• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROSEDUR BERDIRINYA PERUSAHAAN PENANAMAN

A. Pengertian Joint Venture pada Perusahaan Penanaman

Bentuk kerjasama yang dikenal dalam Undang-Undang Penanaman Modal Asing Berdasarkan Klasifikasi dan/atau alasan-alasan tertentu, baik politik maupun ekonomi dapat dibagi 3 yaitu:63

1. Kerjasama dalam bentuk joint venture. Dalam hal ini para pihak tidak membentuk suatu badan hukum yang baru.

2. Kerjasama dalam bentuk joint enterprise. Di sini para pihak bersama-sama dengan modalnya membentuk badan hukum baru yaitu badan hukum Indonesia. 3. Kerjasama dalam bentuk kontrak karya, serupa dengan perjanjian kerjasama

dalam bidang pertambangan dan gas bumi yang telah ada sebelum Undang Undang Penanaman Modal Asing (UUPMA) diundangkan. Dalam bentuk kerjasama tersebut, pihak asing membentuk badan hukum Indonesia. Badan hukum dengan modal asing inilah yang menjadi pihak pada perjanjian yang bersangkutan. Sedangkan pihak yang lainnya, adalah badan hukum dengan modal nasional, yakni sebagaimana pengertian modal nasional yang telah diberikan oleh memori penjelasan Undang Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing.

Didalam praktek bisnis, bentuk kerjasama telah berkembang dari bentuk- bentuk konvensional yang dikenal dalam UUPMA. Pemerintah juga dapat ikut serta dalam usaha patungan dalam rangka penanaman modal asing ini yaitu melalui perusahaan Negara.

Penetapan terhadap bentuk kerjasama usaha patungan antara modal asing dengan para pihak nasional dimaksudkan oleh pemerintah untuk memberikan perlindungan serta peranan atau partisipasi pihak swasta nasional dalam pelaksanaan penanaman modal asing di Indonesia. Hal ini adalah memberikan kesempatan pula

kepada perusahaan swasta nasional berskala kecil maupun dalam usaha koperasi untuk dapat ikut berpartisipasi di dalamnya melalui pemilikan saham terhadap penanaman modal asing yang telah melakukan aplikasi usahanya di Indonesia. Dengan demikian diharapkan akan menjadi perimbangan modal antar penanaman modal asing dengan penanaman modal dalam negeri yang dirasakan samapai sekarang ini belum seimbang dalam hal pelaksanaannya. Oleh Todung Mulya Lubis disebut tidak adanya suatu “domestic countervailing power (pembatasan kekuasaan pemodal dalam negeri)”, sehingga kerja sama yang dilakukan antara penanaman modal asing dengan modal nasional diibaratkan sebagai istri yang kesekian kalinya tidak mempunyaibargaining position(posisi tawar) untuk bertindak seimbang dalam hal penanaman modal di Indonesia.64

Pelaksanaan atau aplikasi penanaman modal khususnya penanaman modal asing di Indonesia tidak melalui suatu usaha kerjasama dengan modal nasional baik yang dilakukan perorangan maupun badan hukum secara yuridis telah jelas diatur didalam ketentuan Undang-undang penanaman Modal asing, bahwa baik terhadap modal, kekuasaan maupun pengambilan keputusan seluruhnya dilakukan sepenuhnya oleh pihak asing bilamana suatu perusahaan 100% modal sahamnya dimiliki oleh pihak asing. Lain halnya bilamana dilakukan atau dilaksanakan dalam suatu usaha kerjasama dalam pihak nasional, maka terdapat berbagai bentuk atau corak maupun

64

variasi kerjasama antara modal asing dengan modal nasional baik dalam wujud perimbangan modal, kekuasaan dan pengambilan keputusan.65

Dalam ketentuan umum Bab I Pasal 1 Undang-undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (UUPM) mendefiniskan Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.66

