• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR FIQIH SISWA MAN 2 BUKITTINGGI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR FIQIH SISWA MAN 2 BUKITTINGGI SKRIPSI"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR FIQIH SISWA MAN 2 BUKITTINGGI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Oleh

RANDI ADRIAL PUTRA 2111.088

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

1436 H/ 2015 M

(2)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“………Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derjat………”

(Qur’an surat Almujadalah ayat 11 )

Ya Allah, terimakasih atas segala perlindungan dan petunjuk Mu Memberikan aku ketabahan dan kesempatan

Untuk meraih sekeping cita-cita Tapi, ini bukan akhir dari pengorbanan

Merupakan awal dari perjuangan Karena perjalananku masih panjang

And…….I am sure where there is a will, there is a way Walaupun cobaan dan rintangan silih berganti Derai air mata terkadang menyertai langkahku, kutetap tegar Sebab aku sadar langkah hari ini menentukan, kemana aku esok

Karena itu Aku tak takut dan ragu untuk Menapak masa depan dan meraih kesempatan Alhamdulillahirabbil’alamin berkat Rahmat Mu ya Allah

Akhirnya tercipta juga sebuah karya kecil ini Yang sebelumnya aku bayangkan sangat sulit

Namun semua itu telah berlalu Ku persembahkan karya kecilku ini

Buat ayahanda tercinta Nurjanali dan ibunda tersayang Aniatul Wasni Tetesan keringat, pengorbanan, doa dan kasih sayangmu Selalu menyertai tiap langkahku tuk menggapai cita-cita Dan terimakasih yang tak terhingga kupersembahkan

Kepada Uni Erna Wati Dan uda Efrimermon Yang tak bosan-bosannya Memberikan dorongan material dan spiritual

Untuk menghantarkanku hingga keujung studiku Buat ponakanku Angga, Widia, Lindo, Mica, Canda, Hadiska

Belajarlah yang rajin dan gapai cita-citamu yach. . . Teristimewa buat seseorang yang selalu menemaniku Selalu menyayangiku seseorang yang selalu pengertian Yang selalu memberi semangat (MERI ANDANI, S. Pd. I)

Semoga, apa yang kita inginkan semuanya tercapai Apa yang diharapkan dapat diraih dan hidup dalam kebahagiaan Terimakasih atas semuanya, dan apa yang kita dambakan dapat diraih

Amiiin . . .

(3)

Buat teman-temanku Jurusan PAI Angkatan 2011 yang telah di wisuda Terutama teman-teman lokal PAI C 4 tahun kita sama-sama berjuang

Canda tawa, yang mengukir banyak kenangan Demi mendapatkan gelar S.Pd. I

Dan tidak lupa kepada teman-teman team futsal KUMAYAN FC Zaka, Azid, Azwar (sanak), Zikra, serta semua rekan-rekanku

Yang tidak bisa disebutkan satu persatu Buat Saron, Aziz (kamang), Fadli, Lopi, Abdi dll Lanjutkan perjuaanganmu agar cepat menyusul (wisuda) Dan yang tak terlupakan teman-teman dan adik-adik COMS

(community mahasiswa solok) jangan menyerah Tanpa adanya kejujuran dan kasih sayang

Kebahagiaan takkan pernah kita raih Tanpa adanya ilmu pengetahuan Dunia akhirat takkan ternikmati Ya Allah, jangan Kau jadikan hamba merasa puas

Dengan setitik ilmu yang baru hamba dapatkan Dekaplah hamba dalam dekapan-Mu

Tunjukilah hamba jalan yang lurus

Iringilah setiap langkah hamba menuju jalan yang Engkau Ridhoi

Agustus 2015

BY : Randi Adrial Putra, S. Pd.I

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Randi Adrial Putra, Nim: 2111. 088 yang berjudul “Fakto-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Fiqih Siswa MAN 2 Bukittinggi” telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan ke sidang Munaqasah.

Demikianlah persetujuan ini diberikan untuk digunakan seperlunya.

Bukittinggi, Agustus 2015

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. H. Darul Ilmi, M.Pd Fauzan, M.Ag

NIP. 197007102001121004 NIP. 197501022005011008

(5)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi yang berjudul: “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Fiqih Siswa MAN 2 Bukittinggi” yang disusun oleh saudara RANDI ADRIAL PUTRA, NIM. 2111.

088 telah diuji dalam Sidang Munaqasah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Hari Senin tanggal 24 Agustus 2015, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Bukittinggi, 24 Agustus 2015 Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Pendi Hasibuan, M. Ag NIP. 19700406 200003 1 002

Fajriyani Arsya, M.A NIP. 19861212 201503 2 002 Anggota

Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc., M. Ag NIP. 19730510 200012 1 002

Dr. H. Darul Ilmi, M. Pd NIP. 19700710 2112 1 004

Dra. Rusyaida, M. Ag NIP. 19690609 199703 2 001

Fauzan M. Ag

NIP. 19750102 200501 1 008 Mengetahui,

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc., M. Ag NIP. 19730510 200012 1 002

(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : RANDI ADRIAL PUTRA

Nim : 2111. 088

Tempat/Tanggal Lahir : Sariak Alahan Tigo, 06- 06-1992

Fakultas/ Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi :“Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Fiqih Siswa MAN 2 Bukittinggi”

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) saya dengan judul di atas adalah benar asli karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka penulis bersedia diproses sesuai hukum yang berlaku dan gelar kesarjanaan penulis dicabut sampai batas waktu yang ditentukan.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, 6 Agustus 2015 Saya yang Menyatakan

RANDI ADRIAL PUTRA NIM. 2111. 088

(7)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا الله مسب

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya serta hidayah-Nya, yang telah memberikan kesabaran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, dalam bentuk skripsi ini yang berjudul: “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Fiqih Siswa MAN 2 Bukittinggi”

Shalawat dan salam penulis memohon kepada Allah SWT semoga disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah meninggalkan dua pedoman hidup sebagai petunjuk kepada jalan yang lurus, dan membawa umat manusia dari alam jahilliyah sampai zaman yang berilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Pada kesempatan ini, dari hati yang paling dalam, penulis ingin mengaturkan rasa terima kasih yang tulus kepada Ayahanda Nurjanali dan Ibunda Niatul Wasni, yang selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, dan juga Kakanda Erna Wati dan Efri Mermon yang memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu tiada kata yang penulis ucapkan selain terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida M. Hum Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang telah memberi fasilitas, sarana dan prasarana selama menimba ilmu pengetahuan.

