PELAKSANAAN PROYEK DI PT. WASKITA KARYA
(PERSERO) MEDAN
TESIS
Oleh
SARIATY SEBAYANG
NIM 087019126/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PELAKSANAAN PROYEK DI PT. WASKITA KARYA
(PERSERO) MEDAN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SARIATY SEBAYANG
NIM 087019126/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DILIHAT DARI SISI PENINGKATAN KINERJA WAKTU DAN BIAYA PELAKSANAAN PROYEK DI PT. WASKITA KARYA (PERSERO) MEDAN
Nama Mahasiswa : Sariaty Sebayang Nomor Pokok : 087019126
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Sumono, MS.) (Prof. Dr. Rismayani, SE, MS.)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. Sumono, MS. Anggota : 1. Prof. Dr. Rismayani, SE, MS.
2. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA. 3. Drs. Syahyunan, M.Si.
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. Sumono, MS. Anggota : 1. Prof. Dr. Rismayani, SE, MS.
2. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA. 3. Drs. Syahyunan, M.Si.
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul :
“Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT.
Waskita Karya (Persero) Medan”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh
siapapun juga sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar
dan jelas.
Medan, 18 April 2012 Yang membuat pernyataan,
Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja. Hal ini sangat memprihatinkan karena rendahnya kesadaran pekerja di Indonesia tentang perlunya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). K3 diterapkan dengan tujuan untuk melindungi para pekerja dan proyek dari kerugian. Oleh karena itu implementasi K3 menjadi hal yang penting bagi keberhasilan suatu proyek.
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, teori tentang manajemen proyek, serta teori tentang kinerja Manajer Konstruksi.
Pendekatan penelitian adalah survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh, dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Sampel penelitian ini adalah seluruh pegawai PT. Waskita Karya (Persero) Medan yang berjumlah 43 Orang.
Hasil penelitian uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara parsial pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Artinya, keberhasilan proyek PT. Waskita Karya (Persero) Medan dapat dipengaruhi oleh pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi. Pada hipotesis kedua, secara serempak pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Secara parsial variabel masa kerja berpengaruh lebih dominan daripada variabel pendidikan. Artinya, variabel masa kerja lebih berperan dalam menentukan pemahaman Manajer Konstruksi dibandingkan dengan variabel pendidikan. Hipotesis ketiga, secara serempak waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Kontruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Secara parsial variabel waktu berpengaruh lebih dominan daripada variabel biaya. Artinya variabel waktu lebih berperan dalam menentukan kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan dibandingkan dengan variabel biaya.
Kesimpulan penelitian ini adalah; pada hipotesis pertama, secara parsial pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan, pada hipotesis kedua, secara serempak pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (persero) Medan, dan pada hipotesis ketiga, secara serempak waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (persero) Medan.
Sector of construction industry has a high risk of occupational accidents. In Indonesia, one case of occupational accident occurs once in seven seconds. It is very alarming that this occurred because of the low awareness of Indonesian workers in the importance of the application of Occupational Health and Safety to protect the workers and projects from damages.
The theory used in this study was the one related to occupational health and safety, project management, and the performance of Construction Manager.
The data of this descriptive quantitative survey study were analyzed through simple linier regression and multiple linier regression analysis methods. All of the 43 employees of PT. Waskita Karya (Persero) Medan were selected to be the samples for this study through census sampling method.
The result of the first hypothesis test showed that, partially, the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager had significant influence on the succsess of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan which means the success of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan can be influenced by the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager. The result of the second hypothesis test showed that, simultaneously, education and length of service had influence on the understanding of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Partially, the variable of length of service had a more dominant influence compared to the variable of education which means that the variable of length of service played more roles in determining the understanding of the Construction Manager compared to the variable of education. The result of the third hypothesis showed that, simultaneously, time and cost had influence on the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Partially, the variable of time had a more dominant influence compared to the variable of cost which means that the variable of time played more roles in determining the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan compared to the variable of cost.
The conclusion drawn from this study is: in the First hypothesis, partially, the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager had significant influence on the success of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan; In the Second hypothesis, simultaneously, education and length of service had influence on the understanding of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan; and in the Third hypothesis, simultaneously, time and cost had influence on the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat
dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul Penelitian yang dilakukan
penulis adalah “Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Suatu Proyek Dilihat
dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita
Karya (Persero) Medan”. Selama melakukan penelitian ini dan selama mengikuti proses
perkuliahan, penulis banyak memperoleh bantuan moril dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh
pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti
proses perkuliahan maupun pada saat penulis melakukan penelitian. Ucapan terima kasih
dan penghargaan yang tulus dan setinggi-tinginya penulis sampaikan kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
banyak memberi pengarahan dan bimbingan kepada penulis demi kesempurnaan
tesis ini.
6. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak
memberi pengarahan, bimbingan dan motivasinya kepada penulis demi kesempurnaan
tesis ini.
7. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA, Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, Bapak Drs.
Rahmad Sumanjaya, Msi, selaku Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan
masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.
8. Selurah Staf Pengajar Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi penulis, dan seluruh staf pegawai administrasi Magister Ilmu
Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Teristimewa untuk orang tua tercinta Bapak S. Sebayang (alm.), yang saat
mengenangnya memberikan semangat kepada penulis dan Ibu S br. Sinulingga yang
dengan tulus berdoa untuk penulis.
10.Mutiara hidupku Elizabeth Mutiara Harty dan suami terkasih Ir. Budi Haryono
Notosaputro atas dukungannya.
13.Sahabat Penulis Afrita Abduh, SH, MH yang tidak pernah bosan memberikan
semangat dan motivasinya.
14.Seluruh rekan mahasiswa Angkatan XV di Program Studi Magister Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Dina Rosmaneliana,
SE, MSi atas bantuan dan dukungannya selama penulisan tesis ini.
Penulis menyadari tesis ini masih memiliki kekurangan, namun harapan penulis semoga
tesis ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi pengembangan serta penelitian
dalam bidang Ilmu Manajemen. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita
semua. Amin.
Medan, 18 April 2012 Penulis,
Sariaty Sebayang, lahir di Medan, Provinsi Sumatera Utara tanggal 8 April 1971.
Anak ketujuh dari tujuh bersaudara, dari pasangan Ayahanda S. Sebayang (alm.) dan
Ibunda S.Br.Sinulingga. Menikah pada tanggal 9 Februari 2005 dengan Ir. Budi Haryono
Notosaputro dan dikaruniai satu orang putri yaitu Elizabeth Mutiara Harty.
