• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2. Pengertian Kitab Manaqib Jawahirul Ma’any

Manaqib berasal dari bahasa arab dari lafadh naqaba, naqobu,naqban yang artinya menyelidiki, melubangi, memeriksa, dan menggali.Kata manaqib jamak dari lafadh manaqibun yang merupakan isim makan dari lafadh naqaba(Syaifullah, 2000:10).

Dalam al- Qur’an lafadznaqaba banyak dijumpai diantaranya sebagai berikut: a. Qs. Al-Maidah 6: 12







(

ةدئاملا

:

6

:

21

)

Artinya:”Dan Sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang

pemimpin dan Allah berfirman,,,”(Departemen Agama RI, 2009:109) Berarti pemimpin, ini juga sesuai dengan bentuk manaqibyaitu berisi riwayat hidup seorang pemimpin yang bisa menjadipanutan umat. b. Qs. Al-kahfi 18: 97

.

(

فهكلىا

:

18:97

)

Artinya:Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.(Departemen Agama RI, 2009: 303)

Berarti menolong, ini juga sejalan dengan pengadaan manaqib yaitu agar mendapatkan berkah dari Allah SWT, yang dapat menjadiperantara datangnya pertolongan Allah SWT.

c. Qs. Qaff ayat 50 : 36



.

(

ق

:

50

:

36

)

Artinya:Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, Maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?(Departemen Agama RI, 2009: 520)

Berarti menjelajah, ini berarti seiring dengan salah satu tujuan munculnya manaqib yaitu menyelidiki, menggali dan meneliti sejarah kehidupan seseorang untuk selanjutnya dipublikasikan kepada masyarakat umum agar dijadikan sebagai suri tauladan.

Manaqib juga berarti “riwayat hidup” yang berhubungan dengan sejarah kehidupan orang-orang besar, atau tokoh-tokoh penting, seperti biodata tentang kelahirannya, silsilah keturunannya, langkah perjuangannya, guru-gurunya, sifat-sifatnya, serta akhlak kepribadiannya.

Kitab manaqib Syech Abdul Qodir al- Jailani sendiri ada

banyak versi atau redaksi meskipun semua isinya hampir mirip, menurut penulis itu disebabkan oleh jalur sanad ijazah yang berbeda.Manaqib jawahirul ma‟any merupakan riwayat hidup yang menceritakan tentang Syech Abdul Qadir Al-Jailani dari Kelahirannya, perjalanan beliau menuntut ilmu, karomah-

karomahnya sampai pada wafatnya. Sosok ulama agung yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menghidupkan agama.

Nama lengkapnya ialah Abu Shalih Sayyid Abdul Qadir ibn Musa ibn Abdullah ibn Yahya az-Zahid ibn Muhammad ibn Dawud ibn Musa al-Jun ibn Abdullah al-Mahdi ibn al-Hasan al-Mutsana ibn al-Hasan ibn Ali ibn Abi Tholib. Beliau yang terkenal dengan nama Abdul Qadir al-Jailani ini lahir pada tahun 470 H.

Ayah beliau beliau dikenal sebagai orang yang tekun menjalankan syariat agama. Menurut nasabnya, ia masih keturunan dari Imam Hasan r.a, cucu pertama dari Nabi Muhammad SAW. Ibu Syeh Abdul Qadir Al- Jaelani juga keturunan dari keluarga sufi. Oleh karena itu tak heran bila mereka melahirkan seorang Syeh Abdul Qadir Al- Jaelaniyang jga seorang sufi terkenal.

Jika dilihat dari nasab beliau, maka terlihat bahwa nasab beliau mutawatir yakni sampai kepada Nabi Muhammad SAW, dan itu artinya beliau memiliki nasab yang mulia. Beliau juga tergolong pemuda yang cerdas, pendiam berbudi pekerti yang luhur, penurut nasehat orang tua, dan cinta akan ilmu pengetahuan. Beliau juga senang melakukan riyadhah dan mujahadah melawan hawa nafsu, mencintai fakir miskin dan gemar beramar ma‟ruf nahli mungkar sesama manusia. Dalam menuntut ilmu beliau tidak hanya kepada satu guru, namun beliau juga banyak belajar pada beberapa orang

guru, sehingga beliau mengembara ke berbagai negara Islam, seperti Persia, Iraq, Mesir, Jazirah Arab, dan akhirnya menetap di Baghdad.

Syeikh Abdul Qadir Al-jailani adalah seorang tokoh sufi terbesar dan dikenal luas, termasuk kekeramatan dan ketinggian derajat kewaliannya. Bahkan telah diakui oleh seluruh ulama Islam di seluruh dunia. Beliau wafat di Baghdad pada tanggal 11 Robiul Akhir 561 H atau tahun 1164. Beliau wafat dalam usia 90 tahun dan dimakamkan di Baghdad.Diantara fatwa dan ajaran beliau adalah : (Sunarto, 2012:53).

