• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PROYEK DI PT. WASKITA KARYA

(PERSERO) MEDAN

TESIS

Oleh

SARIATY SEBAYANG

NIM 087019126/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PELAKSANAAN PROYEK DI PT. WASKITA KARYA

(PERSERO) MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SARIATY SEBAYANG

NIM 087019126/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)
(5)

DILIHAT DARI SISI PENINGKATAN KINERJA WAKTU DAN BIAYA PELAKSANAAN PROYEK DI PT. WASKITA KARYA (PERSERO) MEDAN

Nama Mahasiswa : Sariaty Sebayang Nomor Pokok : 087019126

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sumono, MS.) (Prof. Dr. Rismayani, SE, MS.)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.)

(6)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sumono, MS. Anggota : 1. Prof. Dr. Rismayani, SE, MS.

2. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA. 3. Drs. Syahyunan, M.Si.

(7)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sumono, MS. Anggota : 1. Prof. Dr. Rismayani, SE, MS.

2. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA. 3. Drs. Syahyunan, M.Si.

(8)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul :

“Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT.

Waskita Karya (Persero) Medan”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh

siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar

dan jelas.

Medan, 18 April 2012 Yang membuat pernyataan,

(9)

Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja. Hal ini sangat memprihatinkan karena rendahnya kesadaran pekerja di Indonesia tentang perlunya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). K3 diterapkan dengan tujuan untuk melindungi para pekerja dan proyek dari kerugian. Oleh karena itu implementasi K3 menjadi hal yang penting bagi keberhasilan suatu proyek.

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, teori tentang manajemen proyek, serta teori tentang kinerja Manajer Konstruksi.

Pendekatan penelitian adalah survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh, dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Sampel penelitian ini adalah seluruh pegawai PT. Waskita Karya (Persero) Medan yang berjumlah 43 Orang.

Hasil penelitian uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara parsial pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Artinya, keberhasilan proyek PT. Waskita Karya (Persero) Medan dapat dipengaruhi oleh pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi. Pada hipotesis kedua, secara serempak pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Secara parsial variabel masa kerja berpengaruh lebih dominan daripada variabel pendidikan. Artinya, variabel masa kerja lebih berperan dalam menentukan pemahaman Manajer Konstruksi dibandingkan dengan variabel pendidikan. Hipotesis ketiga, secara serempak waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Kontruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Secara parsial variabel waktu berpengaruh lebih dominan daripada variabel biaya. Artinya variabel waktu lebih berperan dalam menentukan kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan dibandingkan dengan variabel biaya.

Kesimpulan penelitian ini adalah; pada hipotesis pertama, secara parsial pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan, pada hipotesis kedua, secara serempak pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (persero) Medan, dan pada hipotesis ketiga, secara serempak waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (persero) Medan.

(10)

Sector of construction industry has a high risk of occupational accidents. In Indonesia, one case of occupational accident occurs once in seven seconds. It is very alarming that this occurred because of the low awareness of Indonesian workers in the importance of the application of Occupational Health and Safety to protect the workers and projects from damages.

The theory used in this study was the one related to occupational health and safety, project management, and the performance of Construction Manager.

The data of this descriptive quantitative survey study were analyzed through simple linier regression and multiple linier regression analysis methods. All of the 43 employees of PT. Waskita Karya (Persero) Medan were selected to be the samples for this study through census sampling method.

The result of the first hypothesis test showed that, partially, the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager had significant influence on the succsess of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan which means the success of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan can be influenced by the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager. The result of the second hypothesis test showed that, simultaneously, education and length of service had influence on the understanding of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Partially, the variable of length of service had a more dominant influence compared to the variable of education which means that the variable of length of service played more roles in determining the understanding of the Construction Manager compared to the variable of education. The result of the third hypothesis showed that, simultaneously, time and cost had influence on the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Partially, the variable of time had a more dominant influence compared to the variable of cost which means that the variable of time played more roles in determining the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan compared to the variable of cost.

The conclusion drawn from this study is: in the First hypothesis, partially, the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager had significant influence on the success of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan; In the Second hypothesis, simultaneously, education and length of service had influence on the understanding of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan; and in the Third hypothesis, simultaneously, time and cost had influence on the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan.

(11)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat

dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul Penelitian yang dilakukan

penulis adalah “Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Suatu Proyek Dilihat

dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita

Karya (Persero) Medan”. Selama melakukan penelitian ini dan selama mengikuti proses

perkuliahan, penulis banyak memperoleh bantuan moril dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh

pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti

proses perkuliahan maupun pada saat penulis melakukan penelitian. Ucapan terima kasih

dan penghargaan yang tulus dan setinggi-tinginya penulis sampaikan kepada yang

terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

(12)

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

banyak memberi pengarahan dan bimbingan kepada penulis demi kesempurnaan

tesis ini.

6. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak

memberi pengarahan, bimbingan dan motivasinya kepada penulis demi kesempurnaan

tesis ini.

7. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA, Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, Bapak Drs.

Rahmad Sumanjaya, Msi, selaku Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan

masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

8. Selurah Staf Pengajar Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang

bermanfaat bagi penulis, dan seluruh staf pegawai administrasi Magister Ilmu

Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Teristimewa untuk orang tua tercinta Bapak S. Sebayang (alm.), yang saat

mengenangnya memberikan semangat kepada penulis dan Ibu S br. Sinulingga yang

dengan tulus berdoa untuk penulis.

10.Mutiara hidupku Elizabeth Mutiara Harty dan suami terkasih Ir. Budi Haryono

Notosaputro atas dukungannya.

(13)

13.Sahabat Penulis Afrita Abduh, SH, MH yang tidak pernah bosan memberikan

semangat dan motivasinya.

14.Seluruh rekan mahasiswa Angkatan XV di Program Studi Magister Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Dina Rosmaneliana,

SE, MSi atas bantuan dan dukungannya selama penulisan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih memiliki kekurangan, namun harapan penulis semoga

tesis ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi pengembangan serta penelitian

dalam bidang Ilmu Manajemen. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita

semua. Amin.

Medan, 18 April 2012 Penulis,

(14)

Sariaty Sebayang, lahir di Medan, Provinsi Sumatera Utara tanggal 8 April 1971.

Anak ketujuh dari tujuh bersaudara, dari pasangan Ayahanda S. Sebayang (alm.) dan

Ibunda S.Br.Sinulingga. Menikah pada tanggal 9 Februari 2005 dengan Ir. Budi Haryono

Notosaputro dan dikaruniai satu orang putri yaitu Elizabeth Mutiara Harty.

Pendidikan dimulai dari tahun 1977 di Sekolah Dasar Katolik St. Antonius IV

Medan, tamat dan lulus pada tahun 1983. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah

Pertama di SMP Negeri 1 Medan, tamat dan lulus pada tahun 1986. Selanjutnya

meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA PKMI I Hang Tuah Medan,

tamat dan lulus pada tahun 1989. Menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 (S-1) di

Fakultas Teknik jurusan Arsitektur Universitas Katolik St. Thomas Medan, tamat dan

lulus pada tahun 1996. Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan Strata 2 (S-2)

Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara (USU).

