• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI

1.1 Pengertian Ijarah

Lafal al-ijarah dalam bahasa arab berarti upah, sewa, jasa atau imbalan. Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan mu'amalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak atau menjual jasa kepada orang lain seperti menjadi buruh, kuli dan lain sebagainya.

Secara terminologi pengertian ijarah adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh para ulama di bawah ini :

1.1.1 Menurut Ulama Hanafiyah

Artinya : “Ijarah adalah akad kepemilikan manfaat yang Diketahui dan dengan dimaksud dari benda yang disewa dengan imbalan

1.1.2 Menurut Syafi’iyah

Artinya: “Ijarah akad atas manfaat yang diketahui untuk maksud tertentu serta menerima ganti yang dibolehkan sebagai

imbalan”.(Syafe’I 2001, 122) 1.1.3 Menurut Sayyiq Sabiq

Artinya: “Ijarah secara Syara’ ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian”. (Syafe’I 2001, 121)

1.1.4 Menurut Malikiyah

Artinya: “Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam

waktu tertentu dengan pengganti ( imbalan)”.( Suwendi 2000, 29)

1.1.5 Menurut Hasbi Ash-Sidiqie

Artinya: “Akad yang objeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama

dengan menjual manfaat”.

1.1.6 Menurut Fatwa Dewan Syari'ah Nasional definisi ijarah adalah :" Ijarah adalah akad memindahkan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri." (Fatwa DSN 2001, 55)

Beberapa pendapat ulama dan mazhab di atas tidak ditemukan perbedaan yang mendasar tentang definisi ijarah, tetapi dapat dipahami ada yang mempertegas dan memperjelas tentang pengambilan manfaat terhadap benda atau jasa sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dan adanya imbalan atau upah serta tanpa adanya pemindahan kepemilikan.

Kalau diperhatikan secara mendalam definisi yang dikemukakan olah para ulama mazhab di atas maka dapat dipahami bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam ijarah antara lain :

1. Adanya suatu akad persetujuan antara kedua belah pihak yang ditandai dengan adanya ijab dan kabul

2. Adanya imbalan tertentu, misalnya harga sewa sebuah mobil 3. Mengambil manfaat, misalnya mengupah seorang buruh untuk

bekerja.

Beberapa pendapat ulama dan mazhab di atas tentang pengertian ijarah, maka penulis dapat memahami ijarah menurut bahasa adalah : pengambilan manfaat atas benda atau jasa dengan adanya imbalan atau upah, sedangkan menurut istilah dapat dipahami ijarah adalah akad atau transaksi yang bertujuan mengambil manfaat atas suatu barang atau jasa

tanpa mengurangi materi benda tersebut dan benda tersebut boleh dimanfaatkan dalam jangka waktu tertentu (sesuai dengan kesepakatan) dengan adanya uang imbalan atau sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan terhadap benda tersebut.

Berbagai macam pendapat Ulama di atas maka dapat disimpulkan bahwa Kontrak sewa merupakan bagian dari ijarah. Karena kontrak sewa merupakan suatu akad untuk melakukan sesuatu. Baik secara tertulis maupun lisan, dan mereka yang mengadakan perjanjian itu masing-masing sepakat untuk mentaati isi persetujuan yang telah dibuat bersama. Dengan kata lain kontrak sewa merupakan juga perjanjian kerja. Dan dalam perjanjian kerja ini apa yang termasuk dalam perjanjian kerja semuanya merupakan konsep dari ijarah.

Perjanjian kerja ini sangat dibutuhkan karena melalui sebuah perjanjianlah yang akan mengikat diri antara seseorang dengan orang lain. Dalam kontrak sewa untuk melakukan jasa-jasa tertentu salah satu pihak menghendaki agar dari pihak lainnya melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan pihak yang menghendaki tersebut bersedia memberi upah, biasanya orang yang melakukan suatu pekerjaan tersebut adalah orang yang ahli misalnya, Notaris. Lazimnya pihak yang melakukan pekerjaan ini sudah menentukan tarif untuk suatu pekerjaan yang akan dilakukannya tersebut.

Dalam kontrak sewa adanya persetujuan untuk melakukan sesuatu." Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu orang atau lebih". (Soimin 1994,1)

1.2Dasar Hukum Ijarah 1.2.1 Landasan Al-Quran

Para ulama fiqh mengatakan yang menjadi dasar kebolehan akad ijarah adalah berdasarkan Al-Quran, Sunnah dan Ijma’.

….

...

:

Artinya : “Apabila wanita-wanita itu menyusukan anakmu, maka berikanlah upahnya”. (Departemen Agama RI 2001, 310)

1.2.1.2 Surat Al-Baqarah ayat 233 :

...

:

Artinya : “….Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah

bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

(Depertemen Agama RI 2001, 29)

1.2.1.3 Surat Az-Zukhruf ayat 32 :

)

Artinya : “Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik

dari apa yang mereka kumpulkan”. (Departemen agama RI 2001, 392)

:

-Artinya : “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: wahai bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". Berkatalah dia (Syuaib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah satu putriku ini, atas dasar kamu bekerja denganku delapan tahun, dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak ingin memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik".(Deprtemen Agama RI 2001, 310)

1.2.2 Landasan Sunnah

Para ulama mengemukakan alasan kebolehan ijarah salah satunya terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim. Sebagai berikut :

:

Artinya : “ Hadits dari Musdad akhbarana Yazid Ibn Jurai’

Khalid dari Ikrimah dari Ibnu Abbas berkata bahwa Nabi SAW pernah mengupah seorang tukang bekam kemudian

membayar upahnya”. (H.R Bukhari)

1.2.3 Landasan Ijma’

Mengenai kebolehan ijarah para ulama sepakat. Tidak ada seorangpun ulama yang membantah kesepakatan (Ijma’) ini sekalipun ada beberapa orang di antara mereka yang berbeda pendapat akan tetapi itu tidak dianggap. (Sabiq 1987, 11)

Dokumen terkait