2. Bapak Asyari S.Ag M. Hum, Novi Hendri M.Ag dan Ibu Dra. Hj. Nuraisyah, M.Ag Wakil Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

(8)

3. Bapak Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc. M. Ag Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

4. Bapak Fauzan M. Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

5. Bapak pimpinan perpustakaan serta karyawan dan karyawati perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis untuk meminjam buku.

6. Bapak Dr. H Darul Ilmi, M.Pd dan Bapak Fauzan, M.Ag selaku pembimbing I dan pembimbng II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

7. Bapak Dr. Wedra Aprison M.Pd selaku Penasehat Akademik yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

8. Bapak dan Ibuk dosen serta karyawan dan karyawati Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

9. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2011 yang telah banyak memberi masukan, kritikan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini

Terakhir penulis mendo’akan mudah-mudahan seluruh bentuk bantuan yang telah penulis terima dari semua pihak, dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda. Dan penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca semoga skripsi ini dapat menambah ilmu pembaca, dan akhirnya kepada Allah SWT dikembalikan segala urusan dan dipertanggungjawabkan.

(9)

Bukittinggi, Agustus 2015 Penulis,

RANDI ADRIAL PUTRA NIM. 2111. 088

(10)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSEMBAHAN

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI SURAT PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...iv

ABSTRAK ...vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...8

C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ...8

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...9

E. Penjelasan Judul ...9

F. Sistematik Penulisan...10

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Hasil Belajar...13

1. Pengertian hasil belajar...13

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar...19

3. Bentuk-bentuk hasil belajar...27

B. Fiqih ...30

1. Pengertian fiqih...30

2. Sumber-sumber ilmu fiqih...35

3. Tujuan dan kegunaan ilmu fiqih...35

4. Metode Pengajaran Fiqih...38

5. Pemahaman Yang Baik Tentang Fiqih...42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(11)

A. Jenis Penelitian...46

B. Lokasi Penelitian ...46

C. Informan Penelitian ...46

D. Teknik Pengumpulan Data ...47

E. Teknik Pengolahan Data ...49

F. Teknik Analisis Data...50

G. Triangulasi Data ...50

BAB IV HASIL PENELITIAN Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar fiqih siswa MAN 2 Bukittinggi 52 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...68

B. Saran ...69 DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

(12)

ABSTRAK

Skripsi ini atas nama Randi Adrial Putra, Nim. 2111. 088, judul skripsi: “Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Fiqih Siswa MAN 2 Bukittinggi. Maksud secara umum dari judul ini adalah menggambarkan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar fiqih siswa di MAN 2 Bukittinggi.

Fiqih merupakan suatu ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil tafsili. Tujuan pembelajaran fiqih adalah untuk mendidik siswa memahami dan mengerti tentang ilmu fiqih supaya ia bisa mengajarkan dengan baik. Di Madrasah Aliyah siswa mempelajari ilmu fiqih banyak yang mendapat nilai rendah yang terbukti dengan banyaknya remedial waktu ulangan harian. Berdasarkan hal ini penulis tertarik untuk membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar fiqih siswa MAN 2 Bukittinggi.

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan informan pendukung. Informan kunci adalah siswa kelas XI IPS MAN 2 Bukittinggi dan informan pendukung adalah guru fiqih. Dalam penelitian ini penulis menganalisis data melalui Data Reduction (reduksi data), artinya merangkum atau memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penulis untuk melekukan pengumpulan data selanjutnya. Untuk menjamin keabsahan data penulis menggunakan triangulasi data.

Berdasarkan hasil penelitian penulis di MAN 2 Bukittinggi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar fiqih siswa MAN 2 Bukittinggi ada dua faktor yaitu faktor internal yaitu fisiologis/kesehatan dan psikologis yaitu intelegensi, sikap, bakat, minat, motivasi, perhatian, serta kesiapan dan faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Akan tetapi yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar fiqih adalah faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri seseorang karena faktor eksternal merupakan faktor pendukung.

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam adalah agama yang paling sempurna dan universal, dimana seluruh ajarannya mengandung seluruh aspek kehidupan, antara lain, aspek aqidah, aspek ibadah, dan aspek muamalah. Aspek aqidah berkaitan dengan keyakinan manusia kepada Allah SWT, aspek ibadah berkaitan dengan masalah pengabdian manusia kepada Allah SWT selaku hamba yang telah menciptakanNya, sedangkan aspek muamalah adalah masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia.

Agama Islam bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits dijadikan sebagai landasan oleh umat Islam dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Terkandung pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam mengarungi kehidupan dunia fana dan menjadi jembatan untuk menempuh kehidupan akhirat.

Salah satu ajaran Islam itu adalah mewajibkan pada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena menurut ajaran Islam pendidikan itu merupakan suatu kebutuhan hidup manusia yang harus dipenuhi, demi tercapainya kesejahteraan dan kebahagiaan dunia akhirat.

Adapun ayat yang mengisyaratkan manusia untuk melaksanakan pendidikan adalah surat Al-

‘Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:



















































Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

(14)

Hal ini merupakan pertanda Allah menghendaki manusia untuk berilmu pengetahuan yang benar. Untuk itu manusia dituntut untuk membaca, menggali, meneliti, memahami dan melaksanakan kandungan Al- qur’an, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.

Dalam kehidupan manusia, mereka tidak bisa lepas dari ilmu pengetahuan.

Manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan untuk berilmu pengetahuan, yang karenanya juga mempunyai rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang didengar dan disaksikannya. Tanpa ilmu pengetahuan, manusia tidak bisa berbuat banyak dalam meningkatkan dan mengembangkan diri baik dari segi sosial kemasyarakatan maupun dari segi tingkat berfikir untuk menulusuri hidup dan kehidupannya sebagai makhluk Allah SWT.

Peranan pendidikan Islam merupakan salah satu manifestasi dan cita-cita Islam untuk melestarikan dan menanamkan dan mentransformasikan nilai-nilai Islam yang dicita-citakan dapat tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu.1

Mengembangkan ilmu pendidikan Islam merupakan suatu pekerjaan yang besar dan memerlukan kerja sama dengan berbagai pihak yang menginginkan adanya ilmu pendidikan yang relevan dan menampakkan diri sebagai kultural Islam. Untuk mencapai hal itu maka dibutuhkan usaha belajar, karena tanpa belajar pendidikan Islam tidak akan bisa berkembang.