Pendidikan dimulai dari tahun 1977 di Sekolah Dasar Katolik St. Antonius IV
Medan, tamat dan lulus pada tahun 1983. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 1 Medan, tamat dan lulus pada tahun 1986. Selanjutnya
meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA PKMI I Hang Tuah Medan,
tamat dan lulus pada tahun 1989. Menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 (S-1) di
Fakultas Teknik jurusan Arsitektur Universitas Katolik St. Thomas Medan, tamat dan
lulus pada tahun 1996. Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan Strata 2 (S-2)
Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara (USU).
Tahun 1997 bekerja sebagai staf teknik di PT. Pisma Gajah Putra Pekalongan,
Jawa Tengah. Tahun 1998 bekerja sebagai staf umum di PT. Indorama Tbk Jakarta.
Tahun 2000 bekerja di PT. Karyaputra Aditama, Medan, perusahaan yang bergerak di
bidang konstruksi dan perencanaan gedung. Tahun 2010 Penulis bekerja sebagai
ABSTRAK………... i
2.1. Penelitian Terdahulu………...………... 16
2.2. Teori tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).……... 16
2.2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)…... 16
2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)……... 22
2.3. Teori tentang Manajemen Konstruksi………... 24
2.3.1. Pengertian tentang Manajemen………... 24
2.3.2. Prinsip Dasar Manajemen..……….………... 25
2.3.3. Pengertian Manajemen Konstruksi………... 27
2.3.4. Fungsi-fungsi Manajemen Konstruksi.………... 31
2.3.5. Tujuan dan Manfaat Manajemen Konstruksi.……... 32
2.4. Tahapan Proyek Konstruksi………... 35
2.4.1. Peran dan Tanggung Jawab Manajemen Konstruksi dalam Tahap Perencanaan ………... 39
2.4.2. Peran dan Tanggung Jawab Manajemen Konstruksi dalam Tahap Pelelangan...………... 42
2.4.3. Peran dan Tanggung Jawab Manajemen Konstruksi Konstruksi dalam Tahap Pelaksanaan Konstruksi.…... 47
2.7. Keberhasilan Proyek………... 60
2.7.1. Faktor-faktor Keberhasilan Proyek...………... 63
2.7.1.1. Faktor Biaya.………... 64
2.7.1.2. Faktor Waktu.………... 67
2.8. Kinerja...………... 70
2.8.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja…... 71
2.8.2. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja...………... 72
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 75
3.6. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel... 77
3.6. 1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama……….…... 77
3.6. 2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua..…... 79
3.6. 3. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Ketiga..……….…... 81
3.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas..………... 82
3.7.1. Uji Validitas………... 82
3.8.1. Analisis Data Hipotesis Pertama.………... 89
3.8.2. Analisis Data Hipotesis Kedua………... 90
3.8.3. Analisis Data Hipotesis Ketiga………... 91
3.9. Pengujian Asumsi Klasik.………... 91
3.9.1. Uji Normalitas……….………... 91
3.9.2. Uji Multikolinieritas…………....………... 92
4.1.1.2.Visi dan Misi PT. Waskita Karya (Persero) Medan.. 95
4.1.1.2.1.Visi..………... 95
4.1.1.2.2.Misi..………... 96
4.1.1.3.Struktur Organisasi, Tugas dan Wewenang... 96
4.1.1.3.1. Struktur Organisasi…………... 96
4.1.1.3.2. Tugas dan Wewenang….……... 97
4.1.2. Karakteristik Responden…………... 101
4.1.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…....……... 101
4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 102
4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan.. 103
4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja.. 104
4.1.3. Penjelasan Responden atas Variabel Penelitian... 105
4.1.3.1. Hipotesis I…..…………... 105
4.1.3.2. Hipotesis 2…..…………... 109
4.1.3.3. Hipotesis 3…..…………... 114
4.1.4. Pengujian Hipotesis Pertama.……... 119
4.1.4.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama... 119
4.1.4.2. Hasil Analisis Regresi Sederhana Hipotesis Pertama.…... 120
4.1.4.3. Koefisien Determinasi (R-Square)... 121
4.1.4.4. Uji Parsial Hipotesis Pertama………... 122
4.1.5. Pengujian Hipotesis Kedua………... 123
4.1.5.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Kedua... 123
4.1.5.2. Hasil Analisis Regresi Berganda Hipotesis Kedua.. 125
4.1.5.3. Koefisien Determinasi (R-Square)... 126
4.1.5.4. Uji Serempak Hipotesis Kedua…... 126
4.1.5.5. Uji Parsial Hipotesis Kedua….…... 127
4.1.6. Pengujian Hipotesis Ketiga………... 128
4.1.6.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Ketiga... 128
4.1.6.2. Hasil Analisis Regresi Berganda Hipotesis Ketiga.. 130
4.1.6.3. Koefisien Determinasi (R-Square)... 131
4.1.6.4. Uji Serempak Hipotesis Ketiga…... 131
4.1.6.5. Uji Parsial Hipotesis Ketiga…... 131
4.2. Pembahasan………... 133
Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan... 139
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...………... 142
5.1. Kesimpulan…………...………... 142
5.2. Saran..………... 143
No Judul Halaman
1.1 Data Kecelakaan Kerja………... 3
2.1 Tujuan dan Motivasi Sasaran Proyek……….…... 36
2.2 Peran Manajemen Konstruksi pada Tahap Pelaksanaan... 49
3.1 Identifikasi, Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian Hipotesis Pertama... 79
3.2 Identifikasi, Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian Hipotesis Kedua... 80
3.3 Identifikasi, Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian Hipotesis Ketiga... 82
3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajer Konstruksi... 83
3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Keberhasilan Proyek... 84
3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pendidikan………... 85
3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Masa Kerja... 85
3.8 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pemahaman Manajer Konstruksi... 86
3.9 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Waktu... 87
3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Biaya... 87
3.11 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja... 88
3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel……... 89
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………... 101
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………... 102
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... ... 103
Kecelakaan Kerja………... 106
4.7 Penjelasan Responden atas Kewajiban Penggunaan Alat Pelindung
bagi Seluruh Pekerja Proyek pada saat Berada di Lokasi Proyek……… 106
4.8 Penjelasan Responden atas Kesesuaian antara Biaya yang
Digunakan untuk Menyelesaikan Suatu Proyek dengan Biaya yang
Dianggarkan…………..………. ... 107
4.9 Penjelasan Responden atas Kesesuaian antara Waktu yang Digunakan dalam Penyelesaian Proyek dengan Waktu yang
Direncanakan….…………..………... 108
4.10 Penjelasan Responden atas Kesesuaian antara Mutu Pekerjaan yang
Diselesaikan dengan Mutu yang Diinginkan Owner ………..…... 108
4.11 Penjelasan Responden atas Kemampuan Manajer Konstruksi dalam
Penguasaan Teori yang Berkaitan dengan Pekerjaannya... 109
4.12 Penjelasan Responden atas Kemampuan Manajer Konstruksi dalam
Membuat Keputusani yang Berkaitan dengan Pekerjaannya... 110
4.13 Penjelasan Responden atas Pengaruh Rentang Waktu Kerja
Terhadap Hasil Pekerjaan Manajer Konstruksi………... 110
4.14 Penjelasan Responden atas Hubungan antara Peningkatan
Keahlian Manajer Konstruksi dengan Masa Kerja Seorang Manajer.…. 111
4.15 Penjelasan Responden atas Kompetensi Akademis Yang Dimiliki
Manajer Konstruksi………... 112