Tahun 1997 bekerja sebagai staf teknik di PT. Pisma Gajah Putra Pekalongan,

Jawa Tengah. Tahun 1998 bekerja sebagai staf umum di PT. Indorama Tbk Jakarta.

Tahun 2000 bekerja di PT. Karyaputra Aditama, Medan, perusahaan yang bergerak di

bidang konstruksi dan perencanaan gedung. Tahun 2010 Penulis bekerja sebagai

(15)

ABSTRAK………... i

2.1. Penelitian Terdahulu………...………... 16

2.2. Teori tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).……... 16

2.2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)…... 16

2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)……... 22

2.3. Teori tentang Manajemen Konstruksi………... 24

2.3.1. Pengertian tentang Manajemen………... 24

2.3.2. Prinsip Dasar Manajemen..……….………... 25

2.3.3. Pengertian Manajemen Konstruksi………... 27

2.3.4. Fungsi-fungsi Manajemen Konstruksi.………... 31

2.3.5. Tujuan dan Manfaat Manajemen Konstruksi.……... 32

2.4. Tahapan Proyek Konstruksi………... 35

2.4.1. Peran dan Tanggung Jawab Manajemen Konstruksi dalam Tahap Perencanaan ………... 39

2.4.2. Peran dan Tanggung Jawab Manajemen Konstruksi dalam Tahap Pelelangan...………... 42

2.4.3. Peran dan Tanggung Jawab Manajemen Konstruksi Konstruksi dalam Tahap Pelaksanaan Konstruksi.…... 47

(16)

2.7. Keberhasilan Proyek………... 60

2.7.1. Faktor-faktor Keberhasilan Proyek...………... 63

2.7.1.1. Faktor Biaya.………... 64

2.7.1.2. Faktor Waktu.………... 67

2.8. Kinerja...………... 70

2.8.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja…... 71

2.8.2. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja...………... 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 75

3.6. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel... 77

3.6. 1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama……….…... 77

3.6. 2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua..…... 79

3.6. 3. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Ketiga..……….…... 81

3.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas..………... 82

3.7.1. Uji Validitas………... 82

3.8.1. Analisis Data Hipotesis Pertama.………... 89

3.8.2. Analisis Data Hipotesis Kedua………... 90

3.8.3. Analisis Data Hipotesis Ketiga………... 91

3.9. Pengujian Asumsi Klasik.………... 91

3.9.1. Uji Normalitas……….………... 91

3.9.2. Uji Multikolinieritas…………....………... 92

(17)

4.1.1.2.Visi dan Misi PT. Waskita Karya (Persero) Medan.. 95

4.1.1.2.1.Visi..………... 95

4.1.1.2.2.Misi..………... 96

4.1.1.3.Struktur Organisasi, Tugas dan Wewenang... 96

4.1.1.3.1. Struktur Organisasi…………... 96

4.1.1.3.2. Tugas dan Wewenang….……... 97

4.1.2. Karakteristik Responden…………... 101

4.1.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…....……... 101

4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 102

4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan.. 103

4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja.. 104

4.1.3. Penjelasan Responden atas Variabel Penelitian... 105

4.1.3.1. Hipotesis I…..…………... 105

4.1.3.2. Hipotesis 2…..…………... 109

4.1.3.3. Hipotesis 3…..…………... 114

4.1.4. Pengujian Hipotesis Pertama.……... 119

4.1.4.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama... 119

4.1.4.2. Hasil Analisis Regresi Sederhana Hipotesis Pertama.…... 120

4.1.4.3. Koefisien Determinasi (R-Square)... 121

4.1.4.4. Uji Parsial Hipotesis Pertama………... 122

4.1.5. Pengujian Hipotesis Kedua………... 123

4.1.5.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Kedua... 123

4.1.5.2. Hasil Analisis Regresi Berganda Hipotesis Kedua.. 125

4.1.5.3. Koefisien Determinasi (R-Square)... 126

4.1.5.4. Uji Serempak Hipotesis Kedua…... 126

4.1.5.5. Uji Parsial Hipotesis Kedua….…... 127

4.1.6. Pengujian Hipotesis Ketiga………... 128

4.1.6.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Ketiga... 128

4.1.6.2. Hasil Analisis Regresi Berganda Hipotesis Ketiga.. 130

4.1.6.3. Koefisien Determinasi (R-Square)... 131

4.1.6.4. Uji Serempak Hipotesis Ketiga…... 131

4.1.6.5. Uji Parsial Hipotesis Ketiga…... 131

4.2. Pembahasan………... 133

(18)

Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan... 139

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...………... 142

5.1. Kesimpulan…………...………... 142

5.2. Saran..………... 143

(19)

No Judul Halaman

1.1 Data Kecelakaan Kerja………... 3

2.1 Tujuan dan Motivasi Sasaran Proyek……….…... 36

2.2 Peran Manajemen Konstruksi pada Tahap Pelaksanaan... 49

3.1 Identifikasi, Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian Hipotesis Pertama... 79

3.2 Identifikasi, Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian Hipotesis Kedua... 80

3.3 Identifikasi, Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian Hipotesis Ketiga... 82

3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajer Konstruksi... 83

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Keberhasilan Proyek... 84

3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pendidikan………... 85

3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Masa Kerja... 85

3.8 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pemahaman Manajer Konstruksi... 86

3.9 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Waktu... 87

3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Biaya... 87

3.11 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja... 88

3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel……... 89

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………... 101

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………... 102

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... ... 103

(20)

Kecelakaan Kerja………... 106

4.7 Penjelasan Responden atas Kewajiban Penggunaan Alat Pelindung

bagi Seluruh Pekerja Proyek pada saat Berada di Lokasi Proyek……… 106

4.8 Penjelasan Responden atas Kesesuaian antara Biaya yang

Digunakan untuk Menyelesaikan Suatu Proyek dengan Biaya yang

Dianggarkan…………..………. ... 107

4.9 Penjelasan Responden atas Kesesuaian antara Waktu yang Digunakan dalam Penyelesaian Proyek dengan Waktu yang

Direncanakan….…………..………... 108

4.10 Penjelasan Responden atas Kesesuaian antara Mutu Pekerjaan yang

Diselesaikan dengan Mutu yang Diinginkan Owner ………..…... 108

4.11 Penjelasan Responden atas Kemampuan Manajer Konstruksi dalam

Penguasaan Teori yang Berkaitan dengan Pekerjaannya... 109

4.12 Penjelasan Responden atas Kemampuan Manajer Konstruksi dalam

Membuat Keputusani yang Berkaitan dengan Pekerjaannya... 110

4.13 Penjelasan Responden atas Pengaruh Rentang Waktu Kerja

Terhadap Hasil Pekerjaan Manajer Konstruksi………... 110

4.14 Penjelasan Responden atas Hubungan antara Peningkatan

Keahlian Manajer Konstruksi dengan Masa Kerja Seorang Manajer.…. 111

4.15 Penjelasan Responden atas Kompetensi Akademis Yang Dimiliki

Manajer Konstruksi………... 112

4.16 Penjelasan Responden atas Pengalaman yang Dimiliki Manajer

Konstruksi dalam Menyelesaikan Suat Proyek…... 112

4.17 Penjelasan Responden atas Kemampuan Manajer Konstruksi dalam

Beradaptasi dengan Lingkungan Sosial Ekonomi Suatu Proyek………. 113

4.18 Penjelasan Responden atas Pelaksanaan Jadwal Pekerjaan Proyek

yang Dilakukan Manajer Konstruksi………... 114

(21)