Dari waktu kewaktu kebutuhan manusia cenderung mengalami peningkatan. Agar tidak terjadi kekacauan dan kesalahan di dalam kehidupannya, manusia tidak terlepas dari aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Pada prinsipnya, manusia terikat

1 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.11

(15)

dengan ajaran-ajaran yang mereka yakini. Dalam kaitanya dengan umat Islam, mereka terikat dengan peraturan-peraturan Allah yang harus ditaati dan dilaksanakan. Untuk mengetahui hal demikian itu, maka umat Islam diperintahkan Allah SWT untuk menuntut ilmu, salah satu ilmu pengetahuan itu adalah fiqih.

Secara etimologi kata fiqih berarti paham yang mendalam dengan mengarahkan potensi akal.2

Sedangkan secara terminologi berarti:

اكحلأ اب ملعلا م

ا هيع رشلا ستكملا ةيلمعل

ب ا اهتل دا نم ةيليصفتل

Artinya: “Ilmu tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil tafsili”3

Dari pegertian di atas fiqih ialah mengetahui hukum-hukum syara’ yang amaliah (mengenai perbuatan atau perilaku) dengan melalui dalil-dalilnya yang terperinci yang dihasilkan oleh pikiran serta ijtihat (penelitian) dan memerlukan wawasan serta perenungan.

Mempelajari fiqih sangat besar manfaatnya, oleh karena itu materi fiqih dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Dilihat dari kenyataannya sekarang, hal ini memang telah dilaksanakan sesuai dengan aturan tuntutan agama itu sendiri. Di Indonesia yang penduduknya mayoritas Islam, menjadikan materi fiqih sebagai bahan pelajaran disetiap jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan umum, materi fiqih terdapat dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

Untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan umat Islam adalah pembentukan lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.

2 Rusyaida dan Syafra, Fiqh Ibadah, (Bukittinggi: STAIN Bukittinggi, 2003), h. 6

3 Amir syrifuddin, Garis-garis Besar Fiqih (Jakara;Kalam Mulia, 1993), h. 5

(16)

Salah satu bentuk lembaga pendidikan Islam itu adalah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman. umum, lembaga pendidikan Islam menjadi panutan bagi masyarakat dalam ajaran Islam, begitu juga dengan MAN yang berada di Bukittinggi, karena lembaga ini secara umum lebih banyak memberikan materi keagamaan yang memiliki nilai-nilai luhur ajaran Islam.

Ketika proses belajar akan berlansung hal pertama yang harus diperhatikan adalah kesiapan belajar, karena tanpa adanya kesiapan belajar maka hasil belajar itu tidak akan bisa pernah tercapai. Kemakmuran dapat dicapai melalui proses belajar mengajar yang baik yang akan mengantarkan pada hasil yang maksimal dan dapat dikatakan bahwa ilmu tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya belajar.

Dalam proses pembelajaran harus berusaha mencapai hasil belajar yang memuaskan, untuk itu dibutuhkan kerja keras yang bersifat aktif dengan cara mempersiapkan diri sebelum dan sesudah proses belajar. Di samping itu, tenaga guru diharapkan mampu memahami latar belakang pendidikan siswa dan karakteristiknya, sehingga rencana program pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Jadi belajar mengajar harus menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses interaksi edukatif yang dinamis sehingga siswa sebagai objek belajar mampu mengembagkan potensi melalui belajar, dan tujuan yang telah ditetapkan bisa tercapai secara efektif, sedangkan dari segi hasil atau produk menekankan kepada tingkat penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bukittinggi menerima siswa dari berbagai macam tamatan setingkat SLTP. Ada yang berasal dari SMP, MTs, Pondok Pesantren

(17)

dan pendidikan lain yang sederajat. Walaupun MAN merupakan lembaga pendidikan keagamaan namun tidak menutup kemungkinan menerima siswa yang latar belakang pendidikan sebelumnya bersifat umum.

Penelitian ini penulis arahkan pada siswa Jurusan IPS karena jurusan ini walaupun nantinya tidak akan menjadi guru agama tapi sebagai siswa madrasah harus bisa memahaminya karena di MAN fiqih merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang harus dikuasai. Siswa Jurusan IPS pada umumnya juga berasal dari MTs, Pesantren atau sekolah agama lainnya. Semua mereka pada umumnya telah dibekali dengan pelajaran yang sama yaitu fiqih.

Dari hal ini dapat dilihat bahwa siswa Jurusan IPS sebenarnya telah memiliki dasar materi fiqih dan juga ia telah dibekali materi-materi agama yang sangat menunjang dalam pembelajaran fiqih baik itu bahasa Arab, Qur’an Hadits, Aqidah dan ilmu agama lainnya, sebagai acuan untuk lebih mendalaminya pada tingkat MAN.

Materi fiqih yang dipelajari di MAN sebagian besar telah mereka pelajari di tingkat MTs atau Pondok Pesantren. Bahkan mereka yang berasal dari SMP juga sudah dibekali dengan materi yang sama dalam pelajaran agama. Di MAN 2 Bukittinggi khusus untuk jurusan umum (IPA dan IPS) pelajaran fiqih satu kali pertemuan dalam seminggu yaitu selama dua jam pelajaran dengan alokasi waktu 2x45 menit sedangkan untuk jurusan PK (program keagamaan) pelajaran dua kali pertemuan ditambah dengan ushul fiqihnya. Seharusnya mereka lebih mudah menguasai materi pelajaran dengan baik tanpa menghafal ataupun membaca secara keseluruhan materi pelajaran fiqih ini karena sudah di ulang-ulang.

(18)

Namun kondisi yang penulis temui dilapangan, bahwa hasil belajar atau nilai fiqih siswa ternyata rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti ulangan harian memperoleh nilai di bawah KKM dan tidak lulus. Hal ini terlihat banyaknya siswa Jurusan IPS mengulang kembali atau remedial mata pelajaran fiqih pada pertemuan berikutnya. Dari ulangan harian pertama, kedua dan ujian mid semester bahkan sampai ujian semesterpun rata-rata tidak sampai 50% yang lulus KKM.

Dari hasil observasi yang penulis temui dilapangan berikut penulis paparkan hasil murni ujian semester fiqih jurusan IPS siswa MAN 2 Bukittinggi dengan KKM 75, IPS 1 jumlah siswa 25 orang yang tuntas hanya 1 orang sedangkan yang tidak tuntas 24 orang, IPS 2 jumlah siswa 24 orang yang tuntas hanya 3 orang sedangkan yang tidak tuntas 21 orang, dan IPS 3 jumlah siswa 24 orang yang tuntas 1 orang sedangkan yang tidak tuntas 23 orang.