Adanya berbagai pengertian terhadap investasi asing diharapkan dapat membuka wawasan pemikiran, bahwa pengertian penanaman modal khususnya modal asing bukan hanya terdapat dalam Undang-Undang Penanaman Modal saja, sehingga pemahaman terhadap investasi asing beserta implikasinya dapat lebih dimengerti. Pengaturan investasi di Indonesia yang terdapat dalam Undang-Undang Penanaman Modal hanya membatasi ruang lingkup investasi secara langsung dan tidak termasuk investasi secara tidak langsung atau melalui investasi portofolio.67

Oleh karena Undang-undang Penanaman Modal hanya memberikan batasan pada investasi langsung dan tidak langsung investasi tidak langsung, maka yang memungkinkan perlindungan dalam status penanaman modal asing diberikan setiap kegiatan usaha yang di dalamnya terkandung aset asing. Pengertian berdasarkan aset atau transaksi bisa mengarah kepada perlindungan berdasarkan aset atau transaksi bisa mengarah kepada perlindungan terhadap semua transaksi modal yang dilakukan

65

Aminuddin Ilmar,Op. Cit., hal. 57

66

Pasal 1 Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007

orang asing, tidak terkecuali apakah transaksi tersebut bersifat jangka pendek atau spekulatif.68

Secara umum penanaman modal digolongkan dalam dua bentuk kegiatan investasi, yaitu investasi secara langsung (direct investment) dan investasi portofolio (portofolio investment). Investasi dilakukan secara langsung, dimana investor hadir secara fisik ke tempat tujuan investasi dengan membawa seluruh sumber daya yang dipergunakan, menjalankan usaha dan turut mengendalikan kegiataan investasi yang bersangkutan. Sedangkan investasi portofolio, dimana investor tidak perlu hadir secara fisik. Tujuan utama investor tidak untuk mendirikan perusahaan, melainkan hanya membeli saham atau surat berharga lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan melalui penjualan kembali saham atau surat berharga tersebut (capital gain).69

Pengertian yang dianut dalam Undang-Undang Penanaman Modal adalah definisi berdasarkan enterprised based definition karena lebih fokus pada investasi yang sifatnya jangka panjang. Investasi langsung dalam jangka panjang akan memungkinkan Negara-Negara berkembang mengambil manfaat yang lebih banyak tidak saja dari segi masuknya devisa, tetapi juga dari segi peningkatan produksi, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan

68

Mahmul Siregar, Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2005. Hal 386-387.

69

Budiman Ginting dan Mahmul Siregar, Pengantar Hukum Investasi (Penanaman Modal), Modul Perkuliahan, FH USU,2009.

penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen serta penyerapan tenaga kerja.70

Istilah joint venture agreement sengaja tidak diterjemahkan menjadi usaha patungan sebagaimana telah dikenal di Indonesia, hal tersebut bertujuan untuk tidak terjadi salah pengertian, karena usaha patungan sendiri dapat saja berbentuk joint venture, joint enterprise, kontrak karya, production sharing, penanaman modal dengan DICS-rupiah (Debt Investment Conversion schema), penanaman modal dengan kredit investasi danportofolio investment. Joint venture agreement atau biaa disebut perjanjian kerjasama patungan adalah suatu kontrak yang mengawali kerjasamajoint venture, kontrak ini menjadi dasar pembentukan atau pendirianjoint venture company.71

Secara umum yang menjadi isu hukum paling dalam joint venture agreement adalah tentang kepemilikan, struktur modal, kepengurusan, pemasaran, kebijakan keuangan, hak kekayaan intelektual, bantuan teknik dan pengetahuan serta jasa, penyelesaian sengketa, perubahan mitra dan cara-cara divestasi saham.72

Klausula joint venture agreement yang disepakati oleh para pihak menjadi kerangka penting untuk membentuk perusahaan patungan (joint venture company) sebagai wadah hukum menjalankan kesepakatan bisnis, sehingga kesepakatan

70

Ibid

71

Ridwan Khairandy, ‘Kompetensi Absolut Dalam Penyelesaian Sengketa Di perusahan Joint venture, Jurnal Hukum Bisnis, Vol 26, No. 4, Tahun 2007, hlm.43.