Digunakan pada Suatu Proyek………..……….. ... 116

4.22 Penjelasan Responden atas Pengendalian Biaya yang Dilakukan dalam Suatu Proyek……….…………... 117

4.23 Penjelasan Responden atas Kemampuan Manajer Konstruksi dalam Menyelesaikan Suatu Proyek………... 117

4.24 Penjelasan Responden atas Pengetahuan yang Dimiliki Manajer Konstruksi Berkaitan denganPekerjaannya……...…... 118

4.25 Penjelasan Responden atas Motivasi Manajer Konstruksi dalam Menyelesaikan Suatu Proyek.…….…………..………... 119

4.26 Koefisien Regresi Sederhana Hipotesis Pertama….…….…... 120

4.27 Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama……... 121

4.28 Hasil Uji Parsial Hipotesis Pertama………..…... 122

4.29 Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Kedua.…... 124

4.30 Koefisien Regresi Berganda Hipotesis Kedua.…………... 125

4.31 Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua.………... 126

4.32 Hasil Uji F Hipotesis Kedua.………..………... 126

4.33 Hasil Uji Parsial Hipotesis Kedua.………..…………... 127

4.34 Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Ketiga.…..….……... 129

4.35 Koefisien Regresi Berganda Hipotesis Ketiga.………….…... 130

4.36 Koefisien Determinasi Hipotesis Ketiga………... 131

4.37 Hasil Uji F Hipotesis Ketiga………....………... 132

(22)

No Judul Halaman

1.1 Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama.………... 15

1.2 Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua...………... 15

1.3 Kerangka Berpikir Hipotesis Ketiga...………... 15

2.1 Siklus P-D-C-A………... 20

2.2 Elemen Kunci Sistem Manajemen K3………... 22

2.3 Proses Manajemen Konstruksi………... 28

2.4 Tiga Kendala………... 36

2.5 Linear Nature of The Project Life Cycle………... 37

2.6 Sistem Manajemen Waktu………... 68

4.1 Struktur Organisasi PT. Waskita Karya (Persero)... 97

4.2 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama………... 120

4.3 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua..………... 123

4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua..……... 124

4.5 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Ketiga………..……... 128

(23)

No Judul Halaman

1 Kuesioner...………... 149

2 Karakteristik Responden...………... 156

3 Uji Validitas dan Reliabilitas...………... 157

4 Deskriptif Variabel………... 162

(24)

Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja. Hal ini sangat memprihatinkan karena rendahnya kesadaran pekerja di Indonesia tentang perlunya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). K3 diterapkan dengan tujuan untuk melindungi para pekerja dan proyek dari kerugian. Oleh karena itu implementasi K3 menjadi hal yang penting bagi keberhasilan suatu proyek.

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, teori tentang manajemen proyek, serta teori tentang kinerja Manajer Konstruksi.

Pendekatan penelitian adalah survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh, dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Sampel penelitian ini adalah seluruh pegawai PT. Waskita Karya (Persero) Medan yang berjumlah 43 Orang.

Hasil penelitian uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara parsial pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Artinya, keberhasilan proyek PT. Waskita Karya (Persero) Medan dapat dipengaruhi oleh pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi. Pada hipotesis kedua, secara serempak pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Secara parsial variabel masa kerja berpengaruh lebih dominan daripada variabel pendidikan. Artinya, variabel masa kerja lebih berperan dalam menentukan pemahaman Manajer Konstruksi dibandingkan dengan variabel pendidikan. Hipotesis ketiga, secara serempak waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Kontruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Secara parsial variabel waktu berpengaruh lebih dominan daripada variabel biaya. Artinya variabel waktu lebih berperan dalam menentukan kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan dibandingkan dengan variabel biaya.

Kesimpulan penelitian ini adalah; pada hipotesis pertama, secara parsial pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan, pada hipotesis kedua, secara serempak pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (persero) Medan, dan pada hipotesis ketiga, secara serempak waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (persero) Medan.

(25)

Sector of construction industry has a high risk of occupational accidents. In Indonesia, one case of occupational accident occurs once in seven seconds. It is very alarming that this occurred because of the low awareness of Indonesian workers in the importance of the application of Occupational Health and Safety to protect the workers and projects from damages.

The theory used in this study was the one related to occupational health and safety, project management, and the performance of Construction Manager.

The data of this descriptive quantitative survey study were analyzed through simple linier regression and multiple linier regression analysis methods. All of the 43 employees of PT. Waskita Karya (Persero) Medan were selected to be the samples for this study through census sampling method.

The result of the first hypothesis test showed that, partially, the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager had significant influence on the succsess of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan which means the success of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan can be influenced by the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager. The result of the second hypothesis test showed that, simultaneously, education and length of service had influence on the understanding of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Partially, the variable of length of service had a more dominant influence compared to the variable of education which means that the variable of length of service played more roles in determining the understanding of the Construction Manager compared to the variable of education. The result of the third hypothesis showed that, simultaneously, time and cost had influence on the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Partially, the variable of time had a more dominant influence compared to the variable of cost which means that the variable of time played more roles in determining the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan compared to the variable of cost.

The conclusion drawn from this study is: in the First hypothesis, partially, the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager had significant influence on the success of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan; In the Second hypothesis, simultaneously, education and length of service had influence on the understanding of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan; and in the Third hypothesis, simultaneously, time and cost had influence on the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan.

(26)

1.1. Latar Belakang

Proyek konstruksi merupakan sektor industri dengan resiko kecelakaan kerja yang

cukup tinggi. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (dikutip

dari

Berbagai penyebab utamanya adalah karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik

dengan tingkat kesulitan yang berbeda di setiap proyek, lokasi kerja dengan kondisi yang

tidak dapat ditentukan, bersifat terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang

terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, tenaga kerja yang tidak

terlatih dan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3 ) yang sangat lemah.

Kewajiban untuk menyelenggarakan sistem manajemen K3 pada

perusahaan-perusahaan besar melalui Undang-undang Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja

yang sudah menerapkan sistem manajemen K3 dari 15.000 lebih perusahaan berskala

besar di Indonesia. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya

anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan.

Padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi santunan untuk korban

kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya sistem manajemen K3, yang besarnya

mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak

selayaknya diabaikan (dikutip dari

(27)

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat hingga tahun 2010,

kecelakaan kerja masih didominasi bidang jasa konstruksi (31,9%), disusul industri

(31,6%), transport (9,3%), pertambangan (2,6%), kehutanan (3,8%), dan lain-lain (20%).

Tingginya angka kecelakaan kerja di sektor jasa konstruksi itu karena kesadaran dari

penyedia jasa terhadap keselamatan kerja masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah

anggota yang memiliki sertifikat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) baru sekitar 5%. (dikutip dari http://soklin-soklin.

blogspot.com/2011/04/angka-kecelakaan-kerja-jasa-konstruksi.html-angka kecelakaan

kerja jasa konstruksi tinggi, 18 April 2011).

Masalah K3 secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini

ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Ketua Umum Asosiasi Ahli

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (A2K4) Indonesia Anas Zaini Z Iksan

mengatakan, “setiap tahun terjadi 96.000 kasus kecelakaan kerja”. Dari jumlah ini,

sebagian besar kecelakaan kerja terjadi pada proyek jasa konstruksi dan sisanya terjadi di

sektor Industri manufaktur (dikutip dari http://www.its.ac.id/personal/files/pub

Berdasarkan laporan PT. Jamsostek dari tahun 2000 sampai tahun 2011, jumlah

(28)

Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja

Tahun

Angka Kasus Kecelakaan (Jumlah kecelakaan kerja

yang terjadi per tahun)

2000 98.902

2001 104.774

2002 103.204

2003 105.846

2004 95.418

2005 99.023

2006 95.624

2007 83.714

2008 58.600

2009 54.398

2010 98.711

2011 99.941 Sumber: Jamsostek, 2012

Berdasarkan data yang tercatat di PT. Jamsostek, menunjukkan bahwa untuk

tahun 2002 terdapat 103.204 kasus kecelakaan kerja di Indonesia dan 1.253 kasus

kecelakaan kerja tersebut terjadi pada sektor jasa konstruksi dan pada periode tahun 2007

sedikitnya terjadi 65.000 kasus. Namun data tersebut diyakini bukan jumlah sebenarnya,

hanya 50% saja perusahaan yang mengasuransikan pekerjanya pada Jamsostek,

sedangkan data tersebut diambil dari jumlah klaim kepada Jamsostek.Seperti diakui oleh

berbagai kalangan di lingkungan Departemen Tenaga Kerja, angka kecelakaan kerja yang

tercatat dicurigai hanya mewakili tidak lebih dari setengah saja dari angka kecelakaan

kerja yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain rendahnya

kepentingan masyarakat untuk melaporkan kecelakaan kerja kepada pihak yang

(29)

oleh undang-undang, namun terdapat dua hal penghalang yaitu prosedur administrasi

yang dianggap merepotkan dan nilai klaim asuransi tenaga kerja yang kurang memadai.

Di samping itu, sanksi bagi perusahaan yang tidak melaporkan kasus kecelakaan kerja

sangat ringan.

Berdasarkan data PT. Jamsostek, kerugian langsung yang ditimbulkan akibat

kecelakaan kerja mencapai 300 miliar pada tahun 2008 (dikutip dari

bisa sekitar 15 kalinya kerugian langsung, sehingga estimasi kerugian bisa mencapai

40-50 triliun per tahun atau setara dengan satu persen GDP nasional setiap tahunnya (dikutip

dari vivanews.com, 6 November 2010). Kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan

kerja meningkat di tahun 2010 dan tahun 2011 masing-masing sebesar Rp 401,237 miliar

di tahun 2010 dan Rp 504,029 miliar di tahun 2011(Jamsostek, 2012)

Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar keselamatan

kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan dengan negara-negara Asia

Tenggara lainnya, termasuk dua negara lainnya, yakni Bangladesh dan Pakistan.

Kecelakaan kerja bersumber dari faktor-faktor organisasi dan manajemen, bukan dari

kesalahan pekerja. Para pegawai dan pekerja mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh

pihak manajemen agar tercipta suatu aktivitas kerja yang aman. Pihak manajemen harus

bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja para pekerjanya dengan menjalankan

peran Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) secara benar dan

(30)

Manajemen yang tepat pada setiap tahapan kegiatan konstruksi sangat diperlukan

dengan tujuan untuk mencapai hasil yang optimal dalam aspek biaya, mutu dan waktu.

Manajemen konstruksi mempunyai peranan mencapai empat sasaran keberhasilan proyek

yaitu tepat waktu, biaya sesuai anggaran, kualitas yang memenuhi spesifikasi yang

disyaratkan, dan terjaminnya keselamatan kerja.

Pelaku dari manajemen konstruksi dalam pembahasan ini adalah Manajer

Konstruksi sebagai orang yang bertanggung jawab dalam merencanakan, menjalankan

dan mengendalikan sebuah proyek. Manajer Konstruksi adalah suatu kesatuan organisasi

yang terdiri dari personel/orang-orang yang memiliki keahlian dalam managemen

konstruksi. Keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi akan sangat ditentukan oleh

kualitas dari Manajer Konstruksi yang dapat dilihat dari pendidikan dan pengalaman atau

masa kerjanya. Seorang Manajer Konstruksi mempunyai tanggung jawab yang besar

dalam memastikan proyek tersebut berjalan sesuai dengan rencana dan dapat

menggunakan sumber daya yang tersedia dengan optimal dan bertanggung jawab juga

terhadap perencanaan proyek manajemen, manajemen harga, manajemen waktu,

manajemen kualitas, administrasi kontrak, manajemen keselamatan, dan praktik

profesional. Seorang Manajer Konstruksi harus mempunyai kualifikasi tertentu seperti

jiwa kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian sasaran, memiliki kredibilitas

secara teknis, latar belakang pengalaman yang cukup dan pendidikan yang memadai,

yang mempengaruhi kemampuan Manajer Konstruksi dalam pemahamannya terhadap

(31)

Kinerja kontraktor dalam melaksanakan proyek tidak terlepas dari peran sumber

daya manusia yang dimilikinya, dimana jika sumber daya manusia ini berhasil

dimanfaatkan semaksimal mungkin, akan sangat menentukan keberhasilan suatu proyek.

Semakin tinggi kinerja kontraktor dalam pelaksanaan proyek akan menurunkan biaya

proyek atau meningkatkan keuntungan, menghindari keterlambatan, dan kualitas proyek

dapat terpenuhi.

Untuk menghasilkan kinerja yang baik, sebuah proyek harus dimanage dengan

baik oleh Manajer Konstruksi yang berkualitas baik serta memiliki kompetensi yang

disyaratkan, yaitu yang mencakup unsur ilmu pengetahuan (knowledge), kemampuan

(skill) dan sikap (attitude). Ketiga unsur ini merupakan salah satu faktor penting dalam

menentukan keberhasilan proyek. Sebuah proyek dinyatakan berhasil apabila proyek

dapat diselesaikan dengan waktu, ruang lingkup dan biaya yang telah direncanakan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Sejauhmana pengaruh pemahaman manajemen atas Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) Manajer Konstruksi terhadap keberhasilan suatu proyek di PT.