Guru sudah melakukan bebagai cara supaya siswa jurusan IPS dapat menjawab soal ujian dengan baik yaitu salah satunya dengan cara memberikan bank soal fiqih sebanyak lebih kurang 200 butir soal 50 di antaranya masuk ujian ternyata masih banyak juga siswa jurusan IPS ini yang tidak tuntas atau tidak mencapai KKM pada hal soal ujian sudah di kasih tau oleh gurunya.

Kalau kita lihat, bahwa siswa Jurusan IPS itu sudah memiliki bekal sebelumnya tentang pengetahuan fiqih semasa MTs, atau Pondok Pesantren maka seharusnya hal yang semacam ini tidaklah menjadi hal yang sulit bagi mereka untuk memahami materi- materi yang diberikan guru di pembelajaran fiqih.

(19)

Hal ini menambah rasa keingintahuan penulis untuk membuktikan dan menemukan bagaimana hasil belajar fiqih siswa Jurusan IPS di MAN 2 Bukittinggi dan faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya hal tersebut.

Fenomena tersebut penulis termotivasi untuk meneliti lebih lanjut apa faktor- faktor penyebab rendah hasil belajar fiqih siswa jurusan IPS, yang mana akan penulis tuangkan dalam karya ilmiah “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Fiqih Siswa MAN 2 Bukittinggi”

B. Identifikasi Masalah

1. Hasil belajar fiqih siswa rendah

2. Motivasi siswa dalam belajar masih tergolong rendah

C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Agar lebih terarahnya penulisan skripsi ini, perlu dibatasi ruang lingkup permasalahanya pada faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar fiqih siswa MAN 2 Bukitinggi.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas penulis merumuskan masalah yaitu, “Apa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar fiqih siswa MAN 2 Bukittinggi”.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

(20)

Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar fiqih siswa MAN 2 Bukitinggi.

2. Kegunaan Penelitian

a. Untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana program strata satu (SI) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah di IAIN Bukittinggi.

b. Untuk menambah wawasan penulis terhadap pendidikan umumnya dan tentang nilai dan presasi belajar.

c. Sebagai tambahan literatur bagi pembaca untuk memperluas wawasan tentang pendidikan.

E. Penjelasan Judul

Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis merasa perlu menjelaskan beberapa istilah:

Faktor-faktor : Hal (keadaan, peristiwa) yang menyebabkan

(mempengaruhi) terjadinya sesuatu.4 Yang penulis maksud disini adalah faktor apa yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa MAN 2 Bukittingi.

Mempengaruhi : Berasal dari kata pengaruh yang artinya daya yang ada

atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.5

Hasil Belajar : Suatu yang diadakan (dibuat atau dijadikan) oleh usaha.6 Aktifitas belajar yang diperoleh berupa kesan-kesan yang

4Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Pustaka Setia.1994), h. 273

5 Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta Balai Pustaka, 1993) , h. 447

(21)

mengakibatkan terjadinya perubahan dalam diri individu sebagai hasil belajar dan aktivitas siswa. Yang penulis maksud adalah rendahnya hasil belajar siswa MAN 2 Bukittinggi.

Fiqih : Sebuah mata pelajaran agama, yaitu mengetahui hukum-hukum syara’yang bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil yang bersifat terperinci.7

Jadi yang penulis maksud dengan judul secara keseluruhan adalah hal-hal apa yang mempengruhi hasil belajar fiqih siswa di MAN 2 Bukitinggi.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih terarahnya penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan dan garis-garis besar dalam pembahasan, adapun sistematika penulisan dibagi kepada 5 bab , pada tiap-tiap bab dirinci kedalam beberapa sub bab yaitu:

Bab I pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul dan sisematika penulisan.

Bab II landasan teori yang terdiri dari pengertian hasil belajar, faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan bentuk-betuk hasil belajar, pengertian fiqih, sumber-sumber ilmu fiqih, tujuan dan kengunaan mempelajari ilmu fiqh, metode pengajaran fiqih dan pemahaman yang baik tentang fiqih.

Bab III metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik dan alat pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisa data.

6 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 343

7 Nasrun Haroen, Ushul Fiqih, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 3

(22)

Bab IV hasil penelitian yang terdiri dari faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar fiqh siswa MAN 2 Bukittinggi dan faktor eksternal yang mempengruhi hasil belajar siswa MAN 2 Bukittinggi.

Bab V penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Belajar merupakan syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam bidang ilmu pegetahuan maupun keterampilan atau kecakapan.

Istilah hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil dan belajar merupakan dua kata yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu, untuk memahami tentang hasil belajar secara utuh, berikut ini akan dikemukakan makna dan pengertian masing-masing kata ”hasil” dan “belajar”.

Hasil berarti suatu yang diadakan, dibuat atau dijadikan oleh usaha8 atau suatu kegiatan atau suatu yang merupakan atau suatu yang merupakan akibat atau kesudahan dari suatu aktivitas. Dalam istilah lain, hasil dikenal juga dengan ”prestasi”. Menurut Syaiful Bahri Djamarah prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara indiuvidual maupun secara kelompok.9

Sementara Tigor Pengaribuan menterjemahkan prestasi dengan apa yang telah diciptakan, hasil belajar, hasil gemilang yang diperoleh dengan kerja keras.10 Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Selain dari itu, Nasrun Harahap sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid

8 WJM Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1956), h. 348

9 Syaipul Bahri Djamarah, Prestasi Guru dan Kompetensi Guru, (Surabaya:Usaha Nasional, 1991), h.19

10 Tigor Pangaribuan, Kamus Populer Lengkap, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 109

(24)

(siswa) yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat didalam kurikulum.11

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa hasil merupakan sesuatu yang dilahirkan, dihasilkan, dibuat, diadakan, ditimbulkan oleh suatu usaha kegiatan yang dilakukan secara sadar dengan kerja keras untuk memperoleh hasil yang gemilang. Dengan kata lain hasil adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, penilaian, yang diperoleh denga kerja keras, baik secara individual maupun kelompok dalam kegiatan tertentu.

