• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROSEDUR BERDIRINYA PERUSAHAAN PENANAMAN

B. Tata Cara Penanaman Modal di Indonesia

Bagi seorang investor yang akan menanamkan modal disuatu negara, perlu mengetahui bagaimana prosedur atau tata cara penanaman modal di negara tersebut. Di Indonesia, ketentuan untuk mengajukan permohonan modal, baik penanaman modal dalam negeri maupun asing dapat diklasifikasi dalam empat kelompok berikut ini.80

1. Permohonan penanaman modal baru

Merupakan permohonan persetujuan penanaman modal baik penanaman modal dalam rangka penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) serta fasilitasnya yang diajukan oleh calon penanaam modal untuk mendirikan dan menjalakan usaha baru.

2. Permohonan perluasanan penanaman modal

79

Pasal 5 Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 Tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal

Merupakan permohonan perluasan atau penambahan modal beserta fasilitasnya untuk menambah kapasitas terpasang yang disetujui dan atau menambah jenis- jenis produksi barang dan jasa.

3. Permohonan perubahan penanaman modal

Merupakan permohonan persetujuan atas perubahan-perubahan ketentuan- ketentuan penanaman modal yang telah diteteapkan dalam persetujuan penanaman modal sebelumnya.

4. Permohonan perpanjangan penanaman modal

Merupakan permohonan persetujuan atas perpanjangan izin penanaman modal yang telah ditetapkan dalam persetujuan penanaman modal sebelumnya.

Jenis jenis perizinan penanaman modal berdasarkan Pasal 13 ayat (2) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009 terdiri antara lain:81

1. Pendaftaran Penanaman Modal: disebut juga Pendaftaran merupakan bentuk persetujuan awal pemerintah sebagai dasar memulai rencana penanaman modal. 2. Izin prinsip Penanaman Modal : disebut juga izin prinsip, merupakan izin untuk

memulai kegiataan penanaman modal di bidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fisikal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fiskal.

3. Izin prinsip perluasan Penanaman Modal : disebut juga izin prinsip perluasan, merupakan izin untuk memulai rencana perluasan penanaman modal dibidang usaha yang dapat memperoleh fasilitas fisikal dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya memerlukan fasilitas fisikal.

4. Izin prinsip perubahaan Penanaman Modal : disebut juga izin prinsip perubahan, merupakan izin untuk melakukan perubahan atas ketentuan yang telah ditetapkan izin prinsip/izin prinsip perluasan sebelumnya.

5. Izin usaha : izin yang wajib dimiliki perusahaan untuk melakukan kegiataan produksi/operasi komersial baik produksi barang atau jasa sebagai pelaksanaan atas pendaftaran izin prinsip/persetujuan penanaman modalnya, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.

6. Izin usaha perluasan : izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan un tuk melaksanakan kegiatan produksi/operasi komersial atas penambahan kapasitas produksi yang telah diizinkan, sebagai pelaksanaan atas izin prinsip perluasan/persetujuan perluasan yang di miliki perusahaan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan sektoral.

7. Izin usaha penggabungan perusahaan Penanaman Modal (merger): izin yang wajib dimiliki perusahaan yang meneruskan kegiatan usaha setelah terjadinya

81

merger, untuk melaksanakan kegiatan produksi/operasi komersial perusahaan merger.

8. Izin Usaha Perubahan : izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan untuk melakukan perubahan ketentuan yang telah ditetapkan dalam izin usaha/izin usaha perluasan sebelumnya sebagai akibat dari perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiataan penanaman modal.

9. Izin Lokasi : izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya.82

10. Persetujuan Pemanfaatan Ruang. 11. Izin Mendirikan Bangunan. 12. Izin Gangguan.

13. Surat Izin Pengambilan Air Bawah Tanah.

14. Tanda Daftar Perusahaan : surat tanda pengesahaan yang diberikan oleh kantor pendaftaran perusahaan kepada perusahaan yang telah melakukan pendaftaran perusahaan sebagaiamana diatur dalam undang-undang no 3 tahun1982 tentang Pendaftaran Perusahaan.83

15. Hak hak atas tanah.

16. Izin izin lainnya dalam rangka pelaksanaan penanaman modal.

Sedangkan jenis-jenis pelayanan non-perizinan dan kemudahaan lainnya berdasarkan Pasal 13 ayat (3) Peraturan BKPM No 12 Tahun 2009 antara lain terdiri atas:84