72

diantara para pihak didalam joint venture agreement yang harus dibuat sejelas mungkin dan serinci mungkin.

Joint venture agreement harus mencerminkan hubungan yang jelas diantara para pihak dan dapat menggambarkan pengembangan hubungan tersebut dimasa yang akan datang, sekurang-kurangnya meliputi tiga tahap penting, yaitu:73

1. Sebelum perusahaan patungan yang akan dibentuk, para pihak harus menetukan langka-langka yang harus diambil, baik langka informal maupun langka formal. 2. Penentuan kewajiban-kewajiban dan hak hak para pihak selama proses

pembentukan perusahaan gabungan(joint venture company).

3. Pada saat perusahaan baru dibentuk harus ditentukan hak dan kewajiaban para pihak didalam perusahaan tersebut hingga perusahaan berjalan dan berkembang dalam kondisi stabil.

Suatu kontrak dari sudut struktur dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu:74 1. bagian pertama terdiri dari judul kontrak, tanggal kontrak, para pihak dalam

kontrak, kata sepakat, tujuan dibuatnya kontrak (mengenai sesuatu hal) dan kemudian dimulai dengan Pasal 1 mengenai definisi. Adakala setelah para pihak, kontrak menyebutkan pula latar belakang dibuatnya suatu perjanjian tersebut tapi bukan suatu unsur uang mutlak untuk sahnya suatu perjanjian.

2. Bagian kedua, terdiri dari Pasal-Pasal yang isinya membedakan suatu kontrak dengan kontrak lainnya.

3. Bagian ketiga, terdiri dari Pasal-Pasal yang harus ada pada kontrak yang baik yaitu Pasal Pasal yang berkenaan dengan wanprestasi, pemberitahuan, ataupun peringatan pengakhiran perjanjian, ganti rugi, keadaan darurat, hukum yang berlaku, penyelesaian sengketa, bahasa, jangka waktu perjanjian, amandemen, dan keseluruhan perjanjian(the entire agreement).

Bentuk badan usaha bagi penanaman modal di Indonesia berdasarkan ketentuan Pasal 5 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah sebagai berikut:

73

Pierre Lalive, International Trade Center Incorporated joint Venture Model Agreement Geneva, UNCTAD/WTO, 2005, hlm 120.

74

1) Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbadan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2) Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.

3) Penanaman modal dalam negeri maupun asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilakukan dengan:

a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas. b. Membeli saham.

c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagaimanan yang telah dijabarkan dalam ketentuan diatas, maka badan usaha yang berstatus sebagai penanam modal asing bentuk Perseroan Terbatas (PT). Namun di dalam Undang-Undang Penanaman Modal tidak dijelaskan alasan harus berbentuk perseroan terbatas. Akan tetapi bila dicermati, hai ini berkaitan dengan eksistensi perseroan terbatas sebagai subjek yang mandiri. Artinya dapat menggugat dan digugat di pengadilan jika berkaitan dengan pranata hukum.75

Perseroan terbatas sebagai badan usaha yang berbadan hukum mempunyai ciri tersendiri jika dibandingakan dengan badan usaha lainnya yakni PT mempunyai kekayaan sendiri terlepas dari pemilik (pemengang sahamnya) dan berhak menuntut dan dituntut di pengadilan. Secara normatif, badan usaha yang berbentuk PT diatur dalam undang-undang tersendiri yakni Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Undang-Undang ini disebutkan bahwa PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian.

Pengelolaan perusahaan dan struktur manajemen yang harus dijalankan oleh joint venture company adalah suatu hal yang sangat penting untuk suksesnya joint

75

venture company. Ada 4 (empat) model manajemen untuk joint venture company yaitu:76

1) Modeltransplant,dimana perusahaan induk mencangkokkan rumus-rumus bisnis mereka dan praktek-praktek manajement mereka kepada joint venture company tersebut.