Waskita Karya (Persero) Medan?

2. Bagaimana pengaruh pendidikan dan masa kerja, terhadap tingkat pemahaman

Manajer Konstruksi atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Waskita

(32)

3. Bagaimana pengaruh waktu dan biaya terhadap kinerja Manajer Konstruksi di

PT. Waskita Karya (Persero) Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari tingkat pemahaman

manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi terhadap

keberhasilan suatu proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendidikan dan masa kerja,

terhadap tingkat pemahaman Manajer Konstruksi di PT. Waskita Karya (Persero)

Medan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh waktu dan biaya terhadap kinerja

Manajer Konstruksi di PT. Waskita Karya (Persero) Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Perusahaan konstruksi khususnya PT. Waskita Karya (Persero) Medan, sebagai

bahan masukan dan pertimbangan dalam mengelola manajemen konstruksi pada

pelaksanaan proyek dan dalam memilih Manajer Konstruksi sebagai penanggung

(33)

2. Ilmu pengetahuan, sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan

memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara, khususnya bagi program studi Ilmu Manajemen.

3. Masyarakat, sebagai informasi khususnya bagi yang bekerja pada bidang

konstruksi tentang pentingnya diterapkannya program sistem manajemen K3

untuk pencegahan kecelakaan pada saat bekerja dan memberikan motivasi pada

para pekerja konstruksi untuk senantiasa menerapkan disiplin kerja yang tinggi

untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja.

4. Peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai manajemen

K3, dan pengaruhnya terhadap keberhasilan proyek.

5. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah

yang sama di masa mendatang.

1.5. Kerangka Berpikir

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.

Biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang paling

ringan sampai kepada yang paling berat (Pusat Kesehatan Kerja, 2008).

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu

kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga

menghasilkan cidera yang riil.

Menurut Per 03/Men/1994 mengenai Program Jamsostek, pengertian kecelakaan

(34)

timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan

berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau

wajar dilalui.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi

bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara

menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat

luas (Depkes RI, 2008).

Menurut Notoatmodjo (2003), terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua

faktor utama yaitu fisik dan faktor manusia. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia)

yang tidak memenuhi keselamatan misalnya karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk,

kelelahan dan sebagainya. Faktor fisik yaitu kondisi lingkungan kerja yang tidak aman

(unsafety condition) misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, dan sebagainya.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan

disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produkitivitas

kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat

kerja.

Selanjutnya menurut Dewi (2006), dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di

Indonesia, keselamatan kerja adalah sarana utama dalam pencegahan penyakit, cacat

kematian yang disebabkan oleh penyakit akibat hubungan kerja. Kesehatan kerja yang

baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja

Bambang (2004) menyatakan bahwa keselamatan kerja adalah usaha-usaha yang

(35)

beserta hasil karyanya dan alat-alat kerjanya di tempat kerja. Usaha-usaha tersebut harus

dilakukan oleh semua unsur yang terlibat dalam proses kerja yaitu pekerja itu sendiri,

pengawas (kepala kelompok kerja), perusahaan, pemerintah dan masyarakat pada

umumnya. Tanpa ada kerjasama yang baik antara semua unsur tersebut mustahil

keselamatan kerja dapat diwujudkan secara maksimal.

Pasal 86 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upaya

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan

dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan

kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi

kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.

Keselamatan juga dapat diartikan sebagai kebebasan dari bahaya akibat resiko

dari suatu pekerjaan dan terhindar dari bahaya cedera fisik dan resiko dari kerugian

kesehatan diluar periode waktu. Kemampuan memprediksi potensi bahaya, melakukan

pencegahan dan penanggulangannya merupakan kunci utama dari upaya peningkatan

Keselamatan dan Kesehatan kerja.

Secara filosofi K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan

dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan

manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur

(Depnaker RI, 1993).

K3 ditinjau berdasarkan aspek secara yuridis adalah upaya perlindungan bagi

keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi

(36)

dipergunakan secara aman dan efisien. Peninjauan dari aspek teknis K3 adalah ilmu

pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Penerapan K3 dijabarkan ke dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

yang disebut SMK3 (Soemaryanto, 2002).

Santoso (2004) menyatakan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang

meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,

prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan.

Pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan kerja dalam rangka

pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Guna tercapainya tempat kerja

yang aman, efisien dan produktif.

UU Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 1996 pasal 3 mewajibkan setiap perusahaan

yang memiliki lebih dari 100 pekerja, atau kurang dari 100 pekerja tetapi dengan tempat

kerja yang beresiko tinggi, untuk mengembangkan SMK3 dan menerapkannya di tempat

kerja. SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari sistem manajemen suatu

perusahaan secara keseluruhan. SMK3 mencakup hal-hal berikut: struktur organisasi,

perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan

kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja

(37)

Proyek adalah suatu kegiatan investasi yang menggunakan faktor-faktor produksi

untuk menghasilkan barang dan jasa yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan

dalam suatu periode tertentu (Bappenas TA-SRRP, 2003)

Menurut Gould (2002) proyek konstruksi dapat didefenisikan sebagai suatu

kegiatan yang bertujuan untuk mendirikan suatu bangunan yang membutuhkan sumber

daya, baik biaya, tenaga kerja, material dan peralatan. Proyek konstruksi dilakukan secara

detail dan tidak dilakukan berulang.

Manajer Konstruksi adalah suatu organisasi (proyek) multi disiplin profesional,

tangguh dan independen, yang bekerja untuk pemilik proyek dari saat awal perencanaan

sampai pengoperasian proyek, mampu bekerja sama dengan pihak arsitek terkait guna

mencapai hasil yang optimal dalam aspek waktu, dan kualitas seperti yang telah

ditetapkan sebelumnya, serta perubahan kondisi lingkungan internal maupun eksternal

proyek (dikutip dari

Construction Management Association of America (CMAA) menyatakan bahwa

ada tujuh kategori utama tanggung jawab seorang Manajer Konstruksi, yaitu perencanaan

proyek manajemen, manajemen harga, manajemen waktu, manajemen kualitas,

administrasi kontrak, manajemen keselamatan, dan praktik profesional (dikutip dari

Menurut Robins (2001), bahwa kemampuan intelektual atau fisik khusus yang

diperlukan untuk kinerja yang memadai pada suatu pekerjaan, bergantung pada

(38)

biasanya diakui apabila seorang individu telah melewati jenjang pendidikan tertentu.

Secara umum kemampuan individu akan meningkat sesuai dengan jenjang pendidikan

yang telah dilaluinya.

Masa kerja seseorang juga menunjukkan hubungan secara positif terhadap kinerja

seseorang. Masa kerja yang lama menunjukkan pengalaman yang lebih seseorang

dibandingkan rekan kerja yang lain, sehingga sering masa kerja/pengalaman kerja

menjadi pertimbangan suatu perusahaan dalam mencari pegawai (Robbins, 2001).