1. Fasilitas bea masuk atas impor mesin.

2. Fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan.

3. Ususlan untuk mendapatkan fasilitas pajak penghasilan (pph) badan. 4. Angka pengenal Importir produsen.

5. Rencana penggunaan tenaga kerja asing. 6. Rekomendasi visa untuk bekerja.

7. Izin memperkerjakan Tenaga Kerja Asing. 8. Insentif Daerah.

9. Layanan informasi dan layanan pengaduan.

82

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No 2 Tahun 1999 Tentang Izin Lokasi

83

Peraturan Menteri Perdagangan no. 37/M-DAG/PER/9/2007 tentang penyelenggaran Pendaftaran Perusahaan

Tata cara Penanaman Modal Penanaman Modal Asing:

1. Bagi calon penanam modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka penanaman modal asing, wajib mengajukan permohonan penanaman modal kepada:

a. Menteri Investasi/Kepala BKPM; atau b. Kepala Perwakilan RI setempat; atau c. Ketua BKPMD setempat.

2. Pemberian Persetujuan

a. Kewenangan pemberian persetujuan penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) dilimpahkan oleh menteri Investasi/Kepala BKPM kepada Gubernur Kepala daerah provinsi dan khusus kepada Gubernur Kepala Provinsi diberikan pula pelimpahan wewenang pemberian perizinan pelaksanana penanaman modal, sepanjang belum dibentuk instansi yang menangani penanaman modal di daerah Kabupaten/Kota.

b. Untuk melaksanakan pelimpahan kewenangan tersebut lebih lanjut, Menteri Luar Negeri menugaskan Kepala Perwakilan RI, sedangkan untuk pemberian perizinan pelaksanaan penanaman modal. Gubernur kepala daerah provinsi menugaskan ketua BKPMD.

3. Pemilihan Bidang Usaha

a. Calon penanaman modal yang akan mengadakan usaha dalam rangka PMA, mempelajari dahulu bidang usaha yang tertutup bagi PMA dan apabila diperlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi BKPM, BKPMD, atau

Perwakilan RI dan Setelah mengadakan penelitan yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka dan ketentuan lain yang bersangkutan, calon penanam modal mengajukan permohonan kepada Menteri Investasi/Kepala BKPM atau Gubernur Kepala Daerah Provinsi, dalam hal ini ketua BKPMD atau Kepala Perwakilan RI dengan mempergunakan tata cara permohonan yang ditetapkan oleh Menteri Investasi/Kepala BKPM.

4. Surat Persetujuan Penanaman Modal

a. Apabila permohonan mendapatkan persetujuan, Menteri Investasi/Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD atau Kepala Perwakilan RI menerbitkan surat persetujuan penanaman modal tersebut kepada calon penanaman modal yang berlaku juga sebagai persetujuan prinsip

b. Menteri Investasi/Kepala BKPM atau Gubernur Kepala Daerah Provinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD, atau Kepala Perwakilan RI menerbitkan surat persetujuan penanaman modal tersebut kepada calon penanam modal, yang berlaku juga sebagai Persetujuan Prinsip.

c. Menteri Investasi/Kepala BKPM atau Gubernur Kepala daerah Provinsi, dalam hal ini ketua BKPMD, atau Kepala Perwakilan RI menyampaikan rekaman surat Persetujuan PMA kepada Instansi Pemerintah terkait.

5. Apabila penanam modal telah memperoleh surat persetujuan PMA dan setelah dipenuhinya persyaratan yang ditetapkan, maka Menteri Investasi/Kepala BKPM

atau Gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD mengeluarkan:

a. Angka Pengenal Importir Terbatas;

b. Keputusan Pemberian Fasilitas/keringanan bea masuk dan pungutan impor lainnya;

c. Persetujuan atas rencana penggunaan tenaga kerja asing pendatang yang diperlukan bagi Ketua BKPMD untuk menerbitkan Izin Kerja Bagi Tenaga Kerja Asing Pendatang yang diperlukan;

d. Izin usaha tetap atas nama Menteri yang membidangi usaha tersebut sesuai dengan pelimpahan wewenang;

e. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota mengeluarkan Izin lokasi sesuai rencana tata ruang;

f. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota mengeluarkan hak atas tanah dan menerbitkan sertifikat tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

g. Kepala Dinas Pekerjaan Umum daerah Kabupaten/Kota atau satuan kerja teknis atas nama Bupati/Walikota Kepala daerah kabupaten/Kota yang bersangkutan atau Kepala dinas Pengawasan Pembangunan Kota untuk DKI Jakarta, mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan;

h. Sekertaris wilayah daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota Kepala daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan Kepala Kantor ketertiban untuk DKI Jakarta, atas nama Gubernur Kepala DKI mengeluarkan izin berdasarkan Undang Undang Gangguan.

C. Prosedur Pendirian Perusahaan Penanaman Modal Setelah Undang

Dokumen terkait