4.16 Penjelasan Responden atas Pengalaman yang Dimiliki Manajer
Konstruksi dalam Menyelesaikan Suat Proyek…... 112
4.17 Penjelasan Responden atas Kemampuan Manajer Konstruksi dalam
Beradaptasi dengan Lingkungan Sosial Ekonomi Suatu Proyek………. 113
4.18 Penjelasan Responden atas Pelaksanaan Jadwal Pekerjaan Proyek
yang Dilakukan Manajer Konstruksi………... 114
Digunakan pada Suatu Proyek………..……….. ... 116
4.22 Penjelasan Responden atas Pengendalian Biaya yang Dilakukan dalam Suatu Proyek……….…………... 117
4.23 Penjelasan Responden atas Kemampuan Manajer Konstruksi dalam Menyelesaikan Suatu Proyek………... 117
4.24 Penjelasan Responden atas Pengetahuan yang Dimiliki Manajer Konstruksi Berkaitan denganPekerjaannya……...…... 118
4.25 Penjelasan Responden atas Motivasi Manajer Konstruksi dalam Menyelesaikan Suatu Proyek.…….…………..………... 119
4.26 Koefisien Regresi Sederhana Hipotesis Pertama….…….…... 120
4.27 Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama……... 121
4.28 Hasil Uji Parsial Hipotesis Pertama………..…... 122
4.29 Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Kedua.…... 124
4.30 Koefisien Regresi Berganda Hipotesis Kedua.…………... 125
4.31 Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua.………... 126
4.32 Hasil Uji F Hipotesis Kedua.………..………... 126
4.33 Hasil Uji Parsial Hipotesis Kedua.………..…………... 127
4.34 Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Ketiga.…..….……... 129
4.35 Koefisien Regresi Berganda Hipotesis Ketiga.………….…... 130
4.36 Koefisien Determinasi Hipotesis Ketiga………... 131
4.37 Hasil Uji F Hipotesis Ketiga………....………... 132
No Judul Halaman
1.1 Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama.………... 15
1.2 Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua...………... 15
1.3 Kerangka Berpikir Hipotesis Ketiga...………... 15
2.1 Siklus P-D-C-A………... 20
2.2 Elemen Kunci Sistem Manajemen K3………... 22
2.3 Proses Manajemen Konstruksi………... 28
2.4 Tiga Kendala………... 36
2.5 Linear Nature of The Project Life Cycle………... 37
2.6 Sistem Manajemen Waktu………... 68
4.1 Struktur Organisasi PT. Waskita Karya (Persero)... 97
4.2 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama………... 120
4.3 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua..………... 123
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua..……... 124
4.5 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Ketiga………..……... 128
No Judul Halaman
1 Kuesioner...………... 149
2 Karakteristik Responden...………... 156
3 Uji Validitas dan Reliabilitas...………... 157
4 Deskriptif Variabel………... 162
Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja. Hal ini sangat memprihatinkan karena rendahnya kesadaran pekerja di Indonesia tentang perlunya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). K3 diterapkan dengan tujuan untuk melindungi para pekerja dan proyek dari kerugian. Oleh karena itu implementasi K3 menjadi hal yang penting bagi keberhasilan suatu proyek.
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, teori tentang manajemen proyek, serta teori tentang kinerja Manajer Konstruksi.
Pendekatan penelitian adalah survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh, dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Sampel penelitian ini adalah seluruh pegawai PT. Waskita Karya (Persero) Medan yang berjumlah 43 Orang.
Hasil penelitian uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara parsial pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Artinya, keberhasilan proyek PT. Waskita Karya (Persero) Medan dapat dipengaruhi oleh pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi. Pada hipotesis kedua, secara serempak pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Secara parsial variabel masa kerja berpengaruh lebih dominan daripada variabel pendidikan. Artinya, variabel masa kerja lebih berperan dalam menentukan pemahaman Manajer Konstruksi dibandingkan dengan variabel pendidikan. Hipotesis ketiga, secara serempak waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Kontruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Secara parsial variabel waktu berpengaruh lebih dominan daripada variabel biaya. Artinya variabel waktu lebih berperan dalam menentukan kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan dibandingkan dengan variabel biaya.
Kesimpulan penelitian ini adalah; pada hipotesis pertama, secara parsial pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan, pada hipotesis kedua, secara serempak pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (persero) Medan, dan pada hipotesis ketiga, secara serempak waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (persero) Medan.
Sector of construction industry has a high risk of occupational accidents. In Indonesia, one case of occupational accident occurs once in seven seconds. It is very alarming that this occurred because of the low awareness of Indonesian workers in the importance of the application of Occupational Health and Safety to protect the workers and projects from damages.
The theory used in this study was the one related to occupational health and safety, project management, and the performance of Construction Manager.
The data of this descriptive quantitative survey study were analyzed through simple linier regression and multiple linier regression analysis methods. All of the 43 employees of PT. Waskita Karya (Persero) Medan were selected to be the samples for this study through census sampling method.
The result of the first hypothesis test showed that, partially, the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager had significant influence on the succsess of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan which means the success of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan can be influenced by the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager. The result of the second hypothesis test showed that, simultaneously, education and length of service had influence on the understanding of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Partially, the variable of length of service had a more dominant influence compared to the variable of education which means that the variable of length of service played more roles in determining the understanding of the Construction Manager compared to the variable of education. The result of the third hypothesis showed that, simultaneously, time and cost had influence on the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Partially, the variable of time had a more dominant influence compared to the variable of cost which means that the variable of time played more roles in determining the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan compared to the variable of cost.
The conclusion drawn from this study is: in the First hypothesis, partially, the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager had significant influence on the success of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan; In the Second hypothesis, simultaneously, education and length of service had influence on the understanding of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan; and in the Third hypothesis, simultaneously, time and cost had influence on the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan.