Adapun tentang belajar, maka banyak sekali definisi yang dikemukakan oleh literatur. Beberapa diantaranya akan dikemukakan dalam penulisan ini untuk mendekatkan pemahaman pengertian belajar.

Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar mendapatkan sejumlah kesan dan bahan yang telah dipelajari. Menurut pengertian psikologi, belajar merupakan proes perubahan didalam tingkah laku sebangai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup.12

Belajar merupakan sebuah proses dan merupakan unsur fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan itu amat tergantung pada proses belajar mengajar yang diikuti peserta didik, baik ketika berada disekolah maupun luar sekolah.

Menurut Jhon B Watson belajar pada dasarnya adalah pembentukan respon bersyarat berdasarkan pada urat syaraf, sedangkan menurut Margon belajar adalah suatu

11 Syaipul Bahri Djamarah, Prestasi Guru dan Kompetensi Guru,…h. 21

12 Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 21

(25)

perubahan relatif menetapkan tingkah laku yang terjadi dengan sengaja suatu hasil dari latihan atau pengalamam.13

Adapun menurut Mohamad Uzer Usman mengatakan belajar adalah suatu proses dimana ditimbulkan atau diubahnya suatu kegiatan karena mereaksi suatu keadaan.

Perubahan ini tidak disebabkan karena proses pertumbuhan atau keadaan organisme sementara (seperti kelelahan atau pengaruh obat-obatan). Sejalan dengan pendapat tersebut W.H Burton dalam kutipan M. Uzer Usman dan Lilis Setiawati bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkunganya.14

Pendapat Ahmad Mujakir dan Joko Suttrisno belajar key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tampa belajar yang sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses belajar selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan.15

Dari uraian di atas jelaslah bahwa belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Pendapat di atas jelaslah menyatakan bahwa belajar itu bertujuan untuk mengembangkan pribadi manusia bukan hanya sekedar mencerdaskan manusia belaka, namum menjadi manusia yang berkepribadian yang luhur itulah hakikat sebuah belajar.

Dalam mengembangkan kepribadian manusia seutuhnya itu melibatkan unsur-unsur cipta, rasa dan karsa.

13 M. Malin purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 64

14 (htt p:/ www. Geocctres.com / gurufalah / Penelitian 5 htm 1/ )

15 Abu Ahmad Muzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 31

(26)

Disamping defenisi di atas masih banyak defenisi-defenisi lain yang dikemukakan oleh para ahli tentang belajar, meskipun defenisi tersebut dirumuskan dalam redaksi yang berbeda-beda namun semuanya mempunyai maksud yang sama.

Penulis menyimpulkan bahwa belajar itu adalah “suatu usaha perbuatan yang dilakukan secara sungguh- sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental, dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya demikian juga dengan aspek kejiwaan seperti intelejensi, bakat, motivasi, minat dan sebangainya yang menuju kearah perubahan baik itu tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengtahuan, keterampilan dan menambah pengetahuan dalam berbagai ilmu”

Perubahan ini membuat manusia itu terbebas dari kemandekan fungsinya sebangai khalifah di bumi. Selain itu dengan kemampuan mengubah melalui belajar itu manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih dan memetapkan keputusan- keputusan penting untuk kehidupanya.

Perubahan yang terjadi dari belajar tersebut terwujud dalam hasil belajar. Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.16

Sedangkan menurut Syuaeb Kurdi dan Abdul Aziz, hasil belajar merupakan perubahan, peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran.17

Hasil belajar atau prestasi belajar yang diperoleh peserta didik merupakan pencerminan tingkat hasil belajarnya yang dicapai selama mengikuti proses pembelajaran

16 Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 1999) h. 22

17 http//Susianha, Pembelajaran Aktif Dengan Pratikum. (Akses 01-01-2009)

(27)

yang dapat dilihat dari nilainya. Nilai merupakan perumusan mengenai kemajuan atau hasil belajar peserta didik yang diberikan oleh guru selama tertentu.18

Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dicapai.

Prestasi belajar belajar mempunyai beberapa fungsi utama antara lain adalah sebagai berikut:

a. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebutkan hal ini merupakan keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia termasuk kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajaran.

c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

d. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari situasi institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator untuk meningkatkan produktivitas institusi pendidikan. Indikator eksteren dalam arti tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik dimasyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan masyarakat.

e. Pretasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap kecerdasan peserta didik.19

Jika dilihat dari fungsi prestasi belajar pesrta didik di atas, maka sangatlah pentingnya diketahui prestasi belajar peserta didik secara perorangan maupun secara kelompok. sebab fungsi perstasi belajar tidak hanya sebagai indikator kualitas institusi pendidikan.

Dengan demikian jelaslah bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang bisa mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam diri individu

18 Sumadi Suyaprata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1984), h. 328

19 Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional, Prinsip, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), h. 3-4

(28)

tentang perkembangan dan kemajuan peserta didik yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan pada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum terhadap kemampuan yang mereka miliki.

Muhibbin Syah mengatakan bahwa, pada prinsipnya hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik. Namun demikian pengungkapan perubahan tinngkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa sangat sulit.

Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan dosen dalam hal ini hanya dapat mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang diangngap penting dan diharapkan mencerminkan perbahan yang terjadi sebagai hasil belajar mahasiswa, baik berdimensi cipta, rasa, maupun karsa.20

Secara umum dapat disimpulkan bahwa setiap proses belajar yang dilalui akan senatiasa mengacu dan mengarah kepada suatu tujuan atau hasil karena belajar merupakan suatu aktivitas yang sadar akan tujuan dan hasil atau tujuan belajar itu sendiri.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil atau prestasi belajar yang akan dicapai tidak akan pernah terlepas dari adanya unsur atau faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriono bahwa prestasi atau hasil belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri (faktor internal), maupun faktor dari luar (faktor eksternal).21

20 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 213

21 Abu Ahmadi Muzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan,….. h.130

(29)

Sementara itu Muhibbin Syah menambah satu faktor lagi selain dua faktor sebelumnya yaitu faktor pendekatan belajar.22 Jadi secara global faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu, faktor internal, faktor eksternal, faktor pendekatan belajar.

