untuk berbuat sesuatu. Dorongan ini terbagi atas dua, yaitu dorongan yang berasal dari dalam dikenal dengan motivasi instrinsik, dorongan yang diluar dikenal dengan nama motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik siswa dalam belajar misalnya: perasaan menyenangi mata pelajaran, keinginan yang kuat dari siswa untuk mempelajari dan menyukai suatu materi pelajaran. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang berasal dari luar diri siswa, misalnya: pujian atau hadiah yang diberikan oleh guru atau orang tua mereka.

Kekurangan motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik akan menyebabkan siswa kurang bersemangat untuk melakukan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah, dan ini sangat berdampak pada pencapaian hasil belajar yang kurang memuaskan. Begitu juga dalam belajar fiqih seorang siswa harus diberi motivasi agar bersemangat untuk belajar fiqih.

Untuk mengetahui motivasi siswa dalam belajar fiqih penulis telah melakukan wawancara dengan salah seorang siswa yang menyatakan bahwa:

“Saya suka mempelajari fiqih karena saya ingin mengetahui hal-hal apa yang dipelajari dalam belajar fiqih, serta apa yag harus diamalkan setelah belajar fiqih tapi saya kurang dorongan atau tidak ada support.”75

Berdasrkan observasi yang penulis lihat bahwa “siswa kurang termovasi untuk belajar fiqih, ini terlihat ketika nilai mereka rendah sikap mereka biasa saja tidak ada rasa salah dalam dirinya dan tidak berusaha untuk lebih giat lagi belajar.”

75 Muhammad Rifqi, Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Mei 2015.

Dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa guru dan orang tua mereka kurang sekali memberikan motivasi kepada mereka supaya lebih giat dalam belajar fiqih secara baik dan benar, ini terlihat kurangnya guru dan orang tua dalam memberikan pujian dan hadiah jika anaknya bisa belajar fiqih secara baik dan benar orangtua hanya menyuruh anaknya saja untuk belajar tidak mengajak untuk belajar hal ini disebabkan karena sebagian besar dari orang tua siswa bekerja sebagai petani dan pedagang hanya sedikit bekrja jadi guru itupun mengajar mata pelajaran umum .

Sebaiknya siswa dalam belajar harus memiliki motivasi yang tinggi supaya hasilnya memuaskan, motivasi ini juga perlu diberikan oleh guru dan orang tua mereka karena keduanya sangat mendukung tercapainya hasil belajar mereka yang memuaskan.

6) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju pada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Perhatian ini sangat penting dalam proses pembelajaran, karena jika siswa tidak memperhatikan gurunya dalam menjelaskan materi, maka materi tersebut tidak bisa dipahami oleh siswa yang bersangkutan. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik seorang siswa harus memberi perhatian penuh terhadap bahan yang dipelajarinya.

Begitu juga dalam belajar fiqih siswa harus memperhatikan guru mereka dalam menerangkan bahan pelajaran, terutama yang terkait dengan hal-hal dalam permasalahan fiqih, karena jika siswa tidak memperhatikan guru dalam

menerangkan materi fiqih maka siswa tidak bisa belajar fiqih dengan baik dan benar.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan terhadap siswa MAN 2 Bukittinggi, penulis melihat bahwa “disaat guru menerangkan materi tentang fiqih, sebagian siswa ada yang memperhatikannya dan sebagian lainnya ada yang mengajak temannya berbicara dengan teman sebangkunya,” Hal ini didukung oleh hasil wawancara penulis dengan siswa tersebut, mereka mengatakan:

“Pada saat guru menerangkan materi tentang fiqih, saya ada memperhatikan karena kalau saya tidak memperhatian ditanya apa yang diterangkan oleh guru. Tetapi terkadang teman disebelah saya suka mengganggu, sehingga saya jadi tidak berkonsentrasi dan saya jadi tidak bisa mengerti tentang materi yang telah disampaikan oleh guru”76

Kemudian penulis juga mewawancarai siswa yang lainnya, dia mengatakan:

“Ketika guru menerangkan materi tentang fiqih saya selalu memperhatikan, tetapi saya sulit untuk paham dengan apa yang dijelaskan oleh guru saya, karena guru terlalu cepat dalam menjelaskannya setelah guru selesai menerangkan, saya lupa kembali tentang apa yang diterangkan oleh guru tadi”77

Dari hasil observasi dan wawancara penulis di atas dapat diketahui bahwa perhatian siswa ketika guru menerangkan materi fiqih masih kurang, ini terlihat dengan banyaknya perhatian siswa tersebut yang terbagi-bagi ketika guru menerangkan materi pelajaran. Perhatian siswa dalam proses belajar sangat diperlukan sekali karena jika siswa tidak memperhatikan bagaimana guru dalam menerangkan pelajaran maka pelajaran tersebut tidak bisa diterima oleh siswa

76 Fauzan Kurniawan, Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Mei 2015.

77 Muhammad Rifqi, Siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Bukittinggi, Wawancara Pribadi, Tanggal 25 Mei 2015.

dengan baik, dan pada akhirnya siswa tidak paham dengan apa yang dijelaskan oleh guru.

7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon, kesediaan timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan.

Dalam proses pembelajaran kesiapan ini sangat perlu diperhatikan, karena jika siswa belum siap untuk belajar maka hasilnya tidak akan memuaskan.

Seorang guru juga harus memiliki kesiapan dalam proses pembelajaran, guru harus mempersiapkan bahan dan materi yang akan diajarkan kepada siswanya, selain itu guru juga harus memperhatikan kesiapan siswa sebelum proses pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang telah penulis lakukan terhadap siswa MAN 2 Bukittinggi mengenai kesiapan mereka sebelum pembelajaran, penulis mengamati bahwa sebelum proses pembelajaran dimulai masih banyak siswa yang ribut, gelisah, terlambat masuk lokal, sedangkan guru mereka sudah memulai proses pembelajaran.

Setelah penulis observasi kemudian penulis mewawancarai guru fiqih, mengenai persiapan yang dilakukan sebelum proses pembelajaran, guru fiqih mengatakan:

“Sebelum pembelajaran di mulai saya selalu melihat kondisi siswa ini yang lupa membawa buku catatan, pena dan alat-alat belajar lainnya dan bagi siswa yang terlambat saya suruh menghafal ayat. Kemudian bahan pelajaran tentang fiqih siswa tidak lengkap pada hal sudah diberikan

“Sebelum pembelajaran di mulai saya selalu melihat kondisi siswa ini yang lupa membawa buku catatan, pena dan alat-alat belajar lainnya dan bagi siswa yang terlambat saya suruh menghafal ayat. Kemudian bahan pelajaran tentang fiqih siswa tidak lengkap pada hal sudah diberikan

Dokumen terkait