1.1. Latar Belakang
Proyek konstruksi merupakan sektor industri dengan resiko kecelakaan kerja yang
cukup tinggi. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (dikutip
dari
Berbagai penyebab utamanya adalah karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik
dengan tingkat kesulitan yang berbeda di setiap proyek, lokasi kerja dengan kondisi yang
tidak dapat ditentukan, bersifat terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang
terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, tenaga kerja yang tidak
terlatih dan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3 ) yang sangat lemah.
Kewajiban untuk menyelenggarakan sistem manajemen K3 pada
perusahaan-perusahaan besar melalui Undang-undang Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja
yang sudah menerapkan sistem manajemen K3 dari 15.000 lebih perusahaan berskala
besar di Indonesia. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya
anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan.
Padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi santunan untuk korban
kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya sistem manajemen K3, yang besarnya
mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak
selayaknya diabaikan (dikutip dari
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat hingga tahun 2010,
kecelakaan kerja masih didominasi bidang jasa konstruksi (31,9%), disusul industri
(31,6%), transport (9,3%), pertambangan (2,6%), kehutanan (3,8%), dan lain-lain (20%).
Tingginya angka kecelakaan kerja di sektor jasa konstruksi itu karena kesadaran dari
penyedia jasa terhadap keselamatan kerja masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
anggota yang memiliki sertifikat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) baru sekitar 5%. (dikutip dari http://soklin-soklin.
blogspot.com/2011/04/angka-kecelakaan-kerja-jasa-konstruksi.html-angka kecelakaan
kerja jasa konstruksi tinggi, 18 April 2011).
Masalah K3 secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini
ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Ketua Umum Asosiasi Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (A2K4) Indonesia Anas Zaini Z Iksan
mengatakan, “setiap tahun terjadi 96.000 kasus kecelakaan kerja”. Dari jumlah ini,
sebagian besar kecelakaan kerja terjadi pada proyek jasa konstruksi dan sisanya terjadi di
sektor Industri manufaktur (dikutip dari http://www.its.ac.id/personal/files/pub
Berdasarkan laporan PT. Jamsostek dari tahun 2000 sampai tahun 2011, jumlah
Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja
Tahun
Angka Kasus Kecelakaan (Jumlah kecelakaan kerja
yang terjadi per tahun)
2000 98.902
2001 104.774
2002 103.204
2003 105.846
2004 95.418
2005 99.023
2006 95.624
2007 83.714
2008 58.600
2009 54.398
2010 98.711
2011 99.941 Sumber: Jamsostek, 2012
Berdasarkan data yang tercatat di PT. Jamsostek, menunjukkan bahwa untuk
tahun 2002 terdapat 103.204 kasus kecelakaan kerja di Indonesia dan 1.253 kasus
kecelakaan kerja tersebut terjadi pada sektor jasa konstruksi dan pada periode tahun 2007
sedikitnya terjadi 65.000 kasus. Namun data tersebut diyakini bukan jumlah sebenarnya,
hanya 50% saja perusahaan yang mengasuransikan pekerjanya pada Jamsostek,
sedangkan data tersebut diambil dari jumlah klaim kepada Jamsostek.Seperti diakui oleh
berbagai kalangan di lingkungan Departemen Tenaga Kerja, angka kecelakaan kerja yang
tercatat dicurigai hanya mewakili tidak lebih dari setengah saja dari angka kecelakaan
kerja yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain rendahnya
kepentingan masyarakat untuk melaporkan kecelakaan kerja kepada pihak yang
oleh undang-undang, namun terdapat dua hal penghalang yaitu prosedur administrasi
yang dianggap merepotkan dan nilai klaim asuransi tenaga kerja yang kurang memadai.
Di samping itu, sanksi bagi perusahaan yang tidak melaporkan kasus kecelakaan kerja
sangat ringan.
Berdasarkan data PT. Jamsostek, kerugian langsung yang ditimbulkan akibat
kecelakaan kerja mencapai 300 miliar pada tahun 2008 (dikutip dari
bisa sekitar 15 kalinya kerugian langsung, sehingga estimasi kerugian bisa mencapai
40-50 triliun per tahun atau setara dengan satu persen GDP nasional setiap tahunnya (dikutip
dari vivanews.com, 6 November 2010). Kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan
kerja meningkat di tahun 2010 dan tahun 2011 masing-masing sebesar Rp 401,237 miliar
di tahun 2010 dan Rp 504,029 miliar di tahun 2011(Jamsostek, 2012)
Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar keselamatan
kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan dengan negara-negara Asia
Tenggara lainnya, termasuk dua negara lainnya, yakni Bangladesh dan Pakistan.
Kecelakaan kerja bersumber dari faktor-faktor organisasi dan manajemen, bukan dari
kesalahan pekerja. Para pegawai dan pekerja mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh
pihak manajemen agar tercipta suatu aktivitas kerja yang aman. Pihak manajemen harus
bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja para pekerjanya dengan menjalankan
peran Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) secara benar dan
Manajemen yang tepat pada setiap tahapan kegiatan konstruksi sangat diperlukan
dengan tujuan untuk mencapai hasil yang optimal dalam aspek biaya, mutu dan waktu.
Manajemen konstruksi mempunyai peranan mencapai empat sasaran keberhasilan proyek
yaitu tepat waktu, biaya sesuai anggaran, kualitas yang memenuhi spesifikasi yang
disyaratkan, dan terjaminnya keselamatan kerja.
Pelaku dari manajemen konstruksi dalam pembahasan ini adalah Manajer
Konstruksi sebagai orang yang bertanggung jawab dalam merencanakan, menjalankan
dan mengendalikan sebuah proyek. Manajer Konstruksi adalah suatu kesatuan organisasi
yang terdiri dari personel/orang-orang yang memiliki keahlian dalam managemen
konstruksi. Keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi akan sangat ditentukan oleh
kualitas dari Manajer Konstruksi yang dapat dilihat dari pendidikan dan pengalaman atau
masa kerjanya. Seorang Manajer Konstruksi mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam memastikan proyek tersebut berjalan sesuai dengan rencana dan dapat
menggunakan sumber daya yang tersedia dengan optimal dan bertanggung jawab juga
terhadap perencanaan proyek manajemen, manajemen harga, manajemen waktu,
manajemen kualitas, administrasi kontrak, manajemen keselamatan, dan praktik
profesional. Seorang Manajer Konstruksi harus mempunyai kualifikasi tertentu seperti
jiwa kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian sasaran, memiliki kredibilitas
secara teknis, latar belakang pengalaman yang cukup dan pendidikan yang memadai,
yang mempengaruhi kemampuan Manajer Konstruksi dalam pemahamannya terhadap
Kinerja kontraktor dalam melaksanakan proyek tidak terlepas dari peran sumber
daya manusia yang dimilikinya, dimana jika sumber daya manusia ini berhasil
dimanfaatkan semaksimal mungkin, akan sangat menentukan keberhasilan suatu proyek.