1) Seorang fakir yang bersabar lebih utama dari orang kaya yang bersyukur, dan orang fakir yang bersyukur, lebih utama dari keduanya dan orang fakir yang bersabar dan bersyukur, lebih utama dari semuanya.

2) Ikutilah sunnah Rasulullah saw dan jangan melakukan bid'ah, berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya jangan sampai keluar dari Islam, bersabarlah dan jangan menggumam, berharaplah untuk mendapatkan kesejahteraan dan jangan putus asa, berkumpullah dalam majlis dzikir kepada Allah ta'ala, jangan bercerai berai, bersihkan dirimu dengan bertaubat dari segala dosa dan jangan berlumuran noda dan secara rutin menghadap di pintu Allah untuk mohon ampunanNya.

dengan mengingat Allah dan banyak bersyukur, dan bila cobaan yang menimpa maka sibukkan lah dirimu dengan kesabaran dan kesadaran. Sadarilah bahwa cobaan yang menimpa orang mukmin bukan sebagai malapetaka, melainkan datang untuk menguji iman.

4) Ketika menghadap Allah swt hendaknya seseorang itu memberseihkan dirinya dari segala bentuk dosa. dan tidak akan dibuka hatinya untuk makrifat kepada Allah, kecuali hatinya dikosongkan dari pengakuan mempunyai perilaku baik.

5) Janganlah mencintai seseorang atau membencinya, kecuali sudah memperhatikan perbuatanya dengan berdasarkan al- Qur'an dan sunnah Rasul, agar kamu senang atau benci tidak sekedar menuruti hawa nafsu.

3. Sejarah Kitab Manaqib Jawahirul Ma’any

Kitab ManaqibJawahirul Ma‟anydi susun oleh seorang ulama bernama KH. Ahmad Jauhari Umar. Beliau dilahirkan pada hari Jumat legi tanggal 17 Agustus 1945, yang keesokan harinya bertepatan dengan hari kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan oleh Presiden Soekarno dan Dr. Muhammad Hatta. Tempat kelahiran beliau adalah di Dukuh Nepen Desa Krecek kecamatan Pare Kediri Jawa Timur. Sebelum berangkat ibadah haji, nama beliau adalah Muhammad Bahri, putra bungsu dari bapak Muhammad Ishaq.

Meskipun dilahirkan dalam keadaan miskin harta benda, namun mulia dalam hal keturunan. Dari sang ayah, beliau mengaku masih keturunan Sultan Hasanudin bin Sunan Gunung Jati, dan dari sang ibu beliau mengaku masih keturunan KH Hasan Besari Tegal Sari Ponorogo Jawa Timur yang juga masih keturunan Sunan Kalijogo.

Orang tua Syaikh Ahmad Jauhari Umar memang terkenal cinta kepada para alim ulama terutama mereka yang memiliki barakah dan karamah. Ayah beliau berpesan kepada Syaikh Ahmad Jauhari Umar agar selalu menghormati para ulama. Jika sowan (berkunjung) kepada para ulama supaya selalu memberi uang atau jajan (oleh-oleh). Pesan ayahanda tersebut dilaksanakan oleh beliau, dan semua ulama yang pernah diambil manfaat ilmunya

mulai dari Kyai Syufa’at Blok Agung Banyuwangi hingga KH.

Dimyathi Pandegelang Banten, semuanya pernah diberi uang atau jajan oleh Syaikh Ahmad Jauhari Umar.

Dalam menghadapi setiap cobaan yang menimpa, Syaikh Ahmad Jauhari Umar memilih satu jalan yaitu mendatangi ulama untuk meminta doa dan berkah dari para ulama yang beliau datangi. Selesai beliau mendatangi para ulama, maka ilmu yang didapat dari

mereka beliau kumpulkan dalam sebuah kitab “Jawahirul Hikmah”. Kemudian beliau mengembara ke makam–makam para wali

beliau berziarah ke makam Syaikh Kholil Bangkalan Madura, Syaikh Ahmad Jauhari Umar bertemu dengan Sayyid Syarifuddin yang mengaku masih keturunan Syaikh Abdul Qadir Al-Al-jailani RA. Kemudian Sayyid Syarifuddin memberikan ijazah kepada

Syaikh Ahmad Jauhari Umar berupa amalan “MANAQIB

JAWAHIRUL MA‟ANY”. Setelah itu Ahmad jauhari umar mulai

mengajarkan dan “mengijazahkan”manaqib ini kepada murid- murid beliau. Dari murid-murid beliau inilah manaqib ini akhirnya tersebar luas ke seluruh nusantara karena banyak Fadhilahnya, bahkan sampai ke negara asing seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Pakistan, Afrika, Nederland, dll.

4. Maksud dan Tujuan KitabManaqib

Di kalangan nahdliyin dan kelompok Ahlussunah wal

Jamaah membaca manaqibjawahirul ma‟any ataupun

manaqibSyeikh Abdul Qadir Al-jailani merupakan sebuah tradisi. Dalam kitab manaqib tersebut terdapat banyak hal, diantaranya, riwayat hidup, kisah teladan, karomah, serta keutamaannya.