2) Model dominant parent, dimana gaya manajemen yang dominan berasal dari pemengang saham mayoritas dan bagian-bagian yang lebih rendah diberikan kepada pemengang saham minoritas;

3) Modelindependent roles, dimana masing-masing pemengang saham mempunyai penyertaan yang sama dalam manajement, dan sebagai akibatnya terdapat tangung jawab yang terpisah untuk fungsi-fungsi manajement tertentu.

4) Modelshared management, dimana manajemen pada tingkat puncak merupakan tugas-tugas bersama dengan tanggungjawab bersama terhadap perusahaan induknya masing-masing.

Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah pembaharuan payung hukum investasi di Indonesia yang telah ditetapkan sebagai undang-undang pada tanggal 29 maret 2007. Sebelumnya, undang-undang tersebut didahului oleh undang-undang penanaman modal lainnya, yaitu Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing jo Undang-Undang No. 11 Tahun 1970 tentang Perubahan Dan Tambahan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing serta Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.

UUPM telah mencabut semua ketentuan sebelumnya, namun ketentuan pelaksanaan dari Undang-Undang sebelumnya dinyatakan tetap berlaku sepanjang

76

Erman Radjagukguk,Hukum Investasi di Indonesia: Pokok Bahasan, Universitas Indonesia, Jakarta: FH UI, 2005, hlm. 153.

tidak bertentangan dengan dan belum diatur dengan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan UUPM. Ketentuan ini didasarkan oleh Pasal 38 ayat (1) UUPM.

Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal secara tidak langsung menyatakan bentuk kerjasama antara modal dalam negeri dengan modal asing dalam bentuk joint venture. Mengadakan joint venture agreement merupakan langkah awal dalam membentuk joint venture company. Di mana didalam joint venture agreement berisikan kesepakatan para pihak tentang kepemilikan modal, saham, peningkatan kepemilikan saham penyertaan, keuangan, kepengurusan, teknologi dan tenaga ahli, penyelesaian sengketa yang mungkin akan terjadi, dan berakhirnyajoint venture agreement.

Joint venture agreement yang merujuk kepada ketentuan umum hukum perjanjian yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). KUH perdata terutama Buku III mengenai perikatan yang erat kaitannya dengan joint venture agreement. KUH Perdata mengatur ketentuan dasar suatu perjanjian, yaitu Pasal 1313 mengenai arti perjanjian, Pasal 1320 mengenai persyaratan perjanjian, Pasal 1338 mengenai pemberlakuan sebuah perjanjian yang mengikat para pihak. Penanaman modal asing di Indonesia yang mensyaratkan adanya joint venture antara pemodal asing dengan pemodal nasional, membentuk suatu perjanjian yang disebut joint venture agreement, Pasal 1319 KUH Perdata menyatakan bahwa”

semua perjanjian baik yang mempunyai nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu.”

Buku III menjadi dasar hukum dalam mengadakan perikatan, termasuk perikatan antara pemodal asing maupun pemodal nasional dalam rangka penanaman modal di wilayah Republik Indonesia.

Pengusaha asing dan pengusaha lokal membentuk suatu perusahaan baru yang disebut joint venture company (Perusahaan Patungan) di mana mereka menjadi pemengang saham yang besarnya sesuai dengan kesepakatan bersaman.77 Lahirnya joint venture companyyang berbentuk badan hukum yakni perseroan terbatas, tunduk kepada hukum perusahaan dalam hal ini Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Undang-undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebenarnya tidak terdapat suatu ketentuan yang mewajibkan suatu perusahaan penanam modal asing mempunyai mitra lokal, dan tidak ada larangan atas keberadaan suatu perusahaan yang 100% (seratus persen) terdiri dari modal asing. Baru pada tahun 1974 setelah meluas peristiwa MALARI (malapetaka 15 Januari) telah dilakukan pembatasan terhadap penanaman modal asing. Ketika itu pemerintah menetapkan bahwa investor asing yang akan menanam modal di Indonesia harus berpatungan dengan perusahaan lokal atau perusahaan domestik.78

77

Erman Radjagukguk,Op. Cit. Hal. 117

78

AmrialHukum Bisnis Deregulasi dan Joint Venture di Indonesia Teori dan Praktek, Jakarta: Djambatan, 1996, hlm. 57.