Semakin tinggi kinerja kontraktor dalam pelaksanaan proyek akan menurunkan biaya
proyek atau meningkatkan keuntungan, menghindari keterlambatan, dan kualitas proyek
dapat terpenuhi.
Untuk menghasilkan kinerja yang baik, sebuah proyek harus dimanage dengan
baik oleh Manajer Konstruksi yang berkualitas baik serta memiliki kompetensi yang
disyaratkan, yaitu yang mencakup unsur ilmu pengetahuan (knowledge), kemampuan
(skill) dan sikap (attitude). Ketiga unsur ini merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan keberhasilan proyek. Sebuah proyek dinyatakan berhasil apabila proyek
dapat diselesaikan dengan waktu, ruang lingkup dan biaya yang telah direncanakan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Sejauhmana pengaruh pemahaman manajemen atas Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Manajer Konstruksi terhadap keberhasilan suatu proyek di PT.
Waskita Karya (Persero) Medan?
2. Bagaimana pengaruh pendidikan dan masa kerja, terhadap tingkat pemahaman
Manajer Konstruksi atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Waskita
3. Bagaimana pengaruh waktu dan biaya terhadap kinerja Manajer Konstruksi di
PT. Waskita Karya (Persero) Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari tingkat pemahaman
manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi terhadap
keberhasilan suatu proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendidikan dan masa kerja,
terhadap tingkat pemahaman Manajer Konstruksi di PT. Waskita Karya (Persero)
Medan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh waktu dan biaya terhadap kinerja
Manajer Konstruksi di PT. Waskita Karya (Persero) Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1. Perusahaan konstruksi khususnya PT. Waskita Karya (Persero) Medan, sebagai
bahan masukan dan pertimbangan dalam mengelola manajemen konstruksi pada
pelaksanaan proyek dan dalam memilih Manajer Konstruksi sebagai penanggung
2. Ilmu pengetahuan, sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan
memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara, khususnya bagi program studi Ilmu Manajemen.
3. Masyarakat, sebagai informasi khususnya bagi yang bekerja pada bidang
konstruksi tentang pentingnya diterapkannya program sistem manajemen K3
untuk pencegahan kecelakaan pada saat bekerja dan memberikan motivasi pada
para pekerja konstruksi untuk senantiasa menerapkan disiplin kerja yang tinggi
untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja.
4. Peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai manajemen
K3, dan pengaruhnya terhadap keberhasilan proyek.
5. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah
yang sama di masa mendatang.
1.5. Kerangka Berpikir
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang paling
ringan sampai kepada yang paling berat (Pusat Kesehatan Kerja, 2008).
World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu
kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga
menghasilkan cidera yang riil.
Menurut Per 03/Men/1994 mengenai Program Jamsostek, pengertian kecelakaan
timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau
wajar dilalui.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi
bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat
luas (Depkes RI, 2008).
Menurut Notoatmodjo (2003), terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua
faktor utama yaitu fisik dan faktor manusia. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia)
yang tidak memenuhi keselamatan misalnya karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk,
kelelahan dan sebagainya. Faktor fisik yaitu kondisi lingkungan kerja yang tidak aman
(unsafety condition) misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, dan sebagainya.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan
disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produkitivitas
kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat
kerja.
Selanjutnya menurut Dewi (2006), dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di
Indonesia, keselamatan kerja adalah sarana utama dalam pencegahan penyakit, cacat
kematian yang disebabkan oleh penyakit akibat hubungan kerja. Kesehatan kerja yang
baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja
Bambang (2004) menyatakan bahwa keselamatan kerja adalah usaha-usaha yang
beserta hasil karyanya dan alat-alat kerjanya di tempat kerja. Usaha-usaha tersebut harus
dilakukan oleh semua unsur yang terlibat dalam proses kerja yaitu pekerja itu sendiri,
pengawas (kepala kelompok kerja), perusahaan, pemerintah dan masyarakat pada
umumnya. Tanpa ada kerjasama yang baik antara semua unsur tersebut mustahil
keselamatan kerja dapat diwujudkan secara maksimal.
Pasal 86 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan
dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Keselamatan juga dapat diartikan sebagai kebebasan dari bahaya akibat resiko
dari suatu pekerjaan dan terhindar dari bahaya cedera fisik dan resiko dari kerugian
kesehatan diluar periode waktu. Kemampuan memprediksi potensi bahaya, melakukan
pencegahan dan penanggulangannya merupakan kunci utama dari upaya peningkatan
Keselamatan dan Kesehatan kerja.
Secara filosofi K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur
(Depnaker RI, 1993).
K3 ditinjau berdasarkan aspek secara yuridis adalah upaya perlindungan bagi
keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi
dipergunakan secara aman dan efisien. Peninjauan dari aspek teknis K3 adalah ilmu
pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Penerapan K3 dijabarkan ke dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang disebut SMK3 (Soemaryanto, 2002).
Santoso (2004) menyatakan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan.
Pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Guna tercapainya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
UU Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 1996 pasal 3 mewajibkan setiap perusahaan
yang memiliki lebih dari 100 pekerja, atau kurang dari 100 pekerja tetapi dengan tempat
kerja yang beresiko tinggi, untuk mengembangkan SMK3 dan menerapkannya di tempat
kerja. SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari sistem manajemen suatu
perusahaan secara keseluruhan. SMK3 mencakup hal-hal berikut: struktur organisasi,
perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan
kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
Proyek adalah suatu kegiatan investasi yang menggunakan faktor-faktor produksi
untuk menghasilkan barang dan jasa yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan
dalam suatu periode tertentu (Bappenas TA-SRRP, 2003)
Menurut Gould (2002) proyek konstruksi dapat didefenisikan sebagai suatu
kegiatan yang bertujuan untuk mendirikan suatu bangunan yang membutuhkan sumber
daya, baik biaya, tenaga kerja, material dan peralatan. Proyek konstruksi dilakukan secara
detail dan tidak dilakukan berulang.