Sebagai lini terdepan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, Manajer Konstruksi

harus berusaha secara optimal untuk memenuhi seluruh kriteria output dari proyek dan

dapat sepenuhnya berfungsi sebagai penanggung jawab untuk tercapainya tujuan

fungsional proyek yaitu keberhasilan proyek.

Dipohusodo (1996) menyatakan bahwa, faktor-faktor biaya, waktu dan mutu

membentuk suatu tata hubungan yang saling mempengaruhi pada saat proyek

berlangsung. Faktor waktu dan biaya merupakan dua unsur kunci yang menentukan

selesainya sebuah proyek dengan baik, sesuai keinginan pemilik.

Keberhasilan proyek adalah proyek bisa diselesaikan tepat waktu, sesuai dengan

anggaran, spesifikasi teknik dan bisa menjawab kepuasan klien (Takim et al, 2002).

Biaya adalah sumber daya yang harus dikorbankan untuk mencapai tujuan

spesifik atau untuk mendapat sesuatu sebagai gantinya. Manajemen biaya proyek

termasuk di dalamnya adalah proses yang dibutuhkan untuk menjamin bahwa proyek

(39)

Oktober 2010).

Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada

atau berlangsung, dalam hal ini skala waktu merupakan interval antara dua buah

keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 1997).

Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2001). SedangkanCasio (2003) menyatakan, kinerja merupakan

suatu jaminan bahwa seseorang pekerja atau kelompok mengetahui apa yang

diharapkannya dan memfokuskan kepada kinerja yang efektif.

Keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi akan sangat ditentukan oleh kualitas

dari orang-orang yang menanganinya, yaitu dari pendidikannya dan pengalaman atau

masa kerjanya, terutama mereka yang memegang posisi kunci seperti Manajer

Konstruksi. Manager Konstruksi mempunyai tugas dan tanggung jawab memimpin

pelaksanaan proyek sesuai perencanaan dalam upaya meningkatkan kinerja proyek.

Dari berbagai teori di atas maka Manager Konstruksi sebagai penanggung jawab

pelaksanaan proyek harus dapat dievaluasi tingkat pemahamannya dalam menjalankan

suatu proyek konstruksi. Pada penelitian ini yang dibahas adalah pemahaman terhadap

manajemen K3 berdasarkan latar belakang akan pentingnya manajemen K3 dalam suatu

(40)

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama

Gambar 1.2. Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua

Gambar 1.3. Kerangka Berpikir Hipotesis Ketiga

1.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang disusun dari literatur dihipotesiskan sebagai

berikut ;

1. Tingkat pemahaman manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajer

Konstruksi berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan proyek di PT. Waskita

Karya (Persero) Medan.

2. Pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi

atas K3 di PT. Waskita Karya (Persero) Medan.

3. Waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Konstruksi di PT.

Waskita Karya (Persero) Medan. Pemahaman

Manajemen K3 Manajer Konstruksi

Keberhasilan Proyek

Masa Kerja

Pemahaman Manajer Konstruksi

tentang K3 Pendidikan

Biaya

(41)

2.1. Penelitian Terdahulu

Akbar (2006) meneliti dengan judul “Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen

Resiko dan Manajemen Keselamatan Kerja oleh Manajer Konstruksi terhadap

Peningkatan Kinerja Waktu & Biaya Pelaksanaan Proyek”. Tujuan dari penelitian

tersebut adalah untuk menganalisis pengaruh dari tingkat pemahaman manajemen resiko

(Risk Management) dan manajemen keselamatan kerja (Safety Management) oleh

manajer konstruksi pada tahap pelaksanaan kegiatan konstruksi terhadap kinerja waktu

dan biaya. Dari hasil analisa korelasi, serta pembahasan berdasarkan kajian literature,

disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan proyek konstruksi terjadi keterkaitan (hubungan

antar ilmu pengetahuan) yang harus diaplikasikan dalam tahap pelaksanaan proyek, dan

harus dikuasai/dipahami oleh Manajer Konstruksi dalam meningkatkan kinerja proyek.

2.2. Teori tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian

perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan dengan

pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan

(42)

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja

yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang

bersangkutan (Suma’mur, 2001).

Sedangkan menurut Mathias dan Jackson (2002), keselamatan adalah merujuk

pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait

dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan

stabilitas emosi secara umum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia K3 adalah suatu kondisi kerja yang

terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan

terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan.

OHSAS 18001:2007 mendefinisikan K3 sebagai kondisi dan faktor yang

mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan

kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja.

Mangkunegara (2002), K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin

keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada

khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju

masyarakat adil dan makmur.

Penyebab kecelakaan kerja pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu

(Santoso, 2004):

1. Tindakan membahayakan (Unsafe Practices/Actions)

a. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan

(43)

c. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknya

d. Memakai alat pelindung diri hanya berpura-pura

e. Menggunakan peralatan yang tidak layak

f. Pengerusakan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi manusia

g. Bekerja berlebihan/melebihi jam kerja di tempat kerja

h. Mengangkat/mengangkut beban yang berlebihan

2. Kondisi yang membahayakan;

a. Dalam keadaan pengaman yang berlebihan

b. Alat dan peralatan yang sudah tidak layak

c. Terjadi kemacetan

d. Sistem peringatan yang berlebihan

e. Ada api di tempat yang berbahaya

f. Alat penjaga/pengaman gedung kurang standar

g. Kondisi suhu yang membahayakan seperti terdapat gas dan lain-lain

h. Terpapar bising

Agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tidak terjadi, maka perlu

dilakukan berbagai upaya pengendalian yang efektif dan efisien melalui penerapan

program K3 yang berkesinambungan. Penerapan K3 merupakan jaminan terhadap setiap

sumber produksi agar dapat dipakai secara aman, efisien dan proses kerja dapat berjalan

dengan lancar. Kelalaian dalam penerapannya akan mengakibatkan kerugian secara

ekonomis. Dari segi keselamatan dapat menyebabkan kecelakaan terhadap manusia dan

(44)

bagi pekerja maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu, implementasi K3 menjadi

bagian yang penting bagi berlangsungnya suatu pekerjaan dan kesuksesan dari pekerjaan

tersebut.

Dalam pelaksanaan K3 dibutuhkan kebijakan dari manajemen perusahaan,

sehingga sekali kebijakan telah ditetapkan akan menjadi pedoman pelaksanaan K3 dalam

lingkungan perusahaan sampai diterbitkannya kebijakan lain yang menggantikan

kebijakan terdahulu.

Menurut Muhammad (2005), kebijakan K3 merupakan komponen dasar kebijakan

manajemen yang akan memberi arah bagi setiap pertimbangan yang menyangkut aspek

operasional dari kualitas, volume dan hubungan kerja.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari

sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,

tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 guna

terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum No.09, 2008).