Faktor yang berasal dari dalam diri (internal) meliputi faktor fisiologis (jasmani) dan fakor psikologis (rohani) dan faktor kematangan pisik maupun psikis. Sedangkan yang termasuk eksternal mencakup faktor sosial (keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok), faktor budaya ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungan spritual atau keagamaan.23

Berikut ini akan dijelaskan masing-masing dari faktor tersebut dalam pembahasan dibawah ini.

a. Faktor Internal

Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal atau ada dalam diri individu peserta didik yang mencakup:

1) Faktor fisiologis (yang bersifat jasmaniah) yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi umum fisik jasmani. Diantaranya faktor kesehatan, stuktur tubuh, penglihatan, pendengaran, cacat tubuh dan sebangainya.

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran, begitu juga dengan tingakat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan juga sangat mempengaruhi

22 Muhibbin syah, Psikologi Belajar,….. h.132

23 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Pendidikan,….. h. 130

(30)

kemampuan siswa dalam menyerapa informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan di kelas.

2) Faktor psikologis yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi psikis, jiwa atau rohani individu. Faktor- faktor psikologis tersebut seperti:

a) Intelegensi (kecerdasan) yaitu kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Tingkat kecerdasan sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi maka semakin besar peluang untuk meraih sukses.

Sebaliknya, semakin rendah kemampuan integensi maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh untuk sukses.

b) Sikap yaitu gejala internal yang dimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap sesuatu, baik positif maupun negatif.

c) Bakat yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

d) Minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang dipahami dan dipakai orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar bidang-bidang tertentu.

(31)

e) Motivasi yaitu keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya atau (energizer), untuk beringkah laku secara terarah. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: motivasi instrinsik dan ekstrinsik.

Motivasi instrinsik adalah, hal dan keadaan yang berasal dalam diri siswa sendiri yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi ekstrinsik adalah, hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk kegiatan belajar.24

f) perhatian siswa yang tinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek.

g) Kematangan yaitu, suatu tingkat dimana ia sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

h) Kesiapan yaitu, kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.25

Faktor psikologis baik yang besifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas:

a) Faktor intelektif yang meliputi:

1. faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

2. faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki

b) Faktor non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis26 b. Faktor eksternal

24 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,…h. 132-136

25 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 56-59

26 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar…h.138

(32)

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal ada dua aspek yaitu aspek lingkungan dan aspek instrumental.

Aspek lingkungan:

Yang termasuk kepada faktor lingkungan sosial adalah:

1) Lingkungan keluarga dan orang tua

Lingkungan keluarga dan orang tua ini akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa. Faktor keluarga ini seperti, cara orang tua mendidik anak, relasi antar keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Lingkungan sekolah.

Faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi hasil belajar siswa mencakup kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, metode mengajar, pelajaran dan waktu sekolah, standar belajar, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah, serta alat-alat pengajaran.

3) Lingkungan masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksteren yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena keberadaannya didalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk-bentuk kehidupan masyarakat.27

Yang termasuk faktor lingkungan non sosial adalah:

a) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, b) kesenian dan lain-lain.

27 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya,..h. 60-71

(33)

c) Faktor lingkungan fisik seperti, fasilitas rumah, fasilitas belajar.

d) Faktor lingkungan spritual dan keagamaan.

e) Studi time preferenci, yaitu faktor waktu yang disenangi untuk belajar.28

Aspek intrumental adalah alat-alat atau komponen yang digunakan sebagai penunjang dalam proses belajar mengajar. Menurut M Ngalim Purwanto yang termasuk instrumental ini adalah:

1) Kurikulum.

Sebagai suatu rencana kengiatan belajar bagi murid di sekolah atau suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai.29 Dalam kurikulum itu dicantumkan bahan pelajaran yang akan diajarkan saat berlangsungnya proses belajar mengajar dan juga dicantumkan tujuan yang akan dicapai setelah proses belajar mengajar nantinya.

2) Guru.

Semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik secara individual maupun klasikal disekolah atau diluar sekolah.30 Dimana guru sebagai pengajar yang memberikan materi pelajaran kepada siswanya dengan menggunakan metode yang sengaja dipilihnya. Dan siswa yang belajar menerima dan berusaha mengembangkan apa yang dipelajarinya itu sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Menurut M. Uzer Usman, guru merupakan profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa di lakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk mengajar.

28 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Pendidikan,.. h. 131

29Nana Syaahdih Sukmadinata, Pengmbangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung;PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 21

30 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Intekrasi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 32

(34)

Menurut Nana Sujdana, kemampuan guru yang banyak berhubungan dengan usaha peningkatan proses dan hasil belajar antara lain:

1) Merencanakan dan mempersiapkan program belajar mengajar. Kemampuan merencanakan dan mempersiapkan proses belajar mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar dan pemahaman mendalam tentang objek belajar dan situasi pengajaran. Makna dari perencanaan atau persiapan program pengajaran itu adalah suatu perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pengajaran berlangsung.31

2) Melakukan atau mengelola proses belajar mengajar. Merupakan tahap pelaksanaan dari apa yang telah direncanakan dan dipersiapkan sebelumnya.

Dalam melaksanakan proses belajar mengajar hendaknya persiapan mengajar yang dibuat itu dijadikan sebagai pedoman untuk mengembangkan pengetahuan.

3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar. Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan yang telah dicapai siswa.

4) Menguasai bahan pelajaran. Kemampuan menguasai bahan pelajaran sebagai integrasi dari proses belajar mengajar jangan dianggap sebagai pelengkap bagi profesi guru, tetapi merupakan hal yang sangat penting bagi guru, karena dengan menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan maka seorang guru dapat dengan mudah mentransfer pengetahuannya kepada siswa.

Dengan demikian, 4 kemampuan guru tersebut diharapkan dapat mengantarkan siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.

3) Sarana dan fasilitas.

31Nana Syahdih Sukmadinata, Pengmbangan Kurikulum Teori dan Praktek,.. h. 20

(35)

Semua benda bergerak maupun yang tidak bergerak yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung.32

4) Administrasi dan manajemen.

Administrasi dan manajemen secara umum diartikan sebagai pengaturan, pengelolaan dan kepengurusan. Administrasi ini mencangkup banyak hal diantaranya:

administrasi siswa, administrasi kurikulum dan administrasi guru. Apabila dalam pelaksanaan tersebut sesuai dengan tujuan intraksional yang telah ditetapkan maka akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa, begitu juga sebaliknya.33

c. Faktor Pendekatan Belajar

Di samping faktor-faktor internal dan eksternal yang telah dikemukakan terdahulu, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar tingkat sedang mungkin sekali berpeluang untuk meraih hasil belajar yang bermutu dari pada siswa yang menempuh pendekatan belajar rendah.34

Dari uraian yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa hasil atau prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak hal, baik yang bersifat internal maupun eksternal dan pendekatan belajar sebagaimana yang telah dijelaskan.