Para wali merupakan hamba-hamba yang saleh, dekat dengan Allah, dan dipilih oleh Allah sendiri. Banyak sejarah hidup para wali atau yang kita kenal sekarang dengan nama manaqib, yang telah dibukukan, seperti manaqibjawahirul ma‟any yang didalamnya memuat riwayat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani yang mana beliau disemati gelar sebagai sulthan al-awliya` atau pemimpin para wali.

Kerena beliau adalah hamba-hamba pilihan Allah maka sudah sewajarnya jika kita harus mencintai mereka.

Sedangkan salah satu hal yang bisa menambah rasa kecintaan kita kepada para wali adalah dengan membaca manaqibnya. Dengan membaca manaqibnya kita bisa mengetahui kesalehan dan kebaikannya, dan hal ini tentunya akan menambah kecintaan kita kepadanya. Secara umum ritual tersebut dimaksudkan sebagai penyampaian hajat kita (berdoa) dengan bertawassul kepada Syekh Abdul Qadir al-Jaelani.

Istilah tawasul berasal dari kata yang terdiri dari tiga huruf, yaitu waw, sin, dan lam yang bermakna menjadikan sesuatu sebagai perantara untuk mendapatkan sesuatu yang dimaksud (Maimun, 2009:27). Sebagaimana al-Juraisy yang dikutip Maimun, (2009:27) tawasul dalam doa berarti menyertakan perantara dalam berdoa dengan maksud doanya itu akan dikabulkan. Sebagaimana Shihab yang dikutip Maimun, (2009:27) bahwa wasilah berarti sesuatu yang menyambung dan mendekatkan sesuatu dengan yang lain atas dasar keinginan yang kuat dan mendekat.

Adapun pengertian tawassul menurut para tokoh, diantaranya yaitu:

a. Menurut Abu Luz ibadayah yang dengannya dimaksudkan tercapainya ridha Allah dan Surga melalui wasilah

(perantara) menuju keselamatan dari api neraka dan kebahagian masuk surga(Luz, 2004:8)

b. Menurut Sirodjuddin Abbas Tawassul merupakan mengerjakan sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah (Abbas, 2006:132)

c. Menurut Muslih Tawassul merupakan sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat, kedudukan yang tinggi untuk dijadikan sebuah wasilah (perantara) agar doa dapat dikabulkan oleh Allah (Muslih, 2011:51)

d. Menurut Nugroho, tawassul meupakan berdoa kepada Allah dengan melalui wasilah (perantara), dalam arti lain sesuai yang dijadikan perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan (Nugroho, 2010:121)

Dari berbagai pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa tawassul merupakan ritual yang dilakukan untuk mengungkapkan segala hajat, kebutuhan, keinginan dengan wasilah (lantaran) wali Allah yang diyakini kedekatannya dengan Allah berharap agar segala hajat tersebut dapat dikabulkan oleh-Nya.

Adapun dasar hukum tawassul termaktub dalam QS. Al- Maidah ayat 35 dan QS. Al-Isra ayat 57 yang berbunyi:



.

(

ةدئاملا

:

6

:

03

)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan

berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat

keberuntungan.(Departemen Agama RI, 2009: 113)







.

(

ءارسلاا

:

17

:

57

)

Artinya: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka[857] siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.(Departemen Agama RI, 2009: 287)

Penyelenggaraan manaqib yang banyak terjadi di tengah- tengah masyarakat sekarang ini pada umumnya didasari adanya maksud dan tujuan tertentu secara khusus yang beragam, diantaranya, mengharap rahmat dari Allah SWT, keberkahan, serta pengampunan dosa, agar terwujudnya insan hamba Allah yang (beriman, bertakwa, beramal sholeh, dan berakhlak yang baik), untuk memperoleh berkah dari Syaikh Abdul Qadir Al-jailani, untuk mencintai, menghormati dan memuliakan para ulama, Auliya‟,

SAW. Sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah ra, yang artinya :

"Allah berfirman; Siapa yang memusuhi wali-KU, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku- lindungi. Dan aku tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan sakitnya."

Demikian anjuran Rasulullah SAW, agar kita selalu

memuliakan para ulama’ baik pada saat masih hidup dengan mengaji

ilmu kepadanya, bertawasul kepadanya maupun dengan berziarah kuburnya untuk mendoakannya, mengenang sejarah perjuangannya dan berusaha meneladaninya.

Memuliakan dan mencintai dzurriyah Rasulullah SAW Ahlul bait atau keluarga dan dzurriyah Rasulullah sangat dimuliakan oleh Allah dengan menghilangkan dosa-dosa mereka sehingga tetap terpelihara kesuciannya. Dengan demikian, memuliakan menghormati dan mencintai Syaikh Abdul Qadir Al-jailani adalah termasuk memuliakan, menghormati dan mencintai keluarga Nabi.

BAB III

Dokumen terkait