• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Teori tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)…

K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.09, 2008).

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur, 2001).

Sedangkan menurut Mathias dan Jackson (2002), keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia K3 adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan.

OHSAS 18001:2007 mendefinisikan K3 sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja.

Mangkunegara (2002), K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Penyebab kecelakaan kerja pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu (Santoso, 2004):

1. Tindakan membahayakan (Unsafe Practices/Actions)

a. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan

c. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknya d. Memakai alat pelindung diri hanya berpura-pura

e. Menggunakan peralatan yang tidak layak

f. Pengerusakan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi manusia g. Bekerja berlebihan/melebihi jam kerja di tempat kerja

h. Mengangkat/mengangkut beban yang berlebihan 2. Kondisi yang membahayakan;

a. Dalam keadaan pengaman yang berlebihan b. Alat dan peralatan yang sudah tidak layak c. Terjadi kemacetan

d. Sistem peringatan yang berlebihan e. Ada api di tempat yang berbahaya

f. Alat penjaga/pengaman gedung kurang standar

g. Kondisi suhu yang membahayakan seperti terdapat gas dan lain-lain h. Terpapar bising

Agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tidak terjadi, maka perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian yang efektif dan efisien melalui penerapan program K3 yang berkesinambungan. Penerapan K3 merupakan jaminan terhadap setiap sumber produksi agar dapat dipakai secara aman, efisien dan proses kerja dapat berjalan dengan lancar. Kelalaian dalam penerapannya akan mengakibatkan kerugian secara ekonomis. Dari segi keselamatan dapat menyebabkan kecelakaan terhadap manusia dan kerusakan properti, sedangkan dari segi kesehatan dapat menyebabkan berbagai penyakit

bagi pekerja maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu, implementasi K3 menjadi bagian yang penting bagi berlangsungnya suatu pekerjaan dan kesuksesan dari pekerjaan tersebut.

Dalam pelaksanaan K3 dibutuhkan kebijakan dari manajemen perusahaan, sehingga sekali kebijakan telah ditetapkan akan menjadi pedoman pelaksanaan K3 dalam lingkungan perusahaan sampai diterbitkannya kebijakan lain yang menggantikan kebijakan terdahulu.

Menurut Muhammad (2005), kebijakan K3 merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan hubungan kerja.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.09, 2008).

Sistem manajemen K3 yang baik terdiri dari Plan, Do, Check, Action (PDCA),

yaitu empat langkah siklus peningkatan kualitas yang melibatkan perbaikan berkesinambungan berdasarkan analisis, pelaksanaan desain, dan evaluasi, dan menekankan perhatian konstan dan reaksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas (dikutip dari September 2010).

Plan atau rencana adalah tahapan merancang atau merencanakan dan merevisi atau memperbaiki aktivitas tertentu. Do yang merupakan implementasi dari plan adalah tahapan pelaksanaan dari proyek konstruksi tersebut. Check atau study adalah tahapan dalam mengevaluasi performa atau kinerja dari semua tahapan yang sudah dilakukan sebelumnya. Sedangkan Act adalah tahapan dalam membuat perubahan disegala tahapan untuk menciptakan perbaikan jika terjadi penyimpangan dalam proyek konstruksi (Maylor, 1996).

Sumber: Shewhart, Statistical Method from the Viewpoint of Quality Control, New York, 1939

Gambar 2.1 Siklus P-D-C-A

Plan, do, check, action, diterjemahkan dalam lima unsur penunjang yaitu : 1. Penetapan kebijakan (policy)

Kebijakan adalah langkah awal perusahaan dalam mendukung pekerja di semua tingkatan dari top management sampai bottom management agar dapat merasa aman dan terlindungi saat bekerja. Kebijakan perusahaan menjadi dasar dari pelaksanaan

Do : Project execution Check/Study : Evaluated performance of all phases Act :

Make Changes in all phases to provide for improvement

Plan : Formulation and

revision of intendend activity

seputar K3, detail tanggung jawab setiap level manajemen tentang K3, dan detail proses manajemen K3 perusahaan (Holt, 2005)

2. Koordinasi (organizing)

Setelah melakukan penetapan kebijakan, diperlukan keterlibatan dan komitmen pekerja agar kebijakan yang telah ditetapkan dapat efektif. Budaya K3 yang positif harus dapat dimengerti dan dapat dijalankan oleh semua pekerja di setiap level manajemen yang ada. Setiap pekerja harus memiliki komitmen untuk dapat menciptakan budaya K3 positif (David, 2002). Oleh karena itu perlu adanya koordinasi dari pihak manajemen untuk mendukung terciptanya budaya K3 yang positif.

3. Perencanaan dan pelaksanaan (planning and implementing)

Langkah perencanaan meliputi pengaturan sasaran terhadap aktifitas yang ada, identifikasi bahaya, memperkirakan resiko yang timbul, realisasi dan implementasi standar K3 dan pengembangan budaya K3 yang positif. Standar yang dihasilkan dari proses perencanaan harus dapat diukur, dicapai dan realistis. Proses perencanaan standar dan pelaksanaan secara garis besar dibagi menjadi dua proses besar untuk mengantisipasi perilaku tidak aman (unsafe act) dan keadaan tidak aman (unsafe condition) pada tempat kerja (Ridley, 1986).

4. Pengukuran Kinerja (measure performance)

Pengukuran Kinerja Reaktif (PKR) berfungsi untuk mengukur hasil keluaran dari sistem manajemen K3 seperti jumlah kecelakaan yang terjadi, jam kerja yang hilang

akibat kecelakaan dan sebagainya atau dengan kata lain pengukuran ini dilakukan terhadap kecelakaan yang terjadi (Holt, 2005)

5. Pemeriksaan dan peninjauan kembali (reviewing performance)

Dari informasi hasil pengukuran kinerja, proses pemeriksaan dan peninjauan kembali akan mengidentifikasi situasi di lapangan terhadap resiko kecelakaan dan melakukan tindakan perbaikan serta pencegahan terhadap situasi tersebut. Hal ini juga dilakukan untuk peningkatan kinerja perusahaan nantinya.

Gambar 2.2. Elemen Kunci Sistem Manajemen K3

(Health and Safety Executive UK, 2001)

Dokumen terkait