Sistem manajemen K3 yang baik terdiri dari Plan, Do, Check, Action (PDCA),

yaitu empat langkah siklus peningkatan kualitas yang melibatkan perbaikan

berkesinambungan berdasarkan analisis, pelaksanaan desain, dan evaluasi, dan

menekankan perhatian konstan dan reaksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas (dikutip dari

(45)

Plan atau rencana adalah tahapan merancang atau merencanakan dan merevisi

atau memperbaiki aktivitas tertentu. Do yang merupakan implementasi dari plan adalah

tahapan pelaksanaan dari proyek konstruksi tersebut. Check atau study adalah tahapan

dalam mengevaluasi performa atau kinerja dari semua tahapan yang sudah dilakukan

sebelumnya. Sedangkan Act adalah tahapan dalam membuat perubahan disegala tahapan

untuk menciptakan perbaikan jika terjadi penyimpangan dalam proyek konstruksi

(Maylor, 1996).

Sumber: Shewhart, Statistical Method from the Viewpoint of Quality Control, New York, 1939

Gambar 2.1 Siklus P-D-C-A

Plan, do, check, action, diterjemahkan dalam lima unsur penunjang yaitu :

1. Penetapan kebijakan (policy)

Kebijakan adalah langkah awal perusahaan dalam mendukung pekerja di semua

tingkatan dari top management sampai bottom management agar dapat merasa aman

dan terlindungi saat bekerja. Kebijakan perusahaan menjadi dasar dari pelaksanaan Do :

Project execution

Check/Study : Evaluated performance of all

phases Act :

Make Changes in all phases to provide for improvement

Plan : Formulation and

(46)

seputar K3, detail tanggung jawab setiap level manajemen tentang K3, dan detail

proses manajemen K3 perusahaan (Holt, 2005)

2. Koordinasi (organizing)

Setelah melakukan penetapan kebijakan, diperlukan keterlibatan dan komitmen

pekerja agar kebijakan yang telah ditetapkan dapat efektif. Budaya K3 yang positif

harus dapat dimengerti dan dapat dijalankan oleh semua pekerja di setiap level

manajemen yang ada. Setiap pekerja harus memiliki komitmen untuk dapat

menciptakan budaya K3 positif (David, 2002). Oleh karena itu perlu adanya

koordinasi dari pihak manajemen untuk mendukung terciptanya budaya K3 yang

positif.

3. Perencanaan dan pelaksanaan (planning and implementing)

Langkah perencanaan meliputi pengaturan sasaran terhadap aktifitas yang ada,

identifikasi bahaya, memperkirakan resiko yang timbul, realisasi dan implementasi

standar K3 dan pengembangan budaya K3 yang positif. Standar yang dihasilkan dari

proses perencanaan harus dapat diukur, dicapai dan realistis. Proses perencanaan

standar dan pelaksanaan secara garis besar dibagi menjadi dua proses besar untuk

mengantisipasi perilaku tidak aman (unsafe act) dan keadaan tidak aman (unsafe

condition) pada tempat kerja (Ridley, 1986).

4. Pengukuran Kinerja (measure performance)

Pengukuran Kinerja Reaktif (PKR) berfungsi untuk mengukur hasil keluaran dari

(47)

akibat kecelakaan dan sebagainya atau dengan kata lain pengukuran ini dilakukan

terhadap kecelakaan yang terjadi (Holt, 2005)

5. Pemeriksaan dan peninjauan kembali (reviewing performance)

Dari informasi hasil pengukuran kinerja, proses pemeriksaan dan peninjauan kembali

akan mengidentifikasi situasi di lapangan terhadap resiko kecelakaan dan melakukan

tindakan perbaikan serta pencegahan terhadap situasi tersebut. Hal ini juga dilakukan

untuk peningkatan kinerja perusahaan nantinya.

Gambar 2.2. Elemen Kunci Sistem Manajemen K3

(Health and Safety Executive UK, 2001)

2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Tujuan dari penerapan K3 adalah sebagai berikut:

- Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja

- Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien Policy

Feedback loop to improve performance Key Element

(48)

- Menjamin proses produksi berjalan lancar

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan

disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas

kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat

kerja.

Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari K3 adalah sebagai berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan K3 baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seselektif

mungkin

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau

kondisi kerja

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindung dalam bekerja

Tujuan K3 menurut ILO dan WHO antara lain:

a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi

tingginya baik jasmani maupun rohani

b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja

c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang timbul akibat pekerjaan

d. Menempatkan tenaga kerja pada suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi

(49)

Sesuai dengan Pasal 2 Permennaker No. 05/MEN/1996, tujuan dan sasaran

penerapan Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang

terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat

kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Pelaksanaan Sistem Manajemen K3 bertujuan untuk menciptakan kondisi

lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman, serta terbebas dari resiko bahaya yang

mungkin timbul dan pada gilirannya perusahaan akan memperoleh pekerja yang sehat

dan produktif (Depnaker RI, 2000).

2.3. Teori Tentang Manajemen Konstruksi

2.3.1. Pengertian tentang Manajemen

Ernie & Kurniawan (2005) menyatakan pengertian manajemen sebagai seni atau

proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan.

Manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan

efisien lewat perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya

organisasi (Daft, 2003)

Manullang (2002) mendefinisikan manajemen sebagai seni ilmu pengetahuan,

pengorganisasian, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Menurut Plunket (2005), manajemen merupakan satu atau lebih manajer yang

(50)

melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf,

pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi,

material, uang dan orang).

Sedangkan Lewis (2005) mendefinisikan manajemen sebagai proses mengelola

dan mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha

untuk mencapai tujuan organisasi.

2.3.2. Prinsip Dasar Manajemen

Prinsip-prinsip manajemen adalah dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari

keberhasilan sebuah manajemen.

Menurut Henry Fayol (1997) 14 prinsip manajemen :

1. Pembagian pekerjaan (division of work) yaitu suatu pembagian pekerjaan atau tugas

yang mengarah pada pertumbuhan spesialisasi di segenap bidang yang diperlukan

untuk mencapai efisiensi dan efektifitas penggunaan tenaga kerja.

2. Kewenangan dan tanggung jawab (authority and responsibility) yaitu perlunya

keseimbangan harmonis antara wewenang dan tanggung jawab dimana keduanya tak

dapat dipisahkan.

3. Disiplin (discipline) yaitu suasana tertib dan teratur, dimana orang yang berada

dalam organisasi tunduk, patuh dan taat pada norma atau ketentuan yang ada tanpa

unsur paksaan.

4. Kesatuan komando (unity of command) yaitu segenap anggota organisasi hanya

menerima perintah dan melaporkan pelaksanaan perintah atau hasil pekerjaan serta

(51)

5. Kesatuan arah (unity of direction) yaitu setiap kelompok yang melakukan kegiatan

bertujuan sama harus memiliki seorang pemimpin dan memiliki satu rencana.

6. Kepentingan individu harus tunduk kepada kepentingan umum (subordination of

individual interest to general interest) yaitu kepentingan umum ditempatkan diatas

segala kepentingan, baik kelompok maupun pribadi.

