• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Kesejahteraan

Dari hasil Pre-Confrence Working for the 15th

inter-national confrence of social welfare. kesejahteraan sosial

adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan memiiki tujuan utama untuk meningktakan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di

dalamnya juga tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dala berbagai kehidupan dalam masyarakat seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan, rekreasi budaya, dan lain sebagainya (Sulistiati, 2004: 25 dalam Huda, 2009 : 73).

Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai suatu kondisi kehidupan individu dan masyarakat yang sesuai dengan standar kelayakan hidup yang dipersepsi masyarakat (Swasono, 2004). Tingkat kela-yakan hidup dipahami secara relatif oleh berbagai ka-langan dan latar belakang budaya, mengingat ting-kat kelayakan ditentukan oleh persepsi normatif suatu masyarakat atas kondisi sosial, material, dan psiko-logis tertentu.

Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan hidup yang layak bagi ma-syarakat, sehingga mampu mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masya-rakat dalam bentuk pelayanan sosial yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan so-sial, dan perlindungan sosial. Menurut

Undang-unda-46

ng No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Masya-rakat, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi ter-penuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Dari Undang-undang di atas dapat kita cermati bahwa ukuran tingkat kesejahteraan dapat dinilai da-ri kemampuan seorang individu atau kelompok dalam usaha nya memenuhi kebutuhan material dan spiritual nya. Kebutuhan material dapat kita hubungkan dengan pendapatan yang nanti akan mewujudkan kebutuhan akan pangan, sandang, papan dan ke-sehatan. Kemudian kebutuhan spiritual kita hubung-kan dengan pendidihubung-kan, kemudian keamanan dan ke-tentaraman hidup. Kesejahteraan pada intinya menca-kup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jas-maniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang me-libatkan lembaga kesejahteraan sosial dan ber-bagai profesi kemanusiaan yang

menyeleng-garakan usaha kesejahteraan sosial dan pela-yanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisir untuk mencapai se-jahtera.

Konsep kesejahteraan dikembangkan menjadi le-bih luas dibandingan sekedar mengukur aspek pen-dapatan nominal. Kesejahteraan adalah standard living,

wellbeing, welfare, dan quality of life. Brudeseth (2015)

menyatakan kesejahteraan sebagai kualitas kepuasan hidup yang bertujuan untuk mengukur posisi anggota masyarakat dalam membangun keseimbangan hidup mencakup antara lain, (a) kesejahteraan materi, (b) kesejahteraan bermasyarakat, (c) kesejahteraan emosi, Kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2007) adalah suatu kondisi dimana seluruh kebutu-han jasmani dan rokebutu-hani dari rumah tangga tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Status kesejahteraan dapat diukur berdasarkan proporsi pe-ngeluaran rumah tangga (Bappenas, 2000). Rumah ta-ngga dapat dikategorikan sejahtera apabila proporsi pengeluaran untuk kebutuhan pokok sebanding atau lebih rendah dari proporsi pengeluaran untuk

kebu-48

tuhan bukan pokok. Sebaliknya rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk kebutuhan pokok lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran untuk kebu-tuhan bukan pokok, dapat dikategorikan sebagai ru-mah tangga dengan status kesejahteraan yang masih rendah.

Kesejahteraan adalah sebuah tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diikuti dengan rasa keselamatan, kesusilaan dan keten-traman diri, rumah tangga serta masyarakat lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga negara dapat melakukan usaha pemenuhan kebutuhan jas-mani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, rumah tangga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi (Rambe, 2004).

Arthur Dunham dalam Sukoco (1991) mendefi-nisikan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kese-jahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan,penyesuaian sosial, waktu seng-gang, standar-standar kehidupan, dan

hubungan-hu-bungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial mem-beri perhatian utama terhadap individu-individu, ke-lompok-kelompok, komunitas-komunitas, dan kesa-tuan-kesatuan penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyem-buhan dan pencegahan.

Pendapat lain tentang kesejahteraan sosial di ungkapkan pula oleh Friedlander dalam Sukoco (1991):

(“Social welfare is the organized system of social services and institutions, designed to aid individuals and grous to attain satisfying standards of life and health, and personal and social relationships which permit them to develop their full capacities and to promote their well-being in harmony with the needs of their families and the community”)

Yaitu bahwa kesejahteraan sosial merupakan su-atu sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelaya nan sosial dan lembaga-lembaga, yang bermaksud un-tuk membantu individu-individu dan kelompok agar mencapai standar kehidupan dan kesehatan yang me-muaskan, serta hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan masya-rakat selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga

50

maupun masyarakat. Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dinamis keluarga dimana terpenuhi semua kebutuhan: fisik materil, mental spritual dan sosial yang yang memungkinkan keluarga dapat hidup wajar sesuai dengan lingkungannya serta memungkin-kan anak-anak tumbuh kembang dan memperoleh per-lindungan yang diperlukan untuk membentuk sikap mental dan kepribadian yang mantap dan matang se-bagai sumber daya manusia yang berkualitas (BKKBN, 2002).

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli bahwa yang menjadi indikator kesejahteraan menurut Bru-deseth (2015) yaitu:

1. Kesejahteraan materi

2. Kesejahteraan bermasyarakat 3. Kesejahteraan emosi