Sebagai suatu referensi mengenai pembatasan pemilikan saham penanaman modal asing dapat dilihat dalam GBHN Tahun 1988, dimana secara eksplisit dinyatakan bahwa penanaman modal asing harus dilaksanakan dengan membentuk usaha patungan, atau untuk lebih jelasnya yaitu:

“Penanaman modal asing dilaksanakan dalam bentuk usaha patungan dan disertai dengan syarat menciptakan lapangan kerja, memungkinkan pengalihan ketrampilan dan teknologi kepada bangsa Indonesia”

Dalam kaitannya dengan hal diatas, ketentuan mengenai Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2001 jo Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1994 jo Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1993 jo Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1992.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2001 jo Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1994 dikatakan penanaman modal asing dapat dilakukan dalam bentuk:

1. Patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.

2. Langsung, dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh Warga Negara Asing dan/atau badan hukum asing

Bagian dari Pasal 2 ayat (1) ini untuk selanjutnya ditambah lagi dengan syarat yang terdapat pada Pasal 7 ayat (1) yaitu bahwa perusahaan yang didirikan dengan seluruh modalnya dimiliki olehinvestorasing ini, dalam jangka waktu 15 (lima belas)

tahun sejak produksi komersial haruslah menjual sebagian sahamnya kepada Warga Negara Indonesia melalui pemilikan langsung atau melalui pasar modal dalam negeri. Besarnya saham yang dijual adalah sesuai dengan kesepakatan para pihak terkait didasarkan pada prinsip kerjasama yang saling menguntungkan dan kelangsungan kegiatan usaha perusahaan dan/atau ketentuan pasar modal dalam Negeri.

Namun terdapat beberapa Pasal yang bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yag kedudukannya lebih tinggi serta pemilikan saham yang dirasa sangat merugikan Negara dan juga diperbolehkan permodalan asing ikut serta menguasai hajat hidup orang banyak yang seharusnya dikuasai oleh Negara yaitu dalam Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2001 jo Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1994, penanaman modal asing dapat menjangkau kegiatan-kegiatan usaha yang tergolong penting bagi Negara yang dapat menguasai hajat hidup orang banyak. Walaupun tidak dapat dikuasai oleh modal asing secara langsung (100% dikuasai) akan tetapi modal asing dapat menguasai maksimal 95% sedangkan 5% dikuasai oleh Negara atau swasta nasional. Sedangkan dalam peraturan sebelumnya, persentase modal milik Negara atau swasta nasional sebesar 60% saham dan modal asing hanya dapat menguasai modalnya sebesar 40% sehingga sebagian besar keuntungan perusahaan masih tetap masuk ke kas Negara.

Pasal 5 Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 menyebutkan:

Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan modal akibat penggabungan pengambilan, atau peleburan dalam perusahaan penanaman modal yang bergerak di bidang usaha yang sama, berlaku ketentuan sebagai berikut:

1. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan penanaman modal yang menerima penggabungan adalah sebagaimana yang tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut

2. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan penanam modal yang mengambil alih adalah sebagaimana tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.

3. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan baru hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan yang berlaku pada saat terbentuknya perusahaan baru hasil peleburan dimaksud.79

Untuk mengetahui besarnya tanggungjawab dalam arti hak dan kewajiban dari tiap peserta dalam hubungannya dengan perseroan terbatas, maka sebagai ukuran ditentukanlah besarnya pemilikan saham setiap peserta pemilik modal. Jadi, dengan modal yang disertakan, tanggung jawab pemengang saham atas hutang-hutang perseroan terbatas maksimal sampai jumlah nilai saham yang dimiliki.

Dokumen terkait