Manajer Konstruksi adalah suatu organisasi (proyek) multi disiplin profesional,
tangguh dan independen, yang bekerja untuk pemilik proyek dari saat awal perencanaan
sampai pengoperasian proyek, mampu bekerja sama dengan pihak arsitek terkait guna
mencapai hasil yang optimal dalam aspek waktu, dan kualitas seperti yang telah
ditetapkan sebelumnya, serta perubahan kondisi lingkungan internal maupun eksternal
proyek (dikutip dari
Construction Management Association of America (CMAA) menyatakan bahwa
ada tujuh kategori utama tanggung jawab seorang Manajer Konstruksi, yaitu perencanaan
proyek manajemen, manajemen harga, manajemen waktu, manajemen kualitas,
administrasi kontrak, manajemen keselamatan, dan praktik profesional (dikutip dari
Menurut Robins (2001), bahwa kemampuan intelektual atau fisik khusus yang
diperlukan untuk kinerja yang memadai pada suatu pekerjaan, bergantung pada
biasanya diakui apabila seorang individu telah melewati jenjang pendidikan tertentu.
Secara umum kemampuan individu akan meningkat sesuai dengan jenjang pendidikan
yang telah dilaluinya.
Masa kerja seseorang juga menunjukkan hubungan secara positif terhadap kinerja
seseorang. Masa kerja yang lama menunjukkan pengalaman yang lebih seseorang
dibandingkan rekan kerja yang lain, sehingga sering masa kerja/pengalaman kerja
menjadi pertimbangan suatu perusahaan dalam mencari pegawai (Robbins, 2001).
Sebagai lini terdepan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, Manajer Konstruksi
harus berusaha secara optimal untuk memenuhi seluruh kriteria output dari proyek dan
dapat sepenuhnya berfungsi sebagai penanggung jawab untuk tercapainya tujuan
fungsional proyek yaitu keberhasilan proyek.
Dipohusodo (1996) menyatakan bahwa, faktor-faktor biaya, waktu dan mutu
membentuk suatu tata hubungan yang saling mempengaruhi pada saat proyek
berlangsung. Faktor waktu dan biaya merupakan dua unsur kunci yang menentukan
selesainya sebuah proyek dengan baik, sesuai keinginan pemilik.
Keberhasilan proyek adalah proyek bisa diselesaikan tepat waktu, sesuai dengan
anggaran, spesifikasi teknik dan bisa menjawab kepuasan klien (Takim et al, 2002).
Biaya adalah sumber daya yang harus dikorbankan untuk mencapai tujuan
spesifik atau untuk mendapat sesuatu sebagai gantinya. Manajemen biaya proyek
termasuk di dalamnya adalah proses yang dibutuhkan untuk menjamin bahwa proyek
Oktober 2010).
Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada
atau berlangsung, dalam hal ini skala waktu merupakan interval antara dua buah
keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1997).
Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2001). SedangkanCasio (2003) menyatakan, kinerja merupakan
suatu jaminan bahwa seseorang pekerja atau kelompok mengetahui apa yang
diharapkannya dan memfokuskan kepada kinerja yang efektif.
Keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi akan sangat ditentukan oleh kualitas
dari orang-orang yang menanganinya, yaitu dari pendidikannya dan pengalaman atau
masa kerjanya, terutama mereka yang memegang posisi kunci seperti Manajer
Konstruksi. Manager Konstruksi mempunyai tugas dan tanggung jawab memimpin
pelaksanaan proyek sesuai perencanaan dalam upaya meningkatkan kinerja proyek.
Dari berbagai teori di atas maka Manager Konstruksi sebagai penanggung jawab
pelaksanaan proyek harus dapat dievaluasi tingkat pemahamannya dalam menjalankan
suatu proyek konstruksi. Pada penelitian ini yang dibahas adalah pemahaman terhadap
manajemen K3 berdasarkan latar belakang akan pentingnya manajemen K3 dalam suatu
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama
Gambar 1.2. Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua
Gambar 1.3. Kerangka Berpikir Hipotesis Ketiga
1.6. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang disusun dari literatur dihipotesiskan sebagai
berikut ;
1. Tingkat pemahaman manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajer
Konstruksi berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan proyek di PT. Waskita
Karya (Persero) Medan.
2. Pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi
atas K3 di PT. Waskita Karya (Persero) Medan.
3. Waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Konstruksi di PT.
Waskita Karya (Persero) Medan. Pemahaman
Manajemen K3 Manajer Konstruksi
Keberhasilan Proyek
Masa Kerja
Pemahaman Manajer Konstruksi
tentang K3 Pendidikan
Biaya
2.1. Penelitian Terdahulu
Akbar (2006) meneliti dengan judul “Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen
Resiko dan Manajemen Keselamatan Kerja oleh Manajer Konstruksi terhadap
Peningkatan Kinerja Waktu & Biaya Pelaksanaan Proyek”. Tujuan dari penelitian
tersebut adalah untuk menganalisis pengaruh dari tingkat pemahaman manajemen resiko
(Risk Management) dan manajemen keselamatan kerja (Safety Management) oleh
manajer konstruksi pada tahap pelaksanaan kegiatan konstruksi terhadap kinerja waktu
dan biaya. Dari hasil analisa korelasi, serta pembahasan berdasarkan kajian literature,
disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan proyek konstruksi terjadi keterkaitan (hubungan
antar ilmu pengetahuan) yang harus diaplikasikan dalam tahap pelaksanaan proyek, dan
harus dikuasai/dipahami oleh Manajer Konstruksi dalam meningkatkan kinerja proyek.
2.2. Teori tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian
perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan dengan
pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja
yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang
bersangkutan (Suma’mur, 2001).
Sedangkan menurut Mathias dan Jackson (2002), keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan
stabilitas emosi secara umum.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia K3 adalah suatu kondisi kerja yang
terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan
terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan.
OHSAS 18001:2007 mendefinisikan K3 sebagai kondisi dan faktor yang
mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan
kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja.
Mangkunegara (2002), K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.
Penyebab kecelakaan kerja pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu
(Santoso, 2004):
1. Tindakan membahayakan (Unsafe Practices/Actions)
a. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan
c. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknya
d. Memakai alat pelindung diri hanya berpura-pura
e. Menggunakan peralatan yang tidak layak
f. Pengerusakan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi manusia
g. Bekerja berlebihan/melebihi jam kerja di tempat kerja
h. Mengangkat/mengangkut beban yang berlebihan
2. Kondisi yang membahayakan;
a. Dalam keadaan pengaman yang berlebihan
b. Alat dan peralatan yang sudah tidak layak
c. Terjadi kemacetan
d. Sistem peringatan yang berlebihan
e. Ada api di tempat yang berbahaya
f. Alat penjaga/pengaman gedung kurang standar
g. Kondisi suhu yang membahayakan seperti terdapat gas dan lain-lain
h. Terpapar bising
Agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tidak terjadi, maka perlu
dilakukan berbagai upaya pengendalian yang efektif dan efisien melalui penerapan
program K3 yang berkesinambungan. Penerapan K3 merupakan jaminan terhadap setiap
sumber produksi agar dapat dipakai secara aman, efisien dan proses kerja dapat berjalan
dengan lancar. Kelalaian dalam penerapannya akan mengakibatkan kerugian secara
ekonomis. Dari segi keselamatan dapat menyebabkan kecelakaan terhadap manusia dan
bagi pekerja maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu, implementasi K3 menjadi
bagian yang penting bagi berlangsungnya suatu pekerjaan dan kesuksesan dari pekerjaan
tersebut.