7. Gaji (remuneration of personel) yaitu sistem dan metode penggajian bersifat adil dan

memberikan kepuasan maksimal bagi buruh dan majikan.

8. Pemusatan wewenang (centralization) yaitu pemusatan kekuasaan dalam kelompok

tunggal dan kepemimpinannya diserahkan pada satu orang pemimpin agar anggota

atau pegawai tidak dibingungkan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

yang dibebankan.

9. Jenjang bertangga (hierarchy) merupakan garis tingkatan wewenang dan tanggung

jawab dari tingkatan tertinggi hingga terendah dan tidak boleh ada penyimpangan.

10. Ketertiban (order) yaitu keteraturan dan kelancaran organisasi dimana setiap anggota

mematuhi dan mentaati segala ketentuan yang menyangkut kondisi yang baik dalam

pencapaian tujuan.

11. Keadilan (equity) yaitu pemimpin tidak boleh memperlakukan anggota dengan

semena-mena, menghargai setiap prestasi, memberikan kesempatan untuk

menyampaikan saran dan kritik dan informasi yang membangun dalam upaya

pengambilan keputusan yang lebih tepat.

12. Stabilitas jabatan pegawai (stability of tenure of personel) yaitu memelihara dan

(52)

keselamatan kerja dan sebagainya yang dapat menimbulkan kelancaran dan

kelangsungan proses kegiatan manajemen.

13. Prakarsa (inisiative) yaitu penghargaan atas saran, ide, gagasan, kritik dan informasi

yang dikemukakan anggota atau bawahan sehingga menciptakan cara kerja baru

yang lebih efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.

14. Kesatuan (esprit de corps) yaitu pembinaan, bimbingan dan motivasi yang menerus

terhadap anggota atau pegawai agar memiliki jiwa kesatuan dan rasa setia kawan.

Manajemen digunakan dalam segala bentuk kegiatan, dari kegiatan profesi

maupun organisasi swasta, maka manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan

berikut (Hasibuan, 2005):

1. Manajemen tingkat pertama (manajemen lini) yaitu tingkat yang paling rendah dalam

suatu organisasi, dimana seorang bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain.

2. Manajemen menengah (middle manager), yaitu mencakup lebih dari satu tingkatan

didalam organisasi.

3. Manajemen puncak (top manager), yaitu terdiri atas kelompok yang relatif kecil

yang bertanggung jawab atas manajemen dari keseluruhan organisasi.

2.3.3. Pengertian Manajemen Konstruksi

Manajemen konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek

dapat diaplikasikan secara tepat. Manajemen konstruksi merupakan pengelolaan sumber

daya manusia yang dikelompokkan dalam 5M (manpower, material, machines, money

(53)

perencanaan dan kurangnya dukungan manajemen dapat berakibat gagalnya suatu

proyek.

Sasaran manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau

mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal

sesuai dengan persyaratan (spesification). Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu

diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu

pelaksanaan.

Manajemen konstruksi adalah suatu pendekatan inovatif dan ilmiah untuk

pengerjaan suatu proyek konstruksi. Manajemen konstruksi telah berkembang menjadi

metode pengelolaan proyek seiring dengan semakin berkembangnya jenis dan lingkup

proyek konstruksi. Gambaran tentang kegiatan manajemen konstruksi dapat dilihat pada

gambar berikut;

Sumber : Ritz J. George, Total Construcion Project Management, Mc Graw Hill Inc, Singapore, 1994, pg 14

Gambar 2.3 Proses Manajemen Konstruksi

Beberapa definisi dari Manajemen Konstruksi, yaitu :

1. Manajemen konstruksi adalah ilmu yang mempelajari dan mempraktekkan

aspek-aspek manajerial dan teknologi industri konstruksi. Manajemen konstruksi juga dapat Construction

Specification System & ReportInformation

(54)

diartikan sebagai sebuah model bisnis yang dilakukan oleh konsultan konstruksi

dalam memberi nasehat dan bantuan dalam sebuah proyek pembangunan (dikutip

dari

2. Suatu Team Management yang bertugas menjalankan Planning, Design and

Construction yang terintegrasi sebagai suatu sistem. Konsultan manajemen

konstruksi bertugas sejak tahap perencanaan sampai serah terima kedua pekerjaan

konstruksi fisik, dan berfungsi melakukan pengendalian pada tahap perencanaan

hingga konstruksi baik di tingkat program maupun tingkat operasional. (Krisna

Mochtar, Diktat Kuliah Manajemen Konstruksi, 2003, Undang-undang No.18 tahun

1999)

3. Suatu disiplin dan sistem manajemen, yang bertujuan untuk mensukseskan

pelaksanaan proyek sesuai dengan keinginan Owner. Agency CM (Konsultan

Manajemen Konstruksi), bertanggung jawab kepada Owner pada setiap tahapan

pelaksanaan proyek. (Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia - HAMKI)

4. Manajemen konstruksi adalah mengatur desain dan konstruksi dari suatu proyek

untuk memenuhi program arsitektural dan konstruksi pada biaya yang minim bagi

owner dengan kerangka kerja keuntungan bagi para partisipan. (IAI)

5. Konsultan manajemen konstruksi yang bertugas sejak tahap perencanaan sampai

serah terima kedua pekerjaan konstruksi fisik, dan berfungsi melakukan

pengendalian pada tahap perencanaan dan tahap konstruksi, baik di tingkat program

Gambar

Gambar 2.1 Siklus P-D-C-A
Gambar 2.2. Elemen Kunci Sistem Manajemen K3
gambar berikut;
Gambar 2.4 Tiga Kendala
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demikian halnya dengan siswa tuna rungu, dengan dukungan yang diberikan oleh orang tua dan disertai dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi, seharusnya anak- anak tuna rungu

semester genap, tahun 2013/2014, Program Studi Arsitektur, Fakultas Arsitejtur. dan Desain, Universitas Katolik Soegijapranata

Lingkup kegiatannya adalah: (1) Fokus kepada rehabilitasi jaringan irigasi pada daerah irigasi yang rusak agar kualitas layanan irigasi dapat segera kembali

Penelitian ini telah dilakukan pada 36 responden, dukungan ekologi perkembangan sosial yang dilakukan selama tahun 2017 di TK AR Rahman Bandar Lampung adalah:

Dengan ini saya mengajukan permohonan untuk dapat melanjukan studi program strata satu (S1) di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, dan berjanji

Perawatan tali pusat di Puskesmas Panjatan 1 Kulonprogo menggunakan prinsip bersih dan kering tanpa diberikan ramuan apapun, hal tersebut selalu dilakukan oleh ibu

1) Merupakan material yang baik untuk mendukung bangunan dan badan jalan, karena mempunyai kapasitas dukung yang tinggi dan penurunan kecil, asalkan tanahnya relative

Berdasarkan hipotesis yang diajukan bahwa tabungan memiliki hubungan yang positip terhadap pertumbuhan konsumsi , dan ini tidak menyalahi model , karena hasil