3. Bentuk-bentuk Hasil Belajar

32 Soeljipyo, Raflis Kosasi, Profesi keguruan, (Jakarta: Rineka cipta, 1999), h. 170

33 Suharsini Arikunto, Organisasi dan Admnistrasi pendidikan teknologi dan kejuruan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h. 31

34 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,…h. 138

(36)

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentanng nilai sesuatu. Pemberian keputusan tersebut dapat dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dan lain-lain. Hasil belajar sebagai objek evaluasi tidak hanya bidang kognitif saja tetapi juga bidang afektif dan psikomotor. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu:

a. Kognitif

Tipe-tipe prestasi belajar bidang kognitif mencakup:

1) Tipe prestasi belajar pembantuan hafalan.

Pengetahuan merupakan kemampuan untuk mengingat materi pelajaran yang sudah dipelajari dari faktor-faktor aspek ini merupakan hasil belajar yang paling rendah.

2) Tipe prestasi belajar pemahaman

Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat pengetahuan hafalan.

Pemahaman memerlukan kemampuan menatap dari suatu konsep. Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.35

3) Tipe prestasi belajar penerapan (aplikasi)

Aplikasi adalah kesanggupan penerapan, pengaprasi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi baru. Misalnya, memecahkan persoalan dengan menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dari suatu persoalan.

4) Tipe prestasi belajar analisis

35Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar,…h. 50-51

(37)

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan / hierarki. Analisis merupakan tipe hasil belajar yang komplit, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan pemahaman dan aplikasi. Analisis sangat diperlukan bagi para siswa sekolah menengah dan perguruan tinggi.36

5) Tipe prestasi belajar sintesis

Sintesis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekanan pada kesanggupan menguaraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, pada sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur-unsur atau menjadi suatu integritas.

6) Tipe hasil belajar evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikatakan yang paling tinggi dan terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan suatu nilai, mengenai baik tidaknya dengan menggunakan kriteria tertentu.

b. Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam

36 Tohrin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.

40

(38)

berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.

Sekalipun bahan pelajaran berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi bagian yang integral dari bahan tersebut, dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik.

c. Psikomotorik

Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan kemampuan atau keterampilan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap melanjutkan dari hasil belajar afektif yang tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku. Contoh-contoh hasil belajar afektif diatas dapat menjadi hasil belajar psikomotor manakala siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung di ranah afektif.

Hasil belajar efektif dan psikomotor ada yang tampak pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan ada pula yang baru tampak kemudian (setelah pengajaran diberikan) dalam praktek kehidupannya dilingkungan keluarga sekolah dan masyarakat.

B. Fiqih

1. Pengertian fiqih

Kata fiqih, secara etimologi berarti “paham yang mendalam” bila “paham” dapat digunakan untuk hal yang bersifat ilmiah. Maka “fiqih” berarti paham yang menyampaikan ilmu Zhahir kepada ilmu bathin. Karena itulah Al-tirmidzi menyebutkan

“fiqih tentang sesuatu” berarti mengetahui bathinnya sampai pada kedalamannya.37

37Amir Syarifuddin, Ushul fiqih, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 2

(39)

Kata fuqaha atau yang berakar kepada kata itu dalam Al-Qur’an disebutkan 20 ayat, 19 diantaranya memiliki arti tertentu dan kedalaman ilmu yang menyebabkan dapat diambil manfaatnya. Kata fiqih itu semuanya dalam bentuk kata kerja seperti dalam surat At-Taubah ayat 122













































Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

Dalam ayat lain juga disebutkan tentang hal ini yang berkaitan dengan fiqih yaitu:

ديري نم الله

ا ىف ههقفياريخ هب نيدل

Artinya “ Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah jadi orang baik di sisiNya niscaya diberikan kepadanya pemahaman (yang mendalam) dalam pengetahuan agama” 38

Dari ayat di atas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa fiqih itu berarti mengetahui, memahami, dan mendalami, ajaran agama secara keseluruhan.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa fiqhu atau paham tidak sama dengan

“ilmu” walaupun wazan (timbangan lafaznya sama), meskipun belum menjadi ilmu, paham adalah pikiran baik dari segi kesiapannya menangkap apa yang dituntut. Ilmu bukanlah dalam bentuk Dzanni.39

Secara terminologi (defenitif) ibnu subti dalam kitabnya Jama’ul al-jawani’ fiqh berarti:

38Dzajuli, Ilmu fiqih;Penggalian, Perkembangan,dan Penerapan hukum Islam, (Jakara: Kencana Persada Media Grup, 2006), h. 4

39Amir Syarifuddin, Ushul fiqih,… h. 3

(40)

اكحلأاب ملعلا ا م

ل رش يع ستكلما ةيلمعلا ه ب

نم ا ليصفتلا اهتلد هي

Artinya “Ilmu tentang hukum-hukum syar’i yanng bersifat amaliyah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil tafsili”40

Dalam definisi ini fiqih diibaratkan dengan ilmu karena fiqih itu semacam ilmu pengetahuan. Memang fiqih itu tidak sama dengan ilmu seperti disebutkan di atas karena fiqih itu bersifat Zhanni, karena ia adalah hasil apa yang dapat dicapai melalui ijtihadnya para mujtahid. Sedangkan ilmu itu melalui ijtihadnya para mujtahid dan ilmu itu mengandung arti suatu yang pasti atau Qath’i karenanya dalam defenisi ini ilmu digunakan juga fiqih.

Kata hukum dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa hal-hal yang berada di luar apa yang dimaksud dengan kata hukum seperti zat, tidaklah termasuk ke dalam pengertian fiqih. Bentuk jamak dan hukum adalah ahkam. Disebut dalam bentuk jamak, adalah untuk menjelaskan bahwa fiqih itu ilmu tentang seperangkat aturan yang disebut hukum.

Penggunaan kata syar’iyyah dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa fiqih itu menyangkut ketentuan yang bersifat syar’i yaitu sesuatu yang berasal dari kehendak Allah. Kata amaliah dalam defenisi ini menjelaskan bahwa fiqih itu menyangkut yang syar’i, yaitu sesuatu yang berasal dari kehendak Allah. Kata amaliah dalam defenisi di atas menjelaskan hanya fiqih itu hanya menyangkut tindak tanduk manusia yang bersifat lahiriah.