Dalam pelaksanaan K3 dibutuhkan kebijakan dari manajemen perusahaan,
sehingga sekali kebijakan telah ditetapkan akan menjadi pedoman pelaksanaan K3 dalam
lingkungan perusahaan sampai diterbitkannya kebijakan lain yang menggantikan
kebijakan terdahulu.
Menurut Muhammad (2005), kebijakan K3 merupakan komponen dasar kebijakan
manajemen yang akan memberi arah bagi setiap pertimbangan yang menyangkut aspek
operasional dari kualitas, volume dan hubungan kerja.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 guna
terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.09, 2008).
Sistem manajemen K3 yang baik terdiri dari Plan, Do, Check, Action (PDCA),
yaitu empat langkah siklus peningkatan kualitas yang melibatkan perbaikan
berkesinambungan berdasarkan analisis, pelaksanaan desain, dan evaluasi, dan
menekankan perhatian konstan dan reaksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas (dikutip dari
Plan atau rencana adalah tahapan merancang atau merencanakan dan merevisi
atau memperbaiki aktivitas tertentu. Do yang merupakan implementasi dari plan adalah
tahapan pelaksanaan dari proyek konstruksi tersebut. Check atau study adalah tahapan
dalam mengevaluasi performa atau kinerja dari semua tahapan yang sudah dilakukan
sebelumnya. Sedangkan Act adalah tahapan dalam membuat perubahan disegala tahapan
untuk menciptakan perbaikan jika terjadi penyimpangan dalam proyek konstruksi
(Maylor, 1996).
Sumber: Shewhart, Statistical Method from the Viewpoint of Quality Control, New York, 1939
Gambar 2.1 Siklus P-D-C-A
Plan, do, check, action, diterjemahkan dalam lima unsur penunjang yaitu :
1. Penetapan kebijakan (policy)
Kebijakan adalah langkah awal perusahaan dalam mendukung pekerja di semua
tingkatan dari top management sampai bottom management agar dapat merasa aman
dan terlindungi saat bekerja. Kebijakan perusahaan menjadi dasar dari pelaksanaan Do :
Project execution
Check/Study : Evaluated performance of all
phases Act :
Make Changes in all phases to provide for improvement
Plan : Formulation and
seputar K3, detail tanggung jawab setiap level manajemen tentang K3, dan detail
proses manajemen K3 perusahaan (Holt, 2005)
2. Koordinasi (organizing)
Setelah melakukan penetapan kebijakan, diperlukan keterlibatan dan komitmen
pekerja agar kebijakan yang telah ditetapkan dapat efektif. Budaya K3 yang positif
harus dapat dimengerti dan dapat dijalankan oleh semua pekerja di setiap level
manajemen yang ada. Setiap pekerja harus memiliki komitmen untuk dapat
menciptakan budaya K3 positif (David, 2002). Oleh karena itu perlu adanya
koordinasi dari pihak manajemen untuk mendukung terciptanya budaya K3 yang
positif.
3. Perencanaan dan pelaksanaan (planning and implementing)
Langkah perencanaan meliputi pengaturan sasaran terhadap aktifitas yang ada,
identifikasi bahaya, memperkirakan resiko yang timbul, realisasi dan implementasi
standar K3 dan pengembangan budaya K3 yang positif. Standar yang dihasilkan dari
proses perencanaan harus dapat diukur, dicapai dan realistis. Proses perencanaan
standar dan pelaksanaan secara garis besar dibagi menjadi dua proses besar untuk
mengantisipasi perilaku tidak aman (unsafe act) dan keadaan tidak aman (unsafe
condition) pada tempat kerja (Ridley, 1986).
4. Pengukuran Kinerja (measure performance)
Pengukuran Kinerja Reaktif (PKR) berfungsi untuk mengukur hasil keluaran dari
akibat kecelakaan dan sebagainya atau dengan kata lain pengukuran ini dilakukan
terhadap kecelakaan yang terjadi (Holt, 2005)
5. Pemeriksaan dan peninjauan kembali (reviewing performance)
Dari informasi hasil pengukuran kinerja, proses pemeriksaan dan peninjauan kembali
akan mengidentifikasi situasi di lapangan terhadap resiko kecelakaan dan melakukan
tindakan perbaikan serta pencegahan terhadap situasi tersebut. Hal ini juga dilakukan
untuk peningkatan kinerja perusahaan nantinya.
Gambar 2.2. Elemen Kunci Sistem Manajemen K3
(Health and Safety Executive UK, 2001)
2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Tujuan dari penerapan K3 adalah sebagai berikut:
- Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja
- Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien Policy
Feedback loop to improve performance Key Element
- Menjamin proses produksi berjalan lancar
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan
disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas
kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat
kerja.
Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari K3 adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan K3 baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seselektif
mungkin
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindung dalam bekerja
Tujuan K3 menurut ILO dan WHO antara lain:
a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi
tingginya baik jasmani maupun rohani
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja
c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang timbul akibat pekerjaan
d. Menempatkan tenaga kerja pada suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
Sesuai dengan Pasal 2 Permennaker No. 05/MEN/1996, tujuan dan sasaran
penerapan Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja
dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Pelaksanaan Sistem Manajemen K3 bertujuan untuk menciptakan kondisi
lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman, serta terbebas dari resiko bahaya yang
mungkin timbul dan pada gilirannya perusahaan akan memperoleh pekerja yang sehat
dan produktif (Depnaker RI, 2000).
2.3. Teori Tentang Manajemen Konstruksi
2.3.1. Pengertian tentang Manajemen
Ernie & Kurniawan (2005) menyatakan pengertian manajemen sebagai seni atau
proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan.
Manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan
efisien lewat perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya
organisasi (Daft, 2003)
Manullang (2002) mendefinisikan manajemen sebagai seni ilmu pengetahuan,
pengorganisasian, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut Plunket (2005), manajemen merupakan satu atau lebih manajer yang
melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf,
pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi,
material, uang dan orang).
Sedangkan Lewis (2005) mendefinisikan manajemen sebagai proses mengelola
dan mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha
untuk mencapai tujuan organisasi.
2.3.2. Prinsip Dasar Manajemen
Prinsip-prinsip manajemen adalah dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari
keberhasilan sebuah manajemen.