Penggunaan kata digali atau ditemukan mengandung arti bahwa fiqih itu adalah hasil penggalian, penemuan, penganalisaan dan penentuan ketetapan tentang hukum.

Fiqih itu adalah hasil penemuan mujtahid dalam hal-hal yang tidak dijelaskan oleh nash.

40 Amir syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kalam Mulia, 1993), h. 5

(41)

Kata tafsili dalam itu menjelaskan tentang dalil-dalil yang digunakan seseorang fiqih atau mujtahid dalam penggalian dan penemuannya. Karena itu ilmu yang diperoleh oleh orang awam dari seorang mujtahid yang terlepas dari dalil tidak termasuk kedalam pengertian fiqih.41

Dengan menganalisa definisi diatas dapat ditemukan hakikat dari fiqih yaitu:

a. Fiqih itu adalah ilmu tentang hukum Allah.

b. Yang dibicarakan adalah hal-hal yang bersifat amaliyah furu’iyh.

c. Pengatahuan tentang hukum Allah itu didasarkan kepada dalil tafsili.

d. Fiqih itu digali dan ditemukan melalui penalaran dan istidlal seorang mujtahid atau faqih.42

Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan fiqih itu adalah dugaan kuat yang dicapai seorang mujtahid dalam usahanya menemukan hukum Allah atau sekumpulan hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan yang diketahui melalui dalil-dalil yang terperinci dan dihasilkan dengan jalan ijtihad (penelitian).

Adapun yang menjadi dasar atau pendorong bagi umat Islam mempelajari ilmu fiqih ialah:

a. Untuk mencari kebiasan paham dan pengertian dari agama Islam

b. Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan kehidupan manusia.

c. Kaum muslimin hukum bertafaqquh artinya memperdalam ilmu pengetahan dalam hukum-hukum agama baik dalam bidang aqaid

dan akhlak maupun dalam bidang ibadat maupun muamalat.43

41Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih,... h. 3-4

42Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih,… h 5

(42)

Fiqih dalam Islam sangat penting sekali fungsinya karena ia menuntut manusia kepada kebaikan dan bertaqwa kepada Allah. Setiap saat manusia itu mencari atau mempelajari keutamaan fiqih, karena fiqih menunjukkan kita kepada sunnah Rasul serta memelihara manusia dari bahaya-bahaya dalam kehidupan. Seorang yang mengetahui dan mengamalkan fiqih akan dapat menjaga diri dari kecemaran dan lebih ditakuti dan disegani oleh musuhnya.

2. Sumber-sumber Ilmu fiqih

Sumber dalam artian disini adalah apa-apa yang dijadikan bahan rujukan bagi ulama dalam merumuskan fiqih. Kata sumber hanya dapat digunakan untuk Al-qur’an dan Sunnah, karena memang keduanya merupakan wadah yang dapat ditimba hukum syara’ tetapi tidak mungkin digunakan untuk ijma’ dan qiyas karena keduanya bukan wadah yang dapat ditimba dari norma hukum. Ijma’ dan Qiyas itu, keduanya adalah cara dalam menemukan hukum.

Namun yang menjadi sumber fiqih itu yang disepakati oleh para ulama ada empat yaitu Al- qur’an, sunnah, ijma’ dan qiyas. Dan ada sumber yang dipersoalhkan yaitu:

Istihsan, Al-maslahah Al-mursalah, Al-Istishab, ‘Uruf, Qaul sahabi, syariat umat sebelum Islam dan saat Al-zariah.44

3. Tujuan dan Kegunaan Ilmu Fiqih a. Tujuan

Tujuan akhir ilmu fiqih adalah untuk mencapai keridhoan Allah SWT, dengan melaksanakan syari’ah-Nya di muka bumi ini, sebagai pedoman hidup individual, hidup bekeluarga, maupun hidup bermasyarakat.

43 Nazar Bahry, Fiqh danUshul Fiqh, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 5

44 Amir Syarifiddin, Garis-garis Besar Fiqih,…h. 10-11

(43)

Agar hidup ini sesuai dengan Syari’ah, maka dalam kehidupan harus terlaksana nilai-nilai keadilan, kemaslahatan, mengandung rahmat dan hikmah.

Untuk itu Imam Al-Syatibi telah melakukan istisqra’ (penelitian) yang digali dari Al-qur’an maupun sunnah, yang menyimpulkan bahwa tujuan Hukum Islam di dunia ada lima hal, yang dikenal dengan Darul yaku Kamsah yaitu:45

1) Memelihara agama (Hifdz al-din). Yang dimaksud dengan agama disini adalah agama dalam arti sempit yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT, termasuk didalamnya aturan tentang syahadat, shalat, zakat, puasa, haji dan aturan lainnya yang meliputi hubungan dengan manusia dengan Allah SWT, dan larangan meninggalkannya.

2) Memelihara diri (Hifdz al-nafs). Termasuk di dalam bagian kedua ini, larangan membunuh diri sendiri dan membunuh orang lain, larangan menghina dan lain sebagainya, dan kewajiban menjaga diri.

3) Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifdz al-nas). Seperti auran-aturan tentang pernikahan,larangan perzinaan, dan lain-lain.

4) Memelihara harta (Hifdz al-mal). Termasuk bagian ini, kewajiban kasb al-halal, larangan mencuri, dan menghisap harta orang.

5) Memelihara akal (hifdz al-‘aql). Termasuk didalamnya larangan memimun minuman keras, dan kewajiban menuntut ilmu.

Muhammad Djafar menjelaskan tujuan yang dapat dicapai dari kajian fiqih adalah:

45Djazuli, Ilmu fiqih;Penggalian, Perkembangan,dan Penerapan hukum Islam,… h. 27-28

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan e-commerce yang dilakukan Lazada dengan adanya akuisisi oleh perusahaan e-commerce Alibaba diantaranya: dapat meningkatkan jumlah seller partner yang

4.1 The Use of Video as Instructional Media by Teacher in Teaching Speaking Error!.

Kegiatan melibatkan 15 peserta yang terdiri dari pengurus LPD dari 2 desa yakni desa Bonyoh dan Desa Bayung Gede serta beberapa kelihan banjar dinas.. Kegiatan ini

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Briket dengan campuran sabut kelapa dan arang tempurung kelapa lebih cepat dalam menghasilkan bara api dan juga memiliki waktu daya bakar yang lama Dari kajian mengenai pengertian