Menurut Henry Fayol (1997) 14 prinsip manajemen :
1. Pembagian pekerjaan (division of work) yaitu suatu pembagian pekerjaan atau tugas
yang mengarah pada pertumbuhan spesialisasi di segenap bidang yang diperlukan
untuk mencapai efisiensi dan efektifitas penggunaan tenaga kerja.
2. Kewenangan dan tanggung jawab (authority and responsibility) yaitu perlunya
keseimbangan harmonis antara wewenang dan tanggung jawab dimana keduanya tak
dapat dipisahkan.
3. Disiplin (discipline) yaitu suasana tertib dan teratur, dimana orang yang berada
dalam organisasi tunduk, patuh dan taat pada norma atau ketentuan yang ada tanpa
unsur paksaan.
4. Kesatuan komando (unity of command) yaitu segenap anggota organisasi hanya
menerima perintah dan melaporkan pelaksanaan perintah atau hasil pekerjaan serta
5. Kesatuan arah (unity of direction) yaitu setiap kelompok yang melakukan kegiatan
bertujuan sama harus memiliki seorang pemimpin dan memiliki satu rencana.
6. Kepentingan individu harus tunduk kepada kepentingan umum (subordination of
individual interest to general interest) yaitu kepentingan umum ditempatkan diatas
segala kepentingan, baik kelompok maupun pribadi.
7. Gaji (remuneration of personel) yaitu sistem dan metode penggajian bersifat adil dan
memberikan kepuasan maksimal bagi buruh dan majikan.
8. Pemusatan wewenang (centralization) yaitu pemusatan kekuasaan dalam kelompok
tunggal dan kepemimpinannya diserahkan pada satu orang pemimpin agar anggota
atau pegawai tidak dibingungkan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
yang dibebankan.
9. Jenjang bertangga (hierarchy) merupakan garis tingkatan wewenang dan tanggung
jawab dari tingkatan tertinggi hingga terendah dan tidak boleh ada penyimpangan.
10. Ketertiban (order) yaitu keteraturan dan kelancaran organisasi dimana setiap anggota
mematuhi dan mentaati segala ketentuan yang menyangkut kondisi yang baik dalam
pencapaian tujuan.
11. Keadilan (equity) yaitu pemimpin tidak boleh memperlakukan anggota dengan
semena-mena, menghargai setiap prestasi, memberikan kesempatan untuk
menyampaikan saran dan kritik dan informasi yang membangun dalam upaya
pengambilan keputusan yang lebih tepat.
12. Stabilitas jabatan pegawai (stability of tenure of personel) yaitu memelihara dan
keselamatan kerja dan sebagainya yang dapat menimbulkan kelancaran dan
kelangsungan proses kegiatan manajemen.
13. Prakarsa (inisiative) yaitu penghargaan atas saran, ide, gagasan, kritik dan informasi
yang dikemukakan anggota atau bawahan sehingga menciptakan cara kerja baru
yang lebih efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
14. Kesatuan (esprit de corps) yaitu pembinaan, bimbingan dan motivasi yang menerus
terhadap anggota atau pegawai agar memiliki jiwa kesatuan dan rasa setia kawan.
Manajemen digunakan dalam segala bentuk kegiatan, dari kegiatan profesi
maupun organisasi swasta, maka manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan
berikut (Hasibuan, 2005):
1. Manajemen tingkat pertama (manajemen lini) yaitu tingkat yang paling rendah dalam
suatu organisasi, dimana seorang bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain.
2. Manajemen menengah (middle manager), yaitu mencakup lebih dari satu tingkatan
didalam organisasi.
3. Manajemen puncak (top manager), yaitu terdiri atas kelompok yang relatif kecil
yang bertanggung jawab atas manajemen dari keseluruhan organisasi.
2.3.3. Pengertian Manajemen Konstruksi
Manajemen konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek
dapat diaplikasikan secara tepat. Manajemen konstruksi merupakan pengelolaan sumber
daya manusia yang dikelompokkan dalam 5M (manpower, material, machines, money
perencanaan dan kurangnya dukungan manajemen dapat berakibat gagalnya suatu
proyek.
Sasaran manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau
mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal
sesuai dengan persyaratan (spesification). Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu
diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu
pelaksanaan.
Manajemen konstruksi adalah suatu pendekatan inovatif dan ilmiah untuk
pengerjaan suatu proyek konstruksi. Manajemen konstruksi telah berkembang menjadi
metode pengelolaan proyek seiring dengan semakin berkembangnya jenis dan lingkup
proyek konstruksi. Gambaran tentang kegiatan manajemen konstruksi dapat dilihat pada
gambar berikut;
Sumber : Ritz J. George, Total Construcion Project Management, Mc Graw Hill Inc, Singapore, 1994, pg 14
Gambar 2.3 Proses Manajemen Konstruksi
Beberapa definisi dari Manajemen Konstruksi, yaitu :
1. Manajemen konstruksi adalah ilmu yang mempelajari dan mempraktekkan
aspek-aspek manajerial dan teknologi industri konstruksi. Manajemen konstruksi juga dapat Construction
Specification System & ReportInformation
diartikan sebagai sebuah model bisnis yang dilakukan oleh konsultan konstruksi
dalam memberi nasehat dan bantuan dalam sebuah proyek pembangunan (dikutip
dari
2. Suatu Team Management yang bertugas menjalankan Planning, Design and
Construction yang terintegrasi sebagai suatu sistem. Konsultan manajemen
konstruksi bertugas sejak tahap perencanaan sampai serah terima kedua pekerjaan
konstruksi fisik, dan berfungsi melakukan pengendalian pada tahap perencanaan
hingga konstruksi baik di tingkat program maupun tingkat operasional. (Krisna
Mochtar, Diktat Kuliah Manajemen Konstruksi, 2003, Undang-undang No.18 tahun
1999)
3. Suatu disiplin dan sistem manajemen, yang bertujuan untuk mensukseskan
pelaksanaan proyek sesuai dengan keinginan Owner. Agency CM (Konsultan
Manajemen Konstruksi), bertanggung jawab kepada Owner pada setiap tahapan
pelaksanaan proyek. (Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia - HAMKI)
4. Manajemen konstruksi adalah mengatur desain dan konstruksi dari suatu proyek
untuk memenuhi program arsitektural dan konstruksi pada biaya yang minim bagi
owner dengan kerangka kerja keuntungan bagi para partisipan. (IAI)
5. Konsultan manajemen konstruksi yang bertugas sejak tahap perencanaan sampai
serah terima kedua pekerjaan konstruksi fisik, dan berfungsi melakukan
pengendalian pada tahap perencanaan dan tahap konstruksi, baik di tingkat program